Oleh : 1. Ardiansyah Arifin (A031231233) 2. Dean Richard Phoandy (A031231150) 3. Ahmad Taufik Ranggina (A021231107)
KELAS AKUNTANSI BIAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2024 A. Alokasi Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP) 1. Penyusunan Anggaran BOP per Departemen: a. Estimasi BOP Langsung Departemen: Langkah pertama adalah menaksir biaya overhead pabrik (BOP) langsung untuk setiap departemen berdasarkan kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran. Dalam penyusunan anggaran ini, BOP dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya langsung departemen (direct departmental expense) dan biaya tidak langsung departemen (indirect departmental expenses). Perhitungan tarif BOP per departemen produksi memerlukan distribusi biaya tidak langsung departemen kepada pihak yang memanfaatkannya. b. Estimasi BOP Tidak Langsung Departemen: Setelah BOP langsung ditaksir untuk setiap departemen, langkah berikutnya adalah menaksir BOP tidak langsung departemen yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran. Biaya tidak langsung departemen ini kemudian didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya berdasarkan dasar distribusi tertentu.
Biaya Tak Langsung Departemen Dasar Distribusi
Biaya dperesisasi gedung Meter persegi luas lantai Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung Meter persegi luas lantai Gaji pengawas departemen Jumlah karyawan Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku Pajak Bumi Bangunan Perbandingan harga pokok aktiva tetap dalam tiap departemen atau perbandingan meter persegi luas lantai
c. Distribusi BOP Tidak Langsung Departemen:
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen didistribusikan kepada departemen- departemen yang memperoleh manfaat dari layanan tersebut sesuai dengan dasar distribusi yang telah ditentukan. d. Penggabungan BOP per Departemen: Setelah BOP tidak langsung departemen didistribusikan kepada departemen-departemen yang memperoleh manfaat, langkah berikutnya adalah menjumlahkan estimasi BOP langsung dan tidak langsung untuk setiap departemen. Total BOP per departemen kemudian dipisahkan berdasarkan perbedaan dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan menjadi BOP tetap dan variabel. 2. Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi: a. Metode Alokasi Langsung: Dalam metode ini, biaya overhead pabrik departemen jasa dialokasikan langsung ke departemen produksi yang menggunakan layanan tersebut. b. Metode Alokasi Bertahap: Metode ini digunakan jika layanan departemen jasa digunakan oleh departemen jasa lain juga. Metode alokasi bertahap dapat menggunakan metode alokasi kontinyu, aljabar, atau urutan alokasi yang diatur. Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan pula sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk menggerakkan peralatan reparasi. Metode Alokasi Bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen- departemen pembantu. Metode alokasi bertahap terbagi dalam : 1) Metode alokasi kontinyu. Dalam metode ini, biaya overhead pabrik departemen pembantu yang saling memberikan jasa secara terus menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti. 2) Metode aljabar. Dalam metode ini, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar. 3) Metode urutan alokasi yang diatur (specified order of closing) Karakteristik metode ini adalah : a) BOP departemen pembantu dialokasikan secara bertahap b) Alokasi BOP pembantu diatur urutannya sedemikian rupa sehingga arus alokasi biaya menuju ke satu arah. c) Pedoman umum dalam mengatur urutan alokasi BOP departemen pembantu adalah sebagai berikut: o BOP departemen pembantu yang jasanya paling banyak dipakai oleh departemen-departemen lain, dialokasikan pada urutan yang pertama. o Urutan alokasi biaya dapat juga didasarkan pada urutan besarnya BOP dalam masing-masing departemen pembantu. o Departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari departemen pembantu lain diletakkan paling akhir dalam proses alokasi BOP. 4) Selama melakukan alokasi BOP hams diperhatikan pedoman berikut ini : a) Tidak ada alokasi BOP ke dalam departemen yang BOPnya telah habis dialokasikan ke departemen lain. b) Departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, bila jumlahnya tidak material dan saling mengkompensasi, tidak diadakan alokasi BOP kedalamnya. 3. Perhitungan Tarif Pembebanan BOP per Departemen: Untuk menentukan tarif pembebanan BOP tiap departemen, perlu disusun anggaran BOP untuk tiap departemen, baik produksi maupun pembantu. Pemecahan tarif BOP ke tarif tetap dan variabel dilakukan untuk analisis penyebab selisih biaya. BOP tidak langsung departemen didistribusikan ke departemen-departemen yang menikmatinya dengan menggunakan dasar Pembebanan yang relevan. Disamping perlu diperhatikan sifat biaya dalam hubungannya dengan pusat biaya juga perlu diperhatikan sifat biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan (biaya tetap dan biaya variabel). Penggolongan biaya tetap dan biaya variabel diperlukan dalam rangka memecah tarif BOP ke dalam tarif BOP tetap dan tarif BOP variabel. Pemecahan ini dilakukan untuk kepentingan analisis penyebab terjadinya selisih antara BOP yang dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya. Analisis Selisih Biaya ini dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang harus ditempuh selama tahun anggaran adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam masing-masing departemen selama tahun anggaran. b. Mengumpulkan data terkait dasar distribusi dan alokasi biaya overhead pabrik. c. Mengalokasikan biaya overhead pabrik sesungguhnya departemen pembantu seperti pada saat penentuan tarif. d. Membandingkan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif. e. Menganalisis selisih biaya overhead pabrik per departemen.