Anda di halaman 1dari 10

Nama : Kharismatul Aziziyah Rhada Putri

NIM : 200211605310
Mata Kuliah : Fonologi Bahasa Indonesia
Offering :A

SOAL-SOAL PENGAYAAN
1. Jelaskan perbedaan konsep fon dan fonem!
Jawab :
• Fon adalah bunyi yang merupakan suatu varian atau suatu anggota fonem.
Contoh :
Fon [t] dan [l]. kedua-duanya adalah konsonan letupan, tetapi [t] tidak bersuara seperti [l]. Contoh nya adalah pada kata
dibawah ini:
o [tari] tari bermakna ‘gerakan badan yang berirama’
o [lari] lari bermakna ‘melangkahkan kaki dengan cepat’
• Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil di dalam kata yang berfungsi membedakan bentuk dan makna. Fonem
ditulis diantara tanda /…/.
Contoh : pada kata baku dan paku. Kedua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda karena adanya perbedaan
bunyi pada awal kata, yaitu bunyi [b] dan [p]. kata pertama berarti ‘pokok; utama’,sedangkan kata kedua berarti ‘benda
bulat panjang dari logam yang berkepala dan berujung runcing’. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan
masing-masing ditulis sebagai /p/ dan /b/.
• Perbedaan Fon dan Fonem :
o Berdasarkan sifat nya, dapat ditemukan perbedaan yaitu : Fon bersifat real, sedangkan fonem bersifat abstrak.
o Berdasarkan bentuknya, dapat ditemukan perbedaan yaitu : Fon adalah wujud realisasi dari fonem, sedangkan
Fonem adalah sistem nya.
o Fon tidak membedakan makna, sedangkan Fonem dapat membedakan makna

2. Teman-teman sudah mempelajari konsep alofon. Di manakah batasan alofon?


Jawab :
• Alofon batasan variasi bunyi tidak membedakan makna. Maka misalnya suatu variasi bunyi dapat membedakan makna
berarti memang itu bukan alofon, tetapi memang mereka adalah 2 makna yang berbeda.
Contoh : ketika kita mengucapkan kata wedi dan wedi dalam bahasa jawa, ada wedi (takut) dan wedi (pasir)
Jadi, batasan alofon dalah jika fonem sudah tidak memiliki varian pelafalan yang berbeda, dapat disebut dengan koda.
(Chaer, 2013:65).

3. Buatlah peta penamaan bunyi berdasarkan tabel berikut!


Titik Artikulasi
Pangkal gigi Langit-langit Langit-
Bibir atas Gigi atas Anak tekak
atas keras langit lunak
(labium) (dentum) (uvula)
(alveolum) (palatum) (velum)
Bibir bawah
bilabial Labiodental - - - -
(labium)
Gigi bawah
- Interdental - - - -
(dentum)
Articulator

Ujung lidah
- Apikodental Apikoalveolar - - -
(apeks)
Daun lidah Lamino
- laminodental Laminopalatal - -
(lamina) alveolar
Belakang lidah
- - - Dorsopalatal dorsoveler dorsouvular
(dorsum)
Akar lidah
- - - - - radikouvular
(radiks)

4. Isilah peta bunyi vokal berdasarkan tabel bunyi berikut dengan transkripsi fonetis.
(a) Tinggi-rendahnya lidah
Bunyi tinggi [i] dan [u]
Bunyi agak tinggi [e] dan [o]
Bunyi tengah [ə]
Bunyi agak rendah [ε] dan [O]
Bunyi rendah [a] dan [α]

(b) Maju-mundurnya lidah


Bunyi depan Bunyi tengah/pusat Bunyi belakang
[i], [e], dan [a] [ə] [u] dan [o]

(c) Bentuk bibir


Bulat (B) [u], [U], [o], [O], dan
[α]
Pipih (P) [i], [e], dan [ε]
Netral (N) [a]

(d) Gabungan a—c


Bunyi depan Bunyi tengah/pusat Bunyi belakang
B - - [u]
Bunyi tinggi P [i] - -
N - - -
B - - [o]
Bunyi agak
P [e] - -
tinggi
N - - -
B - - -
Bunyi tengah P - - -
N - [ə] -
B - - [U]
Bunyi agak
P [ε] - -
rendah
N - - -
B - - -
Bunyi rendah P - [a] -
N - - [α]
5. Isilah peta bunyi konsonan berdasarkan tabel bunyi beriku dengan transkripsi fonetist.
(a) Mekanisme artikulasi
Labio- Apiko- Apiko- Lamino- Dorso- Dorso-
Bilabial Laringal Glotal
dental dental alveolar palatal velar uvular
[b], [p], [d], [t], [r], [g], [k],
[j], [c], dan [q] dan [?] atau
[m], dan [v] dan [f]. [?] dan [ð]. [ℓ], dan [x], dan [h].
[y]. [R]. hamzah
[w]. [n]. [?].

(b) Cara gangguan


Stop eksplosif [b], [d], dan [g].
Stop implosif [p], [k], [t], dan [?].
Afrikatif [j], [c], dan [y].
Frikatif [v], [f], [z], [s], [h], [?], dan
[ð].
Tril [r].
Lateral [L].
Nasal [m], [n], [ŋ] dan [?].
Semivokal [w] dan [y].

(c) Bergetar-tidaknya pita suara


Bersuara (B) [g], [b], dan [d].
Tak bersuara (TB) [k], [p], [t], dan [s].

(d) Gabungan a—c


Labio- Apiko- Apiko- Lamino- Dorso- Dorso-
Bilabial Laringal Glotal
dental dental alveolar palatal velar uvular
Stop B B d G ?
eksplosif TB
Stop B
implosif TB P t k
Afrikatif B j
TB c
B v ɵ z
Frikatif
TB f ð S x h
B r
Tril
TB
B ℓ ʃ
Lateral
TB
B M N ñ ŋ
Nasal
TB
B w y
Semivokal
TB

6. Analisislah kasus bunyi di bawah ini dengan memanfaatkan peta alat ucap, peta bunyi vokal, dan peta bunyi konsonan.
(a) Bunyi vokal apa yang pertama kali diucapkan oleh bayi? Kenapa?
Jawab :

• Vokal yang pertamakali dapat diucapkan oleh bayi adalah [a]. Mengapa ? karena vokal [a] adalah bunyi yang
relatif mudah di ucapkan. Selain [a] merupakan bunyi oral, bunyi [a] jg merupakan bunyi yang tidak terlalu tinggi
sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan tidak terlalu banyak membentuk mulut.
• Setelah [a] ada bunyi pipih yaitu bunyi [e] bunyi yang rendah juga.
(b) Bunyi konsonan apa yang pertama kali diucapkan oleh bayi? Kenapa?
Jawab :
• Bunyi konsonan yang pertama kali diucapkan oleh bayi adalah bunyi bunyi yang termasuk bunyi bilabial. Bunyi
bilabial adalah bunyi yangb dihasilkan oleh keterlibatan labium bawah dan labium atas (labium adalah bibir). Bunyi
bunyi bilabial itu, meliputi bunyi [p],[b],[m], dan [w]. hal ini terjadi karena bayi yang baru belajar untuk berbicara
itu hanya baru memiliki kemampuan utuk menghasilkan bunyi bilabial melalui bantuan bibirnya (bayi belum
memiliki gigi sehingga tak dapat menghasilkan dentuman) maka dari itu biasanya kata pertama yang dapat
diucapkan bayi adalah “mama”,”papa”,”baba” dan “dada”.
(c) Lebih mudah mana mengucapkan dua singkatan berikut? Kenapa?
SNMPTN – SBMPTN
Jawab :

• Pengucapan yang lebih mudah adalah pada kata SBMPTN, Karena pelafalan bunyi [b] dan [m] pada teori peta
bunyi sama sama merupakan bunyi bilabial dan mereka sama sama merupakan bunyi yang diucapkan dengan
bersuara.
(d) Pada kasus berikut, kenapa bunyi [i] yang bertemu [a] dan mengalami monoftongisasi menjadi bunyi [Ɛ]?
[Ka+panji+an]➔[KƏpanjƐn]
Jawab :
• Bunyi [i] saat bertemu dengan bunyi [a] merupakan konsep dari diftong naik. Diftong naik, terjadi jika vokal
yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang pertama (Chaer, 2013:44).
Kemudian, proses monoftong merupakan proses dimana bunyi diftong yang berubah menjadi sebuah vokal
tunggal (Chaer, 2013:132).
• [Ka+panji+an] vokal rangkap yang diubah menjadi vokal tunggal [KƏpanjƐn]. Jadi, dalam Bahasa Jawa,
keberadaan deret bunyi dapat menyebabkan proses penyatuan segemen seperti pada [Ka+panji+an] terjadi
penyatuan vokal rangkap [i] dan [a] berubah menjadi bunyi [Ɛ]. Sehingga proses monoftongisasi adalah
proses perubahan bunyi dari diftong menjadi monoftong (Chaer, 2013:132).

(e) Pada kasus berikut, kenapa bunyi [u] yang bertemu [a] dan mengalami monoftongisasi menjadi bunyi [O]?
[SƏ+patu+an]➔[SƏpatOn]
Jawab :
• Bunyi [u] saat bertemu dengan bunyi [a] merupakan konsep dari diftong turun. Diftong turun, terjadi jika
vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih rendah daripada yang pertama [Chaer,
2013:45). Kemudian proses monoftong merupakan proses dimana bunyi diftong yang berubah menjadi
sebuah vokal tunggal (Chaer, 2013:132).
• [SƏ+patu+an] vocal rangkap yang diubah menjadi vocal tunggal [SƏpatOn]. Jadi, dalam Bahasa Jawa, keberadaan
deret bunyi dapat menyebabkan proses penyatuan segemen seperti pada [SƏ+patu+an] terjadi penyatuan vocal
rangkap [u] dan [a] berubah menjadi bunyi [O]. u hampir saama sifatnya dengan i. Bedanya hanya u bulat dan i
pipih. Kenapa jadi O ? Kasusnya sama bahwa o sama samaa bunyi bulat, maka u bertemu a tidak mungkin menjadi
i,e atau ə. kemungkinan dia akan berada pada sistem bunyi yang sama sama pipihnya atau sama sama bulatnya.
(f) Pada kasus nasalisasi berikut, kenapa bunyi (1) wujud nasal yang bertemu [k] adalah [ŋ], (2) wujud nasal yang
bertemu [s] adalah [ñ], (3) wujud nasal yang bertemu [t] adalah [n], dan (4) wujud nasal yang bertemu [p] adalah
[m]?
Jawab :
• [MƏ(N)+kunci]➔[mƏŋunci]
• [MƏ(N)+sapu]➔[mƏñapu]
• [MƏ(N)+tutup]➔[mƏnutup]
• [MƏ(N)+pikir]➔[mƏmikir]
• Alasannya adalah karena mereka berada dalam satu titik artikulasi [k] dan [ŋ], [ñ], [m], artikulator / titik
artikulasinya sama. Sama sama menggunakan ujung lidah.
(g) Perhatian acara “WIB” di Net.TV yang dipandu oleh Cak Lontong. Tulislah sebanyak mungkin kasus yang bisa Anda
pelajari dengan teori bunyi suprasegmental!
Jawab :
• Tekanan
Menurut Chaer (2013:53), Tekanan atau stress menyangkut masalah keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi
segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar,
pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus
udara yang tidak kuat, sehingga amplitudonya menyempitpasti dibarengi dengan tekanan lunak.
Pada acara WIB, Selalu ada sesi yang bernama “Waktu Indonesia Kuis”. Dalam sesi itu, Cak
Lontongmemberikan sebuah pertanyaan yaitu : “apa yang biasanya ada di pantai”, lalu Tim A menjawab
“Angin pak, pasti kan bapak kalau dimana mana ada angin” (seolah meyakinkan agar Cak
Lontongmembenarkan jawabannya) namun Cak Lontongmemberikan lontaran kalimat yang pengandung
tekanan yaitu “anda jawab saja, angin apa bukan? Anda tidak perlu meyakinkan saya” dalam hal tersebut Cak
Lontongmemberikan tekanan sebagai bentuk penegasan.
• Durasi
Durasi berkaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu bunyi diucapkan. Diberi
tanda (….:).
Saat memasuki Sesi Waktu Indonesia kuis, Cak Lontongmengucap kalimat ‘baik langsung saja kita menuju
TTS..”
Lalu sang Host menambahkan kalimat “Teka.. Teki.. Sulit..”
Dalam hal tersebut sang co Host melontarkan kalimat yang mengandung durasi, yaitu dapat dituliskan
dengan:
“Teka : Teki : Sulit”. karena saat mengucapkan kalimat itu, si Host memberikan durasi di penggalan setiap
katanya.
• Jeda atau Persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujaran. Disebut jeda karena adanya
hentian itu, dan disebut persendian karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara dua
segmen ujaran (Chaer, 2013:55).
Sandi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain. Sandi dalam ini yang menjadi
batas silabel biasanya ditandai dengan tanda (+) (Chaer, 2013:55).
Pada acara WIB Cak Lontong memberikan pertanyaan saat sesi “Teka-teki Sulit”.
Bumi bentuknya ? jawabannya adalah lurus. Padahal bumi bentukknya adalah bulat pepat atau elips.
Mengapa jawaban yang benar malah jadi lurus? Ternyata ada kesalahan dalam mengambil sendi pada
pengucapan bumi.
Sendi yang benar ketika mengucapkan kata “bumi” yang benar adalah [bu+mi], namun ternyata yang
dimaksud cak lontong adalah [bu+mi] yang sebenarnya merujuk pada [bu+umi].
• Nada
Nada atau pitch berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
• Nada naik ( ̷ )
• Nada datar (⎺⎺)
• Nada turun atau merendah ( ⃥ )
• Nada turun naik (⋎)
• Nada naik turun (⋏)
"⎺⎺Apalagi kalua pemirsa mengalami permasalahan dalam gidup anda ⃥ tenang saja."

"⎺⎺Selamat malam pemirsa, kembali lagi dengan saya di acara WIB ̷ Waktu Indonesai Bercanda :"
"⎺⎺Anda mungkin melihat ini bekas, ini memang bekas ,⃥ bekas kain ̷ ⋎. ” (nada turun naik).
"⎺⎺Ini bahkan belum pernah dipecahkan di seluruh dunia, yaitu : TTS ̷ Teka ̷ : Teki ̷ : Sulit :⃥ ⋏ (nada naik turun).
Durasi berkaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu bunyi diucapkan. Diberi
tanda (….:)
Pada acara WIB yang dipandu oleh Fitri Tropika dengan antusias memanggil Cak Lonting.
“… ⎺⎺ bukan saya sendiri, tapi bersama motivator kita ̷ Cak : Lontong :”
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Maruanaya, Ritha. 2007. Analisis Interpretasi Fonem Segmental dan Suprasegmental Mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman.
Tanoar., Vol. 5 No. 2. 1-15.
Octavia, Wahyu. 2018. Penamaan Bunyi Segmental dan Supragsegmental. Vol. 10, No. 1. 9 – 18.

Anda mungkin juga menyukai