Anda di halaman 1dari 41

PEMBELAJARAN

INOVATIF
KELOMPOK 4
1. Adul Kadir Jailani
2. Sugiyanti Slamet
3. Suci Purwasih
4. Rasmin Jailani
01
5 SINTAKS MODEL
PEMBELAJARAN
1. Model Pembelajaran
Langsung)
Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model
pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran
berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru.
(Depdiknas, 2010: 24).

Tujuan Pembelajaran Langsung

Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama


pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan
penggunaan waktu belajar peserta didik.
Karakteristik Model Pembelajaran Langsung

Menurut Depdiknas (2010: 24), model pembelajaran


langsung dapat diidentifikasi beberapa karakteristik, yaitu :

1) Transformasi dan keterampilan secara langsung


2) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu
3) Materi pembelajaran yang telah terstruktur
4) Lingkungan belajar yang telah terstruktur
5) Distruktur oleh guru.
Tahapan Model Pembelajaran Langsung

Latihan Latihan Latihan


Orientasi Presentasi
Terstruktur Terbimbing Mandiri
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan
focus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
K
c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan
E
yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
L
d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan
E
faktual yang sangat terstruktur.
B
e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
I
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
H
f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu
A
yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
N
g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata
pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan
dan dan antusiasme siswa.
a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa
untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
K keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
E mengajarkannya kepada siswa.
L b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi
E perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
M pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
A c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat
H secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
A sosial dan interpersonal mereka.
N d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak
tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
SINTAKS PEMBELAJARAN
LANGSUNG
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah memiliki tujuan sebagai berikut:


1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadi pembelajar yang mandiri.
Kekurangan
Kelebihan
1) Persiapan pembelajaran (alat,
1) Realistik dengan kehidupan
problem, konsep) yang kompleks;
siswa;
2) Sulitnya mencari problem yang
2) Konsep sesuai dengan kebutuhan
relevan;
siswa;
3) Sering terjadi miss-konsepsi;
3) Memupuk sifat inquiry siswa;
4) Konsumsi waktu, dimana model ini
4) Retensi konsep jadi kuat;
memerlukan waktu yang
5) Memupuk kemampuan Problem
5) cukup dalam penyelidikan.
Solving.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
1) Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dll
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
3. Model Pembelajaran Index Card Match
(Mencari Pasangan)

Menurut Zaini (2008: 67)) model pembelajaran Index


Card Match (mencari pasangan) adalah model pembelajaran
yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang
materi yang telah diberikan sebelumnya.
Kelebihan dan Kelemahan

1) Menumbuhkan kegembiraan dalam proses


pembelajaran.
K 2) Materi pembelajaran yang disampaikan dapat
E lebih menarik perhatian peserta didik.
L 3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif
E dan menyenangkan.
B 4) Mampu meningkatkan prestasi belajar peserta
I didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
H 5) Menilaian dapat dilakukan bersama
A pengamat/observer dan pemain (peserta didik).
N 6) Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat
menguatkan topik/konsep yang hendak diulang
maupun topik yang baru.
1) Membutuhkan waktu yang lama bagi
peserta didik untuk menyelesaikan
K
tugas dan presentasi.
E
2) Guru harus membuat persiapan yang
L
matang dengan waktu yang lebih lama.
E
3) Menuntut sifat tertentu dari peserta
M
didik untuk bekerja sama dalam
A
menyelesaikan masalah.
H
4) Suasana kelas menjadi ”gaduh”
A
sehingga dapat mengganggu kelas lain.
N
5) Kurang efektif apabila satu kelas
peserta didiknya banyak (gemuk).
Langkah – langkah dalam model pembelajaran Index Card
Match

1) Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah


peserta didik yang ada di kelas.
2) Kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh kertas, ditulis pertanyaan tentang materi yang
akan
4) diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
5) Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari
pertanyaan- pertanyaan yang sudah dibuat.
6) Sebelum dibagikan, kartu dikocok terlebih dahulu sehingga
akan tercampur antara soal dan jawaban.
4. Model Pembelajaran
Kooperatif
Model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran :
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif
2) Kelompok siswa dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah
3) Jika di dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda, diupayakan dalam kelompokpun berasal dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kelompok daripada perorangan
Menggunakan pembelajaran kooperatif berarti
mengubah peran guru dari peran yang berpusat pada
gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil.
Pada pembelajaran kooperatif tugas penilaian
menggantikan pendekatan kompetitif secara tradisional
dengan penghargaan perorangan dan penghargaan
kelompok
SINTAK PEMBELAJARAN KOOPERATIF
5. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) atau CTL merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
siswa secara nyata, sehingga siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam
kehidupan sehari-hari (Mulyasa: 2006: 102).
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan
pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar
teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, kerjasama,
dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know
each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy
activity).
SINTAK INKUIRI
02
KATA KERJA
OPRASIONAL DALAM
TAKSONOMI BLOOM
TINGKATAN DOMAIN KOGNITIF

1. C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat
kembali materi yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang
istilah, fakta khusus, konvensi, kecenderungan dan urutan,
klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.

Kata kerja operasional

Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambarkan,


Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan,
Memberi Label, Memberi Indeks, Memasangkan,
Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal,
Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau,
Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi,
Memberi Kode, Menelusuri, Dam Menulis.
2. C2 (Pemahaman/Comprehension)

Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri


dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
Kata kerja operasional

Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan,


Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan,
Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan,
Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan,
Merangkum, Dan Menjabarkan.
3. C3 (Penerapan/Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada
situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara
menggunakannya secara nyata.

Kata kerja operasional

Menugaskan, Mengurutkan, Menentukan, Menerapakan, Menyesuaikan,


Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun,
Membiasakan, Mencegah, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali,
Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan,
Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses,
Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Dan
Mentabulasi.
4. C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan
menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas.

Kata kerja operasional

Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi,


Mendiagnosis, Menyeleksi, Memerinci, Menominasikan, Mendiagramkan,
Mengkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah,
Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan,
Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Dan
Mentransfer.
5. C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan
mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.
Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan
yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak.

Kata kerja operasional

Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan,


Mengkode, Mengkombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun,
Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,
Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi,
Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan,
Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan, Memproduksi, Merangkum,
Dan Merekonstruksi.
6. C6 (Evaluasi/Evaluation)

Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide,
kreasi, cara atau metode.

Kata kerja operasional

Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik,


Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas,
Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur,
Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung,
Memilih, Dan Memproyeksikan.
TINGKATAN DOMAIN AFEKTIF

Ranah Afektif A1-A5 Kata Kerja Operatif


Kemampuan menerima A1 Bertanya,Memilih, Memberi,
Mengikuti
Menjawab, Menggunakan
Kemampuan menanggapi A2 Menolong, Mennjawab
Membantu, Menghimpun,
Mempertimbangkan,
Mempertunjukkan,
Mengemukakan, Melaporkan,
Memilih, Meuliskan

Berkeyakinan A3 Melengkapi, Menggambarkan


Membedakan, Menjelaskan
Membentuk, Mengusulkan
Membaca, Melaporkan, Ikut
serta, Memilih
Ranah Afektif A1-A5 Kata Kerja Operatif
Penerapan karya A4 Mengubah, Menyusun
Mengkombinasikan,
Membandingkan,
Melengkapi
Menjelaskan, Menarik
kesimpulan, Mengidentifikasi
Mengintegrasi, Memodifikasi
Menyusun, Mengorganisir
Menghubungkan, Mensintesa
Karakteristik A5 Membedakan,
Memperagakan
Mendengarkan,
Memodifikasi
Mempertunjukkan
TINGKATAN DOMAIN PSIKOMOTORIK

Ranah Psikomotorik P1-P5 Kata Kerja Operatif


Persepsi P1 Memilih, Melukiskan,
Mendeteksi, Membedakan
Mengenal, Memisalkan
Memisahkan
Kesiagaan P2 Memulai, Mempertontonkan,
Menjelaskan, Memindahkan,
Meneruskan, Bereaksi,
Menjawab, Menunjukkan
Ranah Psikomotorik P1-P5 Kata Kerja Operatif
Respon t erarah P3 Memasang, Menyesuaikan,
Membongkar, Membedah,
Membetulkan, Megerjakan,
Mengukur, Mempertontonkan
Mekanisme P4 Memasang, Menyesuaikan,
Membongkar, Membedah
Membetulkan, Megerjakan
Mengukur, Mempertontonkan
Respon nyata yang P5 Memasang, Menyesuaikan
kompleks Membongkar, Membedah,
Membetulkan, Megerjakan
Mengukur, Mempertontonkan
03
Berdasarkan Taksonomi
Bloom, Manakah yang dapat
Melatih Kemampuan Berfikir
Tinggi dan Rendah?
Taksonomi ditata secara kritis mulai dari kemampuan berfikir tingkatan
rendah (lower-order-thinking-skills atau LOTS ) sampai dengan kemampuan
berfikir tingkatan tinggi (higher-order-thinking-skills atau HOTS ). Setiap
tingkatan dalam taksonomi mewakili kemampuan dan abstraksi yang berbeda
satu sama lain.
Ada enam tingkatan abstraksi dalam taksonomi, yaitu: mengingat
(remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),
menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), menciptakan (creating).
Tingkatan paling rendah merupakan kemampuan kognisi pada tataran simplistik
yang paling dasar dan tingkatan paling tinggi merupakan kemampuan kognisi
pada tataran yang paling intelektual dan kompleks.
Gagasan di balik teori taksonomi ini adalah bahwa dalam menuntaskan suatu
unit pembelajaran, peserta didik dituntut untuk menguasai kemampuan pola
berfikir pada tingkatan yang lebih rendah atau LOTS terlebih dahulu sehingga
dapat memahami pola berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi atau HOTS.
Pada ranah kognitif dalam taksonomi, sekuens pembelajaran
dilakukan secara utuh dan terintegrasi. Metoda pembelajaran
yang digunakan difokuskan untuk menginisiasi pola fikir peserta
didik sehingga memiliki kemampuan berfikir pada tataran yang
lebih tinggi (higher-order-thinking-skills).
Keluaran yang diharapkan dari proses pembelajaran seperti ini
adalah siswa dengan kemampuan analitikal tinggi, berpikir kritis
dan berorientasi pada pemecahan masalah di samping memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi suatu keadaan atau kejadian
secara utuh dan sistemik.
03

Menurunkan KD ke Indikator
Indikator dalam Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan


perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan


kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya
mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi
media pencapaian kompetensi.
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD karena
indikator sebagai pedoman dalam mengembangkan materi
pembelajaran
Dalam merumuskan indikator yang harus
diperhatikan adalah :

Fungsi lain dari indikator adalah 1) Indikator dirumuskan dari KD.


sebagai pedoman dalam merancang 2) Menggunakan kata kerja operasional
dan melaksanakan penilaian hasil (KKO) yang dapat diukur.
belajar. Indikator menjadi pedoman 3) Indikator dirumuskan dalam kalimat
dalam merancang, melaksanakan, serta yang simpel, jelas dan mudah
mengevaluasi hasil belajar, Rancangan dipahami.
penilaian memberikan acuan dalam 4) Tidak menggunakan kata yang
menentukan bentuk dan jenis bermakna ganda.
penilaian, serta pengembangan 5) Hanya mengandung satu tindakan dan
indikator penilaian. satu materi.
Pengembangan indikator penilaian 6) Memperhatikan karakteristik mata
harus mengacu pada indikator pelajaran, potensi dan kebutuhan
pencapaian yang dikembangkan sesuai siswa, sekolah, masyarakat dan
dengan tuntutan SK dan KD. lingkungan.
Langah-langkah Menyusun Kompetensi Dasar / KD

Adapun dalam mengkaji Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada
standar isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada distandar isi.
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c) Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak
operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok pemahaman dan
juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar.

Sehinggah langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:


1) Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya : “kemampuan apa saja yang
harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai?” jawaban dari pertanyaan
tersebut kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2) Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
Langkah-langkah penyusunan Indikator

Sebelum melakukan penyusunan indicator,


maka harus diperhatikan terlebih dahulu Berikut ini urutan cara penyusunan Indikator :
komponen-komponen sebagai berikut :
1) Mengkaji KD tersebut untuk
1) Indikator merupakan penjabaran dari KD mengidentifikasi indikatornya dan
yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan rumuskan indikatornya yang dianggap
atau respon yang dilakukan atau ditampilkan relevan tanpa memikirkan urutannya lebih
oleh peserta didik. dahulu juga tentukan indikator-indikator
yang relevan dan tuliskan sesuai urutannya.
2) Rumusan indicator menggunakan kerja
2) Kajilah apakah semua indikator tersebut
operasional yang terukur atau dapat telah mempresentasikan KD nya, apabila
diobservasi belum lakulanlah analisis lanjut untuk
3) Indikator digunakan sebagai bahan dasar menemukan indikator-indikator lain yang
untuk menyusun alat penilaian. kemungkinan belum teridentifikasi.
4) Kata-kata Operasional yang Dijabarkan 3) Tambahkan indikator lain sebelumnya dan
Dalam Membuat Indikator: rubahlah rumusan yang kurang tepat dengan
lebih akurat dan pertimbangkan urutannya.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon
, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai