Anda di halaman 1dari 61

1

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menulis dewasa ini masih menjadi momok bagi sebagian siswa.

Menulis sering dianggap sebagai kegiatan pembelajaran yang tidak menyenangkan.

Siswa berada dalam persimpangan jalan, seolah menulis menjadi beban yang dapat

menghambat dan tidak mendapat tempat di hati peserta didik. Hal itu dapat dipahami

karena siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan menulis sebagai suatu kebutuhan.

Siswa lebih cenderung mendengar tuturan teman atau orang lain dalam hal

mendapatkan informasi daripada membaca dan menulis. Ironisnya buku sebagai

sumber ilmu pengetahuan diabaikan. Begitu pula halnya dengan tradisi menulis.

Saat ini guru harus mampu tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam

dirinya. Guru harus mampu membuktikan kemampuan profesionalnya untuk

menerima amanah sebagai pendidik tangguh. Bila pada era sentralisasi pendidikan

guru sebagai pelaksana dari pemikiran birokrat, kini guru harus mampu berpikir logis,

kritis, kreatif dan refleksif dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan melaksanakan

hasil pemikirannya itu dalam pembelajaran di kelas.

Bergantinya sistem sentralisasi ke desentralisasi pendidikan tersebut tidak serta

merta mengubah pola pikir guru yang semula sebagai pelaksana pengajaran langsung

menjadi pemrakarsa pembelajran, seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi

beragamnya kualitas dan profesionalnya guru, dari guru yang memiliki motivasi untuk

berubah hingga karena keterpaksaan, dari guru yang hanya berniat mencari rupiah dan

selalu menggerutu hingga yang senantiasa tawakal. Oleh karena itu, perlu tersedianya
2

pendukung yang memadai dan proses yang panjang dalam program pendidikan dan

pembinaan guru. Perlu adanya gerakan dari para guru untuk mengidentifikasi

kebutuhan dirinya dalam meningkatkan kompetensinya agar dapat mengembangkan

kualitas pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran bidang studi

Bahasa Indonesia sangat diperlukan. Dalam hal yang demikian, banyak faktor yang

harus diperhatikan, yakni guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan, manajemen,

bahkan metode pembelajarannya.

Berkaitan dengan aspek menulis, sebagai suatu keterampilan berbahasa,

merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak

dan membaca. Dengan demikian, semakin banyak seseorang menyimak atau

membaca, semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan

secara tertulis.

Sejalan dengan hal tersebut, Crimmon (dalam Kurniawan 2006:122) mengatakan

bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan

menulis memerlukan keterampilan dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,

dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam,

meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud

dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang

dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis

dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran,

organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan


3

kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa

dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah

menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun

nonfiksi. Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan peresapan, pemahaman, dan

tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang

diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang mudah

dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.

Mengingat pentingnya keterampilan menulis, pengembangan pembelajaran

menulis perlu ditingkatkan. Peningkatan pembelajaran menulis dapat dilakukan

melalui berbagai kegiatan. Purwo (1990:166-171) mengatakan bahwa kegiatan

pengembangan pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan beberapa cara,

misalnya mengembangkan logika, melatih daya imajinasi, merangkai kata menjadi

kalimat, dan merangkai kalimat menjadi paragraf. Hal itu dilakukan untuk

mengaktifkan daya kreatif siswa mengasah kecerdasan mereka.

Tes kemampuan menulis dapat divariasikan dalam berbagai bentuk tulisan.

Tekniknya dapat disajikan data verbal, gambar, tabel, teks, peta, bagan. Dari data-data

itu, siswa diminta untuk menulis sebuah karangan. Melalui kegiatan tersebut,

kemampuan komunikatif siswa dapat diukur secara terintegrasi (Mahmud, 2003:14).

Pada kenyataannya, tujuan pembelajaran menulis belum dicapai secara maksimal

oleh siswa. Hal itu tampak dari hasil belajar siswa yang masih sangat rendah. Nilai

rata-rata yang diperoleh siswa pada materi menulis hanya 60, padahal nilai KKM

sebesar 75.
4

Hal tersebut tampak dari data berikut. Jumlah siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota

Bima adalah 30 siswa. Pada pengajaran menulis dengan metode yang biasanya

dilaksanakan, yaitu ceramah, siswa yang mendapatkan nilai ≥ KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) 22 siswa dan 8 siswa lainnya belum mencapai KKM. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa prestasi belajar siswa pada topic Menulis Laporan

Percobaan masih perlu ditingkatkan mengingat indikator keberhasilan belajar siswa

tercapai apabila secara klasikal siswa yang mencapai KKM dari seluruh siswa

sekurang-kurangnya 85%, sedangkan menurut data tersebut secara klasikal yangsudah

berhasil dalam pembelajaran baru mencapai 46,43%.

Setelah dilakukan penelusuran, akar masalah terdapat pada monotonnya guru

dalam pembelajaran menulis karena setiap kali pembelajaran menulis guru menyuruh

siswa menulis dan mengumpulkannya. Selain itu, ada faktor ketidaktelitian dan

keengganan siswa untuk membaca lagi tulisannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, ada alternatif tindakan yang diasumsikan dapat

mengatasi masalah tersebut, yakni pembelajaran langsung (direct instruction) dan

model pengamatan. Oleh sebab itu, dipilihlah model pengamatan yang dirasa lebih

cocok diterapkan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan menulis deskripsi

siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima dengan mengambil judul penelitian: Upaya

Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Percobaan Melalui Metode

Pengamatan Pada Siswa Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima tahun pelajaran 2019/2020.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian difokuskan pada beberapa hal berikut.

(1) Bagaimana pengelolaan guru dalam meningkatkan keterampilan Menulis Laporan

Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima?

(2) Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam meningkatkan keterampilan Menulis

Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima?

(3) Bagaimana respon siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima terhadap penerapan

model pengamatan dalam pembelajaran menulis wacana deskripsi?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan menghasilkan deskripsi tentang

peningkatan keterampilan Menulis Laporan Percobaan siswa kelas IX-3 SMPN 1

Kota Bima melalui pengamatan.

Secara khusus, penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yakni

(1) Mendeskripsikan pengelolaan guru dalam meningkatkan keterampilan Menulis

Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima.

(2) Mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam meningkatkan keterampilan

Menulis Laporan Percobaan melalui pengamatan siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota

Bima.

(3) Mengetahui respon siswa kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima terhadap penerapan

model pengamatan dalam pembelajaran menulis wacana deskripsi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat,

baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat untuk menambah dan memperluas wawasan keilmuan,


6

khususnya dalam bidang pembelajaran. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan

dapat memperkaya data tentang model – model pembelajaran.

Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

(1) Manfaat bagi Siswa

(a) Dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa khususnya kegiatan

pengembangan keterampilan menulis wacana deskripsi

(b) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

(2) Manfaat bagi Guru

(a) Hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran

keterampilan menulis deskripsi di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

(b) Dapat menambah wawasan dan pemahaman guru mengenai pembelajaran

menulis deskripsi dan implementasinya dalam pembelajaran keterampilan

menulis di kelas.

(3) Manfaat bagi Sekolah

(a) Membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, baik secara mikro

maupun makro

(b) Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru secara umum

(c) Meningkatkan kompetensi lulusan sehingga kredibilitas sekolah meningkat.


7

B A B II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Ada beberapa pengertian belajar. Belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar adalah proses, kegiatan

dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih dari

itu yaitu mengalami (Hamalik, 2003:27). Adapula penafsiran lain tentang

belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi ini terjadi

serangkaian pengalaman – pengalaman belajar.

Menurut Suparno (2001:2) belajar adalah suatu perubahan yang relatif

permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari suatu

praktik atau latihan. Belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas atau

tingkah laku individu. Setiap individu yang belajar akan terjdi perubahan pada

dirinya yang dapat mengembangkan pribadinya.

Belajar bersifat individualistik. Dalam konteks belajar di sekolah apa yang

dilakukan oleh pembelajar itulah yang dipelajari dan bukan yang dilakukan

oleh guru. Guru dalam proses belajar sebenarnya hanya membantu dan

mengarahkan siswa dalam belajar. Meskipun hanya sebagai fasilitator, peranan

guru sangat penting karena tanpa guru perubahan tingkah laku yang tidak baik

bisa menjadi tidak terkendali. Jadi, hasil belajar yang berupa perubahan

tingakah laku ke arah yang lebih buruk inilah yang harus dihindari dengan
8

bantuan dan bimbingan guru. Dari uraian tersebut tampak bahwa belajar

adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan. Jadi, merupakan langkah – langkah atau prosedur yang harus ditempuh

subjek belajar dalam memahami sesuatu.

Dalam proses belajar, siswa akan mengalami sesuatu karena interaksi

antara dirinya dengan lingkungannya sehingga ia memperoleh pengalaman

baru. Pengalaman adalah sumber pengetahuan dan keterampilan yang

beriringan mengantarkan siswa pada tujuan belajarnya. Tujuan belajar siswa

dalam kelas dimana siswa berhadapan dengan individu – individu yang lain

akan diperoleh bersama – sama apabila mempunyai tujuan yang sama. Dari

sini perlu dirumuskan tujuan dan dipikirkan bagaimana memperoleh ilmu baru

seefektif mungkin.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

penting. Mengingat bahwa kegiatan adalah proses membimbing kegiatan

belajar, maka kegiatan mengajar hanya bermakna apabila ada kegiatan belajar

siswa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru untuk memahami sebaik

– baiknya tentang proses belajar murid agar dapat memberikan bimbingan dan

menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi siswa.

Pengertian belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara

umum dapat dijadikan pengetahuan yang berharga bagi guru dalam

menentukan strategi pembelajaran apa yang akan dipakainya dalam mencapai

tujuan pembelajarannya. Secara umum prinsip-prinsip belajar adalah sebagai

berikut.
9

(1) Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individu, hal ini mengingat

masing-masing siswa berbeda secara individual baik dalam kemampuan

intelektualnya, minat dan bakatnya.

(2) Siswa sebagai subjek belajar, guru menempatkan diri sebagai pembimbing,

fasilitator dan pemantau.

(3) Pembelajaran menekankan pada proses dan hasil bukan pada apa yang

dipelajari

(4) Pembelajaran mempergunakan berbagai pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan minat anak

(5) Guru memberikan umpan balik demi peningkatan dan efektivitas

pembelajaran.

Dalam kurikulum yang berorientasi pencapaian kompetensi siswa,

dijelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas harus mengacu hal-hal

berikut.

(1) Berpusat pada Siswa

Kegiatan belajar mengajar perlu menempatkan siswa sebagai subjek

belajar. Artinya, kegiatan belajar mengajar memperhatikan bakat, minat,

kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan latar belakang

sosial siswa. Kegiatan Belajar Mengajar juga (KBM) perlu mendorong

siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya secara optimal. Jika

selama ini pembelajaran hanya bersumber dari guru, guru adalah pusat

informasi yang akan ditransfer kepada siswanya, maka dalam kurikulum

2004 berbasis kompetensi paradigmnya dibalik. Guru hanya sebagai

fasilitator, siswa adalah subjek belajar.


10

(2) Belajar dengan Melakukan

Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan pengalamannya nyata dalam

kehidupan sehari-hari dan dunia kerja terkait dengan penerapan konsep,

kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari. Hal ini senada dengan

teori yang dikemukakan Peter Seal (Puskur, 2002:24), bahwa jika seorang

guru mengajar dengan meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan

melaporkannya, maka siswa akan mengingat sebanyak 90% dari apa yang

ia pelajari atau apa yang diberikan.

(3) Mengembangkan Kemampuan Sosial

Dalam belajar siswa akan merasa lebih mudah membangun

pemahamannya dengan bekerja sama dengan orang lain. Artinya, siswa

akan mengkomunikasikan gagasannya dengan berinteraksi dengan teman

atau guru. Interaksi ini memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap

pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling

menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok.

Karena itu dalam kurikulum berbasis kompetensi kerja kelompok sudah

semestinya dilakukan pada setiap pembelajaran di kelas. Dengan demikian

KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan

(pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan berlatih bekerja sama.

(4) Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah Bertuhan

Siswa dilahirkan dengan rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan. Dua

yang pertama merupakan dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan

kreatif. Sedang yang ketiga untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu
11

memperhatikan rasa ingin tahu siswa, imajinasi, dan fitrah bertuhan agar

pembelajaran bermakna bagi siswa.

(5) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah

Siswa memerlukan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil

dalam kehidupannya. Untuk itu KBM hendaknya dipilih dan dirancang

agar mampu mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi

masalah dan memecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif

dan metakognitif. Selain itu KBM hendaknya merangsang siswa untuk

secara aktif mencari jawaban atas permasalahannya dengan menggunakan

prosedur ilmiah.

(6) Mengembangkan Kreativitas Siswa

Karena siswa memiliki potensi yang berbeda, maka KBM perlu dirancang

dan dipilih agar siswa berpeluang untuk berkreasi secara

berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan

kreativitas siswa. KBM dikemas sesuai dengan pola piker, imajinasi,

fantasi serta karya siswa secara kreatif.

(7) Mengembangkan Kemampuan Menggunakan IPTEK

Siswa perlu dikenalkan dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Setidak – tidaknya dalam

penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran.

(8) Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik

Siswa perlu memperoleh wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga

Negara yang produktif dan bertanggungjawab. Artinya, KBM perlu

memberikan nilai – nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa
12

agar menjadi warga yang bertanggungjawab, sehingga tumbuh kesadaran

atas kemajemukan bangsa, akibat kerataan latar geografis, budaya, sosial,

adat istiadat, agama, sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Kemudian KBM hendaknya mampu menggugah kesadaran siswa akan hak

dan kewajibannya sebagai warga Negara.

(9) Belajar Sepanjang Hayat.

Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk ketahanan

fisik dan mentalnya. KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat

dirinya secara positif, mengenali dirinya sendiri baik kelebihan dan

kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah

dianugerahkan Tuhan YME kepadanya. Demikian pula KBM perlu

membekali siswa dengan ketrampilan belajar yang meliputi rasa percaya

diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan

berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk

senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal

di luar kelas.

(10) Perpaduan Kompetisi, Kerjasama, dan Solidaritas

Siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan mengembangkan

solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh intensif,

bekerjasama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugas – tugas yang

memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.


13

2. Presatsi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Dalam bahasa

Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha ( Arifin, 1990:2 ). Dengan

demikian, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang telah dicapai

dalam belajar.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa prestasi belajar

Bahasa Indonesia adalah hasil yang dicapai pada taraf terakhir setelah melakukan

kegiatan belajar Bahasa Indonesia. Prestasi tersebut dapat dilihat dari kemampuan

mengingat dan kemampuan intelektual siswa di bidang studi Bahasa Indonesia,

perolehan nilai dan sikap positif siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa

Indonesia dan terbentuknya keterampilan siswa yang semakin meningkat dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena

mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai berikut.

(1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik.

(2) Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendesi keingintahuan

(couriocity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk

kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

(3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik

dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai

umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.


14

(4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

(5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik (Arifin, 1990:3).

Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan

kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor

tersebut antara lain sebagai berikut.

(1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal), yaitu sebagai berikut:

(a) Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggapnya sulit.

(b) Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah

(c) Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar

(d) Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi

(e) Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar

(f) Konsep diri yang rendah

(g) Gangguan emosi

(2) Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu

(a) Kemampuan atau keadaan sosial Bahasa Indonesia

(b) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran

(c) Tugas-tugas non akademik

(d) Kurang adanya dukungan dari orang-orang disekitarnya

(e) Lingkungan fisik (Suparno, 2001: 52-57).

3. Efektivitas Pembelajaran

Secara ideal pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang

efektif. Kata keefektifan berasal dari kata effectiveness. Menurut kamus besar
15

Bahasa Indonesia (1994: 250) keefektifan disamaartikan dengan keberhasilan

(usaha, tindakan) sehingga suatu pembelajaran dikatakan efektif kalau usaha

tersebut mencapai tujuan. Sergiovanni (1991: 176) mengartikan efektivitas

sebagai kemampuan untuk menghasilkan suatu efek yang diinginkan. Menurut

Davis dan Thomas (1989: 129) efektivitas pengajaran mencakup penguasaan

keterampilan pada tingkatan pembelajaran yang lebih tinggi. Soekartawi

(Tasiman, 2000: 43) menyatakan bahwa keefektifan menunjuk kepada evaluasi

terhadap suatu proses yang menghasilkan suatu keluaran yang diamati atau

keberhasilan suatu program.

Reigeluth dan Marrill (Nyoman Degeng, 1989: 165-168) mengungkapkan

bahwa keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian hasil

belajar siswa. Menurutnya ada empat kriteria yang di pakai untuk menetapkan

keefektifan pembelajaran, yakni:

(1) Kecermatan penguasaan terhadap sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini untuk

kerja dapat dipakai sebagai indikator untuk menetapkan keefektifan

pembelajaran. Makin cermat siswa makin mengguasai prilaku yang dipelajari,

makin efektif pembelajaran yang telah diajarkan.

(2) Kecepatan unjuk kerja adalah jumlah waktu yang diperlukan dalam

menyelesaikan soal itu. Tingkat alih belajar adalah kemampuan siswa

meningkarkan belajar dari apa yang telah dikuasainya kemudian beralih kehal

lain yang serupa dan sejenis.

(3) Tingkat retansi adalah tingkat kemampuan dalam menyelesaikan soal yang

masih mampu ditampilkan setelah selang periode waktu tertentu.


16

Menurut Usman (1996: 21-31) dalam menciptakan kondisi pembelajaran

yang efektif ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan siswa, yaitu

(1) melibatkan siswa aktif, (2) menarik minat, (3) membangkitkan motivasi siswa,

(4) prinsip individual, dan (5) peragaan dalam pembelajaran. Dalam diskripsi

tersebut tergambar bahwa keefektifan pembelajaran bukan saja bertalian dengan

produk pembelajaran tetapi juga menunjuk pada proses.

Selanjutnya, menurut Bloom dalam Suparno (2001: 102) pembelajaran

efektif memiliki empat komponen, yaitu: (1) orientasi yang jelas dan menggugah,

(2) keterlibatan pembelajar secara aktif, (3) proses penguatan, dan (4) umpan balik

dan perbaikan. Sementara itu, Dunne dan Wragg dalam Yasin (1996: 12-13)

mengatakan bahwa pembelajaran efektif memiliki karakteristik (1) memudahkan

siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti keterampilan, nilai, konsep,

kerjasama, dan fakta, dan (2) keterampilan tersebut diakui oleh mereka yang

berkompeten.

Sudjana (2000: 60) mengemukakan indikator proses pembelajaran yang

efektif sebagai berikut

(1) Siswa melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan

tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan, sikap

dan kemampuan yang dikehendaki

(2) Siswa belajar dengan berbagai cara sebagai akibat dari digunakannya multi

metode dan multi media oleh guru.

(3) Ada kesempatan bagi siswa untuk mengontrol dan mengevaluasi dirinya

sendiri tentang hasil belajar yang dicapainya

(4) Seluruh siswa dalam kelas ikut terlibat aktif dalam proses pengajaran
17

(5) Terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa dengan tidak

mengesampingkan perbedaan individual dalam minat dan kemampuannya.

(6) Siswa terdorong untuk berani berinisiatif dan tampak ada suasana yang

menyenangkan

(7) Siswa memiliki kemandirian belajar.

Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain (1)

kegiatan neural system seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan

motoris, dan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan,

keterampilan perlu diadakan pengulangan – pengulangan yang kontinyu agar

penguasaan hasil lebih mantap, (2) belajar memerlukan latihan, (3) belajar dengan

suasana yang menyenangkan dan mengahsilkan kepuasan, (4) faktor keberhasilan

dan kegagalan belajar, (5) pengalaman lama yang diasosiasikan dengan

pengalaman yang baru, (6) bahan apersepsi dari pengalaman yang lampau, (7)

kesiapan belajar, (8) minat dan usaha, (9) faktor fisiologis, dan (10) intelegensi.

Berdasar indikator di atas, keefektifan pembelajaran adalah berisi tentang

apa yang dilakukan siswa selama mereka mengikuti proses pembelajaran

berlangsung. Keefektifan pembelajaran lebih ditekankan pada peran apa yang

dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Sekalipun demikian hal itu

tidak berarti faktor guru tidak penting.

Lebih lanjut, Sudjana (2000:60) menambahkan bahwa guru merupakan

salah satu variabel yang menentukan kualitas pembelajaran. Keefektifan tidaknya

suatu pembelajaran, ditentukan peran apa yang dilakukan guru. Guru memegang

peranan penting sebagai pemikul tanggungjawab atas keberhasilan pembelajaran.

Oleh sebab itu mengajar adalah pekerjaan professional bukan pekerjaan sambilan
18

atau pekerjaan tambahan. Oleh karena itu, perlu diciptakan kondisi belajar tertentu

yang dapat mendukung terjadinya proses belajar yang aktif dan kreatif. Artinya,

siswa mengalami sendiri pembelajaran tersebut sehingga ilmu itu dapat

diinternalisasi dalam kehidupan sehari – hari.

4. Keterampilan Menulis

a. Pembelajaran Menulis

Belajar dan mengajar merupakan dua istilah dalam dunia pendidikan yang

sangat populer. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi

dalam suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti berusaha agar

memperoleh kepandaian atau ilmu. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses

yang terjadi secara bertahap. Tahap – tahap tersebut terdiri atas informasi,

transformasi, dan evaluasi. Informasi berhubungan dengan materi yang akan

diajarkan; transformasi berhubungan dengan proses memindahkan materi;

evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang

tingkat keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam

mengajar (Djamarah, 2000:20). Dengan demikian, belajar ialah suatu proses

yang dilakukan untuk menimbulkan perubahan pada anak didik.

Bagaimanapun bentuknya, proses pembelajran harus diarahkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran menulis, tujuan

tersebut agar siswa memiliki pengetahuan menulis, bersikap positif terhadap

ilmu dan aktivitas, dan memiliki keterampilan menulis. Untuk mencapai

tujuan tersebut, segala sesuatu harus diupayakan sedemikian rupa sehingga

pembelajaran menulis tersebut lebih bermanfaat. Untuk itu, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran menulis, yakni


19

materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran (Tarigan, 1993:25)

b. Materi Pembelajaran Menulis

Pemilihan dan penyusunan materi ajar dalam pembelajaran menulis harus

dirancang sedemikian rupa sehingga materi itu dapat mengarahkan siswa

untuk terampil berbahasa Indonesia secara tertulis. Variasi dan bobot

kesukaran materi perlu disesuaikan dengan komponen pembelajaran yang lain

( siswa, media, dan lain – lain ). Bila perlu, materi pembelajaran berasal dari

pemikiran, tugas, atau pengalaman siswa (Syamsi, 2000)

c. Tujuan Pembelajaran Menulis

Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

berbagai ragam tulisan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran menulis

hendaknya selalu diarahkan kepada kegiatan terampil menulis. Untuk

mencapai tujuan tersebut, guru dalam perencanaan pengajarannya harus

memperhatikan poin-poin tertentu yang dapat memudahkannya mencapai

tujuan tersebut. Jadi, latihan menulis dengan segala dinamikanya merupakan

kunci utama keberhasilan. (Depdiknas, 2004).

Siswa harus dibiasakan menulis. Hasil tulisan tersebut didiskusikan,

sehingga mereka mengetahui kelemahan dan keunggulannya. Berdasarkan hal

tersebut diputuskan suatu tindak lanjut yang mengarah kepada keterampilan

menulis siswa. Meskipun tujuan pengajaran adalah terampil, bukan berarti

aspek lain ( pengetahuan dan sikap ) diabaikan. Oleh sebab itu, di akhir
20

pembelajaran hendaknya siswa terampil menulis dan mengerti akan kaidah –

kaidah menulis.

Menurut Raimes (dalam www.puskur.net), tujuan pembelajaran menulis

meliputi beberapa hal, yakni (1) memberikan penguatan ( reinforcement ), (2)

memberikan pelatihan (training), (3) membimbing siswa melakukan peniruan

atau imitasi (imitation), (4) melatih siswa berkomunikasi (communication), (5)

membuat siswa lebih lancer dalam berbahasa (fluency), dan (6) menjadikan

siswa lebih giat belajar (learning). Keenam tujuan pedagogis menulis itu

secara berurutan dijelaskan berikut ini. Untuk mencapai tujuan pembelajaran

sebagaimana yang diharapkan, khususnya pembelajaran menulis. Penetapan

dan pengelolaan, perencanaan, proses, evaluasi, dan tindak lanjut

pembelajaran merupakan hal utama yang harus dikelola dengan tepat.

d. Metode Pembelajaran Menulis

Metode pengajaran merupakan cara guru dalam pembelajaran yang dibina.

Pilihan metode yang tepat sangat membantu tingkat ketercapaian tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, pengajar menulis harus dapat

menerapkan metode pengajaran dengan tepat. Persoalan penggunaan media

juga perlu mendapat perhatian. Metode pelatihan dan diskusi merupakan dua

metode yang ampuh dalam rangka menerampilkan pembelajaran menulis

( Gani, 2011:68 )

Lebih lanjut, Gani (2001:69) mengatakan bahwa dalam pembelajaran,

siswa disuruh menulis apa saja, terutama materi yang dekat dengan siswa.

Hasil tulisan tersebut dikoreksi dan didiskusikan dari berbagai aspek

penggunaan bahasa. Untuk kelas yang besar, pelibatan teman sebaya perlu
21

dilakukan. Dengan kegiatan tersebut, siswa akan mengetahui kelemahan dan

keunggulannya dalam hal ketatabahasaan, kelogisan pikiran, dan kaidah –

kaidah menulis lainnya.

Selain itu, pengajar hendaknya juga mengetahui pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran menulis. Untuk lebih jelas mengenai model

atau pendekatan pembelajaran menulis kita perhatikan perbedaan antara

pendekatan tradisional dan pendekatan keterampilan proses dalam

pembelajaran menulis sebagaimana dikemukakan oleh Tompkins (dalam Gani,

2001:70) pada tabel berikut ini .

Tabel 2.1 Model / Pendekatan Tradisional dan Keterampilan Proses


dalam Menulis

N Komponen Pendekatan Tradisional Pendekatan Proses


o
1 Pilihan Topik Tugas menulis kreatif yang Pembelajar memilih topik
spesifik diberikan oleh pengajar sendiri, atau topik-topik yang
diambil dari bidang studi lain
2 Pembelajaran Pengajar hanya sedikit atau Pengajar mengajar pembelajar
tidak memberikan pelajaran. mengenai proses menulis dan
Pembelajar diharapkan menulis mengenai bentuk – bentuk
sebaik - baiknya tulisan
3 Fokus Berfokus pada tulisan yang Berfokus pada proses yang
sudah jadi digunakan pembelajar ketika
menulis
4 Rasa Memiliki Pembelajar menulis untuk Pembelajar merasa memiliki
pengajar dan kurang merasa tulisan sendiri
memiliki tulisan sendiri
5 Pembaca Pengajar merupakan pembaca Pembelajar menulis untuk
utama pembaca yang sesungguhnya.
6 Kerjasama Hanya sedikit atau tidak ada Pembelajar menulis dengan
kerjasama bekerjasama dan berbagi tulisan
yang dihasilkan masing –
masing dengan teman – teman
satu kelompok / kelas
7 Draft Pembelajar menulis draft Pembelajar menulis draft kasar
tunggal dan harus memusatkan (outline) untuk menuangkan
pada isi sekaligus segi mekanik gagasan dan kemudian merevisi
( ejaan, tanda baca, tata tulis ) dan menyunting draft ini
sebelum membuat hasil akhir.
8 Kesalahan Pembelajar dituntut untuk Pembelajar mengoreksi
Mekanik menghasilkan tulisan yang kesalahan sebanyak –
bebas dari kesalahan banyaknya selama menyunting,
tetapi tekanannya lebih besar
pada isi daripada segi mekanik.
22

9 Peran Pengajar Mengajar memberikan tugas Pengajar mengajarkan cara


menulis dan menilainya jika menulis dan memberikan
tulisan sudah jadi balikan selama pembelajar
merevisi dan mengedit /
menyunting
10 Waktu Pembelajar menyelesaikan Pembelajar mungkin
tulisan dalam satu jam menghabiskan waktu tidak
pelajaran hanya satu jam pelajaran untuk
mengerjakan setiap tugas
menulis
11 Evaluasi Pengajar mengevaluasi kualitas Pengajar memberikan balikan
tulisan setelah tulisan selesai selama pembelajar menulis,
disusun. sehingga pembelajar dapat
memanfaatkannya. Evaluasi
berfokus pada proses dan hasil.

Berdasarkan kedua pendekatan pengajaran menulis, seperti tertera pada

tabel 2.1, dapat diketahui kelemahan dan keunggulan. Pengajar, pada

pendekatan tradisional, memberikan topik tulisan dan setelah siswa

mengerjakan tugas tersebut selama satu jam pelajaran, pengajar

mengumpulkan pekerjaan siswa untuk dievaluasi. Dengan model pembelajaran

seperti itu, biasanya hanya sedikit siswa yang dapat menghasilkan tulisan yang

baik. Sebagian besar siswa biasanya hanya menghasilkan tulisan yang kurang

baik (Gani, 2001: 70).

Menyadari kenyataan yang tidak menguntungkan bagi upaya

pengembangan keterampilan menulis siswa, selayaknya dapat diterapkan

model atau pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis.

Untuk itu, terlebih dahulu perlu diketahui proses kreatif dalam menulis.

e. Evaluasi Pembelajaran Menulis

Evaluasi berarti memberikan penilaian atau cara menilai. Penilaian

merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh

kompetensi berbahasa dan bersastra Indonesia yang sudah dicapai oleh siswa

setelah beberapa pertemuan di kelas, pada tengah semester, akhir semester,


23

atau akhir tahun. Adapun aspek penilaian mencakup tiga ranah, yakni kognitif,

afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut meliputi keterampilan

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan

bahasa maupun sastra Indonesia (Depdiknas, 2008: 15-16).

Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui kemampuan dan

keterampilan menulis siswa, (2) mengetahui keberhasilan pembelajaran yang

telah dilaksanakan, dan (3) menentukan kebijakan selanjutnya. Evaluasi

pembelajaran menulis hendaknya selalu memperhatikan tujuan pengajaran,

materi dan proses yang telah dilakukan. Sehubungan dengan itu, evaluasi yang

tepat menurut hemat penulis adalah kegiatan menulis esai (bentuk tes esai).

Dengan kata lain, menulis berdasarkan bentuk gambar susun, komik atau teks.

Kegiatan seperti ini baik sebagai rangsangan untuk pelajar yang masih

sederhana tingkat kemampuan berbahasanya. Rangsangan-rangsangan yang

lain dan bentuk tugas yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat

kemampuan berbahasa dan berpikir siswa, misalnya menulis berbagai laporan,

surat, resensi buku, dan sebagainya (Nurgiantoro, 1988: 289).

Lebih lanjut, Nurgiantoro (1988: 271) mengatakan bahwa tes tugas

menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk (memilih dan)

menghasilkan bahasa saja melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan

dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain, tugas

menulis haruslah memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan

ektralinguistik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

mempergunakan bahasa secara tepat dan juga memikirkan gagasan apa yang

dikemukakan.
24

Evaluasi pembelajaran menulis meliputi kemampuan siswa

mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang

tepat. Dengan kata lain, penilaian yang dilakukan dalam tes menulis

mempertimbangkan kesesuaian judul, penataan, gagasan, paragraf, diksi,

ejaan, tanda baca, dan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Aspek-

aspek ini tidak dinilai sekaligus, melainkan melalui proses dan secara bertahap

sebagaimana telah ditentukan dalam kurikulum yang berlaku (Nurgiantoro,

1988: 272).

5. Wacana Deskripsi

a. Pengertian Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi merupakan wacana yang berisi penggambaran suatu

objek. Dengan demikian, wacana deskripsi mengungkapkan sebuah peristiwa

yang seolah-olah penulis betul-betul mengalami apa yang diungkapkan dan

mampu membawa pembaca dalam pengalaman yang ditulisnya itu sehingga

seakan – akan merasa melihat dan mengalami kejadian atau peristiwa yang

ditulisnya. ( Djuharmil, 2005:20).

b. Pengajaran Wacana Deskripsi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran wacana deskripsi

tidak sekadar menyampaikan teori – teori atau cara menuliskannya, tetapi

lebih menekankan pada praktik berbahasa sehingga pada akhirnya siswa betul

– betul mampu mempraktikkannya dalam sebuah kegiatan menulis.

( Djuharmil, 2005 : 20 ).
25

6. Metode Pengamatan

Metode pengamatan berarti suatu metode yang membawa siswa pada

objek langsung. Objek tersebut akan mempermudah dalam pengajaran menulis

wacana deskripsi. Hal tersebut di dalam teori bahasa dikenal sebagai pendekatan

atau metode CTL ( Contectual Teaching and Learning ).

Metode CTL diterapkan dalam pembelajaran bahasa terutama pada

pengajaran wacana deskripsi karena metode ini membawa siswa pada objek

langsung sebagai sumber belajar sehingga mempermudah siswa dalam

menuangkan gagasannya pada penulisan wacana deskripsi.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa,

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat ( Ashar, 2002 : 87 ).

B. Kerangka Berpikir

Penerapan tindakan melalui pengamatan memberikan solusi terhadap kekurangan

atau kelemahan siswa dalam menulis wacana deskripsi. Secara skematis hal tersebut

dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.


26

KONDISI AWAL Belum menggunakan Kompetensi


model pengamatan menulis deskripsi
siswa rendah

SIKLUS I
TINDAKAN Menggunakan
Menggunakan
(ACTION) tindakan berupa
model
penggunaan
pengamatan
pengamatan

Keterampilan
SIKLUS II
menulis siswa
meningkat, baik Menggunakan
KONDISI AKHIR
individu maupun model pengamatan
kelompok, dan
adanya perubahan
sikap dan prilaku
siswa

SIKLUS BERIKUTNYA

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Kerangka berfikir yang dapat disusun berdasarkan kajian pustaka tersebut adalah

sebagai berikut. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran

Bahasa Indonesia, khususnya dalam pengajaran menulis wacana deskripsi, diperlukan

pengamatan langsung sebagai sumber penulisan wacana deskripsi.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis dalam penulisan ini adalah bahwa model

pengamatan dapat meningkatkan keterampilan siswa Kelas IX-3 dalam menulis

wacana deskripsi.
27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas

siswa, dan mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.

Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research merupakan kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan

kematangan rasional dari tindakan-tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi tempat praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada

penelitian ini, di samping untuk memantau permasalahan belajar yang dihadapi siswa,

juga membantu guru dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Refleksi tindakan yang diperoleh dapat berupa (1) praktek-praktek sosial atau

pendidikan yang dilakukan oleh guru, (2) pemahaman terhadap praktek-praktek

tersebut, dan (3) situasi yang melatarbelakangi praktek itu dilaksanakan. Penelitian

tindakan kelas dapat dilakukan secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional dalam

pelaksanaan tugas, serta memperbaiki kondisi tempat praktek pembelajaran sendiri.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, PTK merupakan penelitian yang dilakukan

oleh guru dengan latar belakang masalah yang ada di dalam kelas. Masalah-masalah
28

tersebut berkaitan dengan masalah pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pemikiran

yang dikemukakan Wardhani (2007: 1.4) bahwa PTK merupakan penelitian dalam

bidang sosial, menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang

yang terlibat di dalamnya, dan bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai

aspek.

Perbaikan dalam pembelajaran perlu dilakukan guru demi tercapainya tujuan

pembelajaran yang dibuatnya. Seperti yang dikemukakan Wardhani (2007: 1.13)

faktor yang memperkuat alasan perlunya guru melakukan PTK adalah keterlibatan

guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya dan mungkin ditingkat

yang lebih luas, sehingga ia mampu melakukan review terhadap kinerjanya sendiri.

Manfaat PTK bagi guru, yaitu (1) untuk memperbaiki pembelajaran yang

dikelolanya, (2) dengan PTK guru dapat berkembang secara professional karena dapat

menunjukan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang

dikelolanya, (3) PTK mampu membuat guru lebih percaya diri, (4) melalui PTK guru

mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan sendiri (Wardhani, 2007: 1,19-1.24).

Hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan

pembelajaran. Ide atau gagasan yang dituangkan dalam penelitian perbaikan

bermanfaat bagi peneliti berikutnya sehingga dapat dibuktikan kebenaran hasil

penelitian sebelumnya.

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus

yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung pada tingkat keberhasilan

target yang akan dicapai. Setiap siklus dapat terdiri atas satu atau lebih pertemuan.
29

Prosedur penelitian yang dipilih menggunakan model spiral dari Kemmis dan

Taggart. Siklus tersebut dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti tampak

pada gambar berukut ini

Rencana Awal/ rancangan


Siklus I
Refleksi

Tindakan / Observasi

Rencana yang direvisi


Siklus II
Refleksi

Tindakan / Observasi

Rencana yang direvisi Siklus III


Refleksi

Tindakan / Observasi

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggar


(Arikunto, 2008: 97)

Langkah-langkah pada model siklus Kemmis dan Taggar tersebut, yaitu sebagai

berikut

(1) Perencanaan tindakan,

(2) Pelaksanaan tindakan,

(3) Observasi,

(4) Refleksi.
30

1. Siklus I

a. Perencanaan

(1) Menyusun rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi

meliputi RPP, kisi-kisi soal dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa.

(2) Mempersiapkan instrumen penelitian berkaitan dengan hasil tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

(1) Memberikan pengantar yang berisi prasarat motivasi dan masalah. Prasarat

merupakan materi yang sudah dipahami siswa sebelumnya. Memberikan

informasi/petunjuk yang harus dilaksanakan oleh siswa.

(2) Melaksanakan pembelajaran dengan topik wacana deskripsi

Dengan deskripsi informasi, guru menjawab pertanyaan siswa memberi arahan

tentang penulisan wacana deskripsi dan diakhiri tatap muka siswa mengerjakan

tes dengan topik wacana deskripsi.

(3) Membahas dan mendiskusikan hal-hal yang tidak dipahami siswa tentang

wacana deskripsi

(4) Memberikan tes dengan topik wacana deskripsi diakhir pembelajaran

c. Observasi

(1) Mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran wacana deskripsi

(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa pada topik wacana

deskripsi.

d. Refleksi

Keberhasilan yang didapat mengenai topik wacana deskripsi diadakan

analisis, ternyata pada siklus I terdapat kekurangan yaitu prestasi belajar siswa

masih ada yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
31

kebenaran dalam mengungkapkan gagasan masih kesulitan terbukti hasil

penulisan wacana deskripsi belum maksimal. Data observasi siklus I dapat

direfleksi untuk merencanakan tindakan pelaksanaan pada siklus II. Diharapkan

siswa termotivasi untuk lebih giat dalam memahami dan praktek penulisan wacana

deskripsi.

2. Siklus II

a. Perencanaan

(1) Membuat rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi meliputi

RPP, kisi-kisi soal, dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa

(2) Mempersiapkan instrumen penelitian berkaitan dengan hasil tes

b. Pelaksanaan Tindakan

(1) Memberikan pengantar yang berisi prasarat, motivasi, dan masalah. Prasarat

merupakan materi yang sudah dipahami siswa sebelumnya. Memberikan

informasi/petunjuk yang harus dilaksanakan oleh siswa.

(2) Melaksanakan pembelajaran dengan topik wacana deskripsi informasi, guru

menjawab pertanyaan siswa, member arahan tentang penulisan wacana

deskripsi dan diakhiri tatap muka siswa mengerjakan tes dengan topik wacana

deskripsi.

(3) Membahas dan mendeskripsikan hal-hal tidak dipahami siswa kaitannya

dengan wacana deskripsi.

(4) Memberikan soal tes dengan topik wacana deskripsi diakhir pembelajaran

c. Observasi

(1) Mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran wacana deskripsi


32

(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menulis wacana

deskripsi.

d. Refleksi

Keberhasilan yang didapat mengenai topik wacana deskripsi diadakan

analisis, ternyata pada siklus II masih terdapat dua siswa yang belum memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut ternyata disebabkan siswa tidak

mengikuti pembelajaran karena ijin sakit selama dua hari sehingga pada saat tes,

siswa tersebut belum menguasai materi. Data observasi siklus II dapat direfleksi

untuk merencanakan tindakan pelaksanaan pada siklus III. Diharapkan siswa

termotivasi untuk lebih giat dalam memahami dan menguasai topik wacana

deskripsi.

3. Siklus III

a. Perencanaan

(1) Membuat rencana pembelajaran oleh guru pada topik wacana deskripsi meliputi

RPP, kisi-kisi soal dan soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa.

(2) Mempersiapkan instrumen penelitian berkaitan dengan hasil tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

(1) Memberikan pengantar yang berupa prasarat, motivasi, dan masalah. Prasarat

merupakan materi yang sudah dipahami siswa sebelum memberikan informasi

dan petunjuk yang harus dilaksanakan siswa.

(2) Melaksanakan pembelajaran dengan topik wacana deskripsi dengan diskusi

informasi, guru menjawab pertanyaan siswa, memberikan arahan tentang

penulisan wacana deskripsi. Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes

dengan topik wacana deskripsi.


33

(3) Membahas dan mendiskusikan hal-hal tidak dipahami siswa kaitannya dengan

wacana deskripsi.

(4) Memberikan soal tes dengan topik wacana deskripsi diakhir pembelajaran

c. Observasi

(1) Mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran wacana deskripsi

(2) Meneliti hasil tes untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menulis wacana

deskripsi.

d. Refleksi

Keberhasilan yang didapat pada pengajaran Bahasa Indonesia dengan topik

wacana deskripsi diadakan analisis. Dari hasil analisis guru dapat merefleksikan

apakah pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pengamatan dapat

membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX-3 SMPN 1

Kota Bima pada semester gasal. Hasil penelitian berupa prestasi belajar siswa

dapat dibuat jurnal. Data dari jurnal tersebut dijadikan acuan bagi guru untuk

dapat mengevaluasi dirinya sendiri tentang pembelajaran yang dilakukan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima. Waktu

pelaksanaannya Semester I tahun pelajaran 2019/2020, yang dimulai pada Agustus

2015 dan berakhir pada Desember 2019.

C. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu. Pertimbangan yang dimaksudkan adalah pertimbangan keterlaksanaan

pembelajaran mempergunakan model pengamatan pada materi menulis wacana

deskripsi.
34

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX-3

SMPN 1 Kota Bima Tahun Pelajaran 2019/2020. Kelas IX-3 dipilih sebagai subjek

penelitian karena kelas tersebut memiliki kemampuan menulis paling rendah

dibandingkan dengan kelas X lainnya. Jumlah siswa Kelas IX-3 sebanyak 30 siswa,

yang terdiri dari 16 orang perempuan dan 8 orang laki-laki.

D. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yakni dokumentasi,

tes, dan observasi.

(1) Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama, jumlah siswa sebagai

subjek penelitian, daftar nilai siswa.

(2) Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa setelah

tes diberikan. Tes yang digunakan berupa soal tes yang mengacu pada tujuan

pembelajaran khususnya yang telah dirumuskan dalam silabus. Data yang

diproses dari hasil tes akan digunakan untuk tujuan analisis dan menjawab

permasalahan yang dirumuskan.

(3) Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari kegiatan siswa selama

pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi

(a) Pengamatan terhadap kegiatan siswa oleh guru selama penyampaian materi

menulis wacana deskripsi;

(b) Penelitian hasil tes soal (formatif) untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap meteri menulis wacana deskripsi.


35

E. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah berupa tes menulis wacana deskripsi, baik tes awal

sebelum tindakan maupun tes tiap akhir siklus.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data,

penarikan simpulan, dan verifikasi refleksi.

1. Reduksi Data

Reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi ditulis dalam bentuk

rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok,

kemudian dicari polanya. Dengan demikian, rekaman data sebagai bahan data

mentah disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting. Selain

itu, mempermudah dalam menemukan kembali data yang diperoleh bila

diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola

kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Hal tersebut berguna untuk

melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis

dalam paparan data.

3. Penarikan Simpulan, Verifikasi, dan Refleksi

Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering timbul data

tersebut. Dengan demikian akan dihasilkan simpulan sementara yang disebut

dengan temuan penelitian. Penarikan simpulan dilakukan terhadap temuan

tersebut berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau

refleksi. Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan benar, akan memperoleh simpulan
36

akhir. Hasil simpulan akhir tersebut direfleksi untuk menentukan atau menyusun

rencana tindakan berikutnya.

Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar siswa, tes diolah untuk mengukur

ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

a. Rumus Ketuntasan Belajar

Prestasi belajar dikatakan berhasil apabila siswa secara individual telah

memperoleh nilai 75 atau lebih dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar

jika lebih dari 85% siswa mendapat nilai di atas 75. Di samping itu, dilakukan

metode analisis deskriptif berupa paparan hasil penerapan pembelajaran

Menulis Laporan Percobaan dengan model pengamatan.

b. Rumus Rata-Rata

Untuk menentukan rata-rata nilai siswa digunakan rumus berikut.

Jumlah nilai
X 100
Jumlah siswa

Rumus digunakan untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan

pemahaman siswa terhadap materi Menulis Laporan Percobaan antara siklus

satu dan siklus lainnya.

c. Menyimpulkan dan Memverifikasi

Setelah kegiatan reduksi selesai, dilakukan penyimpulan akhir yang diikuti

dengan kegiatan verifikasi atau pengujian terhadat temuan ilmiah.


37

B A B IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk mencapai hasil penelitian maka dilakukan penelitian pada proses

pembelajaran. Proses pembelajaran ini dilakukan secara konvensional dan melalui

pembelajaran inovatif, yaitu melalui pengamatan. Pembelajaran Bahasa Indonesia

pada topik penulisan wacana deskripsi dilakukan didalam ruangan/ruang kelas

dan di luar kelas/alam lingkungan sekolah. Pembelajaran secara konvensional

dilakukan di ruang kelas dan pembelajaran inovatif melalui pengamatan di luar

kelas, yaitu dilingkunan sekolah karena mendekatkan siswa pada objek

penulisan/alam lingkungan sekolah.

Data hasil penelitian ini diperoleh dari tahap siklus I, perlakuan tindakan

siklus II dan siklus III. Data hasil penelitian yang di peroleh berupa hasil tes dan

nontes. Hasil tes berupa angka hasil penilaian Menulis Laporan Percobaan

sedangkan hasil nontes berupa hasil obsevasi dan tanggapan hasil tabulasi angket

pendapat siswa.

1. Hasil Tes

Tes penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan menulis

wacana deskripsi. Untuk itu, bentuk tes yang digunakan berupa kemampuan

praktik menulis (unjuk kerja). Siswa diberi tugas dalam bentuk Lembar Kerja

Siswa (LKS) kemudian siswa diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan

berdasarkan kriteria dan batas waktu yang telah ditentukan.


38

Hasil tes dikategorikan dalam empat kelompok nilai, yaitu (1) sangat baik

(90-100), (2) baik (80-89), (3) cukup (75-79), dan (4) kurang (<75).

Pengelompokan rentang nilai tersebut didasarkan pada rata-rata rentang nilai

terendah, yakni 75 sampai dengan nilai tertinggi, yakni 100. Penentuan nilai

batas tersebut didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada

kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima, yaitu sebesar 75 yang ditetapkan pada awal

tahun 2019/2020. Hasil menulis karangan pada setiap siklus dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Tes Siklus I

No Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase


1 Sangat baik 90 - 100 0 0,00 %
2 Baik 80 – 89 0 0,00 %
3 Cukup 75 – 79 15 53,57 %
4 Kurang < 75 13 46,43 %
Jumlah 28 100 %
Rata-Rata Nilai 69,46

Tabel 4.2 Hasil Tes Siklus II

No Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase


1 Sangat baik 90 - 100 0 0,00 %
2 Baik 80 – 89 4 14,28 %
3 Cukup 75 – 79 19 67,85 %
4 Kurang < 75 5 17,85 %
Jumlah 28 100 %
Rata-Rata Nilai 74,46
39

Tabel 4.3 Hasil Tes Siklus III

No Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase


1 Sangat baik 90 - 100 5 17,85 %
2 Baik 80 – 89 13 46,42 %
3 Cukup 75 – 79 10 35,71 %
4 Kurang < 75 0 0,00 %
Jumlah 28 100 %
Rata-Rata Nilai 81,61

2. Hasil Nontes

a. Observasi

Hasil observasi untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa pada

saat pembelajaran berlangsung pada tahap siklus I, II, dan III dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Sikap Perilaku Siklus I

No Nilai Kriteria Jumlah Persentase


1 18 – 20 Sangat baik 0 0,00 %
2 14 – 17 Baik 0 0,00 %
3 10 – 13 Cukup 23 82,14 %
4 6–9 Kurang 5 17,86 %
5 0–5 Sangat Kurang 0 0,00 %
Jumlah 28 100
%
40

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Sikap Perilaku Siklus II

No Nilai Kriteria Jumlah Persentase


1 18 – 20 Sangat baik 4 14,28 %
2 14 – 17 Baik 22 78,57 %
3 10 – 13 Cukup 2 6,89 %
4 6–9 Kurang 0 0,00 %
5 0–5 Sangat Kurang 0 0,00 %
Jumlah 28 100
%

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Sikap Perilaku Siklus III

No Nilai Kriteria Jumlah Persentase


1 18 – 20 Sangat baik 17 60,71 %
2 14 – 17 Baik 10 35,71 %
3 10 – 13 Cukup 1 3,57 %
4 6–9 Kurang 0 0,00 %
5 0–5 Sangat Kurang 0 0,00 %
Jumlah 28 100
%

b. Anget Pendapat Siswa

Ada empat kriteria tabulasi data perolehan angket pendapat siswa,

yaitu sebagai berikut.

A : Sangat (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)

B : Senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat

C : Cukup (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)

D : Kurang (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)


41

Tabulasi data hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
42

Tabel. 4.7 Data angket Minat Siswa dalam Pembelajaran Menulis Wacana Deskripsi

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3


No Aspek Pendapatan
A B C D A B C D A B C D
1 Tahap Pembelajaran
a. Siswa senang dengan pembelajaran
2 3 8 15 6 11 9 2 16 10 2 0
menulis karangan deskripsi ?
b. Kesiapan mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi yang akan 1 3 7 17 8 9 11 0 18 9 1 0
diberikan guru?
2 Tahap Proses Pembelajaran
a. Perasaan siswa saat mengikuti
pembelajaran menulis karangan
2 2 11 13 9 10 8 1 15 10 3 0
deskripsi dengan cara biasa atau
percobaan ilmiah sederhana?
b. Kemudahan mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi dengan 1 2 11 14 9 11 8 0 15 11 1 1
percobaan ilmiah sederhana?
c. Siswa senang mengikuti pembelajaran
mendengarkan dengan metode 1 2 8 17 9 11 7 1 14 10 4 0
mengajar guru saat ini?
d. Keaktifan siswa terlibat diskusi dengan
teman Anda saat pembelajaran 1 1 11 15 11 7 8 2 13 11 4 0
berlangsung?
3 Akhir Pembelajaran
a. Kesan siswa setelah selesai mengikuti
1 1 10 16 9 13 5 1 14 10 4 0
pembelajaran?
b. Pendapat siswa tentang manfaat yang
diperoleh setelah mengikuti 1 2 8 17 7 14 6 1 16 9 3 0
pembelajaran?
Jumlah Siswa 10 16 74 156 92 90 66 8 150 81 24 1
Skor Maksimal 320 320 320 320 320 320 320 320 320 320 320 320
Persentase 3,13% 5,00% 23,12% 48,75% 28,75% 28,13% 20,63% 2,50% 46,88% 25,31% 7,50% 0,31%
43

Kriteria Isian Angket


A : Sangat (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)
B : Senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat
C : Cukup (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)
D : Kurang (senang, siap, berminat, mudah, aktif, berkesan, bermanfaat)

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Hasil Tes

a. Siklus I

Pada siklus I, hasil tes terdapat 24 siswa Kelas IX-3 menunjukan

bahwa siswa menulis karangan deskripsi siswa masih rendah karena

perolehan skor rata-rata 69,46 sedangkan KKM yang ditetapkan pada

awal pelajaran adalah 75. Hal tersebut karena pembelajaran masih

dilakukan secara konvensional.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam hasil tes menulis

karangan deskripsi pada siklus I adalah (1) adanya ketidaksamaan antara

tema dengan isi karangan, (2) kelemahan dalam penguasaan sistematika

karangan, (3) tidak adnya koherensi antar paragraf dalam karangan

sehingga hasil penilaian secara keseluruhan pada penulisan karangan

deskripsi pada siklus I masih menunjukan kelemahan dalam

pengorganisasian gagasan/pokok pikiran dan penggunaan ejaan.

b. Siklus II

Adanya penerapan metode pengamatan terjadi peningkatan

prestasi siswa pada penulisan wacana deskripsi, yaitu perolehan skor dari

69,46 menjadi 74,46 sehingga hasil penilaian menunjukan peningkatan,

yaitu (1) kesesuaian tema dengan isi karangan lebih baik, (2) penyusunan

sistematika karangan cukup baik, (3) terjadi koherensik antar paragraf

dalam karangan.
44

c. Siklus III

Pembelajaran Menulis Laporan Percobaan pada siklus III

merupakan refleksi dari siklus II. Pada siklus II masih terdapat

kelemahan pada proses pembelajaran pada siklus III merupakan hasil

penilaian serta hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II.

Prestasi siswa pada siklus III, yaitu 81, 61. Bila dibandingkan

dengan prestasi siswa pada siklus II terjadi peningkatan prestasi siswa

sejumlah 7,15 karena pencapaian nilai pada siklus II adalah 74,46.

Dengan demikian, secara keseluruhan peningkatan prestasi siswa dalam

Menulis Laporan Percobaan dengan menggunakan metode pengamatan

dibandingkan dengan Menulis Laporan Percobaan dengan metode

konvensional adalah sebesar 12,15. Hal tersebut karena perolehan nilai

rata-rata siswa pada pembelajaran wacana deskripsi melalui metode

konvensional adalah 69,46 sedangkan perolehan nilai rata-rata siswa

pada pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pengamatan sebesar

81,61.

Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan, yaitu (1)

adanya kesesuaian tema dengan isi wacana sangat baik, (2) penyusunan

sistematika wacana sangat baik, (3) korehensi antara paragraf dalam

wacana sangat baik, dan (4) penggunaan ejaan dan diksi menunjukan

hasil yang semakin baik.

Peningkatan prestasi siswa dari tahap siklus I sampai siklus III

dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut.


45

85
81.61
80

75 74.46

70 69.46

65

60
Siklus I Siklus II Siklus III

Grafik 4.1 Prestasi Siswa dalam Menulis Wacana Deskripsi

2. Hasil Nontes

a. Siklus I

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa belajar Menulis

Laporan Percobaan dengan metode mengajar konvensional menunjukkan

kecenderungan (1) siswa belajar secara individu, (2) siswa kurang

inisiatif, (3) siswa cenderung pasif, dan (4) siswa kurang memperhatikan

langkah – langkah menulis secara sistematis.

b. Siklus II

Siklus II menunjukkan bahwa siswa belajar Menulis Laporan

Percobaan dengan metode pengamatan akan :

(1) Lebih kreatif dan berinisiatif

(2) Lebih aktif dalam belajar

(3) Lebih memperhatikan penulisan secara sistematis.

c. Siklus III
46

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa Menulis Laporan

Percobaan dengan metode pengamatan akan lebih termotivasi, lebih

kreatif dan berinisiatif. Siswa lebih aktif dan lebih yakin

mengekspresikan gagasannya berdasarkan pengamatan yang dilakukan.

3. Angket Pendapat Siswa

a. Siklus I

Hasil angket menunjukkan bahwa pembelajaran menulis

karangan deskripsi dengan metode konvensional cenderung tidak

diminati siswa.

b. Siklus II

Pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pengamatan

menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif, termotivasi, senang,

komunikatif dan memperoleh manfaat secara faktual karena siswa berada

pada alam di lingkungan sekolah.

c. Siklus III

Perubahan kenaikan hasil belajar penulisan wacana deskripsi

diperolah setelah siswa diajak berpindah belajar secara konvensional

memasuki kondisi belajar kontekstual. Kondisi belajar konvensional

berarti siswa dalam kondisi pembelajaran guru memberikan ceramah /

penjelasan dengan memberikan topik/tema kemudian siswa

mengembangkannya menjadi sebuah wacana, sedangkan kondisi belajar

kontekstual adalah siswa diajak menghadapi konteks dengan berada di

alam pada lingkungan sekolah kemudian melakukan pengamatan yang

dihadapi. Dengan cara itu siswa lebih mengonstruksikan pengetahuannya


47

secara mandiri kemudian mengkomunikasikan hasil konstruksi

pengetahuannya dalam bentuk karangan.

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan agar lebih dapat

menggugah potensi psikologis siswa dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi adalah menciptakan suasana pembelajaran yang

kreatif dan menyenangkan.

Pada proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan

mengembangkan pemahaman dalam insight, yaitu pemahaman atau

persepsi dari hubungan-hubungan terhadap konsep yang berkenaan

dengan pengamatan yang dilakukan.


48

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa :

(1) Pembelajaran Menulis Laporan Percobaan dengan menerapkan metode

pengamatan dapat meningkatkan minat belajar siswa karena siswa dihadapkan

kepada hal baru dalam belajar menulis wacana deskripsi. Hal tersebut berbeda

dengan pada saat pembelajaran dilakukan secara konvensional karena siswa,

dengan model konvensional, cenderung pasif dan kurang inisiatif. Hal itu

tampak pada tabel 4.4 dan 4.5. Tabel 4.4 menunjukan motivasi siswa dalam

pembelajaran secara konvensional belum baik karena kriteria baik dan amat baik

masih 0%, sedangkan tabel 4.5 menunjukan motivasi siswa dengan kriteria baik

dan amat baik sudah mencapai 78,57% dan 14,28% karena pembelajaran

dilakukan dengan metode pengamatan. Di samping itu, metode tersebut dapat

meningkatkan pengalaman dan pemahaman siswa terhadap karangan deskripsi

melalui proses konstruktif karena siswa membangun pemahamannya melalui

pengalaman dalam pengamatan secara langsung, seperti tampak pada tabel 4.6,

kriteria baik dan amat baik mencapai 35,71% dan 60,71%. Hal itu merupakan

bukti bahwa pembelajaran dilaksanakan secara inovatif karena metode

pembelajaran dengan tersebut dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

dengan ditandai adanya peningkatan aktivitas yang berpusat kepada siswa dalam

suasana kontekstual. Siswa melakukan pengamatan dan penulisan karangan


49

deskripsinya berdasarkan apa yang dilakukannya yaitu dengan mengamati objek

langsuns tentang keadaan alam di sekitar lingkungan sekolah. Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.7 pada siklus III siswa yang mencapai kriteria B, yaitu

25,31% dan yang mencapai kriteria A, yaitu 46,88%.

(2) Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menerapkan pengamatan

terbukti dapat meningkatkan kemampuan teknik mengarang dilihat dari adanya

peningkatan prestasi belajar siswa pada penulisan wacana deskripsi dari rata-rata

nilai 69,46% jika dilakukan dengan pembelajaran konvensional, menjadi

81,61% jika dilakukan melalui metode pengamatan.

B. Saran

Pembelajaran di kelas akan tercapai apabila proses pembelajaran berjalan dengan

baik. Oleh sebab itu, ada beberapa saran yang layak untuk dipertimbangkan, yakni

sebagai berikut :

(1) Hasil penelitian ini hendaknya dapat sebagai informasi dan acuan terhadap

pengembangan pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

pengajaran wacana deskripsi.

(2) Hasil penelitian ini bisa dijadikan alternative pembelajaran bahasa Indonesia

agar dalam mengajar tidak secara konvensional, tetapi kreatif dan inovatif

sekaligus dapat dijadikan acuan untuk membuka diri dalam pembelajaran agar

tidak menjadikan siswa bosan.


50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djuharmil, Eko. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas IX. Bandung:
Epsilon Group.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bab I.


(www.puskur.net/naskahak ademik/naskahakademikbasing/doc). Diakses
pada 1 Oktober 2010.

Depdiknas. Kurikulum 2008. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Nasional Pendidikan.

Djamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Dididik dalam Pembelajaran Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Gani, Erizal. 2001. Pemberdayaan Pengajaran Menulis; Upaya Menumbuhkembangkan


Kemahiran Menulis Sejak Dini. Denpasar: Balai Bahasa Denpasar.

Kurniawan, Khaerudin. 2006. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia Bagi


Penutur Asing Tingkat Lanjut. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

Mahmud, Saifuddin. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teacing and Learning).


Banda Aceh: Dinas Pendidikan NAD dan Universitas Syiah Kuala.

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE:
Yogyakarta.

Purwo, Bambang Kaswati. 1990. Pragmati dalam Pengajaran Bahasa. Yogyakarta


Karnisius.

Syamsi, K. 2000. “Peningkatan Keterampilan Siswa Sekolah Dasar dalam Menulis”.


Journal Kependidikan (terakreditasi). No. 2. Th. XXX 2000.

Tarigan, Hendri Guntur. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Wardhani, Wihardit, Kuswaya. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas


Terbuka.
51

Lampiran 1

PEMERINTAH KOTA BIMA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMPN 1 KOTA BIMA
Jl. Pendidikan, Tlp. (0374) 43230 Kota Bima

SURAT IZIN PENELITIAN


Nomor: 421.1/13/.20.RB/VI/2020

Sehubungan dengan rencana pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas (PTK) di


SDN 20 Kota Bima oleh:
Nama : M. Arqam Nur Islam, S.Pd
NIP : 196509192014061002
Jabatan : Guru
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III/b
Tempat Tugas : SMPN 1 Kota Bima
Alamat Rumah : Kelurahan Melayu Kota Bima
Judul Penelitian :
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan
Percobaan Melalui Metode Pengamatan Pada Siswa
Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima tahun pelajaran
2019/2020

Pada prinsipnya kami memberikan izin kepada yang bersangkutan untuk


melaksanakan kegiatan penelitian dimaksud untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
dan kepada yang berkepentingan untuk menjadikan periksa.

Kota Bima, 08 Juni 2020


Kepala Sekolah,

Arif Rizal, S.Pd., M.Pd, S.Pd


NIP. 197904192005011011
52

Lampiran: 2
BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada hari ini :  Sabtu


Tanggal : 25 Juli 2020
Pukul : 10.00.wita
Bertempat di ruang : Ruang Guru SMPN 1 Kota Bima
Pada Sekolah : SMPN 1 Kota Bima
Dengan alamat : Jln. Pendidikan Penatoi Kota Bima
Telah diselenggarakan acara
Hasil Karya : M. Arqam Nur Islam, S.Pd
NIP : 196509192014061002
Jabatan : Guru
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III/b
Tempat Tugas : SMPN 1 Kota Bima
Alamat Rumah : Kelurahan Melayu Kota Bima
Pada Acara Seminar tersebut :
Sebagai Penyaji : M. Arqam Nur Islam, S.Pd
Sebagai Moderator : Supardan, S.Pd
Sebagai Pembahas : Agus Purwanto, S.Pd
Susunan Acara Seminar : (a) Pembukaan, (b) Sambutan Kepala Sekolah dan /
atau Pengawas Sekolah, (c) Pemaparan Singkat Laporan Hasil Penelitian Oleh Penyaji/
Penulis Laporan, (d) Tanggapan, pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta
Seminar dan Tanggapan dari Penyaji, (e) Penutup.
Jumlah Peserta yang Hadir : 28 Orang (Daftar Hadir Terlampir)
Adapun Notulen Jalannya Acara Seminar, Print Out Bahan Tayang Paparan
Penyaji serta Foto Kegiatan Seminar sebagaimana terlampir dalam Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kota Bima, 25 Juli 2020


Peneliti, Moderator,

M. Arqam Nur Islam, S.Pd Supardan, S.Pd


NIP. 196509192014061002 NIP. 196912081996021002
Mengetahui,
Kepala sekolah,

Arif Rizal, S.Pd., M.Pd


NIP. 197904192005011011
53

Lampiran: 3

DAFTAR HADIR ACARA PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL


PENELITIAN

Dengan Judul : Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan


Percobaan Melalui Metode Pengamatan Pada Siswa Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima
tahun pelajaran 2019/2020

Hasil Karya : M. Arqam Nur Islam, S.Pd


NIP : 196509192014061002
Jabatan : Guru
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III/b
Pada hari/ Tanggal : Sabtu/ 25 Juli 2020
Pukul : 10.00 wita
Bertempat di ruang : Ruang Guru SMPN 1 Kota Bima
Pada Sekolah : SMPN 1 Kota Bima
Dengan alamat : Jln. Pendidikan Penatoi Kota Bima
Peserta yang hadir sbb. :

[ Nama Jabatan AsalSekolah/Instansi TandaTangan


1. RUSLAN Guru SMPN 1 KOTA BIMA 1.
2. YUNIA EKA P Guru SMPN 6 KOTA BIMA 2.
3. HILDAYANTI Guru SMPN4 KOTA BIMA 3.
4. MASRULLAH Guru SMPN1 KOTA BIMA 4.
5. JURAIDAH Guru SMPN14 KOTA BIMA 5.
6. RISWATI Guru SMPN15 KOTA BIMA 6.
7. ERNI RAHMAWATI Guru SMPN8 KOTA BIMA 7.
8. RAODAH Guru SMP ISLAM NURUL IHSAN 8.
9. BAYANULLAH.S,PDI Guru SMP ISLAM NURUL IHSAN 9.
10. M. ARQAM NUR ISLAM Guru SMPN 1 KOTA BIMA 10.
11. NUR SRI MARIANI Guru SMPN14 KOTA BIMA 11.
12. NURAFNI Guru SMPN11 KOTA BIMA 12.
13. NURHAIDAH Guru SMPN13 KOTA BIMA 13.
14. ABDUL RAUF Guru SMPN13 KOTA BIMA 14.
15. IRAWATI Guru SMP IT IMAM SYAFIIY 15.
16. DIAN ASRIANI S.PD Guru SMP ISLAM NURUL IHSAN 16.
17. SULASTRI Guru SMPN11 KOTA BIMA 17.
18. SUSISUSANTI Guru SMPN1 KOTA BIMA 18.
19. ASRI NURANI Guru SMPN9 KOTA BIMA 19.
20. RUHAYATIN Guru SMPN10 KOTA BIMA 20.
21. PUTRI MULYANI Guru SMPN8 KOTA BIMA 21.
22. SITI NURFATANAH Guru SMPN 6 KOTA BIMA 22.
23. ERTI WILANDARI Guru SMPN 6 KOTA BIMA 23.
24. NURAFNI Guru SMPN 2 KOTA BIMA 24.
25. SITI HAISYAH Guru SMPN 7 KOTA BIMA 25.
54

26. MUSDALIFAH Guru SMPN 7 KOTA BIMA 26.


27. HASNI Guru SMPN 7 KOTA BIMA 27.
28. MAASITAH Guru SMPN 8 KOTA BIMA 28.

Kota Bima, 25 Juli 2020


Peneliti, Moderator,

M. Arqam Nur Islam, S.Pd Supardan, S.Pd


NIP. 196509192014061002 NIP. 196912081996021002
Mengetahui,
Kepala sekolah,

Arif Rizal, S.Pd., M.Pd


NIP. 197904192005011011
55

Lampiran: 4

NOTULEN JALANNYA ACARA SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dengan Judul : Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan


Percobaan Melalui Metode Pengamatan Pada Siswa Kelas IX-3 SMPN 1 Kota Bima
tahun pelajaran 2019/2020

Hasil Karya : M. Arqam Nur Islam, S.Pd


NIP : 196509192014061002
Jabatan : Guru
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III/b
Padahari/ Tanggal : Sabtu, 25 Juli 2020
Pukul : 10.00 wita
Bertempat di ruang : Ruang Guru SMPN 1 Kota Bima
Pada Sekolah : SMPN 1 Kota Bima
Dengan alamat : Jln. Pendidikan Penatoi Kota Bima

Jalannya Acara Seminar:


1. Pembukaan: Oleh Moderator dengan membaca Basmallah/ do’a
2. Sambutan Kepala Sekolah
3. SambutanPengawas:
4.  Paparan Singkat Hasil Penelitian oleh Penyaji/ Penulis Laporan (Bahan Paparan
Terlampir)
5.Tanggapan, pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar dan Tanggapan
dari Penyaji,

Adapun pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar terhadap Laporan Hasil
Penelitian dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji adalah sebagai berikut:

No Nama Asal Isi pertanyaan, Tanggapan Penyaji


Instansi kritik/ saran dan/
atau masukan
1. BAYANULLAH.S,PDI SMP Islam Apa tujuan Secara umum,
Nurul Penelitian Saudara penelitian ini
Islam Kobi ini? bertujuan
menghasilkan
deskripsi tentang
peningkatan
keterampilan Menulis
Laporan Percobaan
siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima
melalui pengamatan.
Secara khusus,
penelitian ini
memiliki beberapa
tujuan, yakni (1)
56

Mendeskripsikan
pengelolaan guru
dalam meningkatkan
keterampilan Menulis
Laporan Percobaan
melalui pengamatan
siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima.,
(2) Mendeskripsikan
aktivitas guru dan
siswa dalam
meningkatkan
keterampilan Menulis
Laporan Percobaan
melalui pengamatan
siswa kelas IX-3
SMPN 1 Kota Bima,
(3) Mengetahui
respon siswa kelas
IX-3 SMPN 1 Kota
Bima terhadap
penerapan model
pengamatan dalam
pembelajaran menulis
wacana deskripsi.

2. ASRI NURANI SMPN9 Bagaimana Siklus Siklus dalam


KOTA dalam penelitian penelitian tindakan
BIMA tindakan kelas? kelas meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penilaian/observasi
dan adanya refleksi.
Itulah yang
membedakan PTK
dengan penelitian
lainnya.
3. ERTI WILANDARI SMPN 6 Bagaimana Anda Sebagaimana
KOTA mendapatkan data dikatakan pada Bab
BIMA pada penelitian III Sumber data
Ibu dalam penelitian ini
berasal dari dua
sumber yaitu : Siswa
Diperoleh data
tentang peningkatan
motivasi dan hasil
belajar Bahasa
Indoensia.
57

Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan
data teknik yang
digunakan adalah
menggunakan
observasi dan tes.
4 SITI HAISYAH SMPN 7 Apa saran Anda Saran saya adalah (1)
KOTA dengan penelitian Hasil penelitian ini
BIMA Ibu lakukan? hendaknya dapat
sebagai informasi dan
acuan terhadap
pengembangan pendi-
dikan khususnya
pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam
pengajaran wacana
deskripsi. (2) Hasil
penelitian ini bisa
dijadikan alternative
pembelajaran bahasa
Indonesia agar dalam
mengajar tidak secara
konvensional, tetapi
kreatif dan inovatif
sekaligus dapat
dijadikan acuan untuk
membuka diri dalam
pembelajaran agar
tidak menjadikan
siswa bosan.
6.  Penutup: Oleh Moderator, dengan membaca Hamdallah/ do’a.

Kota Bima, 25 Juli 2020


Peneliti, Notulen,

M. Arqam Nur Islam, S.Pd Lukman S.Pd.


NIP. 196509192014061002 NIP. 196304111985031010

Mengetahui,
Kepala sekolah,

Arif Rizal, S.Pd., M.Pd


NIP. 197904192005011011
58

Lampiran 5

FOTO-FOTO KEGIATAN DAN SEMINAR PENELITIAN

Kegiatan KBM Keterampilan Menulis Laporan Percobaan


59

Peneliti sedang Memberikan Materi Keterampilan Menulis Laporan


60
61

Anda mungkin juga menyukai