Anda di halaman 1dari 31

TANAMAN PANGAN

“Menganalisis Tanaman
Wijen Dan Kecipir Yang
Telah JArang Di Temukan
Di Kecamatan
Boliyohuto”

OLEH
SUGIYANTI SLAMET
( 431419067 )
R
U
M
1. Bagaimanakah kondisi ketersediaan tanaman U
S
pangan, dilihat dari produksi tanaman pokok di A
kecamatan Boliyohuto saat ini? N

2. Apakah tanaman pangan yang ada di Boliyohuto P


memiliki manfaat bagi penduduk di sekitarnya ? E
N
3. Bagaimanakah cara pembudidayaan tanaman E
pangan yang sudah langka di kecamatan L
I
Boliyohuto tersebut ? T
I
A
N
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, penelitian ini
memiliki manfaat yaitu : M
A
1. Untuk peneliti N
F
Menambah wawasan serta pengalaman dalam
A
mengetahui keunikan atau keberagaman tanaman A
T
pangan yang hamper punah atau langka di kecamatan
P
Boliyohuto.
E
2. Untuk masyarakat N
E
Dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat terkait L
I
manfaat yang ada pada tanaman pangan yang langka T
tersebut dan agar masyarakat memiliki inisiatif untuk I
A
membudidayakan kembali. N
Penelitian ini ditargetkan akan
membuat peneliti memahami manfaat Temuan Yang Ditargetkan
dan mebuat masyarakat memiliki inisiatif
untuk membudidayakan.

Penelitian ini bermanfaat dalam bidang kesehatan


dan bahan pokok, karena diharapkan mampu memberi Kontribusi Penelitian
informasi terkait manfaat dan pengganti bahan pokok
makanan yang ada saat ini .
Tinjauan
Pustaka
Tanaman Pangan


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan ataupun minuman bagi konsumsi
manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan atau pembuatan makanan atau
minuman.
—(Saparinto dan Hidayati, 2006).
“Tanaman pangan di Kecamatan Boliyohuto”

01
02
W
I K
J E
E C
N I
P
I
R
01
WIJEN
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas perkebunan rakyat yang
potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditi ini memiliki nilai ekonomi
tinggi dan multi guna, yaitu merupakan komoditas pendukung aneka industri dan
menghasilkan minyak makan yang berkadar lemak jenuh rendah (Rismunandar, 1976).

Rendahnya produktivitas tanaman disebabkan penerapan


teknik budidaya yang kurang baik. Henning et al. (1982)
menyatakan bahwa kurang tepatnya salah satu tindakan kultur
teknis secara nyata akan menurunkan produksi. Sampai saat ini
petani sering melakukan kesalahan penerapan kultur teknis
dalam budidaya tanaman wijen, termasuk di dalamnya adalah
cara tanam dan penggunaan varietas yang tidak jelas, hal ini
berakibat rendahnya produksi per satuan luas (Budi, 2004a).
Pembudidayaan Tanaman Wijen

1. Pengolahan tanah dan persiapan lahan

Tanah dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman kemudian


dibajak dan digaru hingga mencapai kedalaman 40-50 cm.
Setelah itu tanah dibentuk menjadi bedengan atau petak-petak.
Di sekelilingnya dibuat saluran drainase agar tanaman wijen
tidak tergenang air pada musim hujan. Saluran tersebut juga
berfungsi untuk pengairan, sehingga memudahkan pemberian
air pada tanaman.
2. Pola tanam

Wijen dapat ditanam dengan berbagai sistem


pola tanam yaitu system monokultur, sistem
tumpangsari (polikultur), dan sistem tumpang
gilir.
3. Varietas

Pada umumnya varietas wijen dibedakan dalam dua tipe,


yaitu yang berumur panjang dan biasanya batang bercabang,
serta tipe yang berumur pendek dengan batang tidak bercabang.
Varietas wijen yang ditanam perlu disesuaikan dengan kondisi
iklim, tanah, dan tujuan penanaman, karena masing-masing
varietas memiliki daya adaptasi yang berbeda terhadap kondisi
setempat (curah hujan, suhu, pH, tingkat kesuburan tanah), dan
memiliki habitat atau kanopi serta umur yang berbeda pula.

Gambar Varietas wijen tipe berumur


4. Penyiapan benih

Pemilihan benih yang berkualitas merupakan syarat


utama dalam budidaya tanaman wijen yang memiliki
ciri-ciri berkulit halus dan mengkilat, berdaya kecambah
dan tumbuh tinggi, sehat (tidak terserang hama dan
penyakit), berasal dari varietas unggul, lama disimpan
kurang dari satu tahun sejak dipanen.
5. Cara penanaman

Secara umum cara penanaman wijen dibedakan dalam


dua macam yaitu monokultur dan polikultur. Pada sistem
monokultur cara penanamannya dapat dilakukan dengan
disebar, ditugal, atau disemai terlebih dahulu. Pada system
polikultur benih wijen tidak disebar secara langsung,
namun diletakkan pada lubang tanam yang telah dibuat
terlebih dahulu.
7. Panen
Waktu panen yang tepat adalah pada saat daun tanaman wijen
yang belum tersisa hanya seperempat dari total daun dalam satu
tanaman, polong buah berwarna hijau kekuningan, ujung polong
membuka sedikit, dan tanaman berumur sekitar 4 bulan. Panen
dapat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman wijen
dalam posisi tegak, dipegang dengan hatihati kemudian dipotong
pada jarak sekitar 10-15 cm di bawah polong buah yang tumbuh
paling bawah pada batangnya.
02
KECIPIR
Bunga kecipir berjumlah 2−10 buah, berada dalam
tandan di ketiak daun, bertipe kupu-kupu, dan berwarna
lembayung muda atau putih dengan ragam perpaduan
lembayung muda, krem, biru, dan merah. Kelopak bunga
biasanya berwarna biru pucat, dapat dipakai sebagai
pewarna makanan.
Buah kecipir berbentuk polong persegi empat dengan
panjang 15−40 cm. Setiap segi bersayap dan di bagian
pinggirnya berombak, bergerigi atau berlekuk. Oleh
karena itu, kecipir disebut “kacang bersayap” atau winged
bean. Lebar sayap 0,30−1 cm, berwarna kuning-hijau,
hijau atau krem, dan kadang-kadang disertai lurik merah.
PEMBUDIDAYAAN TANAMAN KECIPIR

1. Syarat Tumbuh
Tanaman Kecipir dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun
pada daerah berhawa panas dan sedang dengan temperatur sekitar
15°C hingga 32°C. Tanaman kecipir dapat tumbuh pada daerah
dataran rendah hingga ketinggian 2000 mdpl. Kondisi tanah yang
baik untuki menanam kecipir ini yaitu tanah yang memiliki
kandungan bahan organik yang rendah, memiliki struktur berbasir
atau lempung. Tanaman kecipir ini dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang subuh ataupun tanah yang kurus karena tanaman
ini tahan terhadap kekeringan.
2. Waktu Tanam

Kecipir baik ditanam pada awal musim


penghujan atau akhir musim kemarau. Jika tanaman
ini ditanam saat akhir musim penghujan maka
tanaman kecipir akan berbuah setelah 4 bulan tanam,
jika ditanmam pada awal musim penghujan maka
tanaman kecipir akan berbuah setelah berumur 9
bulan setelah tanam.
3. Pengolahan Lahan Tanam
Tanah pada lahan tanam digemburkan dahulu, kemudian
buatlah guludan. Ukuran guludan yang dibuat yaitu sekitar
10-15 m untuk panjangnya, 20 m untuk lebarnya, untuk
ketinggian guludan dapat dibuat agak tinggi selain itu buat
juga saluran pembuangan air. Jarak antar guludan yaitu
sekitar 1 hingga 1 ¼ meter. Setelah guludan jadi, guludan
diberi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 50 kg
hingga 60 kg/guludan.
4. Pemeliharaan Tanaman Kecipir
Penyiraman pada tanaman kecipir dilakukan apabila
diperlukan saja, Penyiangan dan Penggemburan tanah dilakukan
setiap 2 minggu sekali hingga minggu ke-8 setelah tanam.
Jika tanaman kecipir ditanama hanya untuk penyubur tanam
maka tidak perlu diberi ajir, jika untuk konsumsi tanaman bisa
diberi ajir. Jikia anda memiliki tujuan untuk mengambil umbinya
juga, maka produksi buah pada tanaman kecipir dikurangi.
Metode
Penelitian
Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif


yaitu metode penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data, sehingga penelitian ini
juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Achmadi
dan Narbuko, 2003).
Adapun data sekunder diperoleh secara online melalui ekstraksi
Big Data. dari sumber teks Google scholar, PubMed, dan Science
Direct dengan kata kunci budidaya wijen dan kecipir, manfaat tanaman
wijen dan kecipir, kandungan gizi tanaman wijen dan kecipir.
Metode Penentuan Waktu dan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),


berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Lokasi yang diambil adalah Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo,
desa Bandung Rejo, Pada hari Minggu 05 september 2021, tepatnya tanaman
wijien di dapatkan di rumah nenek saya. Akan tetapi tanaman wijen di daerah
ini tidak memiliki potensi agribisnis minyak wijen, sehingga budidaya wijen
seharusnya dapat lebih dioptimalkan untuk mendukung ketersediaan bahan
baku. Sedangkan tanaman kecipir di dapatkan di salah satu rumah penduduk
dan hanya terdapat beberapa jalar tanaman yang merambat, karena mereka
hanya memanfaatkannya sebagai campuran sayur.
Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan bertanya secara


langsung kepada responden dengan menggunakan kuisioner yang
bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan.
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan.
3. Pencatatan untuk pengumpulan data dengan cara mencatat hal-hal
yang diperlukan dalam penelitian, baik yang diperoleh dari
responden maupun dari data yang lain, seta mendokumentasikan
tanaman yang menjadi bahan pengamatan.
Anallisis Data
Manfaat Tanaman Wijen

a) Sebagai bahan makanan


Biji wijen selain diambil minyaknya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti
untuk taburan kue, sambal wijen, bubur maupun sup.
b) Sebagai pakan ternak
Wijen dimanfaatkan untuk pakan ternak yang dapat memacu pertumbuhan dan proses
penggemukan burung, kuda, sapi, babi, dan lain-lain. Limbah biji wijen yang berupa ampas
sisa ekstraksi minyak dapat digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk organik karena masih
mengandung protein yang cukup tinggi.
Tabel 3.4.1 Komposisi unsur gizi biji
wijen
NO Komponen Jumlah kandungan
gizi
1.   Kalori (kal) 568.00

2.   Lemak (gr) 51.10

3.   Protein (gr) 19.30


4.   Karbohidrat(gr) 18.30

5.   Kalsium (mg) 1.13

6.   Fosfor (mg) 614.00


7.  Zat besi (mg) 9.5

8.   Vitamin A 0.00
 
9.   Vitamin B1 0.93
10.   Vitamin B2 -
 
11.   Vitamin B3 -
 
12  Air 5.80
Manfaat Tanaman Kecipir
Secara keseluruhan, polong muda memberikan sumbangan energi yang rendah,
namun tergolong sebagai sayuran yang bermanfaat bila ditinjau dari kandungan
vitamin dan mineralnya. Biji kecipir juga memiliki kandungan minyak (edible oil)
yang tinggi (15−20%), yang hanya dapat disaingi oleh kedelai dan kacang tanah. Biji
kecipir yang telah masak memiliki kandungan protein 29− 40% dan beberapa asam
amino esensial yang bermanfaat bagi kesehatan. Kecipir lokal Nigeria memiliki
kandungan protein 33,38% (Amoo et al. 2006). Dengan kandungan protein yang tinggi,
biji kecipir dapat digunakan sebagai makanan alternatif bagi perbaikan gizi
masyarakat.
Tabel 3.4.2 Kandungan vitamin pada bagian tanaman
kecipir
Vitamin Daun Polong muda Biji masak
Vitamin A (IU) 5.240−20.8 300−900 -
00

Tiamin (mg/100 g) 0,06−0,24 0,08−1,70


Riboflavin (mg/100 g) 0,08−0,12 0,20−0,50
Piridoksin (mg/100 g) 2,0 0,10−0,25
Niasin (mg/100 g) 0,50−1,20 3,10−4,60
Asam folat (mg/100 g) - 25,60−63,50

Asam askorbat (mg/10 14,5−128 20−37 Sedikit


0 g)

Tokoferol (mg/100 g) 3,50 0,50 25,60−63,50


Daftar Pustaka
Achmadi, Abu dan Cholid Narbuko, 2003. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta

Amoo, I.A., O.T. Adebayo, and A.O. Oyeleye. 2006. Chemical evaluation of winged beans (Psophocarpus

tetragonolobus), Pitanga cherries (Eugenia uniflora) and orchid fruit (Orchid fruit myristica).

Ajfand Online 6(2): 1−12.


Bennett, M. 1998. The New Rural Industries A Handbook for Farmers and Investors. Northern Territory
Department of Primary Industry and Fisheries, Darwin. 570 p.
Sunanto, Hatta. 2002. Budidaya Wijen Manfaat dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyakarta.
Handajani, Erlyna W.R, dan Suminah. A, 2006. Potensi Agribisnis Komoditas Wijen. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Rismunandar, 1976. Bertanam Wijen. Penerbit Terate. Bandung.


Rukmana, R. 2000. Kecipir, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta, 48 hlm
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai