Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA

“ALOKASI ANGGARAN BOP”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

ANDI NUQIA AL HATIMAH MUCHTAR (A021221020)


JUAN SEBASTIAN WIJAYA (A021221027)
WITRI FAUZIANA UCHY (A021221048)

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


Prof. Dr. Asri Usman, SE., M.Si. Ak., CA., CRP., CRA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. Pengertian Alokasi Biaya
Alokasi biaya merupakan sebuah proses oengalokasian biaya tidak langsung (Indirect
Cost) kepada objek biaya dengan tujuan memberikan informasi bagi penggunanya
sebagai pengambilan keputusan dan membuat strategi dalam pengembangan usaha.

B. Tujuan Alokasi Biaya


Berikut ini adalah tujuan pengalokasian biaya kepada objek biaya menurut Horngren
(2011), sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi untuk keputusan ekonomi
Alokasi biaya akan membantu manajemen dalam membuat keputusan dalam
menentukan berapa harga jual yang dibebankan kepada produk atau membantu
manajemen dalam membuat keputusan terkait apakah membuat sendiri produk atau
membeli dari pemasok luar.
2. Untuk memotivasi para manjer dan karyawan
Dengan pengalokasian biaya dapat mendorong pegawai/karyawan lebih kreatif
dalam perancangan produk baru yang efektif dan efisien.
3. Untuk membenarkan atau menghitung jumlah biaya penggantian
Dengan adanya pengalokasian biaya maka dapat menghitung harga pokok produksi
yang wajar dan dapat menghemat biaya karena dapat mengganti atau menghapus
biaya-biaya yang tidak diperlukan.
4. Untuk menghitung pendapatan dan asset
Pengalokasian biaya dapat digunakan untuk menghitung harga pokok produksi
mana yang akan dilanjutkan untuk pembuatan laporan keuangan yang akan
digunakan nantinya oleh pihak eksternal.

C. Pengalokasian BOP ke Departemen Pendukung


Departementaliasasi BOP adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian
yang disebut departemen atau pusat biaya yang dibebani BOP. Departementalisasi BOP
bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produksi.
Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya dapat diklasifikasikan
dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung/jasa.
Departemen produksi merupakan departemen yang secara langsung memberikan nilai
tambah kepada produk dan jasa. Dalam arti departemen ini yang secara langsung
bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual ke pelanggan.
Departemen jasa merupakan departemen yang memberikan jasa dan membantu
departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen pendukung
lainnya. Maksudnya adalah departemen yang secara tidak langsung ikut berperan dalam
proses produksi barang dan jasa dengan cara menyediakan pelayanan pendukung yang
diperlukan oleh produksi.
Dalam pengalokasian biaya, biaya-biaya yang terjadi dalam departemen
pendukung harus dialokasikan ke departemen produksi karena biaya overhead pabrik
departemen produksi tersebut akan dialokasikan ke produk atau jasa yang akan
dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi (cost driver)
yang tepat.
Tujuan pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen produksi
menurut Mulyadi (2007), yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan Harga Pokok Produksi yang teliti dan akurat, karena penentuan tarif
pembebanan BOP pada masing-masing departemen didasarkan pada dasar
pembebanan yang relevan dengan departemen yang bersangkutan.
2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik dan akurat, dengan cara
membuat biaya tersebut menjadi tanggungjawab dari setiap manajer departemen.
Biaya yang berasal dari dalam suatu departemen diidentifikasikan dengan individu
yang bertanggung jawab untuk departemen tersebut.

D. Proses Alokasi Biaya BOP


Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengalokasian BOP per departemen menurut
Mulyadi (2007) adalah sebagai berikut :
1. Membagi Perusahaan ke dalam departemen-departemen
2. Mengklasifikasikan tiap departemen sebagai departemen pendukung atau
departemen produksi.
3. Menelusuri semua biaya overhead Perusahaan di departemen pendukung atau
departemen produksi.
4. Mengalokasikan biaya departemen pendukung atau departemen produksi.
5. Menghitung tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu untuk departemen
produksi.
6. Mengalokasikan biaya overhead ke tiap unit produk melalui tarifoverhead yang
ditentukan terlebih dahulu.
E. Metode Alokasi BOP
Dalam pengalokasian biaya overhead pabrik dari departemen pendukung ke
departemen produksi terdapat tiga macam metode alokasi biaya, yaitu sebagai berikut.
1. Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)
Pada metode alokasi langsung , biaya overhead departemen pembantuk
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi
langsung digunakan bila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya
dinikmati oleh departemen produksi. Tidak ada departemen pembantu yang
memakai jasa departemen pembantu yang lain. BOP departemen pembantu
diasumsikan hanya dinikmati oleh departemen produksi saja.
Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah kemudahan dalam
penggunaannya karena tidak perlu memprediksi seberapa besar penggunaan sumber
daya dari departemen pendukung yang satu dengan yang lainnya. Namun
kelemahan dari metode ini, adalah tidak diperhitungkannya hubungan timbal balik
antar departemen pendukung.

Data untuk mengilustrasikan metode alokasi :


Contoh perhitungan metode alokasi langsung :

2. Metode Alokasi Bertahap (Step Allocation Method)


Metode ini digunakan bila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak
hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tapi digunakan pula oleh departemen
pembantu yang lain, sebagai contoh, departemen pembangkit tenaga listrik
memberikan jasa berupa listrik kepada departemen bengkel.
Sebaliknya, departemen pembangkit tenaga listrik menerima jasa reparasi dan
pemeliharaan dari departemen bengkel. Baik departemen bengkel maupun
pembangkit tenaga listrik adalah departemen pembantu. Oleh karena itu, sebelum
biaya overhead di dua departemen tersebut dialokasikan ke departemen
produksi. Perlu diadakan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu yang
saling menikmati jasa tersebut.
Dengan demikian alokasi biaya overhead dari departemen pembantu ke
departemen produksi dilakukan secara bertahap. Pertama kali mengalokasikan
biaya overhead antar departemen pembantu. Selanjutnya mengalokasikan biaya
overhead departemen pembantu ke departemen produksi.
Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Metode alokasi bertahap 1:
Adalah metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik
antar departemen-departemen pembantu. Yang termasuk dalam kelompok metode
ini adalah:
• Metode alokasi kontinu (continuous allocation method)
• Metode aljabar (algebraic method)
Metode alokasi bertahap 2:
Merupakan metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa
timbal balik antar departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam
kelompok ini adalah :
• Metode urutan alokasi yang diatur’ (specified order of closing).

Alokasi yang di dapatkan dengan metode bertahap, didapatkan dengan


langkah pertama adalah menghitung rasio alokasi. Perhatikan bahwa rasio alokasi
untuk departemen pemeliharaan mengabaikan penggunaan oleh departemen listrik
karena biayanya tidak dapat dialokasikan ke departemen pendukung. Langkah ked
ua adalahmengalokasikan biaya departemen pendukung dengan menggunakan
rasio alokasiyang dihitung pada langkah pertama. Perhatikan bahwa $50.000 dari
biayadepartemen listrik dialokasikan ke departemen pemeliharaan. Hal ini
mencerminkankenyataan bahwa departemen pemeliharaan menggunakan 20 persen
outputdepartemen listrik. Sebagai akibatnya, biaya oporasi departemen
pemeliharaan naik dari $160.00 jadi $210.000.
3. Metode Alokasi Timbal Balik (Reciprocal Allocation Method)
Metode timbal balik ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang
diberikan antara satu departemen jasa dengan departemen jasa lainnya. Dalam
metode ini, semua departemen jasa akan saling menerima biaya dari departemen
jasa lainnya tergantung dari jasa yang diterimanya.

Metode ini mengakui semua interaksi di antara deprtemen pendukung.


Menurutmetode ini salah satu departemen pendukung menggunakan angka
departemen laindalam menentukan total biaya setiap departemen pendukung
dimana total biayamencerminkan interksi antara departemen pendukung. Jadi, total
biaya yang baru daridepartemen pendukung dialokasikan ke departemen
produksi.Total biaya departemen pendukung. Total biaya pendukung adalah jumlah
dari biaya langsung ditambah proposisi biaya yang diterima dari departemen pend
ukunglainnya. Persamaan biaya untuk setiap departemen pendukung dapat
diperlihatkansebagai berikut
P = Biaya langsung + Bagian dari biaya pemeliharaan
= $250.000 + 0,10M (persamaan biaya listrik)
M = Biaya langsung + Biaya dari baya listrik
= $160.000 + 0,20P (persamaan biaya pemeliharaan)
Data untuk mengilustrasikan metode timbal balik.

Persamaan biaya listrk dan persamaan biaya pemeliharaan dapat diselesaikan secara
simultan untuk menghasilkan total biaya setiap departemen pendukung. Dengan
persamaan ;
M = $160.000 + 0,20 ($250.000 + 0,10M)
M = $160.000 + $50.000 + 0,02 M0,98
M = $210.000
M = $214.286
Dengan mensubsidikan niai untuk M ini kepersamaan 7.1 dihasilkan total
biayauntuk listrik.
P = $250.000 + 0.10 ($214.286)
= $250.000 + $21.429
= $271.429
Setelah total biaya setiap departemen pendukung diketahui, alokasi ke
departemen produksi dapat diketahui. Alokasi ini, berdasarkan proporsi output yang
digunakan oleh setiap departemen produksi. Total biaya yang dialokasikan ke
departemen produksi (dari listrik dan pemeliharaan) sama dengan $410.000, yaitu total
biaya langsung dari dua depatemen pendukung ($250.000 + $160.000).

F. Tarif Overhead Departemen dan Perhitungan Biaya Produk


Tarif biaya overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung yang dia
lokasikan ke biaya overhead yang secara langsung dapat ditelusuri pada departemen
produksi dan membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja
langsung atau jam mesin. Misalnya dari contoh alokasi berurutan
total biaya overhead departemen pengesahan adalah $355.000, dan asumsikan bahwa
jam mesin adalah dasar untuk pembebanan overhead ke produk dengan aktivitas normal
sebesar 71.000 jam mesin, maka tarif biaya overhead departemen pengesahan adalah:

Dengan cara yang sama, total biaya overhead departemen perakitan sebesar
$215.000, dan diasumsikan tingkat aktivitas normal sebesar 107.500 jam tenaga kerja,
maka tarif biaya overhead di departemen perakitan adalah :

Dengan menggunakan tarif-tarif ini, biaya produk per unit dapat ditentukan.
Sebagai gambaran, anggaplah bahwa suatu produk membutuhkan dua jam mesin
pengasahan dan satu jam perakitan untuk satu unit yang diproduksi. Biaya overhead
yang dibebankan ke satu unit produk ini menjadi $12 [(2 X $ 5) + (1X $ 2)]. Jika produk
yang sama menggunakan bahan baku senilai $15 dan tenaga kerja sebesar $6 (ditotal
dari pengesahan dan perakitan), maka biaya total per unit adalah $33 ($12 + $5 + $6).

Anda mungkin juga menyukai