Anda di halaman 1dari 9

1.

Penilaian Aktiva Tak Berwujud Yang Dibeli

Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi
dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum,
dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya
pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari aktiva yang diterima, mana yang
lebih dapat ditentukan.

Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud :

Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara internal
1. Aktiva tak     Berwujud  Di kapitalisasikan  Dibebankan atau
yang dapat diidentifikasi pada biaya akuisisi. dikapitalisasi
secara terpisah ( hak  Diamortisasi selama tergantung pada aktiva
paten, merek dagang, umur hukum atau tak berwujud tertentu.
dan biaya organisasi ) estimasi masa manfaat  Jika dikapitalisasi, akan
mana yang lebih di amortisasi sebagai
singkat dengan umur aktiva tak berwujud
maksimum 40 tahun yang dibeli.

2. Aktiva tak berwujud  Dibebankan pada saat


yang tidak dapat terjadinya.
diidentifikasi secara  Tidak tersedia pilihan
terpisah ( goodwill) untuk
pengkapitalisasian,
sehingga tidak akan ada
amortisasi

Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.

Kadang kala perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya
biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan aktiva tak berwujud tersebut
hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang
sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan
paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai aktiva. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi
untuk aktiva tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya,
sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui transaksi
yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya. 
2. Amortisasi Aktiva Tak Berwujud

Depresiasi merupakan alokasi secara sistematis jumlah nominal yang bisa disusutkan
terhadap aset tetap selama masa manfaatnya (umur ekonomis) aset tersebut.

Sedangkan pengertian amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu aktiva
tidak berwujud secara bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu di setiap periode akuntansi.

Pengurangan nilai aktiva tak berwujud ini dilakukan dengan cara mendebit akun beban
amortisasi dan mengkredit akun aktiva tak berwujud.

Jadi terlihat bedanya

Aktiva Tetap : Penyusutan

Aktiva tak Berwujud : Amortisasi

Contoh jurnalnya :

Debit | Beban Amortisasi Goodwill Rp 100

Kredit | Goodwill Rp 100

Definisi Amortisasi yang lain menyebutkan,

Amortisasi adalah Non Notification Loan yaitu suatu prosedur akuntansi yang dengan
cara bertahap mengurangi nilai biaya dan suatu aset dengan umur ekonomis yang terbatas atau
aktiva tak berwujud lain melalui pembebanan secara berkala ke pendapatan.

Amortisasi juga bisa memiliki arti pengurangan kewajiban dengan pembayaran pokok
serta bunga dengan teratur dalam jumlah tertentu hingga pinjaman terbayar ketika tanggal jatuh
tempo.

Pengertian Amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu Aktiva tidak
berwujud secara bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu disetiap periode akuntansi.
Pengurangan nilai aktiva tak berwujud ini dilakukan dengan cara mendebit akun beban
amortisasi dan mengkredit akun aktiva tak berwujud.

Secara umum metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut
akuntansi ada dua jenis, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Jika mengacu
pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga

1
Atas Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, metode dan penilaian
amortisasi aset tak berwujud dikelompokan menurut masa manfaatnya. Metode penilaian
amortisasi asset antara lain :

1.Metode garis lurus

Metode penyusutan garis lurus merupakan suatu metode pengalokasian pembebanan


biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan setiap tahunnya adalah sama. Dengan kata lain,
untuk metode garis lurus, nilai biaya penyusutannya konstan untuk setiap tahunnya, dari tahun
perolehan sampai dengan tahun akhir masa manfaatnya. Sebagai contoh, perusahaan anda
membeli lisensi IKEA untuk produksi furnitur rumah tangga dengan masa manfaat selama 4
tahun sebesar Rp 100.000.000,-. Maka perhitungan amortisasi pertahunnya adalah sebagai
berikut

Beban amortisasi tahunan:

¼ x Rp 100.000.000,- = Rp 25.000.000,-

Dari perhitungan di atas, maka setiap tahun perusahaan anda harus melakukan amortisasi
lisensi IKEA sebesar Rp 25.000.000,-. Sehingga perhitungan akuntansinya ketika tutup buku
akhir tahun adalah sebagai berikut

Beban Amortisasi Rp 25.000.000,-

Aset tak Berwujud Rp 25.000.000,-

2.Metode saldo menurun

Sedangkan metode penyusutan saldo menurun, merupakan suatu metode pengalokasian


pembebanan biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan semakin menurun tiap tahunnya
seiring bertambahnya masa manfaatnya, dan pada tahun dimana merupakan akhir masa
manfaatnya, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa buku yang ada. Dalam metode saldo
menurun, pada tahun perolehan, biaya penyusutan akan lebih besar, dan untuk tahun berikutnya
biaya penyusutan akan semakin kecil. Jika mengikuti contoh kasus di atas, maka perhitungan
amortisasinya adalah sebagai berikut

a.Amortisasi lisensi IKEA tahun pertama

50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000,-

b.Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-2

50% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) = Rp 25.000.000,-

2
c.Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-3

50% x (Rp 50.000.000 – Rp 25.000.000) = Rp 12.500.000,-

d.Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-4

Tahun keempat adalah akhir masa manfaat lisensi. Maka pada pembukuannya adalah dengan
cara mendebet sisa nilai ke dalam akun beban amortisasi dan mengkreditkan akun aset tak
berwujud atau akun lisensi. Dari perhitungan di atas, maka sisa nilai lisensi yang harus bukukan
adalah sebesar Rp 12.500.000,-

3. Goodwill

Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan adalah goodwill.
Goodwill adalah segala atribut yang memberi nilai atau citra yang menguntungkan yang melekat
pada suatu perusahaan. Dalam hal ini termasuk diantaranya: manajemen yang istimewa, lokasi
yang strategis, hubungan baik dengan para konsumen, karyawan yang terlatih, produk
dengankualitas tinggi, hubungan yang harmonis dengan para karyawan. Hal-hal yang positif
seperti ini apabila dimiliki perusahaan, akan menaikkan nilai perusahaan. Semakin banyak hal
positif yang dimiliki perusahaan, maka akan bertambah semakin tangguh pula perusahaan itu.
Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa goodwill mencerminkan keuntungan yang
diharapkan diatas keuntungan normal. Oleh karena itu goodwill merupakan suatu aktiva tak
berujud yang berbeda dari aktiva tak berujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa
mengalihkan atau menjual perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan
perusahaan sebagai keseluruhan.

Persoalan yang timbul apabila goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan secara
keseluruhan adalah bagaimana menentukan besarnya goodwill tersebut. Berbagai faktor seperti
disebutkan di atas (manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis dan sebagainya) banyak
ditemukan pada berbagai perusahaan, tetapi menentukan besarnya goodwill sangat sulit dan
sangat subyektif. Hal ini mudah dimengerti, karena penentuan goodwill tanpa melalui transaksi
pertukaran akan menyebabkan penilain menjadi subyektif dan laporan keuangan menjadi kurang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, goodwill akan hanya dicatat apabila timbul dari transaksi
pertukaran yang meliputi pembelian perusahaan secara keseluruhan.

Penentuan Harga Pasar Aktiva yang Diperoleh

PERUSAHAAN DAGANG BORNEO MAKMUR

Neraca

31 Desember 2010

Kas                                   Rp 2.000.000        Utang Wesel                    Rp  9.500.000

3
Piutang dagang  ( neto )         6.400.000        Utang Dagang                        1.500.000

Persediaan                              5.600.000        Modal, Bambang                 32.000.000

Penentuan harga secara keseluruhan dibeli, maka goodwill adalah kelebihan harga
perolehan di atas harga pasar aktiva bersih (aktiva dikurangi utang) yang diperoleh. Dalam
menentukan besarnya goodwill, harga beli (harga perolehan) pertama-tama dibandingkan
dengan harga pasar aktiva dan utang yang diperoleh. Kelebihan harga beli di atas harga pasar
aktiva bersih itulah yang disebut goodwill. Sebagai contoh, pada tanggal 31 Desember 2009,
Usaha Dagang Graha Cipta Lestari memutuskan untuk membeli perusahaan dagang Borneo
Makmur (sebuah perusahaan perseorangan) dengan harga Rp. 61.000.000,00. Pengkajian atas
neraca perusahaan Borneo Makmur menunjukkan hal-hal berikut:

Aktiva bersih perusahaan dagang Borneo Makmur adalah RP. 32.000.000,00 seperti
terlihat pada saldo rekening modal, atau dapat pula dihitung sebagai berikut:

Total Aktiva                                                      Rp. 43.000.000,00

Total Kewajiban                                                      11.000.000,00

Aktiva bersih ( menurut nilai historis )             Rp. 32.000.000,00

Apabila perusahaan  bersedia untuk membayar Rp. 61.000.000,00 maka jumlah goodwill
akan dapat ditentukan dengan mudah. Namun kita harus berhati-hati, sebab aktiva dan utang
perusahaan dagang Boneo Makmur dalam neraca di atas dilaporkan berdasarkan nilai buku,
bukan harga pasar. Oleh karena itu, kita harus menentukan harga pasar aktiva bersih
perusahaan dagang Borneo Makmur di atas.

Harga pasar aktiva bersih perusahaan dagang Borneo Makmur  adalah Rp. 52.500,00
dengan perhitungan sebagai berikut:

Aktiva

Kas ……………………………………………………. Rp  2.000.000

Piutang dagang ( neto ) ……………………………….       6.400.000

Persediaan ……………………………………………..   8.100.000

Aktiva tetap ( neto ) …………………………………..      47.000.000

Jumlah aktiva ………………………………………… Rp.  63.500.000

4
Kewajiban

Utang wesel ………………………………………….. Rp.  9.500.000

Utang dagang …………………………………………     1.500.000

………………………………………….................... Rp.   11.000.000

Aktiva bersih ( berdasar nilai pasar )                                                      Rp.   52.000.000

Dari perhitungan sebagai berikut terlihat adanya berbedaan yang cukup besar antara harga
perolehan dengan harga pasar untuk persediaan dan aktiva tetap. Persediaan menurun harga
perolehannya adalah Rp. 5.600.000,00, sedang menurut harga pasarnya Rp. 8.100.000,00.
Aktiva tetap berdasar harga perolehannya adalah Rp. 29.000.000,00, tetapi menurut harga
pasarnya adalah Rp. 47.000.000,00.

Adanya berbedaan antara harga perolehan dengan harga pasar seperti terlihat pada contoh ini
tidak mengherankan. Dalam hal persediaan, selain karena harga sudah naik, salah satu
penyebabnya mungkin karena perusahaan Borneo Makmur menggunakan metoda persediaan
LIFO. Apabila harga naik dan perusahaan berkembang, maka harga perolehan persediaan yang
akan dilaporkan dalam neraca adalah meliputi barang yang dibeli lebih awal dengan harga yang
lebih rendah. Selain itu, seperti telah dijelaskan di atas, depresiasi aktiva tetap tidak lain adalah
proses alokasi harga perolehan. Oleh karena itu nilai buku aktiva tetap bisa berbeda cukup
besar dengan harga pasarnya.

Perhitungan Goodwill

Goodwill dihitung sebagai selisih antara harga beli dengan harga pasar aktiva bersih yang
diperoleh. Dengan demikian goodwill pada contoh di atas akan menjadi Rp. 8.500.000,00
dengan perhitungan sebagai berikut:

Harga beli ( harga perolehan ) …………………… Rp.  61.000.000,00

Kurangi : Harga pasar aktiva bersih ….…………..          52.000.000,00

Goodwill ………………………………………… Rp.    8.500.000,00

Pencatatan transaksi pembelian perusahaan dilakukan dengan mencatat aktiva bersih


sebesar nilai pasarnya, goodwill sebesar harga perolehannya dan kas dikredit sebesar harga
belinya. Selanjutnya goodwill dihapus selama jangka waktu tertentu yang ditaksir secara wajar.
Amortisasi goodwill dicatat dengan mendebet Biaya Amortisasi Goodwill dan mengkredit
rekening Goodwill. Dalam neraca, goodwill dilaporkan sebagai aktiva tak berujud.

5
Penghapusan Goodwill | Writte Off
Tujuan penghapusan adalah jika goodwill yang didapat atas pembelian perusahaan terdahulu
sudah diakui tidak memberikan manfaat lagi bagi perusahaan.

Pencatatan jurnalnya :

Debit | Amortisasi Goodwill Rp xxx

Kredit | Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp xxx

* Rp xxx adalah Nilai Buku saat penghapusan

Polemik Goodwill
 FASB pada tahun 2005 lalu memutuskan amortisasi goodwill tidak diperkenankan untuk
dilakukan.
 Amortisasi Goodwill-pun tidak boleh diterapkan oleh IAS (International Accounting
Standard)

4. Biaya Litbang ( Biaya Penelitian dan Pengembangan )

Biaya research dan pengembangan bukan aktiva tak berujud, tetapi karena pengeluaran-
pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka pengeluaran tersebut akan
dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar
jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan dalam rangka mendapatan produk
baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota,
atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah
negara sedang berkembang.

Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-kadang sulit
untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali terdapat ketidakpastian
mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun kapan manfaat tersebut
akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk research dan pengembangan biasanya
dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Pengeluaran seperti ini tidak
memperhatikan apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil:

Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp. 30.000.000,00
untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini telah menghasilkan
dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak paten. Walaupun demikin,
pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat dimasukkan dalam harga perolehan
hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya
biaya tersebut. Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat
bahwa dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan

6
menyebabkan aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat,
bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan aktiva yang sifatnya
sangat spekulatif dalam neraca. Pendapat mana yang benar sangat sulit untuk ditentukan.
Perbedaan pendapat ini menunjukan betapa sulitnya menetapkan suatu acuan yang tepat dalam
pelaporan keuangan.

5. Penyajian Aktiva Tak Berwujud

Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva
tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila
mana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri ataupun dalam catatan
atas laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga
harus dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga
disebutkan. Contoh penyajian aktiva tetap, sumber alam dan aktiva tak berujud dalam neraca
adalah sebagai berikut:

PT. ARDI PERKASA

Neraca sebagian

( Dalam Jutaan Rupiah )

Aktiva Tetap

Tambang batu bara, atas dasar Harga perolehan, dikurangi deplesi ……         Rp 95.400.000

Gedung dan peralatan, atas Dasar harga perolehan ……Rp 2.207.100.000

       Kurangi: Akumulasi depresiasi           Rp 1.229.000.000

                                                                                              Rp 987.100.000

  Jumlah aktiva tetap …………….                                Rp 1.082.500.000

  Aktiva tak berwujud

  Hak Paten …………………………                                   Rp  410.000.000

  Jumlah ……………………………..                           Rp 1.492.500.000

7
Daftar Pustaka

Jusup Al. Haryono. 2009.  Dasar-dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta :STIE YKPN

http://nichonotes.blogspot.co.id/2014/10/definisi-goodwill-dalam-akuntansi.html?m=1

http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/03/amortisasi.html?m=1

https://nasikhudinisme.com/2015/02/26/b-4-akuntansi-aktiva-tetap-amortisasi-aktiva-tetap-tidak-
berwujud/

https://www.akuntansionline.id/metode-dan-pencatatan-amortisasi-aset-tak-berwujud/

https://anitaameliasarii.wordpress.com/2013/05/12/aktiva-tetap-tak-berwujud/

Anda mungkin juga menyukai