NIM : 230212605367
Mata Kuliah : Fonologi
Titik Artikulasi
Berdasarkan Mekanisme Artikulasi
Cara Labio Plato
Artikulasi Bilabial Dental Dental Alveolar Alveolar Palatal Velar Glotal
Daerah
Artikulasi
Plosif P T
B D
Afrikatif C K
J G
Frikatif F S X H
Z
Lateral L
Tril R
Flip
Nasal M N ɳ
Semi W Y
Vokal
Titik Artikulasi
Berdasarkan Tinggi-Rendahnya Lidah
Tekanan Depan Tengah Belakang
Tinggi /i/ /u/
Agak tinggi /ȋ/ /0/
Tengah /ǝ/
Agak rendah /ɛ/
Rendah /α/
Sumber (2): Ikhwan, C. 2017. Perbedaan Sistem Fonologi Bahasa Musi Dialek Ngunang
Kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin dengan Bahasa Indonesia. Skripsi
tidak diterbitkan, Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhamadiyah Palembang.
Muslich, (2008:53). mengklasifikasikan bunyi segmental didasarkan berbagai
macam segmen. Penentuan segmen tersebut didasarkan proses alat ucap dan pita suara
membentuk bunyi segmental itu sendiri.
Adapun masing-masing segmen tersebut sebagai berikut:
1. Ada tidaknya gangguan
a. Bunyi Vokoid
Adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan dan
penutupan pada daerah artikulasi. Ketika bunyi ini diucapkan, yang diatur
hanyalah ruang resonansi pada rongga mulut melalui pengaturan posisi
lidah dan bibir. Vokal dalam bahasa Indonesia berjumlah enam buah, yakni:
[a], [i], [u], [ε], [o], dan [ə].
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa bunyi vokoid terjadi
diakibatkan pengaturan posisi lidah dan bibir. berdasarkan tinggi rendahnya
posisi lidah, bunyi vokoid dapat dibedakan menjadi: 1) vokal/ vokoid tinggi
atau atas yang dibentuk melalui proses rahang bawah merapat ke rahang
atas: [i] dan [u] 2) vokal/ vokoid madya atau tengah yang dibentuk melalui
proses rahang bahwa menjauh sedikit dari rahang atas: [e] dan [o] 3) vokal/
vokoid rendah atau tengah yang dibentuk melalui proses rahang bawah
dimundurkan lagi sejauh-jauhnya: [a].
Secara umum vokoid dalam bahasa Indonesia terdiri dari bentuk
/a/,/i/,/u/,/e/, dan /o/, tetapi apa bila dikarakteristika lebih khusus menurut
Soebardi (1973) dalam Marsono (1989), bahasa Indonesia mempunyai
sepuluh vokal.
b. Bunyi Kontoid
Bunyi kontoid atau konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan
melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Bunyi ini
lebih banyak jenisnya bila dibandingkan dengan bunyi-bunyi vokoid.
Menurut Marsono (1989:60), perbedaan klasifikasi vokoid dengan
kontoid terletak pada fisiologisnya karena antara konsonan yang konsonan
yang satu dengan yang lainnya lebih mudah dibedakan daripada vokal-
vokal. Berdasarkan hal tersebut Marsono (1989:61) membedakan konsonan
menurut beberapa hal, antara lain:
1) Cara hambat (cara artikulasi) atau tempat hambatan (tempat artikulasi);
2) Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan
antara artikulator aktif dan pasif (striktur), dan
3) Bergetarnya pita suara.
2. Mekanisme udara
Mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggerakan pita
suara sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya terbagi menjadi tiga.
a. Mekanisme Udara Pulmonis
Udara yang berasal dari paru-paru menuju ke luar. Mekanisme udara
pulmonis ini terjadi pada hampir semua bunyi-bunyi bahasa di dunia.
b. Mekanisme Udara Laringal atau Faringal
Udara yang berasal dari laring atau faring. Caranya, glotis ditutup terlebih
dahulu, kemudian rongga laring dan faring diperkecil dengan menarik lidah
kebelakang dan menaikan jakun. Maka terjadilah pemadatan udara. Contoh:
[k], [l], [r].
c. Mekanisme Udara Oral
Udara yang datang dari mulut. Caranya, menutup rongga mulut pada velum
dan salah satu tempat di depan. Kemudian rongga mulut diperkecil sehingga
terjadi pemadatan udara sehingga apabila dibuka maka udaraakan keluar
meninggalkan rongga mulut. Contoh: [b],[m],[p].
3. Pita suara
Berdasarkan bergetar atau tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan, bunyi
dapat dikelompokan menjadi dua.
a. Bunyi mati atau tak bersuara
Bunyi yang dihasilakan dengan pita suara tidak melakukan gerakan
membuka menutup sehingga getarannya tidak signifikan. Pada bahasa
Indonesia, contoh-contoh bunyi mati atau tidak bersuara antara lain sebagai
berikut. Bunyi [k], Bunyi [p], Bunyi [t], dan Bunyi [s].
b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara
Bunyi hidup atau bunyi bersuara adalah bunyi yang dihasilkan dengan pita
suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga
bergetar secara signifikan. Pada bahasa Indonesia contoh bunyi hidup atau
bunyi bersuara antara lain sebagai berikut: Bunyi [g], Bunyi [b], Bunyi [d],
dan Bunyi [z].
4. Lubang lewatan udara
Berdasarkan proses lubang lewatan udara, bunyi dapat diklasifikasikan menjadi
tiga bunyi, yaitu 1) bunyi oral, 2) bunyi nasal, dan 3) bunyi sengau.
a. Bunyi oral
Bunyi oral adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui
rongga mulut. Dengan menutup velik pada dinding faring apabila kita ingin
mengetahui mana yang termasuk bunyi oral kita bisa mencoba dengan
menutup mulut kita. Contoh: [K]
b. Bunyi nasal
Bunyi yang keluar melalui rongga hidung dengan menutup rongga mulut
dan membuka velik lebar-lebar. Untuk mengetahui bentuk bunyi nasal coba
tutup kedua lubang hidung lalu bunyikan bunyi. Contoh : [m]
c. Bunyi sengau
Bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan
rongga hidung, dengan membuka velik sedikit. Bunyi Bindeng. contoh
bahasa Jerman.
5. Mekanisme artikulasi
Mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak ketika
menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan kriterianya mekanisme artikulasi
dapat dikelompokan menjadi berbagai mekanisme.
a. Bunyi bilabial
Bunyi bilabial adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium)
bawah dan bibir atas. Prosesnya bibir atas (sebagai artikulator) menyentuh
bibir atas (sebagai titik artikulasi). Contoh bunyi bilabial sebagai berikut.
[p], [b], [m], dan [w].
b. Bunyi Labio-Dental
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah (labium) dan gigi
(dentum) atas. Prosesnya bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh gigi
atas (titik artikulasi). Misal: [f] dan [v].
c. Bunyi sengau
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gigi
(dentum) atas. Caranya, ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh gigi
atas (titik artikulasi). Misal: [l] [a], [t] pada pintu.
d. Bunyi Apiko-Alveolar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gusi
(alveolum) atas. Prosesnya ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh
kaki gigi atas (sebagai titik artikulasi) Proses dari mekanisme artikulasi
tersebut menghasilkan bunyi [n] pada kata [nama], [d] pada kata [duduk] [r]
pada kata [mereka]
e. Bunyi Lamini-Palatal
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-
langit kertas (palatum). Prosesnya tengah lidah (sebagai artikulator)
menyentuh langit-langit (sebagai titik artikulasi). Misal: [c], [j],[n], [s].
f. Bunyi Dorso-Velar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan langit-
langit lunak (velum). Caranya pangkal lidah ( sebagai artikulator)
menyentuh langit-langit lunak (sebagai titik artikulasi). Misal: Bunyi [k],
Bunyi [g], dan Bunyi [x].
g. Bunyi (dorso-) uvular
Bunyi dorso uvular adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal
lidah (dorsum) dan tekak (uvula). Caranya, pangkal lidah (sebagai
artikulator) menyentuh anak tekak (sebagai titik artikulasi) misal : Bunyi
[q], Bunyi [r].
h. Bunyi laringal
Bunyi laringgal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorokan
(laring). Caranya, udara yang keluar dari paru-paru digesek ke tenggorokan.
Misalnya: [h].
i. Bunyi glotal
Bunyi glottal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau
celah (glotis) pada pita suara. Caranya, pita suara merapatkan sedemikian
rupa sehingga menutup glotis. Misalnya, [?] dan hamza.
6. Cara gangguan
7. Maju mundurnya lidah
8. Tinggi rendahnya lidah
9. Bentuk bibir
Sumber (3): Triadi, R. B., & Emha, R. J. 2021. Fonologi Bahasa Indonesia. Banten:
Unpam Press.