“Ah kamu juga gak punya adik. Huh gak seru.” Aku
membalas Kayla karena Kayla tidak mempunyai adik. Dan
seterusnya ia selalu meledekku. Sudah terlalu sering diejek
aku pun menangis, apalagi aku adalah anak yang pendiam dan
cengeng. Saat itu aku nangis dan ada satu laki-lakiku yang
mendekatiku dan membelaku. Saat itu ia memarahi Kayla
yang sangat tidak ramah itu. Namanya Faza. Dia adalah teman
laki-laki pertamaku dan saat itu dia menenangkanku saat aku
menangis.
Saat itu pernah suatu hari dari pagi aku tidak diajak
ngobrol oleh Widya, ia pun tidak mengajakku istirahat
Bersama. Widya selalu memasang raut wajah cemberut dan
jutek saat menatapku.
Hingga pada waktu itu aku gak tau kenapa aku tiba-
tiba selalu kesal sama dia. Aku tiba-tiba gak mau menemani
dia. Dan situasi ini dimanfaatkan oleh Nurul, ia mendekati
Ariana, hingga Ariana tidak menjadi sahabatku lagi. Akhirnya
aku sebangku sama Jihan. Ya dia awaknya adalah anak yang
jorok, berantakan, pemalas, tapi akhirnya dia anak yang baik
dan sekarang ia anak yang rapi dan bersih.
“Lo siap siap aja sih ga bakal deh jadi anggota OSIS,
karena gue itu saingan lo.” Ucap dia dengan sombong dan
meremehkanku, lalu dia pergi entah kemana dan aku belum
mengenal dia dan dia kelas mana.
Tibalah saat itu, saat itu aku sudah tau nama cowo
yang sangat menyebalkan itu. Namanya Elang. Saat itu kami
diberi meja perorang satu untuk mempersiapkan naskah
pidato kami sekalian untuk menunggu giliran. Aku sudah
merasa aman karena kali ini aku tidak di dekat Elang, tapi aku
juga berjauhan dengan Aul. Saat itu aku kebelet pipis, aku
meninggalkan mejaku begitu saja dan membiarkan naskah
pidatoku tempampang jelas di atas mejaku. Dan tentu saja
Elang ternyata mendatangi mejaku. Saat itu setelah aku balik
dari toilet, aku melihat naskah pidatoku terkena air dan
tintanya luntur hingga tidak terbaca sama sekali.
“Loh kertas aku kok jadi gini. Woy ini siapa sih? Ini
pasti ada yang jail.” Ucapku mengeluh sambal agak teriak.