BABI
PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis dewasa ini masih menjadi momok bagi sebagian siswa.
Siswa berada dalam persimpangan jalan, seolah menulis menjadi beban yang dapat
menghambat dan tidak mendapat tempat di hati peserta didik. Hal itu dapat dipahami
karena siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan menulis sebagai suatu kebutuhan.
Siswa lebih cenderung mendengar tuturan teman atau orang lain dalam hal
sumber ilmu pengetahuan diabaikan. Begitu pula halnya dengan tradisi menulis.
Saat ini guru harus mampu tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam
menerima amanah sebagai pendidik tangguh. Bila pada era sentralisasi pendidikan
guru sebagai pelaksana dari pemikiran birokrat, kini guru harus mampu berpikir logis,
kritis, kreatif dan refleksif dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan melaksanakan
merta mengubah pola pikir guru yang semula sebagai pelaksana pengajaran langsung
beragamnya kualitas dan profesionalnya guru, dari guru yang memiliki motivasi untuk
berubah hingga karena keterpaksaan, dari guru yang hanya berniat mencari rupiah dan
selalu menggerutu hingga yang senantiasa tawakal. Oleh karena itu, perlu tersedianya
2
pendukung yang memadai dan proses yang panjang dalam program pendidikan dan
pembinaan guru. Perlu adanya gerakan dari para guru untuk mengidentifikasi
kualitas pembelajaran.
Bahasa Indonesia sangat diperlukan. Dalam hal yang demikian, banyak faktor yang
harus diperhatikan, yakni guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan, manajemen,
secara tertulis.
bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan
dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang
dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis
dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran,
menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun
tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang mudah
kalimat, dan merangkai kalimat menjadi paragraf. Hal itu dilakukan untuk
Tekniknya dapat disajikan data verbal, gambar, tabel, teks, peta, bagan. Dari data-data
itu, siswa diminta untuk menulis sebuah karangan. Melalui kegiatan tersebut,
oleh siswa. Hal itu tampak dari hasil belajar siswa yang masih sangat rendah. Nilai
rata-rata yang diperoleh siswa pada materi menulis hanya 60, padahal nilai KKM
sebesar 75.
4
Hal tersebut tampak dari data berikut. Jumlah siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota
Bima adalah 30 siswa. Pada pengajaran menulis dengan metode yang biasanya
Ketuntasan Minimal) 22 siswa dan 8 siswa lainnya belum mencapai KKM. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa prestasi belajar siswa pada topic Menulis Laporan
tercapai apabila secara klasikal siswa yang mencapai KKM dari seluruh siswa
dalam pembelajaran menulis karena setiap kali pembelajaran menulis guru menyuruh
siswa menulis dan mengumpulkannya. Selain itu, ada faktor ketidaktelitian dan
Untuk mengatasi masalah tersebut, ada alternatif tindakan yang diasumsikan dapat
model pengamatan. Oleh sebab itu, dipilihlah model pengamatan yang dirasa lebih
siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima dengan mengambil judul penelitian: Upaya
Pengamatan Pada Siswa Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima tahun pelajaran 2019/2020.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian difokuskan pada beberapa hal berikut.
(2) Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam meningkatkan keterampilan Menulis
Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima?
(3) Bagaimana respon siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima terhadap penerapan
C. Tujuan Penelitian
Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima.
Menulis Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota
Bima.
(3) Mengetahui respon siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima terhadap penerapan
D. Manfaat Penelitian
baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan
khususnya dalam bidang pembelajaran. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan
Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.
(a) Dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa khususnya kegiatan
(a) Hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran
menulis di kelas.
maupun makro
B A B II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih dari
belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi ini terjadi
permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari suatu
praktik atau latihan. Belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas atau
tingkah laku individu. Setiap individu yang belajar akan terjdi perubahan pada
dilakukan oleh pembelajar itulah yang dipelajari dan bukan yang dilakukan
oleh guru. Guru dalam proses belajar sebenarnya hanya membantu dan
guru sangat penting karena tanpa guru perubahan tingkah laku yang tidak baik
bisa menjadi tidak terkendali. Jadi, hasil belajar yang berupa perubahan
tingakah laku ke arah yang lebih buruk inilah yang harus dihindari dengan
8
bantuan dan bimbingan guru. Dari uraian tersebut tampak bahwa belajar
adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan. Jadi, merupakan langkah – langkah atau prosedur yang harus ditempuh
dalam kelas dimana siswa berhadapan dengan individu – individu yang lain
akan diperoleh bersama – sama apabila mempunyai tujuan yang sama. Dari
sini perlu dirumuskan tujuan dan dipikirkan bagaimana memperoleh ilmu baru
seefektif mungkin.
b. Prinsip-Prinsip Belajar
belajar, maka kegiatan mengajar hanya bermakna apabila ada kegiatan belajar
siswa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru untuk memahami sebaik
– baiknya tentang proses belajar murid agar dapat memberikan bimbingan dan
berikut.
9
(2) Siswa sebagai subjek belajar, guru menempatkan diri sebagai pembimbing,
(3) Pembelajaran menekankan pada proses dan hasil bukan pada apa yang
dipelajari
pembelajaran.
berikut.
kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan latar belakang
selama ini pembelajaran hanya bersumber dari guru, guru adalah pusat
kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari. Hal ini senada dengan
teori yang dikemukakan Peter Seal (Puskur, 2002:24), bahwa jika seorang
melaporkannya, maka siswa akan mengingat sebanyak 90% dari apa yang
Siswa dilahirkan dengan rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan. Dua
yang pertama merupakan dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan
kreatif. Sedang yang ketiga untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu
11
memperhatikan rasa ingin tahu siswa, imajinasi, dan fitrah bertuhan agar
prosedur ilmiah.
Karena siswa memiliki potensi yang berbeda, maka KBM perlu dirancang
memberikan nilai – nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa
12
adat istiadat, agama, sumber daya alam dan sumber daya manusia.
fisik dan mentalnya. KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat
di luar kelas.
2. Presatsi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha ( Arifin, 1990:2 ). Dengan
demikian, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang telah dicapai
dalam belajar.
Bahasa Indonesia adalah hasil yang dicapai pada taraf terakhir setelah melakukan
kegiatan belajar Bahasa Indonesia. Prestasi tersebut dapat dilihat dari kemampuan
perolehan nilai dan sikap positif siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa
(1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendesi keingintahuan
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik
(4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
(5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor
(1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal), yaitu sebagai berikut:
(b) Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah
(c) Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar
(e) Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar
3. Efektivitas Pembelajaran
efektif. Kata keefektifan berasal dari kata effectiveness. Menurut kamus besar
15
terhadap suatu proses yang menghasilkan suatu keluaran yang diamati atau
belajar siswa. Menurutnya ada empat kriteria yang di pakai untuk menetapkan
(1) Kecermatan penguasaan terhadap sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini untuk
(2) Kecepatan unjuk kerja adalah jumlah waktu yang diperlukan dalam
meningkarkan belajar dari apa yang telah dikuasainya kemudian beralih kehal
(3) Tingkat retansi adalah tingkat kemampuan dalam menyelesaikan soal yang
yang efektif ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan siswa, yaitu
(1) melibatkan siswa aktif, (2) menarik minat, (3) membangkitkan motivasi siswa,
(4) prinsip individual, dan (5) peragaan dalam pembelajaran. Dalam diskripsi
efektif memiliki empat komponen, yaitu: (1) orientasi yang jelas dan menggugah,
(2) keterlibatan pembelajar secara aktif, (3) proses penguatan, dan (4) umpan balik
dan perbaikan. Sementara itu, Dunne dan Wragg dalam Yasin (1996: 12-13)
kerjasama, dan fakta, dan (2) keterampilan tersebut diakui oleh mereka yang
berkompeten.
(1) Siswa melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan
(2) Siswa belajar dengan berbagai cara sebagai akibat dari digunakannya multi
(3) Ada kesempatan bagi siswa untuk mengontrol dan mengevaluasi dirinya
(4) Seluruh siswa dalam kelas ikut terlibat aktif dalam proses pengajaran
17
(5) Terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa dengan tidak
(6) Siswa terdorong untuk berani berinisiatif dan tampak ada suasana yang
menyenangkan
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain (1)
penguasaan hasil lebih mantap, (2) belajar memerlukan latihan, (3) belajar dengan
pengalaman yang baru, (6) bahan apersepsi dari pengalaman yang lampau, (7)
kesiapan belajar, (8) minat dan usaha, (9) faktor fisiologis, dan (10) intelegensi.
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Sekalipun demikian hal itu
suatu pembelajaran, ditentukan peran apa yang dilakukan guru. Guru memegang
Oleh sebab itu mengajar adalah pekerjaan professional bukan pekerjaan sambilan
18
atau pekerjaan tambahan. Oleh karena itu, perlu diciptakan kondisi belajar tertentu
yang dapat mendukung terjadinya proses belajar yang aktif dan kreatif. Artinya,
4. Keterampilan Menulis
a. Pembelajaran Menulis
Belajar dan mengajar merupakan dua istilah dalam dunia pendidikan yang
sangat populer. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi
dalam suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti berusaha agar
yang terjadi secara bertahap. Tahap – tahap tersebut terdiri atas informasi,
tingkat keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam
pembelajaran menulis tersebut lebih bermanfaat. Untuk itu, ada beberapa hal
( siswa, media, dan lain – lain ). Bila perlu, materi pembelajaran berasal dari
aspek lain ( pengetahuan dan sikap ) diabaikan. Oleh sebab itu, di akhir
20
kaidah menulis.
membuat siswa lebih lancer dalam berbahasa (fluency), dan (6) menjadikan
siswa lebih giat belajar (learning). Keenam tujuan pedagogis menulis itu
pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, pengajar menulis harus dapat
juga perlu mendapat perhatian. Metode pelatihan dan diskusi merupakan dua
( Gani, 2011:68 )
siswa disuruh menulis apa saja, terutama materi yang dekat dengan siswa.
penggunaan bahasa. Untuk kelas yang besar, pelibatan teman sebaya perlu
21
seperti itu, biasanya hanya sedikit siswa yang dapat menghasilkan tulisan yang
baik. Sebagian besar siswa biasanya hanya menghasilkan tulisan yang kurang
Untuk itu, terlebih dahulu perlu diketahui proses kreatif dalam menulis.
kompetensi berbahasa dan bersastra Indonesia yang sudah dicapai oleh siswa
atau akhir tahun. Adapun aspek penilaian mencakup tiga ranah, yakni kognitif,
materi dan proses yang telah dilakukan. Sehubungan dengan itu, evaluasi yang
tepat menurut hemat penulis adalah kegiatan menulis esai (bentuk tes esai).
Dengan kata lain, menulis berdasarkan bentuk gambar susun, komik atau teks.
Kegiatan seperti ini baik sebagai rangsangan untuk pelajar yang masih
lain dan bentuk tugas yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat
dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain, tugas
mempergunakan bahasa secara tepat dan juga memikirkan gagasan apa yang
dikemukakan.
24
tepat. Dengan kata lain, penilaian yang dilakukan dalam tes menulis
ejaan, tanda baca, dan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Aspek-
aspek ini tidak dinilai sekaligus, melainkan melalui proses dan secara bertahap
1988: 272).
5. Wacana Deskripsi
seakan – akan merasa melihat dan mengalami kejadian atau peristiwa yang
lebih menekankan pada praktik berbahasa sehingga pada akhirnya siswa betul
( Djuharmil, 2005 : 20 ).
25
6. Metode Pengamatan
wacana deskripsi. Hal tersebut di dalam teori bahasa dikenal sebagai pendekatan
pengajaran wacana deskripsi karena metode ini membawa siswa pada objek
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa,
B. Kerangka Berpikir
atau kelemahan siswa dalam menulis wacana deskripsi. Secara skematis hal tersebut
SIKLUS I
TINDAKAN Menggunakan
Menggunakan
(ACTION) tindakan berupa
model
penggunaan
pengamatan
pengamatan
Keterampilan
SIKLUS II
menulis siswa
meningkat, baik Menggunakan
KONDISI AKHIR
individu maupun model pengamatan
kelompok, dan
adanya perubahan
sikap dan prilaku
siswa
SIKLUS BERIKUTNYA
C. Hipotesis Tindakan
Kerangka berfikir yang dapat disusun berdasarkan kajian pustaka tersebut adalah
sebagai berikut. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis dalam penulisan ini adalah bahwa model
wacana deskripsi.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas
Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada
penelitian ini, di samping untuk memantau permasalahan belajar yang dihadapi siswa,
juga membantu guru dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Refleksi tindakan yang diperoleh dapat berupa (1) praktek-praktek sosial atau
tersebut, dan (3) situasi yang melatarbelakangi praktek itu dilaksanakan. Penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional dalam
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, PTK merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru dengan latar belakang masalah yang ada di dalam kelas. Masalah-masalah
28
tersebut berkaitan dengan masalah pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pemikiran
yang dikemukakan Wardhani (2007: 1.4) bahwa PTK merupakan penelitian dalam
bidang sosial, menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang
yang terlibat di dalamnya, dan bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai
aspek.
faktor yang memperkuat alasan perlunya guru melakukan PTK adalah keterlibatan
yang lebih luas, sehingga ia mampu melakukan review terhadap kinerjanya sendiri.
Manfaat PTK bagi guru, yaitu (1) untuk memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya, (2) dengan PTK guru dapat berkembang secara professional karena dapat
dikelolanya, (3) PTK mampu membuat guru lebih percaya diri, (4) melalui PTK guru
penelitian sebelumnya.
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus
yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung pada tingkat keberhasilan
target yang akan dicapai. Setiap siklus dapat terdiri atas satu atau lebih pertemuan.
29
Prosedur penelitian yang dipilih menggunakan model spiral dari Kemmis dan
Taggart. Siklus tersebut dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti tampak
Tindakan / Observasi
Tindakan / Observasi
Tindakan / Observasi
Langkah-langkah pada model siklus Kemmis dan Taggar tersebut, yaitu sebagai
berikut
(3) Observasi,
(4) Refleksi.
30
1. Siklus I
a. Perencanaan
(1) Menyusun rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi
meliputi RPP, kisi-kisi soal dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Memberikan pengantar yang berisi prasarat motivasi dan masalah. Prasarat
tentang penulisan wacana deskripsi dan diakhiri tatap muka siswa mengerjakan
(3) Membahas dan mendiskusikan hal-hal yang tidak dipahami siswa tentang
wacana deskripsi
c. Observasi
(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa pada topik wacana
deskripsi.
d. Refleksi
analisis, ternyata pada siklus I terdapat kekurangan yaitu prestasi belajar siswa
masih ada yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
31
siswa termotivasi untuk lebih giat dalam memahami dan praktek penulisan wacana
deskripsi.
2. Siklus II
a. Perencanaan
(1) Membuat rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi meliputi
RPP, kisi-kisi soal, dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Memberikan pengantar yang berisi prasarat, motivasi, dan masalah. Prasarat
deskripsi dan diakhiri tatap muka siswa mengerjakan tes dengan topik wacana
deskripsi.
(4) Memberikan soal tes dengan topik wacana deskripsi diakhir pembelajaran
c. Observasi
(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menulis wacana
deskripsi.
d. Refleksi
analisis, ternyata pada siklus II masih terdapat dua siswa yang belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut ternyata disebabkan siswa tidak
mengikuti pembelajaran karena ijin sakit selama dua hari sehingga pada saat tes,
siswa tersebut belum menguasai materi. Data observasi siklus II dapat direfleksi
termotivasi untuk lebih giat dalam memahami dan menguasai topik wacana
deskripsi.
3. Siklus III
a. Perencanaan
(1) Membuat rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi meliputi
RPP, kisi-kisi soal dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Memberikan pengantar yang berupa prasarat, motivasi, dan masalah. Prasarat
(3) Membahas dan mendiskusikan hal-hal tidak dipahami siswa kaitannya dengan
wacana deskripsi.
(4) Memberikan soal tes dengan topik wacana deskripsi diakhir pembelajaran
c. Observasi
(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menulis wacana
deskripsi.
d. Refleksi
wacana deskripsi diadakan analisis. Dari hasil analisis guru dapat merefleksikan
membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX-3 SMPN 1
Kota Bima pada semester gasal. Hasil penelitian berupa prestasi belajar siswa
dapat dibuat jurnal. Data dari jurnal tersebut dijadikan acuan bagi guru untuk
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima. Waktu
C. Subjek Penelitian
deskripsi.
34
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima Tahun Pelajaran 2019/2020. Kelas IX-3 dipilih sebagai subjek
dibandingkan dengan kelas X lainnya. Jumlah siswa Kelas IX-3 sebanyak 30 siswa,
D. Instrumen Penelitian
Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama, jumlah siswa sebagai
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa setelah
tes diberikan. Tes yang digunakan berupa soal tes yang mengacu pada tujuan
diproses dari hasil tes akan digunakan untuk tujuan analisis dan menjawab
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari kegiatan siswa selama
(a) Pengamatan terhadap kegiatan siswa oleh guru selama penyampaian materi
(b) Penelitian hasil tes soal (formatif) untuk mengetahui penguasaan siswa
E. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah berupa tes menulis wacana deskripsi, baik tes awal
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data,
1. Reduksi Data
Reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi ditulis dalam bentuk
kemudian dicari polanya. Dengan demikian, rekaman data sebagai bahan data
diperlukan.
2. Penyajian Data
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis
Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering timbul data
refleksi. Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan benar, akan memperoleh simpulan
36
akhir. Hasil simpulan akhir tersebut direfleksi untuk menentukan atau menyusun
Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar siswa, tes diolah untuk mengukur
memperoleh nilai 75 atau lebih dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar
jika lebih dari 85% siswa mendapat nilai di atas 75. Di samping itu, dilakukan
b. Rumus Rata-Rata
Jumlah nilai
X 100
Jumlah siswa
B A B IV
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini diperoleh dari tahap siklus I, perlakuan tindakan
siklus II dan siklus III. Data hasil penelitian yang di peroleh berupa hasil tes dan
nontes. Hasil tes berupa angka hasil penilaian Menulis Laporan Percobaan
sedangkan hasil nontes berupa hasil obsevasi dan tanggapan hasil tabulasi angket
pendapat siswa.
1. Hasil Tes
wacana deskripsi. Untuk itu, bentuk tes yang digunakan berupa kemampuan
praktik menulis (unjuk kerja). Siswa diberi tugas dalam bentuk Lembar Kerja
Hasil tes dikategorikan dalam empat kelompok nilai, yaitu (1) sangat baik
(90-100), (2) baik (80-89), (3) cukup (75-79), dan (4) kurang (<75).
terendah, yakni 75 sampai dengan nilai tertinggi, yakni 100. Penentuan nilai
kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima, yaitu sebesar 75 yang ditetapkan pada awal
tahun 2019/2020. Hasil menulis karangan pada setiap siklus dapat dilihat pada
2. Hasil Nontes
a. Observasi
saat pembelajaran berlangsung pada tahap siklus I, II, dan III dapat dilihat
Tabulasi data hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
42
Tabel. 4.7 Data angket Minat Siswa dalam Pembelajaran Menulis Wacana Deskripsi
1. Hasil Tes
a. Siklus I
b. Siklus II
prestasi siswa pada penulisan wacana deskripsi, yaitu perolehan skor dari
yaitu (1) kesesuaian tema dengan isi karangan lebih baik, (2) penyusunan
dalam karangan.
44
c. Siklus III
Prestasi siswa pada siklus III, yaitu 81, 61. Bila dibandingkan
81,61.
adanya kesesuaian tema dengan isi wacana sangat baik, (2) penyusunan
wacana sangat baik, dan (4) penggunaan ejaan dan diksi menunjukan
85
81.61
80
75 74.46
70 69.46
65
60
Siklus I Siklus II Siklus III
2. Hasil Nontes
a. Siklus I
inisiatif, (3) siswa cenderung pasif, dan (4) siswa kurang memperhatikan
b. Siklus II
c. Siklus III
46
a. Siklus I
diminati siswa.
b. Siklus II
c. Siklus III
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
disimpulkan bahwa :
kepada hal baru dalam belajar menulis wacana deskripsi. Hal tersebut berbeda
dengan model konvensional, cenderung pasif dan kurang inisiatif. Hal itu
tampak pada tabel 4.4 dan 4.5. Tabel 4.4 menunjukan motivasi siswa dalam
pembelajaran secara konvensional belum baik karena kriteria baik dan amat baik
masih 0%, sedangkan tabel 4.5 menunjukan motivasi siswa dengan kriteria baik
dan amat baik sudah mencapai 78,57% dan 14,28% karena pembelajaran
pengalaman dalam pengamatan secara langsung, seperti tampak pada tabel 4.6,
kriteria baik dan amat baik mencapai 35,71% dan 60,71%. Hal itu merupakan
dengan ditandai adanya peningkatan aktivitas yang berpusat kepada siswa dalam
langsuns tentang keadaan alam di sekitar lingkungan sekolah. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.7 pada siklus III siswa yang mencapai kriteria B, yaitu
peningkatan prestasi belajar siswa pada penulisan wacana deskripsi dari rata-rata
B. Saran
baik. Oleh sebab itu, ada beberapa saran yang layak untuk dipertimbangkan, yakni
sebagai berikut :
(1) Hasil penelitian ini hendaknya dapat sebagai informasi dan acuan terhadap
(2) Hasil penelitian ini bisa dijadikan alternative pembelajaran bahasa Indonesia
agar dalam mengajar tidak secara konvensional, tetapi kreatif dan inovatif
sekaligus dapat dijadikan acuan untuk membuka diri dalam pembelajaran agar
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djuharmil, Eko. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas IX. Bandung:
Epsilon Group.
Djamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Dididik dalam Pembelajaran Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE:
Yogyakarta.
Lampiran 1
Lampiran: 2
BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Lampiran: 3
Lampiran: 4
Adapun pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar terhadap Laporan Hasil
Penelitian dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji adalah sebagai berikut:
Mendeskripsikan
pengelolaan guru
dalam meningkatkan
keterampilan Menulis
Laporan Percobaan
melalui pengamatan
siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima.,
(2) Mendeskripsikan
aktivitas guru dan
siswa dalam
meningkatkan
keterampilan Menulis
Laporan Percobaan
melalui pengamatan
siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima,
(3) Mengetahui
respon siswa kelas
IX-3 SMPN 1 Kota
Bima terhadap
penerapan model
pengamatan dalam
pembelajaran menulis
wacana deskripsi.
Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan
data teknik yang
digunakan adalah
menggunakan
observasi dan tes.
4 SITI HAISYAH SMPN 7 Apa saran Anda Saran saya adalah (1)
KOTA dengan penelitian Hasil penelitian ini
BIMA Ibu lakukan? hendaknya dapat
sebagai informasi dan
acuan terhadap
pengembangan pendi-
dikan khususnya
pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam
pengajaran wacana
deskripsi. (2) Hasil
penelitian ini bisa
dijadikan alternative
pembelajaran bahasa
Indonesia agar dalam
mengajar tidak secara
konvensional, tetapi
kreatif dan inovatif
sekaligus dapat
dijadikan acuan untuk
membuka diri dalam
pembelajaran agar
tidak menjadikan
siswa bosan.
6. Penutup: Oleh Moderator, dengan membaca Hamdallah/ do’a.
Mengetahui,
Kepala sekolah,
Lampiran 5