PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah
posisi tubuhnya terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau
kelainan neurologi, pasien yang selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan
penyakit akut, dan pasien yang menggunakan kursi roda. Walaupun demikian
tidak semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus
dekubitus tidak akan terbentuk pada orang dengan sensitivitas, mobilitas dan
mental yang normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang terlalu
lama pada bagian tubuh akan mencegah daerah yang tertekan tersebut mengalami
kerusakan yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi
pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler, yakni sekitar 32
mmHg 1,3.
Ulkus dekubitus dapat menjadi problem yang cukup serius baik di negara
maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya biaya
perawatan, memperlambat program rehabilitasi bagi penderita, memperberat
penyakit primer dan mengancam kehidupan pasien. Oleh karena itu, perlu
pemahaman cukup tentang ulkus dekubitus agar diagnosis dapat ditegakkan secara
dini sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan tepat serta
dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus tersebut 4 .
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu,
punggung dan kepala bagian belakang. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang
terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler dan tidak
ada usaha untuk mengurangi atau memperbaikinya sehingga terjadi kerusakan
jaringan yang menetap. Bila tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau ada
usaha untuk memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus
dapat dicegah 2,6 .
II.2 ETIOLOGI
2
sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak yang
berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar 2 .
3
posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor
yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan 4.
3. Kelembaban
Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika
pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat.
Pada posisi ini pasien bisa merosot ke bawah, sehingga mengakibatkan
tulangnya bergerak ke bawah namun kulitnya masih tertinggal. Ini dapat
mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan
4
bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan
pada permukaan kulit 4 .
5. Pergesekan ( friction)
6. Nutrisi
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan
faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya
terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek 4 .
5
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan 4.
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah 4 .
II.4 EPIDEMIOLOGI
6
II.5 PATOFISIOLOGI
Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi
darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami
iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada
kapiler adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan
struktur pembuluh darah pada kulit, maka akan terjadi kolaps. Dengan terjadi
kolaps akan menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, selain itu area yang
tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan adanya peningkatan
tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan menyokong
untuk terjadi edema dan konsekuensinya terjadi autolisis. Hal lain juga bahwa
aliran limpatik menurun, ini juga menyokong terjadi edema dan mengkontribusi
untuk terjadi nekrosis pada jaringan 5 .
II.6 STADIUM
1. Stadium I : Kulit berwarna kemerahan, pucat pada kulit putih, biru, merah
atau ungu pada kulit hitam. Temperatur kulit berubah hangat atau dingin,
bentuk perubahan menetap dan ada sensasi gatal atau nyeri.
2. Stadium II : Hilangnya sebagian lapisan kulit namun tidak lebih dalam
dari dermis, terjadi abrasi, lepuhan, luka dangkal dan superfisial.
3. Stadium III : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap meliputi subkutis,
termasuk jaringan lemak dibawahnya atau lebih dalam lagi namun tidak
sampai fascia. Luka mungkin membentuk lubang yang dalam.
4. Stadium IV : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap hingga tampak
tendon, tulang, ruang sendi. Berpotensi untuk terjadi destruksi dan risiko
osteomyelitis.
7
Gambaran karakteristik masing-masing stage tersebut dapat dilihat dengan
jelas pada gambar 2 :
• Manifestasi klinis pada dekubitus untuk pertama kali ditandai dengan kulit
eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila ditekan dengan jari,
tanda eritema akan lama kembali lagi atau persisten.
• Tanda pada luka dekubitus ini akan dapat berkembang hingga sampai ke
jaringan otot dan tulang.
8
• Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di
Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil 3 .
II.8 DIAGNOSA
Anamnesis :
1. Biodata
9
sisa metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel mati, kulit pecah dan
terjadilah lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan 3 .
2. Keluhan Utama
Hal- hal yang perlu ditanyakan adalah mulai kapan keluhan dirasakan,
lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang
memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain
yang menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini
harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal,
panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati 3 .
5. Riwayat Pengobatan
10
Apakah pasien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu
ditanyakan yaitu 3 :
6. Riwayat Diet
Yang ditanyakan yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka
yang lama 4 .
b. Immobilisasi
c. Inkontinensia
9. Pengkajian Psikososial
11
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien
yaitu 3 :
a. Perasaan depresi
b. Frustasi
c. Ansietas/kecemasan
e. Keputusasaan
f. Nyeri
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada
daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan
kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak
dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan
terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah), penurunan
peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun dan defisit
sensori pada daerah yang paraplegi 3,4 .
3,4
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
12
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
b) Mata
c) Hidung
d) Mulut
e) Telinga
f) Leher
13
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
5. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen
hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.
6. Urogenital
7. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan pasien bed rest dalam
waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
8. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.
14
Inspeksi kulit
2) Edema
3) Kelembaban
15
oleh beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab
yang tidak cocok, intake cairan yang inadekuat, proses menua.
4) Integritas
5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu, tekstur atau
elastisitas, turgor kulit 4 .
Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap
2) Biopsi luka
16
3) Kultur swab
Dibuat untuk memperlihatkan sifat serta luasnya kelainan kulit atau ulkus
dan dipergunakan untuk perbaikan setelah dilakukan terapi 3 .
II.9 PENATALAKSANAAN
17
Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi
nonmedikamentosa dan medikamentosa.
A. Nonmedikamentosa
Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan
meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi
penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat
penyembuha ulkus decubitus 7 .
B. Medikamentosa
18
NaC1 0,9%, larutan H202 3%,larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan
antiseptik lainnya 7,8 .
Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah
antimikrobial, moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant, kompres
semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel,
penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering 8 .
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari
bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik
akan mempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat
dilakukan antara lain 4,6 :
19
Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode
ini menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis.
Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya
untuk membuang jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa
basah lalu membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya.
Teknik ini kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut
terbuang. Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat
memicu terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen.
Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau
intrumen serupa untuk membuang jaringan yang sudah mati.
Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling
dikenal. Ahli bedah dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa
menimbulkan nyeri.
Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan
jaringan nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik. 4,6
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
20
Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada
ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan 8 :
5. Tindakan bedah
Ulkus Stadium III dan IV menyembuh lebih cepat dan membentuk lebih
sedikit jaringan parut apabila ditangani secara bedah. Pembedahan untuk
ulkus dekubitus meliputi eksisi ulkus, jaringan parut, dan biasanya tonjolan
tulang, diikuti dengan penutupan defek melalui salah satu dari prosedur-
prosedur yang dibahas di bawah ini 7 .
Penutupan Primer
Penutupan primer terdiri atas eksisi tepi ulkus dan konversi luka
menjadi suatu bentuk elips. Luka tersebut kemudian ditutup lapis demi
lapis untuk mengobliterasi ruang mati. Tepi kulit dipertemukan dan
dijahit. Kadang-kadang, diperlukan drain. Penutupan primer biasanya
dapat dilakukan sebagai suatu prosedur rawat jalan pada unit bedah
satu hari. Lindungi daerah tersebut dari tekanan selama 2 minggu
21
setelah penutupan; mulai duduk setelah minggu kedua, tergantung
pada kasus. Angkat jahitan pada minggu ketiga. Dengan bentuk
penanganan seperti ini, pasien tersebut hanya kehilangan sedikit
7,8
waktu dan tetap lebih dapat aktif .
Tandur Kulit
Flap Kulit
22
tersebut harus dipersiapkan untuk prosedur operasi besar dan
diantisipasi dengan 4 hingga 6 minggu perawatan di rumah sakit.
Biasanya, hanya ulkus ischial, trochanteric, atau sacral yang
memerlukan flap. Flap musculocutaneus adalag flap yang paling
sering dipakai. Dengan komposisi dari kulit, jaringan subkutan, dan
otot di bawahnya, pasokan darahnya berasal dari rantai vaskular
mayor (arteri dan vena), yang masuk ke bawah permukaan proksimal
dari otot dan terangkat bersama-sama dengan otot tersebut. Untuk
memobilisasi flap tersebut, jaringan fascia dan subkutan dijahit
menjadi satu untuk menghindari kerusakan pembuluh darah yang
mengalami perforasi pada jaringan aerolar yang saling berhadapan
dari kedua lapisan tersebut. Pemindahan flap musculocutaneus
meninggalkan suatu daerah donor yang dalam yang pada kebanyakan
kasus harus ditutup dengan tandur kulit. Kadang-kadang, daerah ini
dapat ditutup secara primer 7,8 .
Prosedur Lainnya
II.10 KOMPLIKASI
23
Osteomielitis
Amputasi
24
II.11 PROGNOSIS
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27