Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Paliatif Care

Dosen pembimbing :

Ns. Agrina.M.Kep.Sp.Kom.PhD

Disusun oleh :

Kelompok 1

 Ayu Anita (1711113576)


 Riska Apriani (1711113595)
 Anisa Arrasy (1711113597)
 Ayu Lestari (1711113612)
 Dwi Reskhi Novithasari (1711113633)
 Aulia Sadeva (1711113637)
 Putri Dwi Ayuningrum (1711113656)
 Jhodi Ibrahim (1711113657)
 Siti Febryza Indra (1711113658)
 Netty A.R.F Sihite (1711114102)
 Yos Bayu Apriliano (1711114569)
 Annisa Amelia Putri (1711114620)
 Fitri Karmila (1711114636)
 Fitri Handayani (1711114861)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pasien Paliatf Care” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Agrina.M.Kep.Sp.Kom.PhD sebagai dosen
pembimbing pada pleno mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif dengan materi
Asuhan Keperawatan Pasien Paliatif Care.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pasien Paliatif Care. . Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat
berguna untuk kami sendiri maupun orang yang membaca.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang
berkenan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Pekanbaru, November 2019

Penulis
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II DASAR TEORI

A. STEP I (TERMINOLOGI) 5
B. STEP II (IDENTIFIKASI MASALAH) 5
C. STEP III (ANALISIS MASALAH) 5
D. STEP IV (MIND MAP) 6
E. STEP V (LEARNING OBJEKTIF) 7
F. STEP VI (DISKUSI MANDIRI) 7
G. STEP VII (PEMBAHASAN LEARNING OBJEKTIF) 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 36
B. Saran 36

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization
(WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan
perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal
di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang
yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan
usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu
6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua
Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia
Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk
dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam
Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang,
diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi
pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES,
2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke
sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar
1,5% (KEMENKES, 2014).

3
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat
sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit dengan perawatan paliatif
merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016). Perawatan paliatif
meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional, dukungan
spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak
awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan
tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian
Cancer Society, 2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien
paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan
pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan
bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi
dan kasihsayang tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk
memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan
pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting dalam
perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi
kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.
Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat
juga diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013). Hidayat
(2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi
kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk
hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit merasa ada yang
memperhatikan (Friedman, 2010). Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

4
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang
diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita
dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang
dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan
secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi
serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percayadiri
pada penderita dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati,
2014Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Januari 2017 di
RS PKU Muhammadiyah gamping berdasarkan hasil wawancaran dengan perawat
bahwa perawatan paliatif yang diberikan ke pasien lebih berfokus pada masalah fisik,
terkait spiritual pasien yang melakukan adalah bina rohani dan untuk asuhan
keperawatan terkait dengan dukungan keluarga terhadap spiritual pasien belum ada.
Selain itu peneliti juga mewancarai 6 pasien dengan penyakit palliative dan
didapatkan hasil 5 pasien mengatakan selalu melaksanakan kegiatan spiritual
walaupun tidak semua kegiatan spiritual terlaksana dan untuk memenuhi kebutuhan
spiritual terkait ibadah terkadang pasien sulit dan tidak dapat melakukan kegiatan
spritual dikarenakan keadaan mereka yang sakit dan sangat membutuhkan
pertolongan orang lain terutama dari keluarga dan 1 pasien non muslim yang dirawat
atau di damping selama sakit oleh keluarganya yang muslim, anggota keluarga
mengatakan bahwa kegiatan beribadah pasien berupa berdoa dan kebutuhan beribadah
pasien di fasilitasi sebisa mungkin oleh anggota keluarga sesuai dengan agama pasien.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa saja Defenisi Paliatif Care?

2 Apa sajaTanda dan Gejala pasien Paliatif Care?

3. Apa sajaJenis-jenis penyakit Paliatif Care?

4.Apa sajaManfaat dan Tujuan Care?

5. Apa saja Karakteristik Paliatif Care?

5
6.apa saja Jenis Paliatif Care?

7.Klasifikasi Paliatif Care

8. Siapa saja TeamPaliatif Care?

9.Apa saja Prinsip Paliatif Care?

10. Apa saja Ruang lingkup Palitiff Care?

11.Apa saja.langkah program Paliaf Care?

12.Apa saja.Pelayanan paliatif Care?

13. Bagaiman Penataklasaan Paliatif Care

14.Tantangan perawat Paliatif Care?

15.Bagaimana.peran perawat paliatif Care?

16.Apa yang di maksudECOG & Karnofsky?

17. Apa saja Asuhan keperawatan Paliatif Care?

C.TUJUAN

1Mengetahui Defenisi Paliatif Care

2 Mengetahui Tanda dan Gejala pasien Paliatif Care

3. Mengetahui Jenis-jenis penyakit Paliatif Care

4.Mengetahui Manfaat dan Tujuan Care

5. Mengetahui Karakteristik Paliatif Care

6.Mengetahui Jenis Paliatif Care

7.Mengetahui Klasifikasi Paliatif Care

8. MengetahuiTeamPaliatif Care

9.Mengetahui Prinsip Paliatif Care

10. Mengetahui Ruang lingkup Palitiff Care

11.Mengetahui.langkah program Paliaf Care

6
12. MenegtahuiPelayanan paliatif Care

13. Mengetahui Penataklasaan Paliatif Care

14. Mengetahui Tantangan perawat Paliatif Care

14 Mengetahui peran perawat paliatif Care

15.Mengetahui di maksud ECOG & Karnofsky

16. Mengetahui Asuhan keperawatan Paliatif Care

7
BAB II

STEP 1 ( TERMINOLOGI )

1. Mastektomi
a. Operasi pengangkatan payudara.kini mastektomi tidak hanya dilakukan sebagai
tindakan untuk penderita kanker payudara,namun juga bisa dilakukan sebagai
tindakan pencegahan guna menekan resoko munculnya penyakit tersebut
2. Karnofsky
b. Salah satu dari sistem penilaian status porforma yang digunakan pada pasien
kanker,hasil pengukuran skor karnofsky berkaitan erat dengan kualitas hidup dan
keadaan fungsional fisik pasien.penelitian tidak didapatkan pasien denganskor
karnofsky 0% dan 100%.
3. ECOG
c. Skala peringkat yang digunakan dokter yang menjamin penilaian objektif status
klinis.ECOG terdiri dari 6 skala,dimulai dari 0 hingga 5.Skala 0 berarti secara
penuh,bisa dilakukan aktivitas sebagimana sebelum terkena penyakit tanpa
hambatan
4. Pengobatan Alternatif
d. Bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara,alat atau bahan yang tidak
termasuk dalam standar pengobatan medis biasanya dilakukan oleh dokter atau
tenaga professional sekehatan lainnya( seperti perawat dan terapis fisik ).
5. Pus
e. Nanah pada luka

STEP 2( IDENTIFIKASI MASALAH )

1.Apa yang menyebabkan tidak mau makan dan lemas?

2.kira-kira faktor apa saja yang menyebabkan kanker payudara?

3.bagaimana tindakan perawat jika pasien minta pulang paksa?

4,dampak negatif pada pasien pulang paksa?

5.bentuk pengobatan alternatif apa yang dilakukan?

8
6.apakah pengobatan alternative efektif ?

7.apa yang menyebabkan paseien minta pulang paksa ?

8.diagnosa apa saja yang ditegakkan pada scenario?

9.apa ada hubungan pembengkan mamae dengan mastektomi sebelumnya?

10.apa hubungan pengobatan alternative dengan pembengkakan,darah dan pus?

11.apa saja yang bisa kita lakukan jika mendapatkan pasien seperti ini?

12terapi apa modalitas apa yang cocok?

STEP 3( PEMBAHASAN MASALAH)

1.Dalam skenario suhu pasien 38 C berarti pasien tersebut mengalami deman. Dari deman
tersebut pasien makan mengalami turunan nafsu makan karena deman nya.Selain itu nyeri
dan ketidak nyamanan bisa membuat pasien tidak nafsu makan yang menyebabkan kondisi
pasien menjadi lebih lemah.

2.faktor yang myebabkan terjadinya kanker payudara adalah:

a.Umur semakin bertambahnya umur seseorang maka akan rentan terhadap terkena
penyakit karena sistem pertahan tubuhnya tidak adekuat lagi

b.Gen apabila keluarga seseorang terkena penyakit kanker maka secara otomatis paseien
tersebut akan membawa gen nya itu

c.Orang yang tidak memberikan ASI kepada bayi akan mudah mudah terkena kanker
payudara

d.Gaya hidup juga mempengaruhi seseorang terkena kanker.Contohnya apabila


seseorang memakan-makanan yang siap saji maka akan rentan terkanker ini,karena
didalaman makanan tertesebut mengandung zat yang berbahya.

3.Menjelaskan dampak terkait kalau dia mau pulang paksa akan berakibat buruk terhadap
kondisinya.dan juga Tanya kenapa pasien meminta pulang dan lakukan consent formt
kepada kelurga dan pasien.

4.dampak negative pasien pulang paksa adalah harus bisa menerima resiko apabila pasien itu
pulang kerumah.Bila pasien sudah pulang kerumah terjadi yang tidak di inginkan itu
bukanlah tanggung jawab dari petugas kesehatan lagi ataupun rumah sakit lagi.contohnya

9
bila terjadi infeksi pada pasca operasi itu bukan lah kesalahan dari tenaga kesehatan
melainkan kesalahan pasien tersebut karena ingin pulang paksa.

5. Jamu merupakan salah satu pengobatan alternstif,tetapi meminum jamu ini harus sesuai
dengan stadium nya. Apabila stadium awal yang terkena kanker kemungkinan bisa
menyembuhan kan tetapi bila stadium lanjut kemungkinan bisa nyebabkan prognosis
menjadi buruk.Selain itu rebusan air sisak juga bisa dipakai pengobatan alternative.

6.Tergantung pada stadiumnya. Apabila stadium awal yang terkena kanker kemungkinan
bisa menyembuhan kan tetapi bila stadium lanjut kemungkinan bisa nyebabkan prognosis
menjadi buruk.

7.Kurang nya biaya merupakan salah satu kenapa pasien meminta pulang paksa,kerena biaya
dirumah sakit juga cukup mahal.selain itu kurang pengetahuan terhadap keluarga dan pasien
terhadap apa akibat bila pulang paksa dan juga kepercayaan terhadapat pengobatan lain nya
contoh pengobatan alternatif lainnya.

8.DIagnosa yang bisa ditegakan adalah :

a.Gangguan pola napas

b.Kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kebutuhan tubuh

c.Hipertermia

d.Gangguan citra tubuh

9.Hubungan nya itu ada karena kan payudara yang sebelah kanan ini telah dilakukan
mastektomi kemungkinan ada hubungan nya contoh pada mastektomi kemungkinan ada sel
kanker ini yang tertinggal atau hidup sehingga bisa bermetastase kesebelah kiri.

10. Pengobatan alternative yang dilakukan pasien kemungkinan tidak efektif karena stadium
nya itu stadium lanjut .Jadi bila menggunakan pengobatan alternatif seperti jamu bisa
menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk.

11.Bisa melakukan pemeriksaan awal seperti ( Kolab CT Scand / Rontgen) ataupun


pemeriksaan lainnya

12.Kompretions tetapi terapi efektif bila sebelum payudara pecah atau infeksi yang
mengeluarkan nanah ataupun darah.

10
 STEP 4 ( SKEMA )

Paliatif Care

Pengobatan

 Jamu Karakteristik Paliatif Care Tujuan Paliatif


 Rebusan
daun Sirsak  ECOG 3/ 4
 Karnofsky < 50%
Keluhan
Terapi Modalitas

 Compresiom


 Tidak Mau Makan Keluhan DS.Tindakan SKeluhan Nyeri
 Kondisi Lemah suhu 38C Mastektomi
 Skala Nyeri: 8-9
 TTV:RR:30/ M
 Suhu 38 C

Nutrisi Kurang dari Gangguan Citra Nyeri


Hiperternia
kebutuhan Tubuh

11
STEP 5 ( LO )

1.Defenisi Paliatif Care

2Tanda dan Gejala pasien Paliatif Care

3.Jenis-jenis penyakit Paliatif Care

4.Manfaat dan Tujuan Care

5.Karakteristik Paliatif Care

6.Jenis Paliatif Care

7.Klasifikasi Paliatif Care

8.TeamPaliatif Care

9.Prinsip Paliatif Care

10.Ruang lingkup Palitiff Care

11.langkah program Paliaf Care

12.Pelayanan paliatif Care

13Penataklasaan Paliatif Care

14.Tantangan untuk Paliatif Care

15.peran perawat paliatif Care

16.ECOG & Karnofsky

17.Asuhan keperawatan Paliatif Care

STEP 6 ( DISKUSI MANDIRI )

STEP 7 ( JAWABAN LEARNING OBJEKTIF )

1.Defenisi Paliatif Care

12
a. Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi
pasien,dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell & Coyle, 2010).

b. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization, 2016 )

c. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(sumber referensi WHO, 2002)

d. Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,


kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien,
dan pilihan dalam kehidupan.

2.Tanda dan Gejala pasien Paliatif Care

a.Gangguan fisik,seperti nyeri,susah tidur,napas menjadi pendek,tidak nafsu makan.Berbagai


hal tersebut sering kali di rasakan oleh pasienpenyakit kronis yang sudah berada di stadium
akhir.Lalu,yang bisa dilakukan untuk mengatasi konseling gizi,melakukan terafi fisik,serta
memberikan teknik bagaimana mengambi napas dalam –dalam agar tubuh mrnjadi lebih
rileks.

b.Gangguan emosi dan sosial adalah tentunya penderita suatu penyakit serius akan membuat
pasien merasa takut,marah,emosi tidak terkontrol.dan depresi.Begitupun dengan keluarga
pasien yang juga merasakan hal yang sama.Dalam perawatan paliatif,hal ini dapat
mengurangi dengan cara melakukan konseling ,membuat diskusi antar sesame pasien yang
memiliko\i riwayat penyakit yang sama,dan pertemuan keluarga.

c.Masalah finalsial adalah tidak ada dipungkiri bahwa ketika menderita sakit,anda an
keluarga tidak hanya haris siap mental dan fisik aja,namun dari segi keuangan juga harus
diperhatikan.Penyakit serius tentunya menyebabkan pengeluaran untuk biaya pengobatan
yang cukup besar.Oleh karena itu dalam perawatan paliatif ini,tim perawat menjelaskan
seberapa besar biaya yang diperlukan untuk pengobatan,tidak hanya itu, tim perawat juga
harus memberikan konseling terkait keuangan

d.Masalah Spiritual adalah ketika seseorang mengalami penyakit yang serius maka mereka
mencari kedamaian serta ketenganan.Tim perawatan paliatif akan menolong pasien untuk

13
menemukan kedamaian,dan biasanya melibatkan tokoh masing – masing agama yang
dipercayaiannya.

3.Jenis-jenis penyakit Paliatif Care

a.Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal, Sirosis Hepatis, Penyakit
Ginjal Kronis, Gagal Jantung, dan Hipertensi.

b Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver, Leukemia.

c.Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus, dan lain-lain.

d Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.

e.Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung)
ginjal, dan lain-lain.

( Menurut buku fundamental keperawatan tahun 2011)

5.Karakteristik Paliatif Care

a. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu


b. Menghargai kehidupan dan menyambuy kematian sebagai proses yang normal.
c. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
d. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
e. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
f. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakiy dan setelah kematian.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasirn dan keluarganya,
termasuk konseling masa duka cita.
h. Meningkatkan kualitas hidup
Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjanh usia seperti
kemoterapi/terapi radiasi yang mencakup penyelidikan yang diperlukan unyuk lebih memahami
dan mengelola komplikasi klinis yang berat.( Menurut (Menurut Kepmenkes RI, 2007)

i.

14
6.Jenis Paliatif Care

Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan


keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan
kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat
rumah. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

7.Klasifikasi Paliatif Care

a. Paliatif Care Religius

Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat penting
dalam memberikan palliatif care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan
masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat membantu dalam
mengembangkan paliatif care.

Terkadang paliatif care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religious. Paliatif care
spiritual bisa ditujukan krpada pasien yang banyak meyakini akan adanya tuhan tanpa mengalami
ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapi religius dimana selain meyakini ritual agama
memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.

Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah:

Doa dan dzikir, optimisme, sedekah, shalat tahajud, puasa.

b. Terapi Paliatif Radiasi

Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan menggunakan radiasi
atau sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu pencegahan terhadap terjadinya
kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama menggunakan cara radiasi
eksterna, dan kedua dengan brakiterapi.( Menurut (Kepmenkes RI, 2007).

8.TeamPaliatif Care

15
Tim paliatif dibentuk berdasarkan ketersediaan sumber daya pada tempat layanan paliatif.
Dalam mencapai tujuan program paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi penderitaan pasien,
beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim yang
bekerja secara terpadu, termasuk keluarga. Menggunakan prinsip interdisipliner (koordinasi antar
bidang ilmu dalam menentukan tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna
mencapai tujuan)
Komposisi tim paliatif terdiri :
a. Dokter
1) Dokter umum: Dokter umum memiliki peranan penting terutama pada perawatan pasien
terminal di tingkat layanan primer (di puskesmas dan di rumah pasien) sehingga tata laksana
gejala fisik dan kebutuhan psikososial dan spiritual dapat berjalan baik.
a) Mengkoordinir tim paliatif di tingkat layanan primer
b) Mengantisipasi dan mencegah timbulnya gejala dengan obat dan modalitas lain
c) Mengidentifikasi gejala secara dini dan masalah psikologis, sosial dan spiritual d)
Mengatur penggunaan obat sehingga kepatuhan pasien dapat terjaga
e) Menggunakan modalitas non farmakologi f) Menyusun program paliatif
g) Membangun hubungan kerja dengan tim paliatif di tingkat sekunder dan mengkonsulkan
pasien yang memerlukan
h) Membangun kerjasama dan menggunakan sumber daya yang tersedia di wilayah layanan
primer untuk mengembangkan program paliatif
2) Dokter Paliatif Di tingkat layanan sekunder dan tertier:
a) Bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan pasien paliatif
b) Melakukan penatalaksanaan nyeri dan gejala lain apabila terapi kausatif belum atau tidak
dilakukan
c) Mengkoordinasikan dengan tim penatalaksana nyeri dan gejala lain yang memerlukan
keahlian spesialis lain
d) Melakukan tatalaksana gejala pada pasien stadium termi-nal fase menjelang akhir
kehidupan
e) Mengkoordinasikan kasus dengan dokter primer
f) Memberikan konsultasi dari layanan primer
3) Dokter Spesialis
a) Dokter spesialis berbagai disiplin melakukan identifikasi dan menentukan pasien
dalam stadium terminal dan mengkonsulkan kepada dokter paliatif
b) Melakukan tatalaksana gejala sesuai konsul dari dokter paliatif apabila modalitas
diperlukan (misalnya radioterapi untuk penatalaksanaan nyeri dan perdarahan, gangguan
psikiatri, indakan bedah, fungsi paru dan ascites, dll)
c) Dokter berperan penting dalam tim paliatif yang bersifat interdisipliner. Dokter tersebut
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan paliatif.
Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif bertanggung jawab dalam penilaian, pengawasan,
dan pengelolaan pasien paliatif.

16
b. Perawat Paliatif
Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip
pengelolaan paliatif. Perawat paliatif bertanggung jawab dalam penilaian, pengawasan, dan
pengelolaan asuhan keperawatan pasien paliatif.
1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif:
a) Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan, rawat inap atau rawat
rumah.
b) Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.
c) Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada anggota tim atau ke unit
layanan lain
d) Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang diperlukan.
e) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.
2) Perawat sebagai tenaga pelaksana:
a) Menerima permintaan asuhan keperawatan dari koordinator program paliatif.
b) Berkoordinasi dengan anggota tim lain.
c) Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien
d) Menginformasikan dan mengedukasi pelaku rawat atau penanggung jawab pasien
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penanggung jawab dan
koordinator program paliatif
f) Evalusi asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara langsung atau tidak langsung
melalui laporan harian pelaku rawat
g) Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada dokter penanggung jawab
atau koordinator bila diperlukan
h) Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan persetujuan dokter penanggung
jawab serta menginformasikan kepada pelaku rawat
i) Melakukan pencatatan dan pelaporan
j) Mengontrol pemakaian obat dan pemeliharaan alat medis

3) Perawat Homecare:
a) Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter penanggung jawab pasien
melalui koordinator program paliatif.
b) Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter penanggung jawab dan
koordinator program paliatif.
c) Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang direncanakan.
d) Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penangung jawab pasien.
f) Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan. g) Melaksanakan pencatatan dan
pelaporan.

17
4) Pelaku rawat (caregiver)
a) Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri dan kegiatan sehari hari
(memandikan, memberi makan, beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll)
b) Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai anjuran dokter
c) Melaporkan kondisi pasien kepada perawat d) Mengidentifikasi dan melaporkan gejala
fisik dan gejala lain kepada perawat

c. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari penatalaksanaan gejala dalam
pelayanan paliatif. Apoteker memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting
terhadap obat-obatan untuk pelayanan paliatif. Keahlian apoteker dibutuhkan untuk
memberikan informasi yang tepat mengenai dosis, cara pemberian, efek samping dan
interaksi obat-obatan kanker, morfin dan anti nyeri lainnya yang diberikan kepada pasien
untuk menjalani terapi paliatifnya.
d. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial
akibat kanker, dan kecacatan, serta memberikan dukungan emosional selama perjalanan
penyakit dan proses berkabung.
Pekerja Sosial Medik
1) Menerima dan menganalisa masalah sosial ekonomi pasien
dan keluarga
2) Melaksanakan program sosial medis seperti bimbingan sosial (misalnya masalah pendidikan
dan masalah di tempat kerja) dan memberikan alternatif pemecahan sosial ekonomi
3) Menjembatani dalam persiapan kelengkapan administrasi untuk klaim asuransi
4) Bekerjasama dengan institusi atau badan sosial untuk memecahkan masalahsosial yang
dihadapi pasien dan keluarga
5) Evaluasi program yang telah dilaksanakan dan melaporkan perkembangan pasien, serta
mengusulkan program baru bila diperlukan
Psikolog
1) Menerima permintaan penanganan psikologi \
2) Menganalisa dan menegakkan diagnosa gangguan psikologi
3) Melakukan pendekatan psikologi sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
4) Melakukan evaluasi pendekatan yang telah diberikan
5) berkoordinasi dengan anggota tim paliatif

e. Rohaniawan
Rohaniawan membantu mengatasi pertanyaan yang berkaitan dengan makna kehidupan.
Rohaniawan, berkoordinasi dengan anggota tim paliatif lainnya, diharapkan mampu menganalisa
kebutuhan rohani dan keagamaan bagi pasien dan keluarga serta memberikan dukungan dalam

18
tradisi keagamaan, mengorganisir ritual keagamaan yang dibutuhkan oleh pasien kanker dan
keluarganya.
f. Terapis 1) Melakukan program rehabilitasi medis sesuai anjuran dokter spesialis rehabilitasi
medik 2) Berkoordinasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik dan

f.Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif bervariasi sesuai dengan keperluan. Relawan
dapat terlibat dalam perawatan di rumah sakit, atau di rumah. Relawan berasal dari semua sektor
masyarakat, diharapkan menjembatani antara institusi layanan kesehatan dan pasien.
( Menurut Kemenkes RI, 2015 Pedoman Nasional Program paliatif kanker : Jakarta)

9.Prinsip Paliatif Care

Menghargai/ Menghormati martabat dan hanya diri pasien dan keluarga pasien.Berpijak
pada pola dasar :

a.Meningkatkan kualitas hidup dan mengganggap kema

tian sebagaiproses yang normal

b.Tidak mempercepat / menunda kematian

c.Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

d.Menjaga keseimbangan psikologis,sosial dan spiritual

e.Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayat

f..Berusaha membantu mengatasi semua dukacita pada keluarga

g.Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga

( Menurut Ferrell dan Coyle,2007 )

10.Ruang lingkup Palitiff Care

Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/SK/VII/2007 dijelaskan tempat untuk layanan


paliatif meliputi:

a. Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.

b. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan

19
c. Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena memerlukan
pengawasan

d. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan khsusus atau
peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga
(PERMENKES, 2007).

11.langkah program Paliaf Care

a. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien


b. Membantu pasien dalam membuat advance care planning

c. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul

d. Tata laksana gejala

e. Dukungan psikologis, kultural dan sosial

f. Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga
bila wasiat belum dibuat.

g. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita. (KEMENKES,
2013).

12.Pelayanan paliatif Care

a. Rencana perawatan dan koordinasi kinerja. Diawali dengan pemeriksaan secara seksama,
sehingga diperoleh diagnosis berdasarkan gejala klinis, baik fisik maupun psikis.
Dilanjutkan dengan tindakan yang dibutuhkan,sesuai kondisi pasien, termasuk rencana
perawatan di rumah.
b. Mengontrol gejala yang sering timbul seperti nyeri, gangguan pernapasan,
disfagia (gangguan menelan), mual dan muntah, gelisah, kejang, dan sebagainya.
Keluarga diberi petunjuk untuk pertolongan pertama dan tindakan selanjutnya.
c. Rehabilitasi, dengan melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

20
13Penataklasaan Paliatif Care

Penanganan nyeri pada kanker dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan non
farmakologis. Sekitar 80-90% pasien keganasan dengan keluhan nyeri dapat diatasi dengan
pemberian analgesik, terutama morfin.

1. Terapi Farmakologis
a. Analgesik non opioid. Anti inflamasi non steroid (AINS) bekerja dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mengganggu konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Obat ini
umumnya bekerja di perifer, kecuali parasetamol yang bekerja di susunan saraf
pusat dengan menghambat sintesis prostaglandin di hipotalamus. Berdasarkan
rekomendasi WHO, AINS sebagai analgesik tunggal efektif untuk mengatasi
nyeri kanker ringan. Untuk nyeri sedang dan berat, AINS dapat diberikan untuk
meningkatkan efek analgesik opioid. Anti inflamasi non steroid mempunyai
ceiling effect, yaitu pemberian dosis yang lebih tinggi dari dosis maksimal, namun
tidak menyebabkan bertambahnya efek analgesik. Penggunaan AINS jangka
panjang memberikan banyak efek samping.
b. Analgesik opioid
Opioid merupakan pilihan utama pada nyeri keganasan sedang berat. Terdapat 2
jenis opioid, yaitu opioid lemah seperti kodein dan tramadol; sedangkan opioid
kuat yaitu morfin, metadon, fentanil, dan heroin. Opioid sedapat mungkin
diberikan dalam bentuk oral, dan sebaiknya diberikan secara rutin agar tercapai
kadar opioid plasma yang stabil. Opioid tidak memiliki standar dosis dan ceiling
effect. Dosis yang diberikan sebaiknya dititrasi sesuai dengan rasa nyeri yang
dialami pasien. Opioid sering menimbulkan efek samping, seperti sedasi,
konstipasi, mual, muntah, dan depresi pernapasan. Pada anak, pemberian opioid
sebaiknya diikuti dengan pemberian laksatif. Pada anak usia kurang dari 1 tahun,
pemberian opioid harus dilakukan secara hati-hati karena dosis standar untuk anak
sering menyebabkan depresi pernapasan. Pemberian opioid dapat menyebabkan
ketergantungan, adiksi dan toleransi, namun adiksi jarang terjadi pada anak.

21
c. Terapi ajuvan. Obat ajuvan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu obat yang
bekerja sebagai ko-analgesik (meningkatkan kerja analgesik) dan obat yang
mengurangi efek samping atau toksisitas analgesik.7,15 Obat ko-analgesik,
mencakup anti depresan (seperti amitriptilin), anti konvulsan (seperti
karbamazepin dan diazepam), dan kortikosteroid.

2. Terapi non farmakologi


Intervensi non farmakologis yang sesuai umur dapat digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri. Tindakan ini tidak dapat mengganti peran analgesik, melainkan meningkatkan
efektivitas terapi farmakologis. Distraksi atau mengalihkan perhatian dapat dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan tindakan medis, seperti pemasangan infus
atau pemberian sitostatik. Teknik lain yang dapat menenangkan anak adalah dengan
memegang, memijat, mengelus, dan mengayun.
14.Tantangan Perawat Paliatif Care

a Dari tim paliatif

Adanya perbedaan presepsi dalam tim terkait perawatan paliatif sehingga penjelasan kepada
keluarga mengalami perbedaan.

bDari standar pelayananStandar pelayanan berupa SOP, job description dan standar kompetensi
yang belum ada khusunya untuk anak-anak.

c.Tim perawatan Paliatif harus meliputi tenaga profesional dan yang berpengalaman
d.Kurangnya kerja sama antara tim multidisiplin, karena dari kerjasama merupakan suatu elemen
kunci dari kesuksesan perawatan.
e.Komunikasi seoerti menyampaika berita yang buruk ( belum terlalu mahir) sikap tenaga
kesehatan yang kurang baik seperti menyampaikan informasi.( Widtjaksono,M.A (2010)

15.peran perawat paliatif Care

Menurut Matzo dan Sherman (2006) dalam Ningsih (2011) peran perawat paliatif meliputi:

a. Praktik di Klinik
perawat memanfaatkan pengalamannya dalam mengkaji dan mengevaluasi keluhan serta
nyeri. perawat dan anggota tim berbagai keilmuan mengembangkan dan
mengimplementasikan rencana perawatan secara menyeluruh. perawat
mengidentifikasikan pendekatan baru untuk mengatasi nyeri yang dikembangkan

22
berdasarkan standar perawatan di rumah sakit untuk melaksanakan tindakan. dengan
kemajuan ilmu pengetahuan keperawatan, maka keluhan sindroma nyeri yang kompleks
dapat perawat praktek kan dengan melakukan pengukuran tingkat kenyamanan disertai
dengan memanfaatkan inovasi, etik dan berdasarkan keilmuannya.
b. Pendidik
perawat memfasilitasi filosofi yang kompleks, etika dan diskusi tentang pelaksanaan
keperawatan di klinik, mengkaji pasien dan keluarganya serta semua anggota tim
menerima hasil yang positif. perawat memperlihatkan dasar keilmuan atau pendidikannya
yang meliputi mengatasi nyeri neuropati, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah
duka cita, dan resiko Kehilangan. perawat pendidik dengan tim lainnya seperti komite
dan ahli Farmasi, berdasarkan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan
perawatan yang berbeda dan khusus dalam menggunakan obat-obatan intravena untuk
mengatasi nyeri neuropatik yang tidak mudah diatasi.
c. Peneliti
perawat menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan pertanyaan penelitian
dan mulai pendekatan baru yang ditunjukkan pada pertanyaan pertanyaan penelitian.
perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
d. Bekerja sama
perawat sebagai penasehat anggota atau staf dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual
dan penatalaksanaannya. perawat membangun dan mempertahankan hubungan kolaborasi
dan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja dengan tim perawatan paliatif,
perawat memfasilitasi dalam mengembangkan dan mengimplementasikan anggota dalam
pelayanan, kolaborasi perawat atau dokter dan komite penasehat. perawat
memperlihatkan nilai-nilai kolaborasi dengan pasien dan keluarganya, dengan tim antar
disiplin ilmu, dan tim kesehatan lainnya dalam fasilitasi kemungkinan hasil terbaik.
e. Penasihat
perawat berkolaborasi dan berdiskusi dengan dokter, perawatan paliatif dan komite untuk
menentukan tindakan yang sesuai dalam pertemuan atau rapat tentang kebutuhan
kebutuhan pasien dan keluarganya.
(Sumber: Ningsih, Ningning Sri. "Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Perawatan
Paliatif Pada Anak Dengan Kanker Di Wilayah Jakarta". Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia. 2011)

16.ECOG & Karnofsky

1. ECOG
ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) adalah skala yang digunakan dokter
menjamin penilaian objektif status klinis pasien. Skala ini didesain untuk menilai

23
progresivitas penyakit, menilai bagaimana penyakit mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Skalanya terdiri dari :

a. Skala 0 : Asimptomatik, aktif sepenuhnya, mampu melakukan semua aktivitas


tanpa hambatan (KS 90%-100%)

b. Skala 1 : Simptomatik namun bisa sepenuhnya berjalan, kegiatan fisik terbatas


dan bisa melakukan kerja ringan atau sehari-hari (KS70%-80%)

c. Skala 2 : Simptomatik, <50% berada di tempat tidur sepanjang hari, dapat berjalan
dan merawat diri tapi tidak bisa melakukan aktivitas kerja. (KS 50%-60%)

d. Skala 3 : Simptomatik, >50% di tempat tidur, >50% jam terbangun, bisa merawat
diri secara terbatas. (KS 30%-40%)

e. Skala 4 : Lumpuh total, tidak bisa melakukan rawat diri apapun, sepenuhnya harus
di tempat tidur atau kursi. (KS 10%-20%)

f. Skala 5 : Mati

2. Karnofsky
Karnofsky adalah cara standar untuk mengukur kemampuan pasien kanker dalam
melakukan tugas sehari-hari. nilainya dari 0-100 semakin tinggi nilaina berarti pasien
lebih mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari.

100 % Normal, tanpa keluhan dan gejala penyakit

90 % Sedikit tanda dan gejala penyakit

24
80 % Sedikit kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, beberapa tanda dan gejala

70 % Tidak dapat beraktivitas normal tapi mampu merawat diri

60 % Butuh bantuan orang lain dan masih bisa mengurus kebutuhan dasar

50 % Butuh bantuan orang lain dan perawatan medis

40 % Terbatas pada tempat tidur dan kursi serta membutuhkan perawatan


khusus

30 % Terbatas pada tempat tidur dan tidak dapat mengurus diri sendiri

20 % Sakit berat, membutuhkan banyak perawatan dan pengobatan

10 % Keadaan kritis dan perjalanan penyakit fatal

0% Meninggal

( Menurut karnofsky,D.A.&, JH.1949 dalam KTI Ronald Baehaqi,20)

17.Asuhan keperawatan Paliatif Care

A. Pengkajian
Anamnesis yang teliti baik dari pasien maupun keluarganya. Tanyakan terkait keluhan
pasien, pemeriksaan fisik, penunjang, status mental dan laporan harian selama perawatan.
Gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi pasien.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolic (demam, infeksi)
2. Cemas berhubungan dengan perubahan status mental, ancaman kematian
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy:
demam/panas inflamasi
C. Intervensi
1. Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolic (demam, infeksi)
No Doiagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Untuk
Nutrisi: tindakan keperawatan - Berat badan dan mengenal
Kurang dari diharapkan kriteria ukur indikasi
kebutuhan kondisi pasien, sebagai antropometri tiap kemajuan
tubuh berikut: minggu atau

25
berhubungan - Berat badan - Masukan dan penyimpanga
dengan meningkat keluaran setiap 8 n dari hasil
peningkatan kearah BB jam yang
metabolic normal - Albumin serum diharapkan
(demam, - Tanda dan BUN
infeksi) malnutrisi tidak - Persentase 2. Diare sering
ada makanan yang disebabkan
- Peningkatan dimakan oleh protozoa
tingkat energy 2. Jika cairan diare (Cryptospiridi
- Tonus otot berlebihan: um) yang
optimal - Pertahankan menyerang
- Lab. Hb: 14 , infus lapisan epitel,
Protein: 6-8 - Berikan obat- meyebabkan
mg/dl obat anti diare meningkatnya
- Albumin: 4-6 dan evaluasi produksi gas
Mg/dl keefektifannya dan banyak
- Berangsur- cairan masuk
angsur dimulai dalam usus
pemberian pasien bisa
makan per oral kehilangan
bila diare cairan 10 liter
terkontrol. perhari karena
Anjurkan untuk diare.
mrnggunakan Berhentinya
makanan bebas diare hanya
lactose, rendah karena
lemak, tinggi pengobatan
serat yang efektif
- Kolaborasi jika
diare tetap 3. Ahli diet
berlangsung atau adalah
tambah spesialisasi
memburuk nutrisi yang
3. Rujuk ke ahli dapat
diet untuk membantu
membantu paisen dalam
memilih dan perencanaan
merencanakan menu dan
maknan untuk kebutuhan
kebutuhan nutrisi untuk
nutrisi kondisinya

2 cemas Setelah dilakukan 1. Biarkan pasien 1. Dengan


berhubungan tindakan keperawatan dan orang mengungkapk
dengan kepada pasien terdekat an perasaan

26
perubahan diharapkan pasien mengungkapkan mempermuda
status mental, memenuhi kriteria perasaan h
ancaman sebagai berikut: 2. Berikan penyelesaian
kematian - Pasien mau hubungan yang masalah dan
mendiskusikan mendukung: juga
rasa takut/ - menemani memungkinka
cemasnya pasien n perawat
- Pasien tampak - berikan mengidentifik
tenang informasi yanga asi fase yang
- Pasien kurat dan jelas man dari
menyatakan ttg tindakan proses
cemas keperawatan kesedihan
berkurang - bantu pasien yang dialami
- Pasien dapat dan sediakan pasien
mendemonstras waktu keluarga 2. Sikap, fikiran
ikan pemecahan untuk dan perasaan
masalah yang mengekspresikan pemberi
sehat dan pikiran yang perawatan
menggunakan realistic mempengaruh
sumber-sumber i kualitas
yang efektif 3. Rujuk pasien dan hubungan
keluarga ke grup perawat
masyarakat loka; pasien dan
4. Jika kondisi keluarga
berakhir dan 3. Kelompok
mendekati tahap pendukung
akhir, diskusikan adalah
perawatan sumber yang
dirumah kuat untuk
5. Informasikan pasien dan
pasien bahwa orang yang
perasaan yang bermakna
mereka rasakan bagi pasien
ini normal dan 4. Perawatan
hal ini dirumah
emmerlukan untuk
waktu untuk memenuhi
menerima hidup kebutuhan
dengan penyakit social,
kronis atau emosional,
perubahan citra fisik, dan
tubuh. spiritual
pasien yang
sakit dan
keluarganya.
5. Selama

27
berduka
pasien secara
umum
bereaksi
tetapi tidak
memahami
mengapa
mereka
merasakan
dan bertindak
seperti yang
mereka
lakukan.
Lebih dari itu
perasaan
pasien
dipengaruhi
oleh pemberi
perawatan
dan orang
lain.
3 Intoleransi Setelah melakukan 1. Jamin bahwa bel 1. Untuk
aktivitas tindakan keperawatan dapat dijangkau menjamin
berhubungan diharapkan pasien oleh pasien, pasien aman
dengan memenuhi kriteria hasil barang-barang 2. Perawatan
peningkatan sebagai berikut: diletakkan di diri
kebutuhan - Pasien meja samping membantu
energy: mengatakan tempat tidur memelihara
demam/panas tidak cepat paisen agar harga diri dan
inflamasi lelah dalam mudah kembali untuk
beraktivitas mengambilnya hidup tanpa
- Pasien 2. Bantu pasien tergantung
berpartisipasi memenuhi pada orang
dalam aktivitas kebutuhan lain
perawatan sehari-harinya. 3. Ahli
- Penampilan Anjurkan pasien fisioterapi
rapi mengerjakan dapat
- Hasil sebanyak yang ia membantu
laboratorium bisa pasien belajar
Hb≥ 10 gr/dl 3. Rujuk ke bagian bagaimana
fisioterapi, jika menyesuaikan
terjadi kerusakan kebiasaan
fisik yang hidup dengan
permanen atau keadaan fisik
jangka waktu yang terbatas
yang lama dan

28
menentukan
alat-alat.

29
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

paliative care adalah kegiatan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan holistik yaitu
bio,psiko,sosio, spiritual terutama psiko dan spiritual dari perawat secara langsung dan
dukungan dari keluarga dan orang- orang terdekatnya. Tujuan sebenarnya adalah untuk
mengurangi stressor agar tidak menjadi pemacu karsinogen sehingga menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak normal. Dalam paliative care ini perawat juga mengajarkan pasien
secara mandiri dengan massage, terapi mediasi, relaksasi dan lainya yang merupakan asuhan
keperawatan untuk menekan nyeri dan stressor. Sumber depresi seperti sering berbaring dalam
isu-isu yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan paliatif dan
dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan dengan kondisi
mereka dan mendekati kematian. (Ferrell & Coyle, 2007: 848) Dalam hal ini tentu kita
menyadari sebagai perawat bahwa di samping perawatan bio yang kita terapkan juga perlu
psiko dan spiritual untuk menunjang kesembuhan pasien. Diharapkan dari paliative care ini
pasien penderita kankerdan penyakit terminal lain bisa mengontrol kondisi mentalnya sehingga
tidak memperparah kondisi pasien dan bisa membantu kualitas hidup pasien.

B.SARAN

Dengan adanya makalah ini kami selaku penulis sangat berharap kepada seluruh mahasiswa
mampu memahami dan mengetahui tentang Askep Pada Pasien Paliatif Care. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat membawa pengaruh yang baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes RI, 2007

31
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan PerawatanPalliative Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

(KEMENKES, 2013).

Kemenkes RI, 2015 Pedoman Nasional Program paliatif kanker : Jakarta


World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care.

http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ diakses tanggal 11 November 2019.

Ningsih, Ningning Sri. "Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Perawatan Paliatif Pada Anak Dengan
Kanker Di Wilayah Jakarta". Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. 2011

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New York : Oxford
University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif Pasien Hiv / Aids.

karnofsky,D.A.&, JH.1949 dalam KTI Ronald Baehaqi,20

buku fundamental keperawatan tahun 2011

Matzo dan Sherman (2006) dalam Ningsih (2011) peran perawat paliatif

32

Anda mungkin juga menyukai