Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MID

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

“PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI AREA WISATA TAMAN


HUTAN KOTA PALU”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3
CANTIKA DIAS ARNETTA C 301 18 442

WAHYUDI HARYANTO C 301 18 436

ANTHONY JACKY TANRIADY C 301 18 400

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi “PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DI AREA WISATA TAMAN HUTAN KOTA PALU”. Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Tim Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB 1 | PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................
BAB 2 | PEMBAHASAN
A. Hutan Kota
B. Masalah Lingkungan
C. Fungsi Hutan Kota
BAB 3 | HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis
BAB 4 | PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan kota adalah kawasan di dalam atau sekitar kawasan perkotaan yang ditumbuhi
pepohonan, yang tumbuh secara alami menyerupai hutan, bukan ditata seperti taman.
Keuntungan dari ruang hijau ini adalah untuk mengurangi kerusakan lingkungan
perkotaan dan memperbaiki lingkungan dan keindahan. Di kota palu sendiri telah
memiliki hutan kota, pada tahun 2017 pemerintah kota palu Bersama balai Prasarana dan
Permukiman Wilayah (BPPW) mengubah Kawasan hutan yang penuh dengan belukar
menjadi suatu taman wisata dan menjadi destinasi favorit untuk dikunjungi bagi warga
kota palu. Untuk alamat dari Hutan kota palu sendiri berlokasi di Jalan Jabal Nur,
Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, kawasannya sendiri dapat ditempuh 4 sampai
5 kilometer dari pusat kota. Selain menjadi taman wisata, Taman hutan kota palu sendiri
memiliki wadah wahana, olahraga dan juga kesenian. Beberapa contoh dari tempat
olahraga yang berada di taman hutan kota palu seperti Lapangan Futsal, Lapangan basket,
wahana ATV Adventure bahkan area untuk bermain Skateboard-pun tersedia.
Pengunjung pada hari biasa berkisar sekitar 500 orang per harinya dan jika hari weekend
atau akhir pekan bisa mencapai 1.000 orang bahkan lebih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tata Kelola wisata khususnya stand jualan di Taman Hutan Kota Palu?
2. Bagamana peraturan pemerintah terkait kebersihan hutan kota?
3. Apakah dengan pembuatan Taman Hutan Kota Palu dapat menjaga kelestarian
lingkungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peraturan pemerintah terkait kebersihan hutan kota
2. Untuk mengetahui keefektifan Taman Hutan Kota Palu dapat menjaga kelestarian
lingkungan
3. Untuk mengetahui Tata Kelola wisata khususnya stand jualan di Taman Hutan Kota
Palu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hutan Kota
Jumlah kawasan terbuka di perkotaan biasanya tidak seimbang dengan
perkembangan perkotaan. Begitulah cara menanam dan melindungi hutan kota untuk
mengurangi dampak negatif kota terhadap lingkungan. Hutan kota adalah kawasan di
dalam atau sekitar kota yang dikelilingi oleh pepohonan alami, mirip dengan hutan,
tidak ditata sebagai taman. Manfaat dari ruang hijau ini adalah untuk mengurangi
kerusakan lingkungan perkotaan, dan fungsinya untuk memperbaiki lingkungan dan
keindahan. Keberadaan hutan kota sangat penting untuk mengimbangi perkembangan
alami kota padat penduduk dan membatasi ruang terbuka hijau. Selain itu, ruang
terbuka hijau seperti hutan kota menyeimbangkan ekosistem seperti kawasan
permeabel air dan menjadi tempat karbon dioksida perkotaan diubah menjadi oksigen.
Keberadaan hutan kota diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 tentang
Hutan Kota. Peraturan Pemerintah RI No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota
menyebutkan bahwa hutan kota merupakan perluasan dari kawasan tempat tumbuh
suburnya spesies pohon di perkotaan baik pada kawasan publik maupun privat, baik
kawasan publik maupun privat ditetapkan sebagai hutan kota oleh otoritas terkait.
Penciptaan hutan kota ini bertujuan untuk memelihara, mengkoordinasikan dan
menyeimbangkan ekosistem perkotaan termasuk unsur ekologi, sosial dan budaya.
Bentuk dan struktur hutan kota Bentuk dan struktur hutan kota bergantung pada
bentuk lahan yang tersedia untuk hutan kota. Bentuk hutan kota (GD RI No. 63),
2002.
Adapun mengenai hutan kota terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Jalur;
b. Kelompok;
c. Sebaran
Seperti dikemukakan oleh Irvan (2007), morfologi hutan kota juga dapat
dikelompokkan menurut sebaran vegetasinya. Morfologi hutan kota dapat
dikelompokkan dalam tiga bentuk :
a. dikelompokkan atau ditumpuk
adalah hutan kota dengan komunitas tumbuhan yang terkonsentrasi di
kawasan yang paling sedikit terdapat 100 pohon yang lebat dan jaraknya tidak
beraturan;
b. Sebaran,
yaitu hutan kota tanpa pola tertentu, dan komunitas yang berkembang tersebar
dalam kelompok atau kelompok.
c. Berupa jalur
yaitu komunitas tumbuhan yang tumbuh di atas tanah berupa jalan setapak
yang lurus atau berkelok, membentuk sungai, jalan raya, pantai dan kanal, dll.

Struktur hutan kota bergantung pada keanekaragaman vegetasi yang ditanam.


Oleh karena itu, terbentuklah hutan kota berstruktur berlapis baik dalam arah vertikal
maupun horizontal, meniru hutan alam. Struktur hutan kota adalah komunitas
tumbuhan yang membentuk hutan kota. Irwan (2004) mengklasifikasikan hutan kota
menurut strukturnya sebagai berikut: Terdiri dari dua lapisan: komunitas tumbuhan
hutan kota yang seluruhnya terdiri dari pepohonan dan gambut atau tutupan lahan; b.
Ada banyak tingkatannya yaitu komunitas tumbuhan hutan kota, selain pohon dan
rerumputan juga meliputi semak, rerumputan, tumbuhan merambat, epifit, dan banyak
tunas dan vegetasi. Intervalnya tidak rata dan padat, dengan lapisan dan komposisi
yang meniru komunitas tumbuhan hutan alam. Dalam perencanaaan pembangunan
hutan kota, pemerintah Kota Palu harus memperhatikan peraturan yang telah di atur
baik oleh Undang- undang, peraturan pemerintah, peraturan mentri dan peraturan
lainnya. Sebagai salah satu acuan untuk membangun hutan Kota, salah satu contoh
peraturan yang harus di ikuti dalam pembangunan hutan kota yaitu Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.71/Menhut-II/2009 yang menjelaskan
tentang pedoman pembangunan hutan Kota seperti yang di jelaskan dalam pasal 8
yaitu Luas hutan Kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 (dua
puluh lima per seratus) hektar dan persentase luas hutan kota paling sedikit 10%
(sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi
setempat (Permenhut Nomor P.71/MenhutII/2009).
Hutan Kota yang sudah ada di lokasi-lokasi tertentu perlu disempurnakan atau
dikembangkan agar dapat ditingkatkan fungsinya, yaitu dengan menanam jenis
vegetasi yang meningkatkan struktur seperti semak, perdu, liana, epifit dan lainnya.
Pembangunan dan pengembangan hutan Kota perlu dilakukan dengan pendekatan
bentuk dan struktur karena bentuk dan struktur hutan kota mempunyai hubungan yang
menguntungkan dengan kualitas lingkungan disekitarnya dan mempercepat serta
mempermudah pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pemeliharaan
hutan Kota (Irwan, 2005).

B. Masalah Lingkungan
Sekitar 70% hutan Indonesia merupakan hutan negara. Pengelolaan hutan ada
di tangan pemerintah pusat dan daerah. Pengelolaan hutan memberikan tambahan
PAD (pendapatan asli daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat, dan
menggiatkan sektor ekonomi. Namun, pemanfaatan hutan yang berlebihan dapat
merusak hutan. Dampak ekonomi dari deforestasi (kerusakan hutan) hanya
menyumbang sebagian kecil dari dampak yang sebenarnya. Dampak ekonomi tidak
mencerminkan semua dampak yang terjadi. Peran hutan dalam menopang lingkungan
justru membuatnya semakin penting. Di antara faktor-faktor lain, ada banyak faktor
yang berkontribusi terhadap peningkatan deforestasi dan degradasi hutan.

1. Akibat Alam
 Letusan Gunung Berapi.
 Naiknya air permukaan laut dan tsunami
 Serangan hama dan penyakit.
2. Akibat Ulah Manusia
 Kebakaran hutan.
 Illegal logging (Penebangan liar).
 Perladangan berpindah.
 Perkebunan kelapa sawit.
 Konversi lahan gambut menjadi sawah.
 Pertambangan.
 Transmigrasi.
 Penggembalaan Ternak dalam hutan
 Pemukiman penduduk.
 Pembangunan perkantoran.
 Di era otonomi daerah, ruang perkantoran tidak hanya terdapat pada
kawasan perkotaan yang ramai. Gedung perkantoran juga dibangun di
kawasan hutan, terutama di kabupaten baru. Pemerintah daerah
dikawasan baru telah membuka lahan hutan untuk membangun
pemukiman, industri, ritel, dan ruang perkantoran. Untuk memenuhi
permintaan tersebut, pemerintah daerah telah mengajukan izin konversi
lahan dari Kementerian Kehutanan.
 Pembangunan infrakstruktur perhubungan seperti jalan, lapangan udara,
pelabuhan kapal, dan lain-lain.

C. Fungsi Hutan Kota


Hutan kota juga memiliki beberapa fungsi didalamnya seperti:
1. Fungsi lansekap
Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan sosial, yaitu: fungsi fisik untuk
mencegah angin, matahari, dan aroma kurang sedap. Penyerap CO2 dan penghasil
O2 terbaik: Dama (Agathis dammara), daun kupu-kupu (bauhinia), rantoro
(Leucaena leucocephala), pohon beringin (Ficusbenjamina). Pohon tak berbau:
Sempaka (Michelia champaca), Kenanga (Canangaodorata), Tanjung (Mimusops
elengi) Angin pohon: Damar (Agathisdamara) dan Jemara (Casuarina)Sumatera
(Sumatrana) dan pohon rindang seperti Trambesi (Samanea sp.). Fungsi sosial
adalah letak vegetasi di dalam hutan kota yang baik, yang menjadi tempat
interaksi sosial dengan produktivitas tinggi. Di kota hutan, ada orang-orang seperti
penyair atau seniman, mereka bisa membayangkan bisa menjadi sumber inspirasi.
Pemkot telah menciptakan kawasan sosial budaya, yang nantinya akan digunakan
sebagai wadah kegiatan kreatif berupa seni lukis, batik, tenun, musik, dan drama.
2. Fungsi perlindungan ekologis (ekologis)
Hutan kota akan menanam berbagai jenis pohon khas Sulawesi, termasuk
pohon peneduh dan jenis pohon yang dapat tumbuh di areal penanaman hutan
kota.Konon dengan menanam pohon ini dapat menurunkan suhu udara yang tinggi
di kota, membuat udara menjadi segar, serta mengurangi polusi udara dan limbah.
3. Fungsi estetika
yang digambarkan dalam master plan hutan kota memiliki banyak fasilitas,
seperti tempat hiburan dan tempat olah raga yang dibangun di dalam hutan kota,
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk hiburan atau kegiatan olah
raga.
BAB II
PEMBAHASAN

D. Hutan Kota
Jumlah kawasan terbuka di perkotaan biasanya tidak seimbang dengan
perkembangan perkotaan. Begitulah cara menanam dan melindungi hutan kota untuk
mengurangi dampak negatif kota terhadap lingkungan. Hutan kota adalah kawasan di
dalam atau sekitar kota yang dikelilingi oleh pepohonan alami, mirip dengan hutan,
tidak ditata sebagai taman. Manfaat dari ruang hijau ini adalah untuk mengurangi
kerusakan lingkungan perkotaan, dan fungsinya untuk memperbaiki lingkungan dan
keindahan. Keberadaan hutan kota sangat penting untuk mengimbangi perkembangan
alami kota padat penduduk dan membatasi ruang terbuka hijau. Selain itu, ruang
terbuka hijau seperti hutan kota menyeimbangkan ekosistem seperti kawasan
permeabel air dan menjadi tempat karbon dioksida perkotaan diubah menjadi oksigen.
Keberadaan hutan kota diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 tentang
Hutan Kota. Peraturan Pemerintah RI No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota
menyebutkan bahwa hutan kota merupakan perluasan dari kawasan tempat tumbuh
suburnya spesies pohon di perkotaan baik pada kawasan publik maupun privat, baik
kawasan publik maupun privat ditetapkan sebagai hutan kota oleh otoritas terkait.
Penciptaan hutan kota ini bertujuan untuk memelihara, mengkoordinasikan dan
menyeimbangkan ekosistem perkotaan termasuk unsur ekologi, sosial dan budaya.
Bentuk dan struktur hutan kota Bentuk dan struktur hutan kota bergantung pada
bentuk lahan yang tersedia untuk hutan kota. Bentuk hutan kota (GD RI No. 63),
2002.
Adapun mengenai hutan kota terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Jalur;
b. Kelompok;
c. Sebaran
Seperti dikemukakan oleh Irvan (2007), morfologi hutan kota juga dapat
dikelompokkan menurut sebaran vegetasinya. Morfologi hutan kota dapat
dikelompokkan dalam tiga bentuk :
d. dikelompokkan atau ditumpuk
adalah hutan kota dengan komunitas tumbuhan yang terkonsentrasi di
kawasan yang paling sedikit terdapat 100 pohon yang lebat dan jaraknya tidak
beraturan;
e. Sebaran,
yaitu hutan kota tanpa pola tertentu, dan komunitas yang berkembang tersebar
dalam kelompok atau kelompok.

f. Berupa jalur
yaitu komunitas tumbuhan yang tumbuh di atas tanah berupa jalan setapak
yang lurus atau berkelok, membentuk sungai, jalan raya, pantai dan kanal, dll.
Struktur hutan kota bergantung pada keanekaragaman vegetasi yang ditanam.
Oleh karena itu, terbentuklah hutan kota berstruktur berlapis baik dalam arah vertikal
maupun horizontal, meniru hutan alam. Struktur hutan kota adalah komunitas
tumbuhan yang membentuk hutan kota. Irwan (2004) mengklasifikasikan hutan kota
menurut strukturnya sebagai berikut: Terdiri dari dua lapisan: komunitas tumbuhan
hutan kota yang seluruhnya terdiri dari pepohonan dan gambut atau tutupan lahan; b.
Ada banyak tingkatannya yaitu komunitas tumbuhan hutan kota, selain pohon dan
rerumputan juga meliputi semak, rerumputan, tumbuhan merambat, epifit, dan banyak
tunas dan vegetasi. Intervalnya tidak rata dan padat, dengan lapisan dan komposisi
yang meniru komunitas tumbuhan hutan alam. Dalam perencanaaan pembangunan
hutan kota, pemerintah Kota Palu harus memperhatikan peraturan yang telah di atur
baik oleh Undang- undang, peraturan pemerintah, peraturan mentri dan peraturan
lainnya. Sebagai salah satu acuan untuk membangun hutan Kota, salah satu contoh
peraturan yang harus di ikuti dalam pembangunan hutan kota yaitu Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.71/Menhut-II/2009 yang menjelaskan
tentang pedoman pembangunan hutan Kota seperti yang di jelaskan dalam pasal 8
yaitu Luas hutan Kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 (dua
puluh lima per seratus) hektar dan persentase luas hutan kota paling sedikit 10%
(sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi
setempat (Permenhut Nomor P.71/MenhutII/2009).
Hutan Kota yang sudah ada di lokasi-lokasi tertentu perlu disempurnakan atau
dikembangkan agar dapat ditingkatkan fungsinya, yaitu dengan menanam jenis
vegetasi yang meningkatkan struktur seperti semak, perdu, liana, epifit dan lainnya.
Pembangunan dan pengembangan hutan Kota perlu dilakukan dengan pendekatan
bentuk dan struktur karena bentuk dan struktur hutan kota mempunyai hubungan yang
menguntungkan dengan kualitas lingkungan disekitarnya dan mempercepat serta
mempermudah pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pemeliharaan
hutan Kota (Irwan, 2005).

E. Masalah Lingkungan
Sekitar 70% hutan Indonesia merupakan hutan negara. Pengelolaan hutan ada
di tangan pemerintah pusat dan daerah. Pengelolaan hutan memberikan tambahan
PAD (pendapatan asli daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat, dan
menggiatkan sektor ekonomi. Namun, pemanfaatan hutan yang berlebihan dapat
merusak hutan. Dampak ekonomi dari deforestasi (kerusakan hutan) hanya
menyumbang sebagian kecil dari dampak yang sebenarnya. Dampak ekonomi tidak
mencerminkan semua dampak yang terjadi. Peran hutan dalam menopang lingkungan
justru membuatnya semakin penting. Di antara faktor-faktor lain, ada banyak faktor
yang berkontribusi terhadap peningkatan deforestasi dan degradasi hutan.

3. Akibat Alam
 Letusan Gunung Berapi.
 Naiknya air permukaan laut dan tsunami
 Serangan hama dan penyakit.
4. Akibat Ulah Manusia
 Kebakaran hutan.
 Illegal logging (Penebangan liar).
 Perladangan berpindah.
 Perkebunan kelapa sawit.
 Konversi lahan gambut menjadi sawah.
 Pertambangan.
 Transmigrasi.
 Penggembalaan Ternak dalam hutan
 Pemukiman penduduk.
 Pembangunan perkantoran.
 Di era otonomi daerah, ruang perkantoran tidak hanya terdapat pada
kawasan perkotaan yang ramai. Gedung perkantoran juga dibangun di
kawasan hutan, terutama di kabupaten baru. Pemerintah daerah dikawasan
baru telah membuka lahan hutan untuk membangun pemukiman, industri,
ritel, dan ruang perkantoran. Untuk memenuhi permintaan tersebut,
pemerintah daerah telah mengajukan izin konversi lahan dari Kementerian
Kehutanan.
 Pembangunan infrakstruktur perhubungan seperti jalan, lapangan udara,
pelabuhan kapal, dan lain-lain.

F. Fungsi Hutan Kota


Hutan kota juga memiliki beberapa fungsi didalamnya seperti:
 Fungsi lansekap
Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan sosial, yaitu: fungsi fisik untuk
mencegah angin, matahari, dan aroma kurang sedap. Penyerap CO2 dan penghasil
O2 terbaik: Dama (Agathis dammara), daun kupu-kupu (bauhinia), rantoro
(Leucaena leucocephala), pohon beringin (Ficusbenjamina). Pohon tak berbau:
Sempaka (Michelia champaca), Kenanga (Canangaodorata), Tanjung (Mimusops
elengi) Angin pohon: Damar (Agathisdamara) dan Jemara (Casuarina)Sumatera
(Sumatrana) dan pohon rindang seperti Trambesi (Samanea sp.). Fungsi sosial
adalah letak vegetasi di dalam hutan kota yang baik, yang menjadi tempat
interaksi sosial dengan produktivitas tinggi. Di kota hutan, ada orang-orang seperti
penyair atau seniman, mereka bisa membayangkan bisa menjadi sumber inspirasi.
Pemkot telah menciptakan kawasan sosial budaya, yang nantinya akan digunakan
sebagai wadah kegiatan kreatif berupa seni lukis, batik, tenun, musik, dan drama.
 Fungsi perlindungan ekologis (ekologis)
Hutan kota akan menanam berbagai jenis pohon khas Sulawesi, termasuk
pohon peneduh dan jenis pohon yang dapat tumbuh di areal penanaman hutan
kota.Konon dengan menanam pohon ini dapat menurunkan suhu udara yang tinggi
di kota, membuat udara menjadi segar, serta mengurangi polusi udara dan limbah.
 Fungsi estetika
yang digambarkan dalam master plan hutan kota memiliki banyak fasilitas,
seperti tempat hiburan dan tempat olah raga yang dibangun di dalam hutan kota,
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk hiburan atau kegiatan olah
raga.
BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis
Hutan kota di kota palu merupakan destinasi wisata yang sering di kunjungi
masyarakat kota palu atau pun pengunjung dari dari daerah lain. Area hutan kota palu
bukan hanya tempat berfoto foto dengan lingkungan tetapi area hutan kota cukup luas
ada beberapa spot yang sering di kunjungi seperti area warung warung di mana
pengunjung bisa menghabiskan waktu dengan mencicipi makanan yang di sediakan,
selain itu ada area tempat bermain yang biasanya kalau di malam hari ada di sediakan
permainan untuk anak anak. Dan juga ada area hutan kaktus merupakan area yang
sering di kunjungi masyarakat sebagai tempat berfoto foto atau pengunjung membuat
kenangan.
Kami melakukan observasi di ketiga area itu yang pertama dari area warung
dimana tempat yang di kunjungi sebagai tempat menghabiskan waktu dengan
menikmati makanan yang ada di warung, sepanjang jalan di area hutan kota warung di
pinggir jalan sangat banyak.
Pertama saat melakukan observasi di area warung kita dapat lihat di area itu
cukup bersih di mulai dari depan terlihat sangat bersih dari sampah sampah dan juga
terlihat rapih, dan di area belakang warung juga sama tingkat kebersihanya walapun
ada sedikit tapi tidak signifikan kalau di banding dengan jumlah warung yang ada
Kami juga bertanya kepada salah satu pemilik warung yaitu Pak Hasrin
warung rahayu terkait pengelolaan sampah dan kebersihan di area hutan kota.
pertanyaanya bagaiamana pengelolaan sampah setiap harinya bgamana di warung
rahayu “setiap malamnya saat mau tutup, sampah yang di kumpul tidak begitu banyak
juga sekitaran 2 dos baru dibuang sampahnya di kotak pembuangan sampah di area
sana” kata Pak Hasrin. kami juga coba melihat temapt pembuangan sampahnya tetapi
kotak pembuangan sampahnya yang kami lihat ada di seberang jalan tepat di area
campus universitas muhammadiyah palu dan saat kami lihat kotak pembuangan
sampahnya sangat kecil jika di bandingkan dengan jumlah warung seharusnya kotak
pembuangan sampahnya tidak akan cukup untuk menampung setiap malamnya.
Kami juga bertanya adakah syarat dari pemerintah saat melakukan izin usaha
di area hutan kota terkait pengelolaan lingkungan “tidak ada juga, tidak ada syarat
dia(pemerintah) berikan tetapi dia hanya bilang tetap jaga kebersihan dan kita juga
sebagai penjual itu harus kita bersih besih tidak ada syarat harus begini begitu” kata
Pak Hasrin. Jadi memang tidak ada syarat atau aturan ketat yang di berikan dalam
pengelolaan lingkungan. Akan tetapi selama observasi kita dapat melihat hutan kota
di area warung sangatlah bersih dari sampah.
Di area tempat bermain anak anak kita juga melihat kebersihan di area itu
sangatlah bersih dari sampah. Tingkat keramaian di area ini saat malam hari
pengunjung banyak yang datang dan cahaya terang dengan banyaknya lampu lampu
diarea bermain.
Di area hutan kota atau hutan kaktus kita dapat melihat tingkat kebersihanya
cukup bersih walaupun ada sedikit sampah pelastik kelihatan, tetapi secara
keseluruhan area hutan kaktus cukup bersih dan juga di tengah tengah area hutan
kaktus ada tersedia kotak merah untuk tempat pembuangan sampah, adanya itu cukup
baik untuk pengelolaan sampah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis pengelolaan hutan kota kita dapat berikan kesimpulan:
1. Untuk masalah lingkungan di area hutan kota selama kita lakukan tidak terdapat
masalah area hutan kota bersih dari sampah dan pengelolaanya sejauh ini sangat baik
2. Di hutan kota terdapat tiga area yang jadi area wisata yang sering di kunjungi tiap
harinya dan selama observasi ketiga area tersebut sangat bersih
3. Area warung sangatlah bersih dan pemilik warung juga memperhatikan pengelolaan
kebersihan area warung. Tetapi tempat pembuangan sampah yang kami lihat kotak
pembuangan sampahnya cukup kecil kalau di bandingkan dengan jumlah warung
yang ada di area hutan kota.
4. Dari pemerintah tidak memberikan syarat ketat terkait pengelolaan sampah untuk
warung di area hutan kota
5. Tingkat kebersihan di hutan kota secara keselurahan sangat bersih dan dapat
memanjakan mata dan juga sangat layak untuk di kunjungi
DAFTAR PUSTAKA
Formen R, Siregar SH, Thamrin. 2012. Analisis Strategi Pembangunan Hutan Kota
.Jurnal Ilmu Lingkungan. Riau
Ardiansyah T. 2017. Kebijakan Kehutanan. Forester Act.
http://foresteract.com/kebijakankehutanan
Sundari, E. S. 2010. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Unisba, 7(2),
68-83.
Utina, R, Baderan K. D. W. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup.
http://Repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/Ekologi-danLingkungan
Hidup.pdf
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai