Pengelolaan Lingkungan
Dosen Pengampu :
MARET 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
Dan Aspek Dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya. Sehubungan dengan selesainya
penulisan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
Dengan penuh harap, semoga jasa mereka diterima oleh Allah SWT dan
tercatat sebagai amal shalih serta saran yang bersifat konstruktif demi
pengembangan dan perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapatkan
ridho Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang
yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan makhluk. Secara teoritis
lingkungan tidak terbatas jumlahnya, oleh karena misalnya matahari dan
bintang termasuk di dalamnya. Tingkah laku manusia juga merupakan bagian
lingkungan hidup, oleh karena itu lingkungan hidup harus diartikan secara luas,
yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi, melainkan juga lingkungan
ekonomi, sosial dan budaya. Istilah Lingkungan Hidup pada BAB I, Pasal 1
ayat 1 Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dirumuskan sebagai berikut:“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan prikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.(Otto Soemarwoto, 2005)
Pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup, yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup. (Tamaulina, 2022)
1.3 Tujuan
1.1.4 Mengetahui Sejarah Pengelolaan Lingkungan Hidup di Dunia.
1.1.5 Mengetahui Sejarah Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia.
1.1.6 Mengetahui aspek dasar Pengelolaan lingkungan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Hidup Dunia
Lingkungan hidup merupakan suatu anungrah dari Tuhan, yang mana
manusia berkewajiban untuk menjaga dan melestarikannnya. Lingkungan hidup
sendiri merupakan bagian yang mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia pada
dasarnya dapat bernafas dan mendapatkan cahaya dari lingkungan yang sehat.
Ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, dan keadaan dan mahkluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lainya. Masalah lingkungan hidup global merupakan
refleksi masyarakat internasional khususnya berkiatan dengan terjadinya berbagai
macam kerusakan atau pencemaran lingkungan yang melanda dunia akibat adanya
pembangunan.
1
Moh. Fadli, Mukhlish, Mustafa Lutfi, Hukum dan Kebijakan Lingkungan, (Malang : UB
Press, 2016) hal. 19
2
Rispalman, Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, (Banda Aceh :
Jurnal Dusturiah, 2018) hal. 186
2
mengurusi masalah lingkungan yang disebut dengan Governing Council for
Environmental Programme. Rekomendasi itu kemudian menyetujui adanya
pembentukan kelembagaan PBB, yaitu UNEP (United Nations Environment
Programme). Adapun tugas dari lembaga PBB dibidang lingkungan ini bukan
menyelesaikan atau membiayai kerusakan lingkungan yang terjadi di negara-negara
anggota PBB, melainkan memberikan saran, dan mengembangkan teknik dan
sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan ke dalam pembangunan,
dan pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi 3.
Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan oleh wakil dari
swedia pada tanggal 28 Mei 1968, disertai saran untuk dijajaki kemungkinan guna
menyelenggarakan suatu konferensi internasional mengenai lingkungan hidup.
Dalam laporan sekretaris jenderal PBB dinyatakan betapa mutlak perlunya
dikembangkan “sikap dan tanggapan baru terhadap linkungan hidup”.4
Ada beberapa hasil dari yang disepakati melalui konferensi Stockholm ini, adalah
sebagai berikut:
3
Moh. Fadli, Mukhlish, Mustafa Lutfi, Hukum dan Kebijakan Lingkungan, (Malang : UB
Press, 2016) hal. 19
4
Rispalman, Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, (Banda Aceh :
Jurnal Dusturiah, 2018) hal. 186
5
Moh. Fadli, Mukhlish, Mustafa Lutfi, Hukum dan Kebijakan Lingkungan, (Malang : UB
Press, 2016) hal. 20
3
2) Rencana aksi lingkungan hidup manusia (action plan), terdiri atas 109
rekomendasi. Action Planini bertugas mengidentifikasi program dan
kegiatan internasional yang bersifat lintas batas dan antar masalah. Program
atau kegiatan ini terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
a. Penilaian masalah lingkungan (Environmental Assesment);
b. Pengelolaan lingkungan (Environmental Management); dan
c. Perangkat pendukung (Supporting Measures) yang meliputi antara
lain: pendidikan dan latihan, informasi, kelembagaan, keuangan,
bantuan teknis dan hokum
3) Rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan yang menunjang
pelaksanaan rencana aksi tersebut, yang dalam hal ini terdiri dari beberapa
hal, yaitu:
a. Dewan pengurus (Governing Council) program lingkungan hidup
(Un Environment Programe / UNEP);
b. Sekretariat yang dikepalai oleh seorang Direktur Eksekutif;
c. Dana lingkungan hidup (Environment Fund);
d. Badan koordinasi lingkungan hidup6.
6
Ibid, hal 21
4
yang dilaksanakan di Brasil pada tanggal 3-14 Juni 1992, telah menghasilkan 5
(lima) dokumen sebagai berikut:
7
Ibid, hal 22
8
Ibid, hal 22
5
disebut dengan KTT Johannesburg yang didalamnya fokus terhadap perwujudan
World Summit on Sustainable Development, (WSSD). Untuk menopang agar
negara tetap maju dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan, perlu
dilakukan suatu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam
suatu negara, yang dialakukan secara simultan dalam seluruh aspek kehidupan.
1) Pemberantasan Kemiskinan;
9
Ibid, hal 23
10
Ibid
6
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), International
Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), World
Wildlife Fund (WWF), World Trade Organization (WTO)11
WCS ini dibuat pada tahun 1980, tepatnya pada tanggal 6 Maret 1980 dan
dicanangkan pada 30 negara, dengan dukungan UNEP dan WWF. Lembaga ini
bertujuan memelihara proses ekologis yang penting serta sebagai sistem penyangga
kehidupan, mengkonservasi keanekaragaman jenis, dan menjamin pemanfaatan
secara konservasional (sustainable utilization) spesies dan ekosistemnya.
11
Ibid, 23
7
berhubung nama itu sudah dikenal luas. Titik berat aktivitas WWF ini pada upaya
konservasi satwa langka khususnya dan pada sumber daya alam pada umumnya.
Sedangkan WTO dengan fungsi utamanya dinilai sebagai badan yang terlalu
luas peranannya di dunia, khususnya di negara-negara berkembang12.
Dalam membahas hukum lingkungan Indonesia, kita tidak dapat melepaskan diri
dari sejarah pada masa Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, dimana pada masa
itu juga sudah terdapat hukum lingkungan. Akan tetapi hukum lingkungan pada
masa penjajahan masih berbentuk hukum lingkungan klasik yang ditandai dengan
sifat sektoralnya dan berorientasikan pemakaian atau use-oriented.
12
Ibid, hal 24
8
5. Jacht Ordonantie Java en Madoera, Stb. 1939 No. 733 (Undang-undang
Perburuan di Jawa dan Madura)
6. Natuur Bescharmings Ordonantie , Stb. 1941 No. 167 (Undang-Undang
Tentang Perlindungan Alam)
7. Monumented Ordonantie, Stb. 1931 No. 238 Jo. Stb. 1934 No. 511
(Undang-Undang Tentang Monumen)
13
Sukanda Husein. Penegakan Hukum Lingkungan (Jakarta: Sinar Grafika. 2020) hal 1-3
10
hasil maksimal dapat dicapai. Untuk pertama kali dalam pembahasan RUU telah
diikut sertakan ahli bahasa Indonesia.14
Pada tanggal 25 Februari 1982 RUULH yang telah dirumuskan kembali
oleh PANSUS DPR diajukan ke siding pleno DPR, yang dengan aklamasi
menetapkan Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
lingkungan hidup. Seterusnya pada tanggal 27 Februari 1982 Menteri Negara
PPLH melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses penyelesaian
Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut kepada Presiden. Akhirnya, pada
tanggal 11 Maret 1982 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) disahkan oleh presiden
dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.
12, TLN RI No. 3215. Kemudian, pada tanggal 19 September 1997, UULH
disempurnakan dengan diundangkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disingkat UUPLH. UUPLH
diundangkan dalam LNRI Tahun 1997 No. 68 dan TLNRI No. 3699. UUPLH
yang mulai berlaku pada tanggal 19 Septeber 1997 akhirnya disempurnakan
kembali dengan UUPPLH yang mulai berlaku pada tanggal 3 oktober 2009.
Dalam undang-undang tersebut tertuang banyak sekali prinsip dan pengertian
Hukum Lingkungan yang masih memerlukan pengkajian lebih mendalam.15
14
Rispalman, Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, (Banda Aceh :
Jurnal Dusturiah, 2018) hal. 189
15
Siti Sundari Rangkuti. Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional Ed.4.
(UNAIR Press. Surabaya: 2015) hal 10
11
pendayagunaan dan pemberdayaan masyarakat, serta penanggulangan kerusakan
lingkungan dan bencana alam.16
a. Perencanaan
Pada aspek ini terdiri dari tiga tahapan yang meliputi inventarisasi
lingkungan hidup, penetapan ekoregion, dan penyusunan rencana. Pada tahap
pertama yaitu inventarisasi lingkungan hidup dilakukan pada tingkat nasional
atau diseluruh wilayah Indonesia, tingkat kepulauan yang termasuk kepulauan
besar dan kecil, dan tingkat ekoregion. Pada ketiga tingkat ini dilakukan
bedasarkan kesamaan sumber daya alam dan kondisi masyarakat pada wilayah
tersebut, tahap ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai sumber daya
alam yaitu berupa potensi dan ketersediaannya, jenis yang dimanfaatkan,
bentuk penguasaan, pengetahuan pengelolaan, bentuk kerusakan, serta
penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
Pada tahap kedua adalah penetapan ekoregion, dimana ekoregion
merupakan wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air,
flora, dan fauna, serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Penetapan
ekoregion ini dilakukan bedasarkan kesamaan karakteristik bentang alam,
daerah aliran sungai, Iklim, flora dan fauna asli, social budaya, ekonomi,
kelembagaan masyarakat, dan hasil inventaris lingkungan hidup. Inventarisasi
16
Ambarwati, Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagai Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Hidup,
(Medan : Universitas Sumatera Utara, 2014), hal 47.
17
Rachman, Ruang Lingkup Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:
Universitas Pancasila, 2020).
12
lingkungan diwilayah ini dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya
tampung serta cadangan sumber daya alam. Penetapannya dilakukan oleh
menteri yang berpedoman dari hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu penyusunan rencana, maksud dari
penyusunan rencana disini adalah penyusunan rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup atau yang biasa disebut dengan RPPLH.
Penyusunan ini bedasarkan kewilayahannya seperti RPPLH nasional, provinsi,
kabupaten/kota yang masing-masingdiberi kewenangan untuk menyusun
RPPLH. Pada penyusunan RPPLH nasional disusun bedasarkan hasil inventaris
nasional bedasarkan peraturan pemerintah. RPPLH provinsi akan menjadi dasar
dalam pembuatan RPPLH kabupaten/kota dan bedasarkan inventarisasi pulau
atau ekoregion yang ditetapkan melalui perda kabupaten kota. Penyusunan ini
harus memperhatikan keragaman karakter dan fungsi ekologis, sebaran
penduduk, sebaran potensi sumber daya alam, kearifan lokal, aspirasi
masyarakat, dan perubahan iklim. Didalam RPPLH sendiri mencakup beberapa
hal seperti halnya pemanfaatan dan cadangan sumber daya alam, pemeliharaan
dan perlindungan kualitas dan fungsi hidup, pengendalian, pemantauan, serta
pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam,dan adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim.
b. Pemanfaatan
Aspek pemanfaatan ini harus dilakukan bedasarkan RPPLH, jika belum
terdapat RPPLH maka harus bedasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 12 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 yang
ditetapkan melalui instrument hukum, selanjutnya pada tingkat nasional dan
pulau ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup sedangkan pada tingkat
provinsi ditetapkan oleh gubernur serta pada tingkat kabupaten atau kota
ditetapkan oleh bupati atau walikota. Selain itu, daya dukung dan daya tampung
harus didasari dengan adanya kajian jika tidak maka akan terjadi implikasi
pemanfaatan sumber daya alam.
c. Pengendalian
Selanjutnya pada aspek pengendalian ini digunakan untuk mencegah
terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup maupun pemborosan
13
pemanfaatan sumber daya. Dalam aspek ini terdapat eberapa bentuk
pengendalian seperti pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pada
bentuk pencegahan terdapat 13 instrumen pencegahan kerusakan atau
pencemaran lingkungan hidup diantaranya terdapat KLHS, tata ruang, buku
mutu lingkungan, buku kerusakan lingkungan, AMDAL, UKL/UPL, perizinan,
instrument ekonomi lingkungan hidup , peraturan perundang-undangan
berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan, anggaran risiko
lingkungan hidup, audit lingkungan, instrument lain sesuai perkembangan
IPTEK. Selanjutnya pada bentuk penanggulangan dilakukan ketika terjadi
pencemaran lingkungan hidup maka dilakukan penanggulangan dengan cara
memberikan informasi kegiatan. Isolasi wilayah, pengentian, atau dengan cara
lain ceperti penggunaan teknologi. Pada bentuk yang terakhir yaitu pemulihan
, yaitu ketika lingkungan sudah rusak maka penghentian kegiatan perusakan
harus dilakukan setelahnya diikuti dnegan remediasi, rehabilitasi, restorasi, dan
dengan cara yang lain.
d. Pemeliharaan
Aspek ini memiliki tiga bentuk antara lain konservasi sumber daya alam
yang beruapa perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya alam
secara lestari. Selanjutnya pencadangan sumber daya alam yang melalui upaya
menahan atau mengklasifikasikan sumber daya alam yang tidak dapat dikelola
dalam jangka waktu yang lama. Upaya pemeliharaan yang terakhir adalah
pelestarian fungsi atmosfer melalui upaya mitigasi dan adaptasi, upaya
perlindungan lapisan ozon, dan perlindungan terhadap hujan asam.
e. Pengawasan
Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting karena digunakan untuk
mencegah potensi penyelewengan dari setiap kewenangan. Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan wilayah kewenangannya bertugas untuk
melakukan pengawasan. Dalam pelaksanaannya mereka akan menetapkan
pejabat pengawas lingkungan hidup yang disebut dengan pejabat fungsional,
seperti Dinas Lingkungan Hidup. Beberapa hal yang perlu diawasi ini antara
lain:
14
1. Pengawasan tehadap ketaatan penaanggung jawab usaha atau kegiatan atas
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
2. Pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
3. Pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap izin
lingkungan.
Apabila dalam pelaksanaan pengawasan pemerintah daerah melakukan
penyimpangan, maka menteri dapat mengambil alih melakukan pengawasan.
f. Penegakan hukum
Penegakan hukum terkait denga hukum administratif, hukum perdata, dan
hukum pidana.
1. Hukum Administrative
Hukum administrasi berkaitan dengan perizinan. Jika ada
pelanggaran perizinan makan perlu adanya sanksi administratif. Sanksi
administratif terdiri dari teguran tertulis, paksaan pemerintah, dan
pembekuan izin lingkungan atau pencabutan izin lingkungan. Jika ada
pemerintah daerah secara sengaja tidak enerapkan sanksi adminitratif maka
menteri dapat mengambil fungsi administrasi tersebut. Sanksi administratif
tidak membebaskan penanggung jawab usaha atau kegiatan tanggung jawab
pemulihan dan pidana. Dasar hukum dari hukum administratif terdapat
pada pasal 76-83 UU 32/2009 dan PERMEN LH No. 2/20113 tentang
pedoman penerapan sanksi administrasi di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Hukum Perdata
Hukum perdata dalam menyelesaikan sengketa dapat dilakukan di
luar maupun di dalam pengadilan. Gugatan pengadilan hanya mampu
ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa. Hukum perdata dapat digugat oleh pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan organisai lingkungan hidup. Dasar hukum dari
hukum perdata adalah BAB XII UU 32/2009 KUH Perdata.
15
3. Hukum Pidana
Terdiri dari dua bagian yaitu delik materil dan delik formil. Delik
materil merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum dianggap terpenuhi
jika ada akibat (pasal 98 ayat 1 dan pasal 99 ayat 1). Delik materil dengan
pemberatan terdapat pada pasal 98 ayat 2, ayat 3, pasal 99 ayat 1 dan ayat
3. Delik materil untuk pejabat yang berwenang melakukan pengawasan
lingkungan terdapat pada pasal 112. Sedangkan delik formil merupakan
perbuatan yang dilarang oleh hukum dianggap terpenuhi jika perbuatan
dilakukan tanpa mengharuskan adanya akibat. Terdapat 16 delik formil
dalam UUPPLH-Pasal. 100-111, pasal 113-115. Di dalam hukum pidana
memberikan ketentuan terhadap sanksi pidan minimal dan maksimal. Selain
itu juga terdapat sanksi pidana dalan undang-undang sektoral lain. Pada
undang-undang 32 Th. 2009 Ps. 116, Ps. 118, dan Ps. 119 membahas
tentang pertanggungjawaban pidana badan usaha.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah Pengelolaan lingkungan hidup di Dunia berawal dari persoalan
lingkungan tentang dampak pembangunan, maka pada tanggal 5-12 Juni 1972 di
Stockholm, Swedia diadakan konferensi PBB untuk pembangunan dan
lingkungan yang dihadiri oleh kurang lebih 110 negara dan di tetapkan tanggal 5
Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup Sedunia”. Dilanjutkan konferensi Rio de
Janeiro pada tahun 1992 di Brasil dan Konferensi Johannesburg di Afrika Selatan
pada tanggal 1-5 September 2002. Hasil dari beberapa konferensi di laksanakan
oleh PBB, menghasilkan beberapa lembaga atau organisasi, yaitu UNEP, OECD,
IUCN, WWF dan WTO.
Sejarah pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mulai berkembang sejak
zaman penjajahan Pemerintahan Hindia Belanda namun masih berbentuk hukum
lingkungan klasik yang ditandai dengan sifat sektoralnya dan berorientasikan
pemakaian (use-oriented). Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disingkat
UUPLH. UUPLH diundangkan dalam LNRI Tahun 1997 No. 68 dan TLNRI No.
3699. UUPLH yang mulai berlaku pada 19 Septeber 1997 akhirnya
disempurnakan kembali dengan UUPLH yang mulai berlaku pada 3 oktober 2009.
Dalam undang-undang tersebut tertuang banyak sekali prinsip dan pengertian
Hukum Lingkungan yang masih memerlukan pengkajian lebih mendalam.
Aspek dasar pengelolaan lingkungan terdiri atas tahap perencanaan, tahap
pemanfaatan, tahap pengendalian, tahap pemeliharaan, tahap pengawasan, dan
tahap penegakan hukum.
3.2 Saran
Dengan adanya penjelasan dari makalah yang telah kami susun diharapkan
pembaca bisa memahami tentang sejarah pengelolaan kualitas lingkungan dan
aspek dasar dalam pengelolaan lingkungan. Dalam sebuah penulisan ini tidak
menutup kemungkinan pasti adanya kesalahan.Untuk itu kami membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca supaya kami dapat menyusun makalah dengan lebih
baik di kemudian hari .
17
DAFTAR PUSTAKA
18