Anda di halaman 1dari 21

MENGANALISIS TANAMAN WIJEN DAN KECIPIR YANG TELAH

JARANG DI TEMUKAN DI KECAMATAN BOLIYOHUTO

KERANGKA PROPOSAL PKM-R


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Tanaman Pangan

Di Susun Oleh :
SUGIYANTI SLAMET
( 431419067 )

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PNEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL.................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAUN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Penelitian .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
1.5 Keutamaan Penelitian ............................................................................... 3
1.6 Temuan Yang Ditargetkan ....................................................................... 3
1.7 Kontribusi Penelitian ................................................................................ 3
1.8 Luaran Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Tanaman Pangan ...................................................................................... 4
2.2 Tanaman Wijen ........................................................................................ 5
2.2.1 Pembududayaan Tanaman Wijen ...................................................... 5
2.3 Tanaman Kecipir ...................................................................................... 9
2.3.1 Pembududayaan Tanaman Kecipir ................................................. 10
BABA III METODE PENELITIAN ................................................................. 13
3.1 Metode Dasar Penelitian......................................................................... 13
3.2 Metode Penentuan Waktu dan Lokasi .................................................... 13
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 13
3.4 Anallisis Data ......................................................................................... 14
3.4.1 Klasifikasi dan Manfaat/ kandungan gizi tanaman wijen ............... 14
3.4.2 Klasifikasi dan Manfaat/ kandungan gizi tanaman Kecipir ............ 16
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4.1 Komposisi unsur gizi biji wijen………………………………….16
Tabel 3.4.2 Kandungan vitamin pada bagian tanaman kecipir ………………17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Varietas wijen tipe berumur panjang……………………………7


Gambar 3.4.1 Tanaman wijen…………………………………………………14
Gambar 3.4.2 Tanaman kecipir………………………………………………..16

ii
BAB I
PENDAHULUAUN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pokok yang mendasar bagi setiap manusia terdiri dari
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Pada zaman yang modern ini
kebutuhan manusia semakin beragam. Hal tersebut tercermin pada tingkat
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dan semakin meningkat,
sehingga mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam hal menentukan mana
kebutuhan primer dan mana kebutuhan sekunder. Namun, dari sekian banyak
kebutuhan manusia, kebutuhan pangan, sandang, dan papan masih menjadi
kebutuhan pokok yang mesti selalu menempati urutan atas dalam hal
permintaan kebutuhan masyarakat.
Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar utama bagi manusia untuk dapat
mempertahankan hidup, oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang
pada setiap waktu merupakan hak azazi yang harus dipenuhi (Ismet, 2007;
Suryana, 2008).Sebagai kebutuhan dasar dan hakazazi manusia, pangan
mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa dan
Negara.Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan dengan
kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi suatu Negara.
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat terjadi jika ketahanan pangan
terganggu, yang pada akhirnya dapat membahayakan stabilitas nasional (Ismet,
2007 ).
Indonesia sebagai Negara yang berdaulat, berkomitmen untuk mewujudkan
ketahanan pangan, hal ini tertuang dalam undang-undang No.7 tahun 1996 tentang
pangan, dan ditindaklanjuti dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia
No.28 Th 2002 tentang ketahanan pangan yang mengamanatkan bahwa
pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan
pangan bagi seluruh rakyat (Suryana:2003).
Menurut Gardjito dan Rauf (2009), tujuan dari pembangunan ketahanan
pangan adalah terwujudnya kemandirian pangan yang cukup dan berkelanjutan
bagi seluruh penduduk melalui produksi dalam negri. Ketersediaan pangan

1
disuatu daerah dan pada saat waktu tertentu dapat dipenuhi dari tiga sumber,
yaitu produksi dalam negri, impor pangan, dan cadangan pangan. Ketersediaan
pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan diupayakan melalui produksi
dalam negri termasuk cadangan pangan. Impor pangan merupakan pilihan
terakhir jika terjadi kelangkaan produksi pangan. Sebagai salah satu komoditas
pertanian tanaman pangan yang utama, padi, jagung, kedelai memperoleh
perhatian yang khusus dari pemerintah. Produksi padi, jagung, dan kedelai
diharapkan bisa mencapai tahap swasembada untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional dalam rangka menciptakan ketahanan pangan nasional.
1.2 Rumusan Penelitian
1. Bagaimanakah kondisi ketersediaan tanaman pangan, dilihat dari produksi
tanaman pokok di kecamatan Boliyohuto saat ini?
2. Apakah tanaman pangan yang ada di Boliyohuto memiliki manfaat bagi
penduduk di sekitarnya ?
3. Bagaimanakah cara pembudidayaan tanaman pangan yang sudah langka di
kecamatan Boliyohuto tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi tanaman pangan, dilihat dari produksi tanaman
pokok di kecamatan Boliyohuto saat ini
2. Untuk mengetahui manfaat tanaman pangan yang terdapat di kecamatan
Boliyohuto bagi penduduk sekitarnya
3. Untuk mengetahui cara pembudidayaan tanaman pangan yang sudah
langka di kecamatan Boliyohuto tersebut
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, penelitian ini memiliki manfaat
yaitu :
1. Untuk peneliti
Menambah wawasan serta pengalaman dalam mengetahui keunikan atau
keberagaman tanaman pangan yang hamper punah atau langka di kecamatan
Boliyohuto.
2. Untuk masyarakat

2
Dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat terkait manfaat yang ada
pada tanaman pangan yang langka tersebut dan agar masyarakat memiliki
inisiatif untuk membudidayakan kembali.
1.5 Keutamaan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan kepada masyarakat untuk mengetahui manfaat
dari beberapa tanaman pangan yang hampir punah di kecamatan Boliyohuto.
1.6 Temuan Yang Ditargetkan
Penelitian ini ditargetkan akan membuat peneliti memahami manfaat dan
mebuat masyarakat memiliki inisiatif untuk membudidayakan.
1.7 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini bermanfaat dalam bidang kesehatan dan bahan pokok,
karena diharapkan mampu memberi informasi terkait manfaat dan pengganti
bahan pokok makanan yang ada saat ini .
1.8 Luaran Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan beberapa penemuan bagi peneliti
dan masyarakat terkait kegunaan atau manfaat yang ada pada tanaman pangan
di kecamatan Boliyohuto ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman
(Saparinto dan Hidayati, 2006).
Komoditas pangan harus mengandung zat gizi yang terdiri atas
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan
dan kesehatanmanusia. Batasan untuk komoditas ini meliputi kelompok tan
aman pangan, tanaman hortikultura non hias, dan kelompok tanaman lain
penghasil bahan baku produk yang memenuhi batasan pangan (Purnomo dan
Hanny P, 2002).
Di Indonesia, pada umumnya masyarakat lebih memilih komoditi beras
sebagai asupan makanan pokok sehari-hari sehingga areal persawahan yang
ada dipenuhi dengan komoditi padi. Citra bahwa pangan hanya disimbolkan
dengan beras semata adalah merupakan inti permasalahannya (Emiliana F,
2011). Sementara upaya untuk meningkatkan produksi padi dihadapkan pada
ancaman utama, yaitu: 1) stagnasi dan pelandaian produktivitas akibat kendala
teknologi dan input produksi, 2) instabilitas produksi akibat serangan ham
apenyakit dan cekaman iklim, 3) penurunan produktivitas akibat degradasi
sumber daya lahan dan air serta penurunan kualitas lingkungan, dan 4)
penciutan lahan, khususnya lahan sawah beririgasi akibat dikonversi menjadi
lahan nonpertanian (Praptono B, 2010).
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya
mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan
perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu
berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi, 2009).

4
Diversifikasi pangan ataupun produksi pangan, keduanya berkaitan
dengan kebijakan ketahanan pangan nasional. Upaya kebijakan untuk
diversifikasi pangan sudah dilaksanakan sejak awal dekade 1960-an untuk
mengantisipasi kebutuhan atau permintaan akan jenis tanaman pangan nasional
(Handewi dan Ariani, 2008).
2.2 Tanaman Wijen
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas perkebunan rakyat
yang potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditi ini memiliki nilai
ekonomi tinggi dan multi guna, yaitu merupakan komoditas pendukung aneka
industri dan menghasilkan minyak makan yang berkadar lemak jenuh rendah
(Rismunandar, 1976).
Tanaman wijen merupakan tanaman herba semusim dengan tipe
pertanaman tegak, batang berbuku-buku, ada yang bercabang banyak, sedikit
dan ada juga yang tidak bercabang, tinggi tanaman berkisar antara 30-200 cm,
daun tanaman berbau sangat tajam sehingga tidak disukai hama. Wijen
sebagian besar diusahakan dalam skala terbatas dan di dalam negeri
produktivitasnya masih rendah yaitu berkisar 400 kg/ha (Supriono, 2000)
Rendahnya produktivitas tanaman disebabkan penerapan teknik budidaya
yang kurang baik. Henning et al. (1982) menyatakan bahwa kurang tepatnya
salah satu tindakan kultur teknis secara nyata akan menurunkan produksi.
Sampai saat ini petani sering melakukan kesalahan penerapan kultur teknis
dalam budidaya tanaman wijen, termasuk di dalamnya adalah cara tanam dan
penggunaan varietas yang tidak jelas, hal ini berakibat rendahnya produksi per
satuan luas (Budi, 2004a).
2.2.1 Pembududayaan Tanaman Wijen
Keberhasilan budidaya tanaman wijen menurut Sunanto (2002) tidak
terlepas dari berbagai macam faktor atau aspek yang meliputi persiapan
lahan dan pengolahan tanah, penerapan pola tanam, jenis varietas yang
ditanam, penyiapan benih, penentuan masa tanam, penerapan cara tanam,
pemeliharaan tanaman, serta penanganan panen dan pasca panen. Budidaya
wijen dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

5
a. Pengolahan tanah dan persiapan lahan
Tanah dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman kemudian dibajak dan
digaru hingga mencapai kedalaman 40-50 cm. Setelah itu tanah dibentuk
menjadi bedengan atau petak-petak. Di sekelilingnya dibuat saluran
drainase agar tanaman wijen tidak tergenang air pada musim hujan. Saluran
tersebut juga berfungsi untuk pengairan, sehingga memudahkan pemberian
air pada tanaman. Pengolahan tanah yang baik akan menjamin kemudahan
pelaksanaan penanaman, sehingga benih wijen lebih mudah berkecambah,
serta dapat menekan dan mengendalikan gulma. Periode sejak pertumbuhan
awal hingga tanaman berumur 45 hari merupakan periode peka terhadap
gangguan gulma. Pengolahan tanah pada sistem tumpang sari cukup
dilakukan bagi tanaman palawija atau padi saja. Namun, persiapan tanah
untuk system tumpang sari harus dilakukan secara lebih intensif
dibandingkan dengan sistem monokultur.
b. Pola tanam
Wijen dapat ditanam dengan berbagai sistem pola tanam yaitu system
monokultur, sistem tumpangsari (polikultur), dan sistem tumpang gilir.
Sistem monokultur adalah pola tanam yang dilakukan secara tunggal,
dimana pada sebidang tanaha hanya ditanami satu jenis tanaman budidaya.
Sitem polikultur yaitu pola tanam campuran, dimana tanaman wijen dapat
ditanam bersama dengan tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai,
kacang hijau, ubi kayu), maupun dengan padi. Sistem tumpang gilir
merupkan pola tanam campuran dua atau tiga tanaman yang ditanam secara
tumpang sari, dimana salah satu dari tanaman tersebut dipanen terlebih
dahulu, misalnya wijen ditanam bersama kacang tanah dan jagung, tanaman
wijen dipanen terlebih dahulu, kemudian lahan bekas wijen dapat ditanami
kacang tanah atau kacang kedelai. Pola tanam tumpang sari dan tumpang
gilir dapat meningkatkan pendapatan petani, mengoptimalkan peggunaan
lahan, dan mengurangi resiko kegagalan panen karena pengaruh iklim atau
hama penyakit.
c. Varietas

6
Pada umumnya varietas wijen dibedakan dalam dua tipe, yaitu yang
berumur panjang dan biasanya batang bercabang, serta tipe yang berumur
pendek dengan batang tidak bercabang. Varietas wijen yang ditanam perlu
disesuaikan dengan kondisi iklim, tanah, dan tujuan penanaman, karena
masing-masing varietas memiliki daya adaptasi yang berbeda terhadap
kondisi setempat (curah hujan, suhu, pH, tingkat kesuburan tanah), dan
memiliki habitat atau kanopi serta umur yang berbeda pula. Pada pola tanam
polikultur menggunakan varietas tidak bercabang agar memperoleh
penyinaran secara optimal, sedangkan sistem monokultur dapat
menggunakan varietas wijen yang bercabang maupun tidak bercababang.

Gambar 2.2.1 Varietas wijen tipe berumur panjang


d. Penyiapan benih
Pemilihan benih yang berkualitas merupakan syarat utama dalam
budidaya tanaman wijen yang memiliki ciri-ciri berkulit halus dan
mengkilat, berdaya kecambah dan tumbuh tinggi, sehat (tidak terserang
hama dan penyakit), berasal dari varietas unggul, lama disimpan kurang dari
satu tahun sejak dipanen. Benih wijen yang diperlukan dalam budidaya
monokultur adalah berkisar antara 2-8 kg per hektar lahan, tergantung pada
syarat tanam yang dipergunakan (disebar, ditugal, disemai). Apabila dengan
sistem disebar, maka dibutuhkan 7-8 kg benih, untuk sistem tugal jarak

7
tanam dapat diatur dan membutuhkan benih 6-8 kg per hektar, jika disemai
membutuhkan benih wijen sebanyak ± 4 kg.
e. Masa tanam
Pada wilayah bermusim hujan pendek, wijen harus ditanam pada awal
musim hujan agar tanaman tidak mengalami hambatan karena suhu, gulma,
maupun ketersediaan air. Oleh karena itu, di lahan kering yang berhujan
pendek, lebih baik menanam wijen tanpa pengolahan tanah agar waktu
tanamnya tidak terhambat. Pada daerah yang bermusim hujan panjang,
sebagian petani menanam wijen pada akhir musim kemarau, yaitu 1-2 bulan
sebelum musim kering.
f. Cara penanaman
Secara umum cara penanaman wijen dibedakan dalam dua macam yaitu
monokultur dan polikultur. Pada sistem monokultur cara penanamannya
dapat dilakukan dengan disebar, ditugal, atau disemai terlebih dahulu. Pada
system polikultur benih wijen tidak disebar secara langsung, namun
diletakkan pada lubang tanam yang telah dibuat terlebih dahulu. Penanaman
pada lubang dapat menggunakan bibit yang berasal dari persemaian.
g. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan wijen dilakukan melalui berbagai macam kegiatan yang
meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, pembumbunan dan
pengairan. Penyulaman dilakukan jika ada benih wijen yang tidak
berkecambah atau tidak tumbuh. Penyulaman dapat dilakukan pada saat
tanaman berumur 5-6 hari, dengan cara memasukkan lagi benih wijen ke
dalam lubang tugalan dan membubuninya kembali dengan tanah lembut.
Penyiangan dapat dilakukan sewaktu-waktu, tergantung dari kondisi
keberadaan gulmanya. Penyiangan juga bertujuan untuk melakukan
penggemburan serta pendaringan tanah di sekitar tanaman wijen agar
aerasinya lebih baik dan merupakan persiapan bagi pemupukan. Untuk
mencapai produksi wijen yang tinggi, maka unsur hara makro yang berupa
Nitrogen, Phospor, dan Kalium harus tersedia dalam tanah, sehingga
budidaya wijen dianjurkan untuk menggunakan pupuk N, P, K untuk

8
mengatasi kekurangan unsur hara makro tersebut. Selain itu budidaya wijen
juga menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang ataupun kompos.
Pembumbunan dilakukan pada tanah di sekitar batang bawah dari rumpun
tanamn wijen dengan menggunakan tanah yang telah digemburkan sehingga
dapat memperkokoh tegaknya tanaman wijen. Pengairan diberikan pada
saat setelah tanam sampai dengan masa puncak pembungaan sekitar 12-15
hari. Pengairan setelah tanam berfungsi untuk menunjang proses
perkecambahan benih, sedangkan pengairan berikutnya sangat menentukan
tingkat produksi tanaman.
h. Panen
Waktu panen yang tepat adalah pada saat daun tanaman wijen yang
belum tersisa hanya seperempat dari total daun dalam satu tanaman, polong
buah berwarna hijau kekuningan, ujung polong membuka sedikit, dan
tanaman berumur sekitar 4 bulan. Panen dapat dilakukan dengan cara
memotong batang tanaman wijen dalam posisi tegak, dipegang dengan
hatihati kemudian dipotong pada jarak sekitar 10-15 cm di bawah polong
buah yang tumbuh paling bawah pada batangnya. Panen yang dilakukan
sebelum polong tua akan menghasilkan biji yang berkualitas kurang baik.
2.3 Tanaman Kecipir
Tanaman Kecipir telah lama di kenal di indonesia. Hal ini dapat di
nyatakan bahwa tanaman Kecipir telah mempunyai nama yang khusus di
masing masing daerah, Walaupun Kecipir sudah dikenal diseluruh
Indonesia namun dinyatakan, bahwa asal usul Kecipir bukan dari Indonesia.
Ada yang menyatakan, bahwa asalnya kecipir masih teka-teki. Mungkin
dari Madagaskar, tetapi mungkin pula dari Afrika Tropis. Kecipir menyebar
luas di Asia Tenggara kira-kira dalam abad ke 17 dann yang bertanggung
jawab atas penyebaran itu adalah pedagang bangsa Arab. Dengan demikian
baru dalam abad ke 17 lah kecipir dikenal di Indonesia. Untuk selanjutnya
menyebar ke Papua Nugini hingga sekarang. Di Papua Nugini kecipir
ditanam di tempat-tempat hingga 2000 m lebih dari permukaan laut. Kecipir
di daerah tersebut merupakan makanan rakyat namun masih merupakan

9
tanaman ala kadarnya di pekarangan atau tegalan. Demikian pula
perkembangannya di Indonesia. Ciri-ciri tanaman Kecipir Bagi yang baru
mendengar nama kecipir, mungkiningin tahu ciri-cirinya dan mungkin juga
ingin tahu apa artinya perkataan kecipir atau jaat.
Bunga kecipir berjumlah 2−10 buah, berada dalam tandan di ketiak
daun, bertipe kupu-kupu, dan berwarna lembayung muda atau putih dengan
ragam perpaduan lembayung muda, krem, biru, dan merah. Kelopak bunga
biasanya berwarna biru pucat, dapat dipakai sebagai pewarna makanan.
Buah kecipir berbentuk polong persegi empat dengan panjang 15−40 cm.
Setiap segi bersayap dan di bagian pinggirnya berombak, bergerigi atau
berlekuk. Oleh karena itu, kecipir disebut “kacang bersayap” atau winged
bean. Lebar sayap 0,30−1 cm, berwarna kuning-hijau, hijau atau krem, dan
kadang-kadang disertai lurik merah.
Polong muda umumnya berwarna hijau, dengan ragam merah muda,
merah sampai ungu, dan berubah menjadi coklat dan hitam bila telah masak.
Polong berisi 5−20 biji. Bentuk biji agak membulat dengan panjang 0,60−1
cm dan bobot biji 0,04−0,64 g. Biji berwarna kuning, kehijauan, coklat,
putih hingga hitam atau berbintik. Sebagian besar kecipir menyerbuk
sendiri, namun dengan bantuan lebah, bunga kecipir berpeluang menyerbuk
silang.
2.3.1 Pembududayaan Tanaman Kecipir
a. Syarat Tumbuh
Tanaman Kecipir dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun pada
daerah berhawa panas dan sedang dengan temperatur sekitar 15°C hingga
32°C. Tanaman kecipir dapat tumbuh pada daerah dataran rendah hingga
ketinggian 2000 mdpl. Kondisi tanah yang baik untuki menanam kecipir
ini yaitu tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang rendah,
memiliki struktur berbasir atau lempung. Tanaman kecipir ini dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang subuh ataupun tanah yang kurus
karena tanaman ini tahan terhadap kekeringan.
b. Waktu Tanam

10
Kecipir baik ditanam pada awal musim penghujan atau akhir musim
kemarau. Jika tanaman ini ditanam saat akhir musim penghujan maka
tanaman kecipir akan berbuah setelah 4 bulan tanam, jika ditanmam pada
awal musim penghujan maka tanaman kecipir akan berbuah setelah
berumur 9 bulan setelah tanam.
c. Persiapan Benih
Kebutuhan benih kecipir ditentukan oleh jarak tanam yang akan
digunakan, luas lahan tanam, serta jumlah benih yang akan ditanam pada
setiap lubang . Biasanya dalah setiap lubang diisi dengan 2 hingga 3 biji
benih.
Biji benih sendiri didapatkan dari polong yang telah tua. Biji yang
baik untuk benih adalah biji yang memiliki panjang sekitar 15-20 cm,
dalam kondisi baik dan sehat, padat berisi, tidak keriput, memiliki ukuran
yang seragam.
d. Pengolahan Lahan Tanam
Tanah pada lahan tanam digemburkan dahulu, kemudian buatlah
guludan. Ukuran guludan yang dibuat yaitu sekitar 10-15 m untuk
panjangnya, 20 m untuk lebarnya, untuk ketinggian guludan dapat dibuat
agak tinggi selain itu buat juga saluran pembuangan air. Jarak antar
guludan yaitu sekitar 1 hingga 1 ¼ meter. Setelah guludan jadi, guludan
diberi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 50 kg hingga 60
kg/guludan.
e. Penananam Benih
Setelah lahan siap, selanjutnya lakukan penanaman. Tanah pada
bagian tengan guludan ditugal sedalam 5 cm. Jarak tanam yang digunakan
adalah sekitar 25-35 cm. Setelah itu masukan 3 hingga 5 biji benih per
lubang tanam.
Jika penanaman tersebut dilakukan dalam skala besar di sawah atau di
tegalan, jarak tanam yang digunakan yaitu sekitar 30×50 cm atau 50×50
cm. Namun jika penanaman kecipir ini juga untuk diambil umbinya maka
jarak antar guludan dibuat sekitar 1 hingga 1 ¼ meter dengan lebar sekitar

11
60 cm. Sebelum biji benih ditanam, tiap lubang tanam diberi pupuk
kandang sebanyak ¼ kg.
f. Pemeliharaan Tanaman Kecipir
Penyiraman pada tanaman kecipir dilakukan apabila diperlukan saja,
Penyiangan dan Penggemburan tanah dilakukan setiap 2 minggu sekali
hingga minggu ke-8 setelah tanam.
Jika tanaman kecipir ditanama hanya untuk penyubur tanam maka
tidak perlu diberi ajir, jika untuk konsumsi tanaman bisa diberi ajir. Jikia
anda memiliki tujuan untuk mengambil umbinya juga, maka produksi
buah pada tanaman kecipir dikurangi.
Setelah tanaman berumur 21 hari setelah tanam, maka lakukan
pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea dan juga TSP
dan untuk setiap 1 hektar lahan maka kebutuhan pupuk tersebut masing-
masing 50 kg dan 75 kg. Pemupukan tersebut dilakukan dengan cara
meletakannya dalam lubang yang dibuat dengan cara ditugal di bagian
kanan atau kiri lubang tanam dengan jarak sekitar 10 cm.
Apabila tanaman sudah tidak produktif lagi maka perlu dilakukan
pemangkasan. Pohon yang dipangkas berjarak 30 cm dari tanah, setelah
itu tanaman dipelihara kembali. Pemangkasan ini dapat dilakukan
sebanyak 2 kali (Rukmana, R. 2000)
g. Pemanenan Kecipir
Pada saat berumur 7 hingga 8 minggu setelah tanam, tanaman kecipir
sudah mulai berbunga. 2 minggu setelah berbunga polong kecipir dapat
dipanen . Setelah pemanenan pertama, polong dapat dipanen setelah 1
minggu dan hal ini dapat dilakukan selama 4 hingga 5 bulan.

12
BABA III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
metode penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data, sehingga penelitian ini juga menyajikan data,
menganalisis, dan menginterpretasi (Achmadi dan Narbuko, 2003). Penelitian
ini menggunakan teknik survey, yaitu penelitian dengan cara pengambilan
sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat
pengumpul data, dan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Adapun data sekunder diperoleh secara online melalui ekstraksi Big Data.
dari sumber teks Google scholar, PubMed, dan Science Direct dengan kata
kunci budidaya wijen dan kecipir, manfaat tanaman wijen dan kecipir,
kandungan gizi tanaman wijen dan kecipir.
3.2 Metode Penentuan Waktu dan Lokasi
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Lokasi yang diambil adalah Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo,
desa Bandung Rejo, Pada hari Minggu 05 september 2021, tepatnya tanaman
wijien di dapatkan di rumah nenek saya. Akan tetapi tanaman wijen di daerah
ini tidak memiliki potensi agribisnis minyak wijen, sehingga budidaya wijen
seharusnya dapat lebih dioptimalkan untuk mendukung ketersediaan bahan
baku. Sedangkan tanaman kecipir di dapatkan di salah satu rumah penduduk
dan hanya terdapat beberapa jalar tanaman yang merambat, karena mereka
hanya memanfaatkannya sebagai campuran sayur.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan bertanya secara langsung
kepada responden dengan menggunakan kuisioner yang bertujuan untuk
memperoleh informasi yang relevan.

13
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan.
3. Pencatatan untuk pengumpulan data dengan cara mencatat hal-hal yang
diperlukan dalam penelitian, baik yang diperoleh dari responden maupun
dari data yang lain, seta mendokumentasikan tanaman yang menjadi bahan
pengamatan.
3.4 Anallisis Data
Persepsi petani terhadap budidaya wijen di Kecamatan Boliyohuto dapat
dikategorikan baik, cukup, dan buruk. Kategori pengukurannya dengan
menggunakan rumus lebar interval kelas, yaitu:

Kelas kategori : Nilai tertinggi – Nilai terendah


Jumlah kelas

3.4.1 Klasifikasi dan Manfaat/ kandungan gizi tanaman wijen


Tanaman wijen mempunyai sistematika (taksonomi) sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales (Tubiflorae)
Famili : Pedaliaceae
Genus : Sesamum
Species : Sesanum indicum

Gambar 3.4.1 Tanaman wijen

Tanaman wijen mempunyai daun dan biji yang dapat dimakan. Wijen
merupakan bahan makanan dan sumber minyak goreng yang berkualitas
tinggi karena mengandung mineral, protein, serta asam lemak jenuh yang
rendah dan non kolesterol yang berguna bagi kesehatan tubuh, sehingga tidak
berdampak negatif terhadap kesehatan dan disebut sebagai “Rajanya Minyak
Nabati” atau King Oil. Minyak dari biji wijen terkenal memiliki keawetan
tinggi dan merupakan minyak goreng yang dapat mempertahankan kualitas

14
makanan yang digoreng (tahan lama simpan). Ampas atau bungkil wijen
sesudah ekstraksi minyak mengandung asam amino methionin, fosfor, dan
vitamin yang sangat bergizi. Biji wijen yang utuh digunakan sebagai hiasan
dalam pembuatan berbagai macam gula-gula dan roti. Selain itu, biji wijen
mampu mencegah penuaan, memperbanyak ASI, mengatasi hipertensi, serta
mencegah penyakit kanker. Tanaman wijen yang masih hijau merupakan
sumber protein yang baik, daunnya terkadang dapat dimasak sebagai sayur.
Limbah tanaman wijen (setelah diambil buahnya) dapat digunakan sebagai
mulsa dalam usaha konservasi tanah (Sunanto, 2002).
Menurut Handajani (2006), pemanfaatan wijen secara umum adalah
sebagai bahan makanan, pakan ternak, serta bahan baku industri, seperti
minyak wijen.
a. Sebagai bahan makanan
Biji wijen selain diambil minyaknya juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan makanan seperti untuk taburan kue, sambal wijen, bubur maupun sup.
Selain itu, wijen juga dapat digunakan untuk membuat cabuk serta kecap
dari bungkil wijen.
b. Sebagai pakan ternak
Wijen dimanfaatkan untuk pakan ternak yang dapat memacu
pertumbuhan dan proses penggemukan burung, kuda, sapi, babi, dan lain-
lain. Limbah biji wijen yang berupa ampas sisa ekstraksi minyak dapat
digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk organik karena masih
mengandung protein yang cukup tinggi.
c. Sebagai bahan industri
Komoditas wijen yang berbentuk biji berkulit, biji tidak berkulit
(kernel), dan minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun
bahan pendukung dalam industri farmasi, pembuatan sabun, margarine,
minyak rambut, kosmetik, pestisida, peralatan listrik, makanan, dan bahan
baku industri kerajinan. Pada industri makanan, minyak wijen berperan
mengenyalkan bahan yang dihasilkan, sedangkan dalam industri kosmetik
minyak wijen berperan mengikat aroma dan katalisator.

15
Tabel 3.4.1 Komposisi unsur gizi biji wijen
NO Komponen Jumlah
kandungan gizi
1. Kalori (kal) 568.00
2. Lemak (gr) 51.10
3. Protein (gr) 19.30
4. Karbohidrat(gr) 18.30
5. Kalsium (mg) 1.13
6. Fosfor (mg) 614.00
7. Zat besi (mg) 9.5
8. Vitamin A 0.00

9. Vitamin B1 0.93
10. Vitamin B2 -

11. Vitamin B3 -

12. Air 5.80

3.4.2 Klasifikasi dan Manfaat/ kandungan gizi tanaman Kecipir


Susunan taksonomi kecipir adalah sebagai berikut:
Kindom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamily : Faboideae
Tribe : Phaseoleae
Gambar 3.4.2 Tanaman kecipir
Genus : Psophocarpus
Species : Psophocarpus tetragonolobus
Polongnya merupakan protein, karbohidrat, dan vitamin A, dapat
dikonsumsi sebagai lalapan, sup, dan kari. Polong muda dapat direbus,
dikeringkan atau dipanggang. Komposisi nutrisi polong muda kecipir

16
sepadan dengan tanaman kacangkacangan lainnya. Biji kecipir dibuat susu
dengan nutrisi yang prima.
Secara keseluruhan, polong muda memberikan sumbangan energi yang
rendah, namun tergolong sebagai sayuran yang bermanfaat bila ditinjau dari
kandungan vitamin dan mineralnya. Biji kecipir juga memiliki kandungan
minyak (edible oil) yang tinggi (15−20%), yang hanya dapat disaingi oleh
kedelai dan kacang tanah. Biji kecipir yang telah masak memiliki
kandungan protein 29− 40% dan beberapa asam amino esensial yang
bermanfaat bagi kesehatan. Kecipir lokal Nigeria memiliki kandungan
protein 33,38% (Amoo et al. 2006). Dengan kandungan protein yang tinggi,
biji kecipir dapat digunakan sebagai makanan alternatif bagi perbaikan gizi
masyarakat.
Multifungsi lain dari tanaman kecipir adalah sebagai tumbuhan penutup
tanah dan pupuk hijau karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan
termasuk sebagai tanaman pengikat nitrogen dari udara yang baik.
Tabel 3.4.2 Kandungan vitamin pada bagian tanaman kecipir
Vitamin Daun Polong muda Biji masak
Vitamin A (IU) 5.240−20.800 300−900 -
Tiamin (mg/100 g) 3,601 0,06−0,24 0,08−1,70
Riboflavin (mg/100 g) 2,601 0,08−0,12 0,20−0,50
Piridoksin (mg/100 g) 1,001 2,0 0,10−0,25
Niasin (mg/100 g) 15,001 0,50−1,20 3,10−4,60
Asam folat (mg/100 g) 671 - 25,60−63,50
Asam askorbat (mg/100 14,5−128 20−37 Sedikit
g)
Tokoferol (mg/100 g) 3,50 0,50 25,60−63,50

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu dan Cholid Narbuko, 2003. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.
Jakarta
Amoo, I.A., O.T. Adebayo, and A.O. Oyeleye. 2006. Chemical evaluation of
winged beans (Psophocarpus tetragonolobus), Pitanga cherries (Eugenia
uniflora) and orchid fruit (Orchid fruit myristica). Ajfand Online 6(2):
1−12.
Bennett, M. 1998. The New Rural Industries A Handbook for Farmers and
Investors. Northern Territory Department of Primary Industry and
Fisheries, Darwin. 570 p.
Sunanto, Hatta. 2002. Budidaya Wijen Manfaat dan Aspek Ekonominya. Kanisius.
Yogyakarta.
Handajani, Erlyna W.R, dan Suminah. A, 2006. Potensi Agribisnis Komoditas
Wijen. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Rismunandar, 1976. Bertanam Wijen. Penerbit Terate. Bandung.

Rukmana, R. 2000. Kecipir, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius,


Yogyakarta, 48 hlm

18

Anda mungkin juga menyukai