Anda di halaman 1dari 14

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Oleh Hendra Poerwanto

Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran
dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Anggaran biaya biasanya dibuat
bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana Harga Pokok
Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik
secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga anggaran pokok yang relevan
dengan produksi ini mencakup (1) anggaran biaya bahan mentah, (2) anggaran tenaga kerja
langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung,
dan (3) anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya pabrik
selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung. Berikut disajikan skema kaitan
antara anggaran BOP dan anggaran yang lain:

Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas
secara mendalam mengenai rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Materi kali ini membahas tentang perencanaan dan pengendalian biaya overhead
pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga kerja langsung telah dibahas

pada materi sebelumnya. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya
perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan
mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan anggaran BOP,
teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan pembahasan pentingnya
pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri
dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok
Produksi. Secara skematik dapat dilihat pada gambar berikut yang menunjukkan bagaimana
Harga Pokok Produksi dilaporkan dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran
komprehensif.

Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaranpengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan biaya yang
wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan.
Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian
yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah

dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense)


adalah pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi
sekarang. Untuk tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.
Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran
dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat
tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh
untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan
pengembangan produk yanga cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah
tercapainya kuota penjualan yang besar. Untuk itu perusahaan juga harus mengeluarkan biaya
promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk
mengetahui tingkah laku konsumen (consumers behaviour). Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan ini antara lain :

Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.

Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.

Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.
Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya

yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan
melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya
pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber
daya yang memadai untuk memeelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunanbangunan. Tidak dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun
mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan
meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga
yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta.
Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar.
Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan disesuaikan dengan
tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala bagian seperti bahan mentah
langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada
bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:

i.

Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik).

ii. Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).


iii. Biaya-biaya administrasi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat kompleks
jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biayabiaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan
mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi total
yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas
tertentu.
Metode Alokasi Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Oleh Hendra Poerwanto

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Clean Cost Concepts adalah cara mengalokasikan
BOP, dimana BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke bagian produksi sesuai
proporsi pemakaian jasanya.
1.

Metode alokasi langsung (direct alocation method)


Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi

yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
Contoh kasus: Metode Alokasi langsung
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen proses 1
dan proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan
departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:

Perkiraan besarnya BOP untuk masing-masing departemen adalah

Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan menggunakan metode alokasi langsung!
Jawab
Menghitung BOP dianggarkan
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
1.

Jasa X

BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing


departemen produksi dengan proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,Total
2.

= Rp 30.000.000,-

Jasa Y

BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing


departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,Total

2.

= Rp 60.000.000,-

Metode Alokasi Bertahap (Step Method)

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh departemen jasa
yang lain. Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan bagian
reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh
bagian reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi
menggunakan pula sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasi.
Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa apabila terjadi hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic method). Dalam
metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di masing-masing bagian jasa dinyatakan
dalam formula berikut:

Keterangan:
X = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa Y oleh bagian X
b2 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa X oleh bagian Y
Contoh Kasus : Metode Alokasi Bertahap
PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Perusahaan
merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar 50.000 unit,
selama Tahun 2006 sebesar:

Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal
ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan.
Proporsi pemakaian jasanya adalah:

Berdasarkan data tersebut, diminta:


1.

Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa

2.

Menghitung BOP Neto yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi

Jawab
1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut:
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2

X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X
Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000
Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000
Jadi

BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian jasa pemeliharaan
adalah sebesar Rp 30.000.000,-

BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
listrik adalah sebesar Rp 8.000.000,-

Dengan demikian maka jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:

Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepala
masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing:

2. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah alokasi


Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
1.

Jasa X (departemen listrik)

BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing


departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp 24.000.000 = Rp 9.000.000,Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp 24.000.000 = Rp 15.000.000,Total
2.

= Rp 24.000.000,-

Jasa Y (departemen pemeliharaan)

BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 6.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing


departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp 6.000.000 = Rp 3.200.000,Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp 6.000.000 = Rp 2.800.000,Total

= Rp 6.000.000,-

Jadi selengkapnya adalah sebagai berikut:

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)

BIAYA OVERHEAD PABRIK


Penggolongan BOP
1. BOP menurut sifatnya :
a.

biaya bahan penolong

b. biaya reparasi dan pemeliharaan


c.

biaya tenaga kerja tidak langsung

d. biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap


e.

biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

f.

BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

2. BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi


a.

BOP tetap
BOP tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu contoh : biaya asuransi

b. BOP variable
BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan contoh : biaya bahan
penolong
c.

BOP semi variable


BOP yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan contoh : biaya bahan
bakar kendaraan

3. BOP menurut hubungannya dengan departemen


a. BOP langsung departemen
BOP yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut.
b. BOP tidak langsung departemen
BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

4. Dasar Pembebanan BOP terhadap Produk


a.

Satuan produk
taksiran BOP : tariff BOP persatuan taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan
contoh :
taksiran BOP selama satu tahun anggaran

: Rp. 4.000.000

taksiran BOP jml produk yang dihasilkan selama th anggaran tsb : 8.000 unit
tariff BOP sebesar : (4.000.000) : (8.000) ; Rp. 500 perunit produk
b. Biaya bahan baku
taksiran BOP x 100% : % BOP dari BBB yang dipakai taksiran BBB yang dipakai
contoh :
taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp.4.000.000
taksiran BBB selama 1 tahun anggaran : Rp. 8.000.000
tariff BOP : 4.000.000 / 8.000.0000 x 100% = 50% dari BBB yang dipakai
c.

Biaya tenaga kerja


taksiran BOP x 100% : % BOP dari BTKL taksiran BTKL
contoh :
taksiran BOP selama 1 th anggaran

: Rp. 4.000.000

taksiran BTKL selama 1 th anggaran

: Rp. 10.000.000

tariff BOP sebesar : 4.000.000 / 10.000.000 x 100% : 40% dari BTKL


d. Jam tenaga kerja langsung
taksiran BOP : tariff BOP perjam tenaga kerja langsung taksira jam tenaga kerja langsung
contoh :
taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp. 4.000.000
taksiran jam tenaga kerja langsung selama 1 th anggaran

: 4.000 jam

tariff BOP sebesar : 4.000.000 / 4.000 : Rp. 1.000 perjam tenaga kerja lgs
e.

Jam mesin
taksiran BOP : tariff BOP perjam kerja mesin taksiran jam kerja mesin
Contoh :
taksiran BOP selama 1 th anggaran

: Rp. 4.000.000

taksiran jam mesin selama th anggaran : 20.000 jam mesin


tariff BOP sebesar : Rp. 4.000.000 / 20.000 : Rp. 200 per jam mesin
Pembebanan BOP kepada Produk atas Dasar Tarif
Contoh :

PT AJP memproduksi berdasar pesanan. BOP dibebankan berdasar jam mesin. Anggaran
BOP disusun pada kapasitas normal sebanyak 160.000 jam mesin. Waktu pengerjaan
menghabiskan 150.000 jam mesin.
PT AJP
Anggaran BOP untuk tahun 19x1
Atas dasar kapasitas normal 160.000 jam mesin
Elemen biaya
B. Bhn Penolong

B. Tetap
-

B. Variabel
2.100.000

Jumlah
2.100.000

Biaya listrik

3.000.000

3.000.000

B. Bhn Bakar

2.000.000

2.000.000

BTKTL

4.000.000

3.000.000

7.000.000

B. Kesejahteraan Kary

3.000.000

3.000.000

Biaya reparasi

1.000.000

1.500.000

2.500.000

Biaya asuransi

1.200.000

1.200.000

Biaya depresiasi
Jumlah

1.600.000
10.800.000

11.600.000

1.600.000
22.400.000

Tariff BOP variable : 11.600.000 / 160.000 = Rp. 72,5 perjam mesin


Tariff BOP tetap

: 10.800.000 / 160.000 = Rp. 67,5 perjam mesin

Tariff BOP total

Rp. 140 perjam mesin

Pembebanan BOP
Rp. 140 x 150.000 = Rp. 21.000.000
BDP BOP
BOP yang dibebankan

Rp. 21.000.000
Rp. 21.000.000

Pengumpulan BOP ss
Misalkan BOP yang sesungguhnya terjadi adalah :
PT AJP
BOP ss terjadi tahun 19x1
Pada kapasitas sesungguhnya yang dicapai 150.000 jam mesin
Elemen biaya

jumlah

B. Bhn Penolong

2.200.000

Biaya listrik

2.900.000

B. Bhn Bakar

1.500.000

BTKTL

7.000.000

B. Kesejahteraan Kary

3.000.000

Biaya reparasi

2.000.000

Biaya asuransi

1.200.000

Biaya depre mesin

1.600.000

Jumlah

21.400.000

BOP ss

21.400.000

Berbagai rekening

21.400.000

Perhitungan selisih
BOP yg dibebankan 150.000 jam mesin x Rp. 140 : 21.000.000
BOP ss

: 21.400.000

Selisih BOP
BOP dibebankan

:
21.000.000

BOP ss
Selisih BOP
BOP ss

400.000

21.000.000
400.000
400.000

Selisih anggaran
Selisih ini menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran
biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran.
BOP ss

21.400.000

BOP dianggarkan
BOP tetap

10.800.000

BOP variable (150.000 x 72,5)

10.875.000 21.675.000

Selisih anggaran

275.000 (laba)

Selisih kapasitas
Selisih ini diakibatkan karena tidak dipakainya kapasitas yang dianggarkan
BOP tetap dianggarkan

10.800.000

BOP tetap dibebankan kpd produk 150.000 x 67,5


Selisih kapasitas

675.000

Perlakuan terhadap selisih BOP


1.

dibagikan kepada rekening persediaan dan HPP


contoh :
persediaan produk dalam proses

Rp.

persediaan produk jadi

800.000

Rp. 1.200.000

HPP

Rp.14.000.000
Jumlah

Rp.16.000.000

Penyesuaian setelah adanya selisih BOP


PDP

: 800.000 / 16.000.000 x 400.000

Pers Prod selesai : 1.200.000 / 16.000.000 x 400.000

: 30.000

HPP

: 350.000

: 14.000.000 / 16.000.000 x 400.000

Saldo setelah penyesuaian


Pers. Prod dlm proses

820.000

Pers. Prod Jadi

: 1.230.000

HPP

: 14.350.000
Jumlah

16.400.000

Pers Prod dlm Proses

20.000

Pers Prod Jadi

30.000

HPP

350.000
Selisih BOP

2.

: 20.000

400.000

pengurang atau penambah rekening HPP


Harga Pokok Penjualan
Selisih BOP

400.000
400.000

10.125.000

Anda mungkin juga menyukai