Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rindra Afrizqi Anugrah Sukmana

Program Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah


NIM/Offering : 210211602858/B
BUNYI SEGMENTAL
A. Klasifikasi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
Menurut Masnur. 2008. Klasifikasi bunyi segmental memiliki berbagai klasifikasi sebagai
berikut : 1. Ada tidaknya gangguan , 2. Mekanisme udara, 3. Arah udara, 4. Pita suara, 5.
Lubang lewatan udara, 6. Mekanisme artikulasi, 7. Cara gangguan, 8. Maju mundurnya lidah,
9. Tinggi rendahnya lidah, 10. Bentuk bibir.Berikut penjelasannya :

1. Ada Tidaknya Gangguan

Gangguan yang dimaksud adalah penyempitan / penutupan yang dilakukan oleh alat-
alat ucap atas arus udara dalam pembentukan bunyi. Berdasarkan ada tidaknya suatu
gangguan ketika bunyi diucapakan, bunyi di kelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Bunyi vokoid adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan suatu Penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Bunyi vokoiditu lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan bunyi kontoid. Contoh dari bunyi vokoid menurut Daniel Jones
terdapat pada bunyi vocal:

 Vocal (i) tinggi, depan, tidak bulat


 Vocal (u) tinggi, belakang, bulat
 Vocal (e) agak rendah, depan, tidak bulat
 Vocal (o) agak rendah, belakang, bulat
 Vocal (a) rendah, depan, tidak bulat
 Vocal (a latin) rendah, belakang, bulat

b. Bunyi kotoid adalah suatu bunyi yang dihasilkan dengan cara melibatkan
penyempitan / penutupan pada daerah artikulasi. Contohnya terdapat pada bunyi
vocal (m), (n), dan sebagainya.

2. Mekanisme Udara

Mekanisme udara merupakan dari mana datangnya udara yang menggerakkann pita
suara sebagai sumber bunyi. Jika diilihat dari kriterianya bunyi-bunyi bahasa bisa
dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme udara.berikut penjelasannya :

a. Mekanisme udara pulmonis, yakni udara yang dari paru-paru kemudian mengarah ke
luar. Mekanisme ini terjadi hampir pada semua bunyi-bunyi bahasa.
b. Mekanisme udara laringal atau faringal, yakni udara yang datangnya dari laring atau
faring.
c. Mekanisme udara oral, yakni udara yang datangnya dari mulut.

3. Arah Udara

Pada pembahasan Arah Udara caranya adalah dilihat dari arah udara ketika suatu
bunyi dihasilkan, bunyi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi egresif, adalah suatu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju keluar
melalui rongga mulut/rongga hidung. Sebagian besar bunyi bahasa yang ada di dunia
tergolong bunyi agresif.
b. Bunyi ingresif, adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara kemudian masuk
kedalam paru-paru. Misalnya adalah ketika seseorang berbicara sambil teriak,
seseorang tersebut bisa menghasilkan bunyi ingresif.

4. Pita Suara

Pada pembahasan ini, pita suara dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi
dihasilkan, bunyi dibagi menjadi dua, yakni:

a. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan
dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup shingga suatu
getarannya tidak signifikan. Contohnya adalah bunyi (k), (p), (t), (s).
b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, memiliki arti bahwa bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga
terjadinya getaran yang signifikan. Contohnya adalah bunyi (g), (b), (d), (z).

5. Lubang Lewatan Udara

Pada pembahasan lubang lewatan udara, hal tersebut dapat dilihat dari lewatan udara
ketika suatu bunyi dihasilkan, bunyi dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Bunyi oral, yakni bunyi yang dihasilkan dengan cara udarayang keluar melalui
rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring. Contohnya adalah
bunyi (k).
b. Bunyi nasal, yakni bunyi yang dihasilkan dengan cara udarayang keluar melalui
rongga hidung , dengan menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
Contohnya adalah bunyi (m).
c. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara yang keluar dari rongga
mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit. Contohnya terdapat pada
bunyi “bindheng”(istilahjawa).

6. Mekanisme Artikulasi

Mekanisme artikulasi merupakan alat ucap mana yang bekerja / bergerak ketika
menghasilkan suatu bunyi bahasa. Ditinjau dari hal tersebut, bunyi dikelompokan sebagai
berikut:

a. Bunyi bilabial, adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan labium bibir bawah
dan labium bibir) atas. Caranya adalah dengan tersentuhnya bibir bawah sebagai
articulator dengan bibir atas sebagai titik artikulasi. Misalnya: bunyi (p), (b), (m), dan
(w)
b. Bunyi labio-dental, merupakan bunyi yang dihasilkan dari keterlibatan bibir (labium)
bawah dengan gigi (dentum) atas. Caranya dengan tersentuhnya antara bibir bawah
sebagai artijulor dengan gigi atas sebagai titik artikulasi. Contohnya adalah bunyi (f),
dan (v)
c. Bunyi apiko dental,yakni bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan antara lidah (apeks)
dan gigi(dentum) atas. Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi), dan (n)
pada (minta)
d. Bunyi apiko-alveolar, merupakan bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan ujung
lidah (apeks) dan gusi (alveolum) atas. Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada
(dudU?), dan (n) pada (nama)
e. Bunyi lamino-palatal, adalah bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan tengah lidah
(lamina) dan langit-langit keras (palatum). Misalnya : (c), (j), (ñ), (Š)
f. Bunyi dorso-velar, yakni bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan langit-langit lunak (velum). Misalnya : (K), (g), (x), (η)
g. Bunyi dorso-uvular, merupakan bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan pangkal
lidah (dorsum) dan anak tekak (uvula). Misalnya: (q), dan (R).
h. Bunyi laringal, adalah bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i. Bunyi glotal, yakni bunyi yang dihasilkan antara keterlibatan lubang atau clah (glotis)
pada pita suara. Misalnya: (?) hamzah

7. Cara Gangguaan

Berdasarkan cara gangguannya, bunyi dapat diklompokkan sebagai berikut.

a. Bunyi stop atau hambat, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
ditutup rapat sehingga membuat udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali
secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) atau tutup disebut implosif(stop
implosif), tahap kedua (pelepasan) atau buka disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p) pada (atap’) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi
eksplosif. Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
b. Bunyi kontinum(alir), merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak
ditutup secara total sehingga suatu arus udara tetap mengalir. Bisa dibilang selain
bunyi-bunyi stop merupakan bunyi kontinum, seperti, bunyi afrikatif, frikatif, tril dan
lateral.
c. Bunyi afrikatif (panduan), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
ditutup rapat, tetapi kemudian arus udara dilepaskan secara berangsur. Misalnya, (c),
dan (j)
d. Bunyi frikatif (geser), merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
dihambat sedemikian rupa sehingga terjadinya udara tetap dapat keluar. Misalnya,
(f), (v), (s), (z), (Š), (x).
e. Bunyi tril (getar), adalah bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara yang ditutup
dan dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi lateral (sampingan), merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
yang ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bisa keluar melalui salah satu /
kedua sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).
g. Bunyi nasal (hidung),yakni bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat
rongga mulut ditutup rapat, tetapi suatu arus udara dialirkan ke rongga hidung.
Mialnya, (m), (n), (ñ), (η).

8. Tinggi-Rendahnya Lidah

berdasarkan dari tinggi rendahnya suatu lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a. Bunyi tinggi, yang dimaksut adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
meniggi, mendekati langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (bantu).
b. Bunyi agak tingggi, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
meninggi, sehingga agak atau sedikit mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e)
pada lele, (o) pada (soto).
c. Bunyi tengah, adalah bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah.
Misalnya, (e) pada (segera)
d. Bunyi agak rendah, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak
merendah, sehingga bisa dibilabg agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya,
(ε)pada kata (p ε p ε?), (ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada (pOkO?).
e. Bunyi rendah, adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah,
sehingga jauh dari suatu langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada
(armada), (α) pada (allαh), (α) pada (rαhmat).

9. Maju Mundurnya Lidah

Berdasarkan dari maju mundurnya suatu lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Bunyi depan, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah atau
dinaikkan. Contohnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
b. Bunyi pusat, merupakan bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata atau tidak
ada bagian lidah yang diinakkan. Contohnya, (e walik )
c. Bunyi belakang, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah
dinaikkan. Contohnya, (u), (U), (o), (O), (α).

10. Bentuk Bibir

Jika dilihat dari aspek bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dibagi menjadi dua,
yiatu:

a. Bunyi bulat, merupakan bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi suatu bibir
berbentuk bulat. Contohnya, (u), (U), (o), (O), (α).
b. Bunyi tidak bulat, adalah suatu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir yang
merata atau tidak bulat. Contohnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
B. Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
Berikut pengertian Bunyi Segmental Bahasa Indonesia menurut beberapa ahli :

 Bunyi segmental adalah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita
suara (M|asnur Muchlis, 2008).
 Bunyi segmental adalah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu
(Abdul Chaer, 2009).
 Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmrntasi/dipisah-pisahkan (Imam Suhairi, 2009).

Jadi, Bunyi segmental merupakan bunyi bahasa yang bisa dibagi-bagi atas bagian-bagian
lain seperti bunyi vokal (vokoid) dan konsonan (kontoid). Sedangkan deskripsi bunyi
segmental bahasa Indonesia menurut Masnur. 2008. Bahwa Bunyi segmental, baik vokoid
ataupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi
setelah diterapkan dalam berbagai sebuah distribusi dan lingkungan. Tetapi, paling tidak
jumlah dan variasi dari bunyi tersebut biasa di deskripsikan sebagai berikut :
1. Vokoid

2. Kontoid

Penutup

 Persamaan

Pendapat para penulis dari berbagai sumber yang telah saya dapatkan serta materi
penyaji memiliki kesamaan satu sama lain, hal tersebut terbukti dengan kesamaan suatu
makna yang memaparkan tentang Klasifikasi Bunyi Segmental dan Deskripsi Bunyi
Segmental Bahasa Indonesia.

 Perbedaan

Pada materi Klasifikasi Bunyi Segmental dan Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa
Indonesia saya tidak menemukan suatu perbedaan pendapat, hal tersebut terlihat bahwa
materi diatas saling menguatkan suatu pendapat satu sama lain dan tidak saling bertolak
belakang, hal tersebut terjadi seolah olah para penulis sepakat mengenai pembahasan materi
ini.

 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah pada pembahasan Klasifikasi Bunyi Segmental dan Deskripsi


Bunyi Segmental Bahasa Indonesia penulis semua memiliki pendapat yang sama, Penjelasan
tentang pembagian klasifikasi secara umum terbagi menjadi 10 bagian dan deskripsi bunyi
segmental terbagi menjadi 2 saja.
DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa : Memahami Bahasa Indonsia Illmiah. Jakarta: Erlangga

Dunis Iper, Petrus Poerwadi, Wihadi Admojo. 1998. FONOLOGI BAHASA KATINGAN, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

R. Mekar ismayani, m.pd. FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Power Point

DOSEN, B. (2013). FONOLOGI BAHASA INDONESIA materi 2.

Anda mungkin juga menyukai