Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ragam Bahasa” yang merupakan salah satu tugas terstruktur mata kuliah Teknologi
Informasi pada semester satu.
Dalam makalah ini Penulis membahas mengenai bagaimana mengidentifikasikan
masalah tulisan, latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan, mengindentifikasi kerangka
teori, formulasi isi tulisan dan bagaimana membuat kesimpulan dan saran dalam Ragam
Bahasa.
Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu HJ. Eni Rohaeni,Dra. MM selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan Universitas Galuh yang telah memberikan tugas mengenai “Hasil
Analisis Problematika Pengelolaan Sarana Dan Prasarana & Pengelolaan
Keuangan Pendidikan” ini sehingga pengetahuan Penulis dalam penulisan makalah
ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan makalah
Penulis di kemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu
yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat menbangun
akan Penulis terima dengan senang hati.

Ciamis, 7 Oktober 2019


Penulis,
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................
i
Daftar isi .........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
1
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sarana dan Prasarana dan keuangan pendidikan.............. 2
B. Pemenuhan sarana dan prasarana
2
C. Pengelolaan sarana dan prasarana
D. Beberapa sekolah terbilang mahal
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................
4
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai
“Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan keuangan pendidikan”. Makalah ini dibuat
dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai sarana dan prasarana yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
Proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis kepada yang
terhormat : kepada dosen yang telah membimbing kami dalam membuat proses
pembuatan makalah,dan kepada kawan-kawan semua.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa jualah penulis memohon doa sehingga
bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai
manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang
demikian sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pemenuhan Sarana dan Prasarana
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
3. Beberapa sekolah terbilang mahal
C. TUJUAN

Tujuan dari  penulisan makalah ini dapat di uraikan sebagai berikut :


1. Agar dapat memahami pengertian dari sarana prasarana dan keuangan
pendidikan.
2. Mengetahui pentingnya sarana prasarana dalam pendidikan.
3. Memahami bagaimana proses pengelolaan sarana prasarana pendidikan.
4. Mengetahu pemenuhan sarana dan prasarana sesuai dengan prosedur
5. Dapat mengetahui prosedur keuangan pendidikan
6. Dapat mengetahui permasalahan keuangan pendidikan
BAB II
A. Pengertian Sarana dan Prasarana dan Pengelolaan keuangan Pendidikan
Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan misalnnya lokasi atau
tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, ruang dan sebagainya. Sedangkan sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti:buku, papan tulis, kursi, meja dan
sebagainya. Sedangkan menurut keputusan menteri P dan K No.079/1975, sarana pendidikan
terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
a.    Bangunan dan perabot sekolah.
b.    Alat pelajaran yang terdiri dari pembukauan dan alat-alat peraga dan labolatarium.
c.    Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang menggunakan
alat  penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.
Adapun yang bertanggungjawab tentang sarana dan prasarana pendidikan adalah para
pengelola administrasi pendidikan. Secara mikro atau sempit maka kepala sekolah
bertanggung jawab masalah ini, seperti :
a. Hubungan antara peralatan dan pengajaran dengan program pengajaran.
b. Tanggung jawab kepala sekolah dan kaitannya dengan pengurusan dan  prosedur.
c. Beberapa pedoman administrasi peralatan.
d. Administrasi gedung dan perlengkapan sekolah.
Pengelolaan keuangan pendidikan merupakan salah satu substansi pengeloaan
sekolah yang akan turut menentukan  berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. 
Sebagaimana yang terjadi di substansi pengelolaan pendidikan pada umumnya,
kegiatan pengelolaan keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian.
Beberapa kegiatan pengelolaan keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan
sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan
pertanggung jawaban (Lipham, 1985; Keith, 1991)

Menurut Depdiknas (2000) bahwa pengelolaan keuangan merupakan tindakan pengurusan


dan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggung jawaban dan pelaporan.  Dengan demikian, pengelolaan keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan sekolah.
Menurut Jones (1985), pengelolaan keuangan meliputi:

1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang


tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa efek
samping yang merugikan
2. Pelaksanaan (implementation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan
rencana yang telah dibuat.
3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.
Pemenuhan Sarana Prasarana

Sesuai amanat Undang-undang, semua sekolah di Indonesia diharapkan berkatagori


sekolah standar nasional. Dalam bidang sarana prasarana standar nasional suatu sekolah
berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun
2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
sanitasi, drainase, toilet, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Dalam permendiknas disebutkan bahwa sekolah sudah memenuhi standar nasional


apabila sudah memenuhi kriteria dasar yaitu:

1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan


pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang
wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-
ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap
sekolah/madrasah.

Apakah kriteria yang disebutkan di atas sudah dimiliki oleh sekolah-sekolah di Indonesia?

Menurut penulis, kenyataannya bahwa tidak semua sekolah bisa menyediakan


parasarana dan prasarana sesuai yang diharapkan. Beberapa sekolah kota yang notabene
favorit memiliki ketersediaan perabotan secara lengkap tetapi lahan yang dimiliki sangat
terbatas dan tidak sesuai dengan indikator kelayakan. Jelas hal ini tidak memenuhi syarat
standar nasional. Keterbatasan lahan juga banyak dialami sekolah-sekolah swasta.

Keterbatasan sarana prasarana juga sangat terlihat pada penyediaan sanitasi dan
drainase. Sanitasi sekolah sering disediakan secara ala kadarnya. Tempat cuci tangan bagi
siswa tidak sebanding dengan jumlah siswa, tempat cuci tangan di laboratorium juga
seringkali hanya ada 2 (dua) di setiap ruangan atau tidak ada sama sekali.

Masalah drainase tidak berbeda kondisinya. Banyak sekolah yang tidak


memperhatikan sistem drainase yang baik. Bangunan yang ada seringkali tidak disertai
dengan pembangunan drainase disekelilingnya. Yang ada justru teras dan halaman semuanya
berupa beton yang tidak mempunyai daya serap terhadap aliran air.

• Ketersediaan Laboratorium

Di tingkat SMP, jumlah laboratorium harus menyesuaikan jumlah siswanya. Sekolah


dengan rombongan belajar sebanyak 24 (dua puluh empat) seyogyanya memiliki
labortaorium IPA sebanyak 2 ruang. Hal ini terkait dengan penjadwalan penggunaan untuk
memastikan bahwa setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan
laboraorium IPA.

Kondisi yang sama seharusnya berlaku untuk ketersediaan ruang komputer. Banyak
terjadi ruang laboratorium tidak bisa memfasilitasi siswa karena keterbatasan ruang yang
tersedia. Belum lagi masalah jumlah komputer yang tersedia.

Selain laboratorium IPA dan komputer, sekolah jenjang SMP juga diharapkan
memiliki laboratorium keterampilan (boga dan busana), studio musik, laboratorium
matematika, laboratorium IPS, dll.

•Ruang BK dan UKS

Ruang BK adalah ruang dimana siswa mendapatkan layanan bimbingan dan konseling
secara intensif dari para guru. Sudah selayaknya ruang BK didesain dengan baik sesuai
fungsinya, termasuk luas ruangannya. Ruang BK harus disertai dengan ruang konseling yang
berfungsi Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan
konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Seringkali kegiatan konseling bersifat khusus dan untuk itu perlu disediakan ruangan
yang cukup dan memadai. Yang terjadi adalah banyak sekolah yang menyediakan ruang
konseling ala kadarnya atau bahkan tidak punya ruang konseling sama sekali.

Kondisi ini diperparah dengan pemanfaatan ruang BK sekaligus sebagai ruang UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah). Sudah ruangannya sempit masih dipersempit lagi dengan
fungsinya yang ganda. Sudah seharusnya setiap sekolah menyediakan ruang UKS tersendiri
yang terpisah dengan ruang BK. Bahkan ruang UKS harus memenuhi luas ruang yang
ditetapkan sesuai amanat Undang-undang.

•Toilet Siswa

Kriteria standar nasional untuk ketersediaan toilet adalah 1 unit toilet untuk 40 siswa
putra dan 1 unit jamban untuk 30 peserta putri. Dengan jumlah siswa putera 200 misalnya,
sekolah harus menyediakan 5 unti toilet. Kenyataannya jumlah toilet yang tersedia sering
tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Toilet dibangun dengan jumlah sekadarnya
dan bahkan ada yang menyatukan toilet untuk siswa putra maupun putri.

Uraian di atas hanyalah sebagian kondisi yang terjadi terkait dengan ketersediaan
sarana prasarana di sekolah. Masih banyak lagi jenis sarana prasarana sekolah yang
memerlukan perhatian semua pihak, misalnya kualitas meja kursi siswa, ketersediaan ruang
kegiatan untuk siswa, ruang bermain, dan lain-lain.

Solusinya:

Dengan kondisi yang terjadi sebagaimana diuraikan diatas perlu dipikirkan bagaimana
cara untuk mengatasinya. Pertama kali, perlunya identifikasi dari pihak sekolah untuk
mengetahui bagaimana kondisi riil ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki. Selanjutnya
mencocokkan dengan kriteria yang ditetapkan sesuai standar nasional/ Kedua, komunikasikan
kepada pihak-pihak terkait baik kepada Komite Sekolah maupun Dinas Pendidikan. Dengan
situasi dimana sekolah gratis harus diterapkan maka pemerintah melalui Dinas Pendidikan
mempunyai kewajiban untuk memenuhi semua kekurangan sarana prasarana yang diperlukan
oleh sekolah.
Permasalahan Kedua :

Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Dari hasil yang dilihat dan dianalisis, sebagian besar siswa justru berlajar dengan
manajemen fasilitas seadanya. Itu dikarenakan banyak fasilitas tersebut rusak akibat siswa
tersebut itu sendiri yang bermain dengan media-media pembelajaran yang telah disediakan.
Contohnya seperti, kursi, meja, buku pelajaran, tempat cuci tangan, dan sebaginya.

Solusinya :

Yang terpenting adalah koordinasi dan kerjasama di antara semua pihak di dalam
mengelola dan memelihara sarana dan prasarana sekolah agar tetap prima. Oleh karena itu
para petugas yang berhubungan dengan sarana dan prasarana sklh bertanggung jawab
langsung dengan kepada kepala sekolah.

Permasalahan Ketiga :

Beberapa Sekolah Terbilang Mahal

Pengelolaan keuangan sekolah merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi


peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bagi lembaga formal tersebut. Hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Karena posisi keuangan sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan itu
sendiri.

Banyak sekolah yang kurang terbuka terhadap sistem pengelolaan keuangan sekolah
kepada masyarakat, sehingga berakibat adanya tuduhan penyelewengan dana terhadap
sekolah. Orang tua siswa mengeluhkan banyaknya biaya pembayaran sekolah terkesan mahal
tanpa melaukan sosialisasi terlebih dahulu mengenai pungutan dana sekolah. Masyarakat
terkadang menilai bahwa biaya sekolah terlalu berat dipenuhi, bahkan bagi masyarakat yang
tidak mampu, karena pendidikan bukan lagi sebagai kebutuhan primer dengan biaya
terjangkau. Berbagai macam pungutan liar kerap kali terjadi di sekolah dengan berbagai
macam pungutan dana yang tidak masuk akal. Diantara alasan yang paling sering dijadikan
tameng dalam melancarkan aksi penyimpangan tersebut anatara lain, demi meningkatkan
kualitas, untuk menambah fasilitas, yang melibatkan stakeholders sekolah demi melancarkan
aksi tersebut.
Biaya masuk sekolah mahal, dan tercantum didalamnya biaya pembangunan,
bukankah seharusnya sekolah gratis dan dijamin oleh BOS dan kemendikbud/pemerintah
perihal pembangunan sarana dan prasarana. Dan ada hal yang mengganjal dalam pembiayaan
pendidikan di sekolah yaitu, akhir-akhir ini banyak protes dari masyarakat tentang mahalnya
biaya pendidikan. Padahal, sebenarnya biaya tersebut belum cukup untuk membiayai sekolah
secara wajar.

Solusinya :

Terlepas itu merupakan aturan internal sekolah, tapi sebaiknya harus ada pengawasan
dari pemerintah mengenai sistem pembiayaan sekolah siswa agar merata dan dapat di jangkau
oleh semua kalangan. Dan maka dari itu, perlu adanya sosialisasi antar sekolah dan
masyarakat saat adanya undangan rapat disekolah tentang rincian biaya pendidikan di sekolah
sekolah. Terkait hal tersebut, dibutuhkan model yang memadai dalam penyampaian informasi
keuangan sekolah kepada pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan transparansi dan
akuntanbilitas atas pengelolaan keuangan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai