Anda di halaman 1dari 24

Psikologi

Dosen Pengampu : MARDIAH RUBANI, S.Ag., M.si

Disusun oleh :
Anggun Rismawati
Diva Nabila Putri
Gilang putra Alhadi
Khairul
 
a. Pengertian emosi
Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan
suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Konsep Dasar Emosi


b. Emosi dan Gejala Kejasmanian
Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan
gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami
emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan
maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka
pucat dan berdebar-debar.
c. Komponen Emosi

Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari:


Respons atau reaksi tubuh internal, terutama yang
melibatkan sistem otomatik, misalnya bila marah suara
menjadi tinggi dan gemetar.
Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi
keaadaan positif atau negatif, misalnya saya gembira sekali
dapat di terima di Fakultas Kedokteran.
Ekspresi wajah--- Apabila anda merasa benci pada
seseorang, mungkin akan mengerutkan dahi atau kelopak
mata menutup sedikit
Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi
agresi atau gembira hingga meneteskan air mata.
d. Rangsangan dan Emosi
Suatu emosi yang kuat dapat memengarui
perubahan fisiologis. Seseorang yang sedang marah
atau ketakutan dapat memengaruhi debaran jantung,
pernapasan, aktifnya kelenjar keringat, merinding,
sekresi air liur meningkat, dan mungkin kadar gula
darah meningkat.
1. Teori Sentral

Menurut teori ini gejala kejasmanian merupakan satu


akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu
mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya.
Karena itu teori atau pendapat ini dikenal dengan teori
sentral, yang dikemukakan oleh Canon. Jadi menurut teori
ini, gejala kejasmanian merupakan akibat datangnya emosi
pada individu tersebut.

Konsep Teori Emosi


2. Teori Perifir

Uraian teori ini merupakan kebalikan dari teori


diatas, bahwasanya gejala jasmani justru penyebab dari
emosi tersebut. Menurut teori ini orang menangis
bukan karena ia susah, tetapi ia susah karena menangis.
Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange, sehingga
sering disebut sebagai teori James-Lange dalam emosi.
Sementara ahli mengadakan eksperimen-eksperimen
tentang sejauh mana kebenaran teori ini, dan pada
umunya menyatakan teori ini tidak tepat.
3. Teori kepribadian
Menurut pendapat ini bahwa emosi merupakan
suatu aktivitas pribadi, di mana pribadi ini tidak dapat
dipisahkan dalam jasmani dan psikis dalam substansi
yang terpisah. Jadi setiap emosi dalam perasaan
memang secara otomatis mempengaruh ke jasmaninya.
Teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten
Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis
maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita
pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau
sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun
negatif.

Proses Terjadinya Emosi


Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari
semua aspek perkembangan kepribadian, yang paling
sukar untuk diklarifikasikan adalahperkembangan
emosional. Orang dewasa pun mendapat kesukaran
dalam menyatakan perasaannya. Reaksi terhadap emosi
pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga
mengukur emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.

Perkembangan Emosi
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Emosi
1. Faktor Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan
seseorang secara individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri
sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka alami antara
lain adalah:
 a. Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga
timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang
mereka alami.
 b. Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh
siapapun termasuk orang tua mereka.
 c. Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari
pada disokong, disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
 d. Merasa tidak mampu atau bodoh.
 e. Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak
harmonis seperti sering bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
 f. Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan
dibedakan secara tidak adil.
2. Faktor eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi
emosi negatif adalah berikut ini.
a.    Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak
kecil yang membuat harga diri mereka dilecehkan.
b.  Apabila dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan
jenis.
c.    Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya
mereka lebih banyak disalahkan, dikritik oleh orang tua atau guru,
akan cenderung menjadi marah dan mengekspresikannya dengan
cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki guru, atau
masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).
d.   Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara
membandingkan dengan saudaranya yang lebih berprestasi dan
lainnya.
e.    Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal
orang tua mampu.
f.    Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh,
banyak dicela, dihukum dan dihina.
Pengelompokan Emosi
 Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari
luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang,
dan lapar.
 Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan,
diantarnya:
◦ Perasaan Intelektual, yaitu emosi yang mempunyai sangkut paut
denganruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam
bentuk; 1) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hal karya
ilmiah, 2) rasa gembirakarena mendapat suatu kebenaran, 3) rasa
puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah
yang harus dipecahkan.
◦ Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungn
dengan orang lain, baik bersifat perseorangan maupun kelompok.
Wujud perasaan ini, seperti a) rasa solidaritas, b) persaudaraan, c)
simpati, d) kasih sayang dan sebagianya.
◦ Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya; a)
rasa tanggung jawab, b rasa bersalah apabila melanggar
norma, c) rasa tenteram dalam mentaati norma.
◦ Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan
erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan
maupun kerohanian.
◦ Perasaan Ketuhanan, Salah satu kelebihan manusia sebagai
makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau
perasaan) untuk mengenal Tuhannya. Dengan Kata lain,
manusia dianugerahi insting religius (naluri beragama).
Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki
sebagai Homo Divinans dan Homo Religius, yaitu sebagai
makhluk yang berke-Tuhanan atau makhluk beragama.
 Amarah; di dalamnya meliputi sifat beringas, mengamuk, benci, marah
besar, jengkel, kesal hati, berang, tersinggung dan kebencian patologis.
 Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
 Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-
was, perasaan takut sekali, sedih, wasapada, tidak tenang dan pobia.
 Kenikmatan; meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, terpesona dan mania.
 Cinta; meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
 Terkejut; meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
 Jengkel; meliputi hina, muak, jijik, benci dan mau muntah.
 Malu; meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, dan hati
hancur lebur.

Bentuk-bentuk Emosi
Fungsi Emosi
 Emosi adalah sebagai pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi, kita tidak
sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak.
Emosi membangkitkan dan memobilisai energi kita; marah menggerakkan kita
untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, dan cinta mendorong
kita untuk mendekat dan bermesraan.
 Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita
dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah, kita mengetahui bahwa kita
dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti kita kehilangan sesuatu yang
kita senangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang kita senangi, atau
menghindar dari hal yang dibenci.
 Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi
juga membawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Ungkapan emosi dapat
diketahui secara universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicaraan yang
menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, dinamis, dan
lebih menyenangkan.
 Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Kita
mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat.
Kita mencari keindahan dan mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita
merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.
Repons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat
dari pada pikiran yang rasional karena pikiran
emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak
tanpa mempertimbangkan apapun yang akan
dilakukannya.

Hubungan antara Emosi dengan Tingkah


Laku
Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya
membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan
pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih
dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, baru
kemudian dorongan pikiran.
Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik
Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai
logika hati, itu bersifat asosiatif. Dalam arti
memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu
realitas itu sama dengan realitas itu sendiri. Oleh sebab
itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantu, kiasan
dan teater secara langsung ditujukan kepada pikiran
emosional.
Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu
peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa
lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran
emosional akan menanggapinya dengan memicu
perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa
yang diingat itu. Pikiran bereaksi terhadap keadaan
sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau.
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini berkaitan dengan peran
emosi dalam kehidupan seseorang, karena emosi sering kali
menentukan prestasi dan image seseorang bagi orang lain. Agar
kehidupan sehari-hari kita tentram, kita tidak hanya harus mampu
mengendalikan emosi, namun juga harus bisa memiliki emosi yang
tepat dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan.
Emosi memang mempunyai daya gerak yang besar. Namun, kita
dapat mengatur dan mengarahkannya sedemikian rupa, sehingga emosi
tersebut menggerakkan kita kearah hidup yang lebih menyenangkan
dan efisien.Pendapat Wedge (1995) barangkali ada benarnya bahwa
“kita tidak boleh menjadi budak emosi, tetapi harus menjadi tuan dari
emosi kita”.

Mengendalikan Emosi
a. Neurosis cemas—Kecemasan akan memobilisasi daya
pertahanan individu.
b. Neurosis histerik—Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa di
kehendaki
c. Neurosis fobik—adanya perasaan takut berlebihan terhadap
benda atau keadaan, yang oleh individu di sadari bukan sebagai
ancaman
d. Neurosis depresi---Gangguan perasaan dengan ciri-ciri
semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri
sendiri, gangguan tidur dan makan.
 

Sakit Mental karena Gangguan Emosi


Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.

Kesimpulan
Sekian Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai