Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran
dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Anggaran biaya biasanya dibuat
bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana Harga Pokok
Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik
secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga anggaran pokok yang relevan
dengan produksi ini mencakup (1) anggaran biaya bahan mentah, (2) anggaran tenaga kerja
langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung,
dan (3) anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya pabrik
selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung. Berikut disajikan skema kaitan
antara anggaran BOP dan anggaran yang lain:
Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas
secara mendalam mengenai rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Materi kali ini membahas tentang perencanaan dan pengendalian biaya overhead
pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga kerja langsung telah dibahas
pada materi sebelumnya. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya
perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan
mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan anggaran BOP,
teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan pembahasan pentingnya
pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri
dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok
Produksi. Secara skematik dapat dilihat pada gambar berikut yang menunjukkan bagaimana
Harga Pokok Produksi dilaporkan dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran
komprehensif.
Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaranpengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan biaya yang
wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan.
Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian
yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah
Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.
Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya
yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan
melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya
pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber
daya yang memadai untuk memeelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunanbangunan. Tidak dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun
mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan
meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga
yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta.
Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar.
Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan disesuaikan dengan
tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala bagian seperti bahan mentah
langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada
bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:
i.
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Clean Cost Concepts adalah cara mengalokasikan
BOP, dimana BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke bagian produksi sesuai
proporsi pemakaian jasanya.
1.
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
Contoh kasus: Metode Alokasi langsung
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen proses 1
dan proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan
departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:
Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan menggunakan metode alokasi langsung!
Jawab
Menghitung BOP dianggarkan
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
1.
Jasa X
= Rp 30.000.000,-
Jasa Y
2.
= Rp 60.000.000,-
Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh departemen jasa
yang lain. Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan bagian
reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh
bagian reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi
menggunakan pula sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasi.
Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa apabila terjadi hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic method). Dalam
metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di masing-masing bagian jasa dinyatakan
dalam formula berikut:
Keterangan:
X = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa Y oleh bagian X
b2 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa X oleh bagian Y
Contoh Kasus : Metode Alokasi Bertahap
PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Perusahaan
merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar 50.000 unit,
selama Tahun 2006 sebesar:
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal
ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan.
Proporsi pemakaian jasanya adalah:
2.
Jawab
1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut:
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2
X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X
Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000
Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000
Jadi
BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian jasa pemeliharaan
adalah sebesar Rp 30.000.000,-
BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
listrik adalah sebesar Rp 8.000.000,-
Dengan demikian maka jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:
Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepala
masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing:
= Rp 24.000.000,-
= Rp 6.000.000,-
f.
BOP tetap
BOP tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu contoh : biaya asuransi
b. BOP variable
BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan contoh : biaya bahan
penolong
c.
Satuan produk
taksiran BOP : tariff BOP persatuan taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan
contoh :
taksiran BOP selama satu tahun anggaran
: Rp. 4.000.000
taksiran BOP jml produk yang dihasilkan selama th anggaran tsb : 8.000 unit
tariff BOP sebesar : (4.000.000) : (8.000) ; Rp. 500 perunit produk
b. Biaya bahan baku
taksiran BOP x 100% : % BOP dari BBB yang dipakai taksiran BBB yang dipakai
contoh :
taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp.4.000.000
taksiran BBB selama 1 tahun anggaran : Rp. 8.000.000
tariff BOP : 4.000.000 / 8.000.0000 x 100% = 50% dari BBB yang dipakai
c.
: Rp. 4.000.000
: Rp. 10.000.000
: 4.000 jam
tariff BOP sebesar : 4.000.000 / 4.000 : Rp. 1.000 perjam tenaga kerja lgs
e.
Jam mesin
taksiran BOP : tariff BOP perjam kerja mesin taksiran jam kerja mesin
Contoh :
taksiran BOP selama 1 th anggaran
: Rp. 4.000.000
PT AJP memproduksi berdasar pesanan. BOP dibebankan berdasar jam mesin. Anggaran
BOP disusun pada kapasitas normal sebanyak 160.000 jam mesin. Waktu pengerjaan
menghabiskan 150.000 jam mesin.
PT AJP
Anggaran BOP untuk tahun 19x1
Atas dasar kapasitas normal 160.000 jam mesin
Elemen biaya
B. Bhn Penolong
B. Tetap
-
B. Variabel
2.100.000
Jumlah
2.100.000
Biaya listrik
3.000.000
3.000.000
B. Bhn Bakar
2.000.000
2.000.000
BTKTL
4.000.000
3.000.000
7.000.000
B. Kesejahteraan Kary
3.000.000
3.000.000
Biaya reparasi
1.000.000
1.500.000
2.500.000
Biaya asuransi
1.200.000
1.200.000
Biaya depresiasi
Jumlah
1.600.000
10.800.000
11.600.000
1.600.000
22.400.000
Pembebanan BOP
Rp. 140 x 150.000 = Rp. 21.000.000
BDP BOP
BOP yang dibebankan
Rp. 21.000.000
Rp. 21.000.000
Pengumpulan BOP ss
Misalkan BOP yang sesungguhnya terjadi adalah :
PT AJP
BOP ss terjadi tahun 19x1
Pada kapasitas sesungguhnya yang dicapai 150.000 jam mesin
Elemen biaya
jumlah
B. Bhn Penolong
2.200.000
Biaya listrik
2.900.000
B. Bhn Bakar
1.500.000
BTKTL
7.000.000
B. Kesejahteraan Kary
3.000.000
Biaya reparasi
2.000.000
Biaya asuransi
1.200.000
1.600.000
Jumlah
21.400.000
BOP ss
21.400.000
Berbagai rekening
21.400.000
Perhitungan selisih
BOP yg dibebankan 150.000 jam mesin x Rp. 140 : 21.000.000
BOP ss
: 21.400.000
Selisih BOP
BOP dibebankan
:
21.000.000
BOP ss
Selisih BOP
BOP ss
400.000
21.000.000
400.000
400.000
Selisih anggaran
Selisih ini menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran
biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran.
BOP ss
21.400.000
BOP dianggarkan
BOP tetap
10.800.000
10.875.000 21.675.000
Selisih anggaran
275.000 (laba)
Selisih kapasitas
Selisih ini diakibatkan karena tidak dipakainya kapasitas yang dianggarkan
BOP tetap dianggarkan
10.800.000
675.000
Rp.
800.000
Rp. 1.200.000
HPP
Rp.14.000.000
Jumlah
Rp.16.000.000
: 30.000
HPP
: 350.000
820.000
: 1.230.000
HPP
: 14.350.000
Jumlah
16.400.000
20.000
30.000
HPP
350.000
Selisih BOP
2.
: 20.000
400.000
400.000
400.000
10.125.000