Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

Hai. Namaku Marshilla. Panjangnya sih Marshilla


Keysa Fanaraya. Aku biasa dipanggil Marshilla tapi
menurutku itu terlalu panjang, aku lebih suka dipanggil Shilla
aja. Kebanyakan teman sekolahku memanggil Marshilla, dan
aku selalu dipanggil ‘Mar’ atau ‘Marshil’. Jujur aku kurang
suka dipanggil ‘Mar’, tapi ya tidak apa apa sih. Bagus kok.
Waktu SD kebanyakan memanggil aku Marshilla, yang
manggil Shilla hanya beberapa teman dekat saja. Pas SMP
hampir semua memanggil aku Marshilla. Bahkan ada yang
manggil Mamar, aku kurang suka sebenernya tapi lucu juga
sih sebagai kenangan. Sedangkan sekarang di SMA banyak
yang memanggilku Shilla dan itu bagus aku senang. Di rumah
atau di keluarga aku juga biasa dipanggil Shilla. Tapi kalo di
rumah aku dipanggil Kakak, karena aku mempunyai adik.

Satu nama panggilan yang aku ingat adalah ‘Marmut’


dan ‘Marmot’. Ini teman temanku bercanda dan membuat
nama nama panggilan aneh. Marmut itu singkatannya
Marshilla imut sedangkan Marmot artinya Marshilla lemot.
Itu membuat aku dan teman temanku tertawa. Aku juga
membuat beberapa nama panggilan aneh untuk teman
temanku. Itu untuk membuat kenangan sebab itu sangat lucu
dan unik.
Aku pernah bosan dengan nama Marshilla, dan tiba tiba aku
kepikiran ingin dipanggil Keysa, yaitu dari nama tengahku.
Tapi aku tidak terbiasa dan nama Keysa sudah terlalu banyak
dan takutnya tertukar dengan nama temanku.

Mar, Marshilla, ‘Mars’ itu dari nama kakekku, nama


kakekku adalah Marsidin, beliau sudah meninggal saat aku
belum lahir, jadi aku tidak pernah bertemu. Lalu ayahku
berinisiatif memberi nama yaitu ada ‘Mars’ nya. Adikku juga
ada ‘Mar’nya, nama adikku adalah Marshal. Panjangnya
Marshal Nizaratka, ia suka dikira Kristen karena Namanya,
padahal kan tidak. Adikku berbeda cukup jauh umurnya
denganku. Bedanya 6 tahun, adikku lahir 2011 sedangkan aku
lahir 2005. Aku anak sulung.

Tahun 2005 adalah tahun aku lahir. Aku lahir di


Bandung, tepatnya di Rumah sakit Muhammadiyah. Saat itu
aku lahir pada hari kamis di pagi hari jam 08.30. Ya aku lahir
sebagai anak pertama pada tanggal 10 November. Aku selalu
berharap aku punya kakak, tetapi ya inilah aku. Aku lahir
sebagai anak pertama, tapi bukan cucu pertama. Mungkin
tepatnya cucu perempuan pertama, ya intinya semua senang
aku lahir. Sepertinya karena aku ini bayi perempuan yang
imut.
Saat aku bayi aku sering dibilang lucu oleh orang.
Tapi kata mamaku aku bayi yang cengeng atau sering
menangis. Aku bukan bayi yang selalu aktif, saat bayi pun
aku harus selalu dekat dengan mama atau papaku. Kata Mama
aku tidak mau dipangku oleh orang lain. Memang sepertinya
aku memang anak yang pendiam. Saat bayi hingga balita aku
sangat dekat dengan papaku apalagi saat adikku lahir. Jadi
aku dekat dengan papaku sedangkan adikku dengan mamaku.

Saat itu tahun 2011 adikku lahir saat aku masih di


Sekolah Dasar kelas 1. Awalnya aku sangat senang sekali
akan memiliki adik, dari dulu aku selalu berdoa untuk
mempunyai adik. Tetapi saat adikku lahir, aku merasa tidak
suka dengan adikku. Aku merasa perhatian orang tuaku yang
awalnya hanya untukku sekarang harus terbagi dengan
adikku. Apalagi saat itu umurku masih 6 tahun dan menurutku
itu masih kecil.

Saat adikku baru lahir dan mendapat banyak hadiah


aku merasa sangat kesal, karena aku iri aku tidak mendapat
hadiah juga. Lalu aku mengacak-acak hadiah milik adikku
dan ada beberapa yang aku buang. Mamaku hanya tersenyum
dan tidak memarahiku. “Tidak apa apa, namanya juga anak
kecil suka jealous aja sama adiknya.” Ucap Mamaku. Banyak
yang bilang adikku lucu dan ganteng saat bayi, tentu saja itu
membuatku kesal. Jadi aku selalu mengejek adikku. “Apa sih?
Bayi jelek. Gak ada ganteng gantengnya. Cantikkan aku.
Lebih lucu aku juga.” Ucapku saat aku meledek adikku.
Orang tuaku dan keluargku yang mendengarnya tertawa.
‘Aneh banget emang nih bocil.’ Mungkin itu ucapan
keluargaku dalam hati. Ya aku memang sangat kekanakkan,
tapi ya namanya juga anak umur 6 tahun.
BAB 2 SERUNYA JADI ANAK ANAK

Sepertinya aku dulu introvert. Aku sejak taman


kanak-kanak dikenal sebagai anak yang pendiam. Teman
dekatku hanya beberapa saja.

Saat di taman kanak-kanak aku hanya mempunyai


dua teman yang sangat dekat. Yang pertama adalah Faridah.
Dia adalah teman terdekatku saat TK. Ia memiliki sifat yang
sangat mirip denganku, tepatnya kita sama sama pendiam.
Tapi aku sangat nyaman dan seru berteman dengannya. Kita
selalu bermain bersama, saat di sekolah maupun saat pulang
sekolah. Rumah kami dekat dengan sekolah dan suka
bergantian main di rumah siapa.

Faridah sangat baik dia selalu meminjamkan bukunya


padaku. KKPK atau singkatannya adalah Kecil-Kecil Punya
Karya, itu adalah sebuah buku cerita yang suka aku baca. Aku
dan Faridah suka saling bertukar KKPK. Mama Faridah jago
membuat kue, setiap aku ke rumahnya aku pasti disuruh
mencicipi kue buatan mamanya, bahkan kuenya dibekal untuk
di bawa pulang ke rumah.

“Ini nastarnya kamu bawa pulang ya buat Mama


Shilla juga ya.” Begitu perkataan Mama Faridah setiap aku
pulang dari rumahnya. Mama Faridah juga dekat dengan
Mamaku. Mereka sering berbagi resep bahkan sering
membuat kue bersama.

Karena aku dan Faridah sangat dekat, di sekolah kami


lebih sering bermain berdua saja. Dan di sekolah aku dan
Faridah adalah anak yang pendiam, kami susah berbaur
dengan teman lain.

Ada satu lagi temanku, ia Bernama Kayla. Kami


bertiga dekat begitu juga ibu kami sangat dekat. Tetapi Kayla
adalah anak yang pemberani dan aktif sehingga ia memiliki
banyak teman. Akhirnya Kayla memiliki banyak teman baru
dan tidak berteman dengan aku dan Faridah lagi. Bahkan kita
sering saling meledek.

“Dasar kamu mah gak punya kakak ya.” Kayla suka


meledekku begitu, karena ia memiliki seorang kakak laki laki.

“Ah kamu juga gak punya adik. Huh gak seru.” Aku
membalas Kayla karena Kayla tidak mempunyai adik. Dan
seterusnya ia selalu meledekku. Sudah terlalu sering diejek
aku pun menangis, apalagi aku adalah anak yang pendiam dan
cengeng. Saat itu aku nangis dan ada satu laki-lakiku yang
mendekatiku dan membelaku. Saat itu ia memarahi Kayla
yang sangat tidak ramah itu. Namanya Faza. Dia adalah teman
laki-laki pertamaku dan saat itu dia menenangkanku saat aku
menangis.

Setelah kejadian itu Faza menjadi teman dekatkku


dan Faridah juga. Faza adalah seorang anak laki laki yang
pemberani dan memiliki banyak teman, dan mereka menjauhi
Kayla yang suka mengejek teman. Setiap pulang sekolah aku
selalu bermain dengannya, kita bermain perosotan dan ayunan
bersama sambil menunggu mama menjemputku. Sebelum aku
kenal dekat dengan Faza, aku pasti menangis saat Mama telat
menjemputku, apalagi jika Faridah sudah dijemput terlebih
dahulu dan tinggal aku sendiri di sekolah, aku akan nangis
tersedu sedu. Namun sesudah aku kenal dengan Faza aku
menjadi sedikit berani dan jarang menangis lagi. Faza pergi
sekolah menggunakan sepeda, jadi saat pulang sekolah ia
selalu menungguku sampai aku dijemput.

Saat itu pernah sekolah dibubarkan lebih awal


sehingga Mamaku belum jemput.

“Shil, kamu belum dijemput ya?” Tanya Faza padaku


saat pulang sekolah.

Aku hampir menangis karena jam pulang sekolah


biasa masih lama dan pasti Mama akan lama menjemputku.
“Mending aku bonceng aja. Yuk. Mau gak?” Ucap
Faza menawariku pulang bersama.

Aku pun tersenyum dan akhirnya aku dibonceng naik


sepeda, padahal rumah kami tidak jauh dari sekolah, masih
satu komplek, tapi aku tidak berani pulang sendiri. Faridah
saja berani jalan sendiri ke rumahnya, namun rumah aku dan
Faridah tidak searah, kami beda blok sehingga kami tidak bisa
pulang bersama. Dan akhirnya aku pulang dengan Faza. Dan
semenjak saat itu akun menjadi anak yang berani dan tidak
cengeng lagi. Aku jadi suka bermain dan aku memiliki
banyak teman. Aku dan Faridah menjadi tambah dekat dengan
Faza serta teman-temannya, yaitu Noval dan Arga. Kami
selalu bermain Bersama, saat istirahat sekolah ataupun saat
sore hari.

Setiap sore aku selalu pergi mengaji, aku satu tempat


ngaji dengan Faridah, Faza, Noval, dan Arga. Jadi aku selalu
semangat setiap akan pergi mengaji karena aku bisa bertemu
dan bermain lagi bersama teman-temanku. Aku berangkat
mengaji sekitar jam setengah empat atau sehabis solat Ashar
menggunakan sepeda pink kesukaanku. Aku ingat sekali
sepeda ku saat itu berwarna pink dan bergambar stroberi. Aku
sudah lancar bersepeda roda dua karena setiap hari minggu
aku selalu berseepeda bersama ayahku.

Setelah selesai mengaji, aku selalu jajan terlebih


dahulu. lalu aku bersepeda mengelilingi komplek Bersama
teman-temanku. Begitu hari sudah mulai gelap dan hampir
mau magrib aku dan teman-temanku bubar dan berpamitan
pulang ke rumah masing masing, karena jika kita terus
bermain tentu saja ibu kami akan mencari kami yang saat itu
masih kecil dan masih TK. Ya kan kalua sekarang aku pulang
malam pun dibolehkan oleh orang tuaku, bahkan aku setiap
pulanng les pasti malam hari.

Selain teman sekolah, aku juga mempunyai teman


rumah yaitu tetangga sebelah rumahku. Ia adalah Lala dan
Valent. Kami juga suka bermain Bersama, apalagi jika ibu
kami sedang berkumpul, tentu saja kami bisa bermain
sepuasnya sampai ibu kami selesai. Kami sering saling
bertamu ke rumah secara bergantian, atau kami akan bermain
ke luar rumah, misalnya ke taman. Kami pernah bermain
layangan, bermain sepeda, bermain bola, dan yang paling
favorit adalah bermain badminton walau kami hanya asal—
asalan mainnya tetapi itu mengasyikkan dan kami selalu
tertawa. Kalau kami bermain bertiga dengan Valent kita
bermain keluar biasanya, tapi jika hanya aku dan Lala kami
biasa main di rumah, dan kita paling sering bermain masak-
masakan. Aku membawa mainan masak-masakanku ke rumah
Lala dan dicampur juga oleh mainan yang dimiliki Lala. Kami
bermain masak-masakan saja bisa dari siang sampai sore.
Padahal sekarang aku piker-pikir apa gak bosen ya main
masak-masakan, ya tapi Namanya juga anak kecil, terkaadang
aku juga kangen bermain bersama dari pagi sampai sore tanpa
memikirkan apapun.

Saat aku dibangku Taman Kanak Kanak aku sangat


kesepian karena aku belum mempunyai adik sehingga
mamaku membolehkanku bermain terus. Di rumah aku bosan
sekali jika harus memainkan mainan sendirian. Aku minta ke
mama kalo aku ingin punya adik. Setiap hari setiap solat aku
pasti berdoa “ Ya Allah semoga aku cepet punya adik.” Dan
saat aku ulang tahun ke-5 aku mendapat kejutan besar.
Mamaku memberi tahu kalo ia sedang hamil dan aku akan
segera mempunyai adik. Aku sangat senang sekali, akhirnya
aku akan mempunyai adik. Aku inginnya adik perempuan
agar bisa diajak main, eh tapi ternyata yang lahir laki-laki, dan
sekarang ia menjadi adik yang nakal.
BAB 3 SEKOLAH BARU? TEMAN BARU?

Setelah dua tahun di Taman Kanak-kanak akhirnya


aku lulus TK dan akan masuk Sekolah Dasar. Aku sangat
senang karena aku akan segera memakai seragam merah
putih. Sedihnya aku berpisah dengan teman TK ku, aku tidak
satu sekolah dengan Faridah. Aku juga tidak satu sekolah
dengan Noval dan Arga, tetapi aku lanjut sekolah dasar
dengan Faza.

“Far, kamu kenapa gak masuk sekolah aku aja biar


kita bareng terus.” Ucapku pada Faridah saat tahu bahwa kami
tidak satu sekolah.

“Gak tau tuh. Bunda akunya malah daftarin aku ke


sekolah lain.” Balas Faridah dengan ekspresi murung.

Faza, Noval, dan Arga tiba-tiba dating dan iikut


perbincangan kami. “Gak apa apa dong, nanti kita main aja
setiap pulang sekolah,” Ucap Faza menghibur.

“Setuju!” Ucap Noval dan Arga kompak.


Aku masuk sekolah dasar yang ada di tengah kota
Cimahi dan jauh dari rumahku, Namanya SDN Cimahi
Mandiri 2, y aitu cukup jauh sekitar 3 km dari rumah.
Awalnya papaku khawatir karena sekolahku jauh dan aku
masih kecil berumur 6 tahun. Tapi aku berani dan karena itu
adalah sekolah favorit jadi aku harus berani.
\

Hari pertama sekolah aku sangat senang sudah mengguanakan


seragam merah putih. Aku bersiap siap dan segera berangkat
diantar papa dan mamaku.

“Shilla, mama tungguin ya hari pertama sekolahnya.”


Ucap mamaku.

Aku mengangguk dan saat sampai sekolah aku masuk


kelas dan mamaku menunggu di luar kelas Bersama ibu ibu
lain juga.

Sedihnya aku tidak sekelas dengan Faza, aku kelas


1A sedangakan Faza ternyata ada di kelas 1D dan kelas kami
pun cukup berjauhan. Aku kebingungan dan aku sendirian
belum memiliki teman.

Aku menjadi anak yang pendiam lagi. Aku tidak


berani berteman. Dan suatu saat aku berkenalan dengan anak
bernama Widya.
“Halo, nama kamu siapa? Aku Shilla. Salam kenal
ya.” Begitulah kata kata awal perkenalanku yang aku
katakana dengan gugup.Ternyata Widya anak yang ramah.

“Hai, Shilla. Aku Widya. Sini gabung ini teman aku


kita satu TK.” Ucap Widya dengan ramah sambil
memperkenalkan teman lamanya yang sekarang sekelas juga
denganku.

“Hai, aku Naila.”

“Halo, aku Anabella.”

Aku menjawab sapaan dan perkenalan mereka dan


akhirnya aku memiliki teman baru.

Setelah satu minggu sekolah, mama tidak


menungguku di sekolah lagi. Jadinya setiap pagi aku
berangkat diantar papa dan pulangnya akuu naik jemputan
sekolah. Dan ternyata aku satu jemputan dengan Widya, dan
aku senang aku piker aku bisa lebih dekat lagi karena kami
setiap hari pulang bareng.

Setelah beberapa bulan, aku menyadari bahwa Widya


tidak tulus berteman denganku. Aku selalu ditinggal dan tidak
diajak main saat ia sedang dengan Naila dan Anabella. Widya
baru akan mengajakku bermain jika Naila dan Aanabella
sedang urusan lain atau jika mereka sudah pulang. Jadinya
saat istirahat aku selalu sendiri dan kebingungan karena
Widya tidak mengajakku istirahat Bersama. Apalagi aku ini
anak yang pendiam dan tidak berani memulai pembiacaraan
atau mengajak orang duluan.

Saat itu pernah suatu hari dari pagi aku tidak diajak
ngobrol oleh Widya, ia pun tidak mengajakku istirahat
Bersama. Widya selalu memasang raut wajah cemberut dan
jutek saat menatapku.

Waktu itu kami dipulangkan lebih awal karena


gurunya rapat, dan kami harus menunggu jemputan karena
belum datang. Tiba tiba Widya mengahmpiriku dan
menyapaku dengan nada yang sangat ramah sambal
tersenyum lebar.

“Hai, Shilla. IH jemputan kita belum dateng. Tunggu


bareng yuk kita tunggu di kantin, soalnya aku bingung Naila
dan Anabella udah pulang duluan dan mereka mau les
bareng.”

Saat mendengar itu aku senang sekali karena Widya


baik lagi padaku, dan akhrinya kami menunggu jemoutan
Bersama.
Kejadian seperti itu tidak sekali-dua kali. Itu sering.
Jika setiap pulang sekolah Naila dan Anabella pulang duluan
karena mau les, Widya akan selalu menghampiriku. Jika saat
istirahat Naila dan Anabella sedang sibuk mengerjakan tugas
lesnya, baru Widya mengajakku ke kantin dan istirahat
bersama.

Bodohnya, aku selalu bersikap baik pada widya, jika


widya tidak menagajakku aku akan sendirian dan jik Widya
mengajakku aku akan merasa senang.

Suatu hari saat mama menanyakan kabar sekolah dan


temanku, aku mencertitakan sikap Widya yang seperti itu
pada Mamaku dan aku baru sadar aku ini bodoh dan aneh
banget mau aja digituin.

“Kakak mending cari temen lain aja, jangan mau


digutuin sama temen ya. Berarti Wdiya nya nakal, Kakak
harus cari teman baru.” Begitulah nasihat mamaku yang
langsung aku lakukan.

Aku memberanikan diri berkenalan dengan teman lain


dan aku sudah malas bermain lagi dengan Widya. Akhrinya
aku berkenalan dengan anak yang bernama Nurul dan Sabina.
Mereka sangat baik, ramah, dan terlihat tulus.
Aku berteman dekat dengan Nurul dan Sabina sejak
kelas 1 dan saat kelas 4 muncul masalah antara kami. Banyak
teman kelasku bilang bahwa Nurul berteman denganku hanya
karena aku pintar. Saat SD aku adalah anak pintar, aku selalu
ranking 5 besar, begitu juga dengan Sabina. Ia adalah
temanku yang sangat pintar ia selalu ranking 2 besar.

“Nurul mah maunya berteman sama yang pinter


doang.”

“Iya tuh kayanya biar ikut pinter.” Begitu kata teman


teman kelasku. Aku sih tidak apa apa ajika Nurul berteman
denganku dan Sabina hanya karena kami pintar. Toh, dia baik
padaku, tulus, senang bermain denganku, dan selalu
menemaniku. Namun saat kami naik ke kelas 5, ada murid
pindahan ke kelas kami. Dan murid pindahan tersebut adalah
teman dekat Nurul saat TK. Tiba-tiba Nurul meninggalkanku
dan Sabina, ia menjadi dekat dengan teman dekatnya itu,
Namanya Annisa. Nurul tidak mau lagi berteman denganku
dan bahkan ia sangat tidak ramah denganku.

. Sekarang di kelasku tempat duduknya diatur oleh


guruku. Dan harus bepasangan, aku duduk dengan seorang
anak laki-laki yang, menurutku IMUT BANGET! Itu saat
kelas 1 aku sebangku dengan Ramdhan. Dia anak yang baik,
rmah, tapia gak pendiam awalnya. First impression aku
kepada Ramdhan aku menyebutnya mungil. Oh my god, sorry
Ramdhan, aku tidak mengejek, menurutku kamu itu imut.
Dan aku menjadi dekat dengan Ramdhan, terkadang kami
makan bekal di kelas bersama.

Oh iya aku itu satu jemputan dengan Widya dan


Nurul. Rumah kami searah. Bahkan dulu ada nama geng nya
yaitu AJ Artinya anak jemputan, mengikuti sinetron yang dulu
terkenal yaitu Anak Jalanan. Kalau aku kan Anak Jemputan.
Geng ini sangat tidak terlupakan bagiku, banyak kenangan
bersama mereka. Kami pernah telat bersama karena ada salah
satu teman kami yang saat dijemput ia belum siap siap,
sehingga kami datang ke sekolah sangat telat hampir telat 30
menit. Enaknya kami telat bersama, makanya saat memasuki
kelas kami disoraki “Hu Hu Waduh ini Si AJ Anak Jemputan
telat.” Kami, AJ, hanya bisa cengengesan, dan guru yang
mengajar saat itu hanya bisa tertawa, namun pada akhirnya
kami diberi hukuman. Hukumannya adalah menyapu halaman
sekolah saat sepulang sekolah. Kami banyak tertawa dan
bercanda saat dihukum. Itu memang kenangan yang lucu dan
tak terlupakan. Anggota jemputan ada 10 orang. Ada aku,
Nurul, Sabina, Widya, Riko, Fadly, Nabil, Luthfi, Bagas, dan
Gilang. Kami selalu dating dan pulang bersama. Saat jam
pulang sekolah pun kami selalu jajan bersama-sama. Itu
sangat seru.

Di kelas 5 setelah akua da masalah dengan Nurul,


kami menjadi tidak dekat lago. Aku semakin dekat dengan
teman kelasku yang lain, Namanya Putrinda. Ya kami sekelas
tapi baru saat itu aku dekat dengan Putrinda. Dan satu lagi
Winda. Kami menjadi dekat dan suka saling bermain ke
rumah.

“Ih pulang sekolah main ke rumah Putrinda yuk.”

Minggu depannya giliran rumahku dan selanjutnya


rumah Winda, kami sering main dan mengerjakan tugas
bersama. Oh iya sejak saat itu aku semakin dekat dengan
salah satu teman jemputanku, Bagas. Dia baik, BAIK
BANGET. Tanpa ada angina tau hujan, dia suka tiba-tiba
mentraktir aku dan teman-temanku yang lain. Contohnya saat
itu aku jalan dari kelas bersama Bagas menuju jemputan yang
parkir di parkiran sekolah. Dia tiba-tiba mengajak ke kantin.

“Ke kantin dulu yuk. Aing mau jajan.” Ya Bagas suka


ngomong kasar, dan bahasa seharu-harinya adalah aing-
maneh.
Aku mengiyakan dan mengantarkan Bagas ke kantin.

Saat tiba di kantin, aku menunggu dia membeli suatu


makanan. Dan saat aku diam dia tiba-tiba menawariku. “Shil
maneh mau jajan apa? Cepet aing bayarin nih.”

Aku awalnya menolak malu malu tapi mau sih.


HAHA. TApi beneran saat itu aku tolak dulu. “Gak deh gak
usah.”

“Cepet gak apa apa. Mau jajan apa?” Akhirnya Bagas


memaksa dan mentratirku beberapa kue. Nah yak an BAGAS
BAIK BANGET. Dia dulu dijuluki ‘Bagas Orang Kaya’
karena dia memang suka mentraktir orang.

Aku jadi sering bermain dengan Bagas. Aku sudah


beberapa kali main ke rumahnya dan aku jadi kenal dengan
neneknya. Saat ada neneknya ke sekolah pasti menyapaku. Ya
sejujurnya Bagas itu GANTENG! HAHAHA ini aku jujur.

Oh iya aku satu lagi punya teman laki-laki yang


anehnya, tiap minggu dia memberi aku dan temanku 10 ribu.
Saat aku kelas 5 aku sebangku dengan Denny. Ya cowo aneh
itu Denny. Dan satu barisan diberinya uang 10 ribu. Tahu apa
yang Denny bilang?

“Ini gaji buat kalian yang duduk sebarisan sama aku.”


Denny aneh banget tapi lumayan sih HEHEHE. Tidak
tahu ada apa melintas dipikirannya tiba-tiba membawa uang
cukup banyak dan memebri kami 10 ribu per orang.

Begitulahh bermacam-macama temanku saat aku ada


di sekolah dasar. Aku memiliki banyak teman dan ada
masalah, senang dan sedih bersama teman-teman SD.
BAB 4 SMP TUH ISINYA APA SIH?

Inilah aku! Marshilla sekarang SMP!! Seragamnya


udah rok biru nih! YA AKU SENANG MASUK salah satu
sekolah favorit yang ada di Cimahi. Aku mau cerita
sebenernya… Sebenarnya aku gak mau masuk sekolah smp
yang sekarang sudah menjadi almamater smpku. Kenapa?

Jadi sejak saat aku SD aku bercita-cita masuk ke SMP


Negeri 1 Cimahi. Itu adlah impianku. Karena ya memang
SMPN1 itu sekolah terfavorit. Saat aku dibagi hasil nem, aku
senang bisa mendapat nem 27,20. Oh iya aku mendapat nilai
matematika UN 100 LOH HAHAHA!! Tapi takdir berkata
lain, saat tahun penerimaanku muncullah system zonasi.
Karena rumahku itu aslinya bukan di Cimahi tetapi masuknya
Bandung Barat. Jadi akua gak susah untuk masuk SMP favorit
di Cimahi.

Aku sangat kesal, aku merasa ini tidak adil. Aku


sudah bersusah payah semangat belajar hingga aku
mendapatkan nem yang bagus, tetapi kalah dengan temanku
yang nemnya kecil tetapi rumahnya ada di dekat sekolah. Aku
sangat sedih, sangat sangat sedih. Apalgi teman-temanku
hampir semua masuk SMPN 1 Cimahi.
Saat daftar ulang sekolah, aku tidak mau mengelilingi
sekolah. Aku benar-benar tidak semangat sekolah saat itu.
Apalagi aku harus satu SMP lagi dengan Nurul. Tambah aku
males banget lah. Dia semakin sombong di SMP. Kita sekelas
di kelas 7, tetapi dia sangat sombong seperti tidak pernah
kenal dekat denganku, yasudah aku pun mencari teman lain.
Semua teman dekat SD ku kebanyakan masuk SMPN 1.
Tetapi aku bareng Bagas HAHAHA ke SMPN 2 Cimahi.

Sebenarnya SMPN 2 cimahi itu smp kedua favorit di


Cimahi. Tapi ya gimana sejujurnya kan impianku adalah
masuk ke SMPN 1 Cimahi.

Aku memang sekelas dengan Nurul, tapi ia sangat


sinis padaku. TERSERAH DEH. Aku cari temen baru. Hari
petama aku duduk dengan Findi. Kita bareng karena kita
sama-sama telat. Akhirnya kami beberapa bulan cocok duduk
bersama, tapi lama kelamaan dia punya teman baru Namanya
restie, dan aku pun punya teman lagi yang makin dekat yaiu
Aul. Jadinya kami tukar pindah duduk. Aku akhirny sebangku
dengan Ariana. Ya kita sangat dekat, SANGAT DEKAT.

Hingga pada waktu itu aku gak tau kenapa aku tiba-
tiba selalu kesal sama dia. Aku tiba-tiba gak mau menemani
dia. Dan situasi ini dimanfaatkan oleh Nurul, ia mendekati
Ariana, hingga Ariana tidak menjadi sahabatku lagi. Akhirnya
aku sebangku sama Jihan. Ya dia awaknya adalah anak yang
jorok, berantakan, pemalas, tapi akhirnya dia anak yang baik
dan sekarang ia anak yang rapi dan bersih.

Saat kelas 11, ada pendaftaran untuk menjadi anggota


OSIS. Aku dan Temanku aul kami mengikuti pendaftaran
OSIS. Saat itu terdapat banyak pendaftar dan aku sangat
bingung. Oh tidak! Seleksiny apun agak susah, karena ada tes
pidato. Itu sepertinya menjadi kelemahanku karena dulu aku
selalu malu berbicara di hadapan banyak orang. Tapi demi
osis aku harus mengalahkan rasa tidak beraniku. Aku saling
membantu dengan Aul agar kami bisa sama sama terpilih
menjadi anggota osis. Dan saat itu pun kami juga bersaing
dengan semua pendaftar. Waktu itu para pendaftar berkumpul
di aula untuk diberi pengarahan tentang seleksi osis. Aku
sebelah Aul, dan disebelahku ada seseorang yang sangat aneh
dan sangat sangat mengangguku!

Dia yang aneh dan tidak kenal denganku itu tiba-tiba


mengobrol denganku tanpa basa basi. “Kata gue sih lo
mundur aja dari seleksi OSIS.”
Aku yang dibisik dia seperti itu tentu saja sangat
terkejut karena kami tidak saling kenal. “Dih mending lo aja
tuh yang mundur, baju lo tuh aneh ga rapih, ga cocok jadi
OSIS.” Juju raku sudah terpancing emosi. Dia sangat
membuatku kesal dan aku tentu saja harus membalas dia.

“Muka lo tuh udah gemeteran. Kenapa? Lo takut?


Takut gak bisa pidato? Ucap dia mengejekku.

Di dalam hati sih aku mengiyakan karena aku sangat


gugup. “Berisik lo siapa sih? Kenal aja enggak. Mending
diem.” Ucapku malas meladeni dia.

“Lo siap siap aja sih ga bakal deh jadi anggota OSIS,
karena gue itu saingan lo.” Ucap dia dengan sombong dan
meremehkanku, lalu dia pergi entah kemana dan aku belum
mengenal dia dan dia kelas mana.

Setelah diejek habis-habisa oleh cowo tadi, aku


bertekad aku harus keterima jadi anggota OSIS bagaimanapun
caranya.

Tibalah saat itu, saat itu aku sudah tau nama cowo
yang sangat menyebalkan itu. Namanya Elang. Saat itu kami
diberi meja perorang satu untuk mempersiapkan naskah
pidato kami sekalian untuk menunggu giliran. Aku sudah
merasa aman karena kali ini aku tidak di dekat Elang, tapi aku
juga berjauhan dengan Aul. Saat itu aku kebelet pipis, aku
meninggalkan mejaku begitu saja dan membiarkan naskah
pidatoku tempampang jelas di atas mejaku. Dan tentu saja
Elang ternyata mendatangi mejaku. Saat itu setelah aku balik
dari toilet, aku melihat naskah pidatoku terkena air dan
tintanya luntur hingga tidak terbaca sama sekali.

“Loh kertas aku kok jadi gini. Woy ini siapa sih? Ini
pasti ada yang jail.” Ucapku mengeluh sambal agak teriak.

Tiba-tiba seseorang yang ada disebelahku bebicara.


“Tadi tuh ada Elang ke meja kamu, tapi aku gak tau diam au
ngapain dan aku juga lagi sibuk nyiapin naskah aku. Maaf ya
aku gak tau kalo kertas kamu bakalan dirusak gitu sama
Elang.” Seseorang yang disebelhaku itu sepertinya sangat
merasa bersalah. Padahal ini bukan salah dia, tapi ini SALAH
ELANG.

Anda mungkin juga menyukai