Anda di halaman 1dari 9

Untuk agenda hari ini, silakan diskusi kelompok mengenai; analisis film inside out dan pemahaman

konsep emosi.

Assalamualaikum.Wr.Wb. Selamat siang rekan2 mhhsw 4E

Untuk agenda hari ini silakan diskusi kelompok mengenai; film inside out,

1.analisis film inside out,

2. pemahaman konsep emosi (dari matkul sebelumnya/DDP misalnya atau literatur terkait yang pernah
dipelajari),

3. bagaimana perkembangan emosi manusia,

4.bagaimana emosi mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis,

5.riset terbaru mengenai emosi,

6. keterkaitan gender dengan emosi,

7.gangguan emosi, dan

8. kebermanfaatan mempelajari konsep emosi.

Kemudian, laporan dari hasil diskusi tersebut (pdf/word dan ppt) dikumpulkan di OLU (oleh perwakilan
kelompok) paling lambat tgl 20.05.2021 pukul 10.00wib.

1. Film Inside Out memang dikemas dengan dua sudut pandang, yaitu anak dan orangtua. Film ini juga
menceritakan anak berusia 11 tahun bernama Riley yang tinggal bersama kedua orangtuanya. Namun,
dirinya harus ikut pindah ke San Francisco karena tuntutan pekerjaan Papa-nya.

Selama pindah, mau tidak mau Riley harus menyesuaikan diri dengan hal yang baru. Baik itu sekolah,
pertemanan, hingga rumahnya. Di sinilah Riley mulai merasa senang, sedih, marah, jijik, hingga takut
menjadi satu.

Dalam film menceritakan sosok lima emosi yang ada di dalam diri sang tokoh utama Riley. Dalam film
Inside Out kita akan melihat bagaimana kehidupan kita dipengaruhi oleh lima emosi yang ada. Namun,
di sini digambarkan pada sosok Riley. Film ini juga bercerita tentang kehidupan Riley dan keluarganya.
Belajar mengenal berbagai macam emosi

Pertama ada Joy yang mana selalu menggambarkan kebahagian. Kemudian ada Fear yang mana muncul
saat kita merasakan ketakutan. Selanjutnya ada emosi yang kerap muncul saat kita merasa sedih, yaitu
Sadness lalu ada Disgust dan Anger. Disgust menggambarkan perasaan saat kita merasa jijik dengan
sesuatu. Sedangkan untuk Anger akan muncul sata kita merasa jengkel atau marah.

.
6. KETERKAITAN GENDER DENGAN EMOSI

Hubungan antara gender dan ekspresi emosional menggambarkan perbedaan cara pria dan wanita
mengekspresikan emosi mereka .Wanita secara alami lebih ekspresif secara emosional daripada pria,
dan secara alami lebih cenderung mengekspresikan emosi yang berbeda seperti kebahagiaan,
ketakutan, jijik, dan kesedihan. Namun, beberapa penelitian psikologis menunjukkan bahwa perbedaan
emosional yang diamati antara pria dan wanita terutama berasal dari peran gender yang disosialisasikan
, bukan biologi. Dengan demikian, kisaran ekspresi emosional yang dialami populasi tertentu sebagian
besar didasarkan pada ekspektasi budaya feminitas dan maskulinitas .

Banyak psikolog menolak anggapan bahwa pria sebenarnya lebih jarang mengalami emosi daripada
wanita. Sebaliknya, para peneliti menyarankan bahwa pria menunjukkan emosi yang membatasi . Emosi
terbatas mengacu pada kecenderungan untuk menghambat ekspresi emosi tertentu dan keengganan
untuk mengungkapkan perasaan intim. Emosi terbatas pria telah terbukti memengaruhi kesehatan,
penilaian emosional, dan identitas secara keseluruhan. Lebih lanjut, kecenderungan emosionalitas
restriktif berkorelasi dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan tertentu.

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa wanita, rata-rata, mengekspresikan emosi lebih sering
daripada pria. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa wanita lebih sering menangis, dan untuk
durasi waktu yang lebih lama daripada pria pada usia yang sama. Perbedaan gender tampaknya
memuncak pada tahun-tahun paling subur, menyebabkan beberapa orang berhipotesis bahwa
perbedaan gender dalam menangis adalah hasil dari perubahan hormonal. Selain itu, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hormon tertentu seperti testosteron dan estrogen berperan dalam cara
mengekspresikan emosi. Bukti ini menunjukkan bahwa perbedaan gender dalam ekspresi emosional
memang memiliki dasar biologis, setidaknya selama tahun-tahun subur dalam hidup seseorang.

2. PEMAHAMAN KONSEP EMOSI (DARI MATKUL SEBELUMNYA/DDP MISALNYA ATAU LITERATUR


TERKAIT YANG PERNAH DIPELAJARI),

Latar belakang

Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi negatif. Hubungan
personal membutuhkan pengelolaan emosi yang baik, menyangkut bagaimana individu mampu
memahami perasaan orang lain dan mampu mengatur diri sendiri, Sehingga dapat menempatkan diri
dalam posisi yang tepat dan bersikap baik terhadap diri sendiri dan orang lain. individu membutuhkan
kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif.

Pengertian

Emosi merupakan suatu reaksi bisa positif maupun negatif sebagai dampak dari dalam diri sendiri
maupun dari luar. Definisi emosi yaitu perasaan yang intens yang diperlihatkan kepada seseorang atau
sesuatu. Emosi diartikan sebagai reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi bisa ditunjukkan ketika
merasa senang kepada sesuatu, marah kepada seseorang atau takut terhadap sesuatu
Faktor internal emosi

1.Perasaan tidak mampu atau merasa bodoh.

2. Perasaan kecewa terhadap diri sendiri dan sekitarnya

3. Perasaan cemas dan tidak percaya diri karena kekurangan dalam diri seseorang.
4. Perasaan sedih karena kurang kasih sayang & iri kepada saudara

Faktor eksternal emosi

1. Lingkungan keluarga dan sekolah yang terlalu sering menyalahkan seseorang.

2. Perlakuan dari orang sekitar yang memperlakukan seseorang yang sudah dewasa seperti anak kecil.

3. Orang tua dan keluarga yang menentang hubungan percintaan seseorang.


4. Tuntutan yang terlalu banyak kepada seseorang dengan risiko mendapat hukuman jika gagal
melaksanakannya.
Jenis-jenis Emosi Pada Manusia

1. Perasaan Cinta

2. Perasaan Marah
3. Persaan sedih

4. Perasaan malu

5. Perasaan benci

6. Perasaan takut

7. Perasaan cemburu

8. Perasaan dengki

Ciri-ciri Emosi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata

A. Perubahan fisik manusia, emosi membuat fisik seseorang mengalami perubahan. Misalnya, ketika
seseorang merasa ketakutan makan ia akan terlihat pucat.

B. Emosi diungkapkan dengan perilaku, sebagai contoh ketika seseorang sedang marah maka
perilakunya cenderung meledak-ledak.
C. Emosi terjadi karena pengalaman yang sifatnya pribadi, misalnya seseorang yang merasa takut
terhadap suatu benda karena pernah mengalami pengalaman buruk dengan benda tersebut.

D. Emosi sebagai motif, seseorang bisa melakukan sesuatu karena dipicu oleh emosinya. Misalnya,
seseorang melakukan tindakan kekerasan karena marah atau benci.

7. gangguan emosi

Gangguan emosi dan perilaku seseorang cenderung sangat jauh dari perilaku normanorma anak lainya,
pada umumnya dalam menghadapi suatu masalah yang dialami.

Seperti hubungan sosial, penyesuaian diri dan penyesuaian. Heward & Orlansky (1988)

dalam Sunardi (1996) (seperti dikutip Rismalinda,2017, h.253) mengatakan seseorang

dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki karekteristik berikut :

- Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor

intelektualitas, alat indera maupun kesehatan.

- Ketidak mampuan menjalani hubungan yang baik dengan teman sebayanya.

- Suasana hati yang mudah terbawa emosi dalam menghadapi masalah yang

minumbulkan ketidakbahagian atau depresi.

- Perasaan takut, marah dan sedih.

di film inside out ini Pada suatu hari Riley dan keluarganya harus pindah ke San Fransisco, California.
Berbagai konflik pun hadir dan Riley harus menghadapinya. Mulai dari rumah baru yang kecil dan kotor,
barang-barangnya yang belum tiba dan membuatnya tidak bisa mendekorasi kamar, hingga pizza dengan
topping brokoli yang menurutnya menjijikkan. Konflik tersebut membuat lima emosi sama-sama ingin
memegang kendali atas Riley. Headquarters pun menjadi semrawut dan hari pertama di San Fransisco
menjadi hari yang buruk bagi Riley. Keesokan harinya Riley pergi ke sekolah baru. Perasaan khawatir
menyelimuti dirinya mengingat Riley harus beradaptasi dengan sekolah baru dan teman-teman yang
belum dikenalnya. Disaat Riley memperkenalkan dirinya, Sadness memegang memori inti dan membuat
Riley yang awalnya bercerita dengan ceria tiba-tiba menangis. di scane ini Riley mengalami Emosi
sedihSedih adalah kondisi emosional yang bercirikan perasaan tak bersemangat, tak tertarik dalam
mengerjakan hal apa pun, mood yang murung, kekecewaan, hingga perasaan berduka.Orang yang
bersedih biasanya akan mengekspresikannya dengan suasana hati yang murung, diri cenderung diam,
lesu, suka menarik diri, serta menangis. Kesedihan merupakan emosi yang wajar dirasakan banyak orang.
Hanya saja, beberapa individu bisa merasakan kesedihan berkepanjangan.

8. kebermanfaatan mempelajari konsep emosi.


1.Mampu memutuskan bagaimana reaksi terhadap suatu keadaan

Terdengar sangat manusiawi ya kalau kita mencari sesuatu di luar diri kita untuk kemudian kita
hubungkan dengan emosi yang ada dalam diri kita. Banyak orang menyalahkan orang lain atas harinya
yang buruk, atau moodnya yang tidak stabil.Sebagian yang lain, gampang bermuram durja ketika terjadi
hal-hal buruk di luar prediksinya. Serta masih banyak kejadian lainnya.

Padahal, fakta sebenarnya adalah, semua emosi yang ada dalam diri kita, solusinya gak perlu kita cari
dari luar. Tapi justru kita sendirilah yang bisa menyembuhkannya. Ketika kita mampu mengendalikan
emosi yang ada dalam diri, maka kehidupan kita akan berubah dan menjadi lebih baik. Gak percaya?
Begini penjelasannya.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, emosi datang dari dalam diri kita. Mengendalikannya memang gak
semudah itu. Tapi, yang terpenting untuk dipahami adalah bahwa kita adalah pemilik dari diri kita
sendiri. Sehingga kapanpun emosi negatif memenuhi pikiran dan diri kita, maka kita bisa memutuskan
untuk mengekspresikannya atau tidak.

2. Gak lagi menyalahkan orang lain atas hari yang buruk atau mood yang tidak stabil

Orang lain sama sekali tidak bisa mempengaruhi harimu. Kamu sendirilah yang sebenarnya membiarkan
mereka merusak harimu. Kesedihan, kekecewaan, atau kemarahan sekalipun, tidak bisa ditransfer oleh
orang lain kan? Kamu bisa tetap ceria dan menjalani hari dengan bahagia meskipun orang-orang
bersikap tidak menyenangkan padamu. Ingat, kamulah yang punya kendali atas emosimu sendiri.

3.Emosi negatif yang kita rasakan mampu kita kendalikan dan buang jauh-jauh

Ketika dipenuhi dengan berbagai emosi negatif, kita cenderung untuk menyalurkan emosi tersebut.
Alhasil, cap buruk akan menempel pada kita. Bayangkan jika kita berhasil mengendalikan semua emosi
tersebut dan membuangnya jauh-jauh. Akan ada banyak keuntungan yang kita dapatkan.

4. Dengan menyadari betul bahwa kendali emosi ada di tangan kita, semua akan berjalan dengan
lancar

Misal, ketika kamu berada pada situasi yang genting, otomatis emosi pertama yang akan kamu rasakan
adalah panik. Ya kan? Namun, kalau kamu bisa mendeteksi hal itu sebagai emosi negatif yang hanya
akan memperburuk situasi, kamu akan mengambil emosi panik itu dan membuangnya jauh-jauh.

Kemudian, ketika kepanikan sudah bisa kamu atasi, maka kamu akan berpikir lebih jernih dan bisa
mencari solusi dengan lebih mudah.

5. Bahkan di saat terburuk pun, kita tetap bisa melangkah menuju kesuksesan

Kemampuan mengendalikan diri dan emosi dengan baik ini akan membuat kita mampu menyelesaikan
segala hal yang kita kerjakan dengan hasil yang luar biasa. Kita gak mudah terpengaruh dengan apapun
hal-hal eksternal di sekitar kita. Sehingga pekerjaan lebih fokus, gak gampang mengeluh, dan kita juga
masih bisa mengerjakan hal lainnya tanpa merasa terbebani. Mengendalikan emosi memang gak
segampang kedengarannya. Kamu perlu memberikan waktu beberapa detik untuk menenangkan diri
terutama di situasi yang genting atau saat amarah sedang meluap.

3. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :

a. Pada bayi hingga 18 bulan

1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier.
Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya
terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur
memberikan rasa aman pada bayi.

2) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu
ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.

3) Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut,
marah dan takut. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan
semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan
bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orang-orang yang berada di sekitar
dalam merespon kejadian tertentu.

b. 18 bulan sampai 3 tahun

1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai
melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi
posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan
keinginannya.

2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan
emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase
ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua
menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa
verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai
diri.

c. Usia antara 3 sampai 5 tahun

1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai
belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta
mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan
reaksi emosional yang berbedamengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan
takut.Pengelompokan Emosi pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat
pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.

d. Usia antara 5 sampai 12 tahun

1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep
keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut
kemampuan untuk menyembunyikan informasi-informasi secara.

2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu
dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia
anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.

3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon
terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif
seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga
belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).

4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta
nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di
usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.

5. Pada masa remaja, mulai muncil ketertarikan pada lawan jenis yang cenderung menimbulkan konflik
dalam diri sendiri. Karena munculnya ketertarikan pada lawan jenis mungkin akan menimbulkan
munculnya perasaan malu, kurang percaya diri, dan akan kebingungan dalam penyesuaian diri supaya
bertingkah seperti orang dewasa. Kecenderungan emosi pada remaja perlu dipahami orang tua/ orang
dewasa di sekitarnya.

6. Pada masa dewasa, Seseorang dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional terlihat dari
kemampuan dalam menerima emosi dan juga bagaimana menguasai emosi tersebut dengan sewajarnya
sekaligus cara meluapkan emosi dengan baik. Orang dewasa memiliki kemampuan pembentukan
pendirian yang artinya seseorang harus memiliki pendirian atau prinsip jelas sehingga tidak akan mudah
goyah 

- Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi Sensoris dan emosi kejiwaan
(psikis).
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari
Luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang Dan lapar.
b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan.
Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan Ruang lingkup
kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk :
a) Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah
b) Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c) Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan Ilmiah yang
harus dipecahkan
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik
bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :
a) Rasa solidaritas
b) Persaudaraan (ukhuwah)
c) Simpati
d) Kasih sayang, dan sebagainya
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – Nilai baik dan buruk
atau etika (moral). Contohnya :
a) Rasa tanggung jawab (responsibility)
b) Rasa bersalah apabila melanggar norma
c) Rasa tentram dalam mentaati norma
4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat Dengan keindahan dari
sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun Kerohanian
5) Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai Makluk Tuhan,
dianugrahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk Mengenal Tuhannya. Dengan kata
lain, manusia dianugerahi Insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini,
maka Manusia di juluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo Religius” Atau makluk yang
berke-Tuhan-an atau makhluk beragama (Syamsu, 2008).

4. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik / psikologis Individu Ada beberapa contoh
pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).

c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan
bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya
dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain

Jenis emosi Perubahan fisik/psikologis


1. Terpesona = 1. Reaksi elektris pada kulit

2. Marah = 2. Peredaraan darah bertambah cepat

3. Terkejut = 3. Denyut jantung bertambah cepat

4. Kecewa = 4. Bernafas panjang

5. Sakit / marah = 5. Pupil mata bertambah besar

6. Takut / tegang = 6. Air liur mengering

7. Takut = 7. Berdiri bulu roma

8. Tegang = 8. Otot – otot menegang atau bergetar

5. Riset emosi

Gangguan mental emosional yang terjadi karena adanya Pandemi Covid 19. Kondisi ini memberi
dampak fisik maupun psikologis bagi setiap individu, khususnya masyarakat yang harus mengalami
isolasi/karantina karena Covid 19. Masyarakat harus tinggal di rumah khusus karantina karena dianggap
tidak bisa melakukan karantina mandiri di rumah dan berpotensi untuk menyebarkan Covid 19. Tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran gangguan mental emosional pada klien yang berada di
rumah Karantina. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Metode penelitian ini deskriptif analitik pada 30 klien yang tinggal di rumah karantina yang
terdiri dari Klien yang sudah melalui pemeriksaan Rapid Test dan Swab terkait Covid 19. Proses
pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, gambaran gangguan mental emosional pada klien
menggunakan SRQ 29 (Self Report Quesionarre 29). Hasil penelitian didapatkan 10 orang (33,3%)
mengalami gangguan mental emosional. Keluhan terbanyak adalah keluhan somatis seperti merasa
cemas tegang (40%) dan aktivitas sehari hari terbengkalai (37%). Perlu ada penanganan pendekatan
masalah kejiwaan pada klien Covid 19 yang tinggal di rumah Karantina.

Anda mungkin juga menyukai