( 7311412128 )
Hasan Fikri
( 7311412146 )
Mukhlis
( 7311412148 )
Rizki Trizuliarti
( 7311412160 )
Hilda Aprilia N.
( 7311412168 )
Binar Galufi
( 7311412179 )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya muncul ketika perusahaan menggunakan sumber daya tertentu.
Pengidentifikasian biaya merupakan langkah pertama untuk memperoleh keunggulan
kompetitif (Blocher, et al, 2011: 104). Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk
merencanakan dan mengalokasikan biaya dengan tepat agar dapat mencapai efisiensi
biaya. Efisiensi biaya berdampak pada harga pokok yang rendah. Perusahaan dengan
harga pokok yang rendah, akan mampu bersaing dan memperoleh laba maksimal.
Pengalokasian biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena
mempengaruhi pembebanan biaya tiap sub unit. Pengalokasian biaya dapat dibagi
berdasarkan departemen dan produk. Oleh karena itu dibutuhkan manajer yang
memiliki keampuan dalam menganalisis dan menetapkan metode yang digunakan untuk
menghitung alokasi biaya karena banyak metode yang dapat digunakan untuk
menentukan pengalokasian biaya. Pemilihan metode alokasi biaya mempengaruhi cara
perhitungan biaya yang dibebankan tiap sub unit. Sehingga pemilihan metode alokasi
biaya akan mempengaruhi harga pokok produk. Untuk dapat mencapai harga pokok
terendah, penting bagi manajer untuk menganalisis berbagai metode agar dapat
diterapkan metode alokasi biaya yang tepat bagi perusahaan.
Alokasi biaya pada perusahaan akan dibedakan menjadi departemen jasa dan
departemen produksi. Departemen jasa menyediakan Sumber Daya Manusia,
pemeliharaan, dan lain-lain, sedangkan departemen produksi merakit secara langsung
dan menyelesaikan produk. Dalam departemen produksi dikembangkan lagi dalam
produk gabungan dan produk sampingan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas tentang
Alokasi Biaya Departemen dan Produk.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah tujuan alokasi biaya ?
2. Bagaimana pengalokasian biaya departemen ?
3. Bagaimana memperhitungkan alokasi biaya pada produk gabungan ?
4. Bagaimana memperhitungkan alokasi biaya pada produk sampingan ?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Tujuan Alokasi Biaya
Alokasi biaya (cost allocation) merupakan pembebanan biaya tidak langsung ke
tempat penampungan biaya dan objek biaya (Blocher, et al, 2011). Alokasi biaya
dibutuhkan karena tidak mungkin dilakukan penelusuran langsung sehingga digunakan
penggerak biaya. Penggerak biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut
dasar alokasi (allocation base). Sedangkan penggerak biaya (cost driver) merupakan
faktor yang memberi implikasi pada perubahan tingkat total biaya. Seperti pemakaian
bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan.
Alokasi biaya merupakan hal yang sangat penting karena :
1. Produk yang dijual dihadapkan pada kompetisi harga. Dengan menggunakan metode
alokasi biaya, perusahaan dapat menciptakan produk dengan harga rendah sehingga
mencapai keuntungan maksimal.
2. Alokasi biaya digunakan untuk menentukan harga atau jumlah yang harus diterima
sebagai ganti atas biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut.
3. Metode alokasi biaya mempengaruhi biaya produk yang diperdagangkan secara
internasional sehingga mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan. Perusahaan
dapat mengurangi pajak yang dibayarkan dengan cara meningkatkan biaya
produksinya. Hal trersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode alokasi
biaya.
Sedangkan tujuan alokasi biaya antara lain :
1. Menentukan biaya departemen dan biaya produk yang akurat sebagai dasar evaluasi.
Manajer dapat melakukan evaluasi efisiensi biaya departemen dan profitabilitas dari
berbagai produk untuk pelaporan keuangan serta kepatuhan pajak. Manajer juga
harus mematuhi standar pelaporan keuangan yang telah ditetapkan.
2. Memotivasi manajer, untuk dapat mengalokasikan biaya secara efektif dan dapat
memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang
diharapkan.
Contoh : ketika alokasi biaya departemen untuk pemeliharaan peralatan didasarkan
atas jumlah kerusakan, manajer akan termotivasi untuk mengurangi biaya tersebut.
3. Menyediakan insentif yang tepat bagi manajer untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan manajemen puncak, yaitu dengan memberikan dorongan untuk
mengendalikan biaya bersama dari setiap departemen.
4. Menentukan imbal jasa yang wajar bagi manajer atas upaya dan keahliannya serta
efektivitas pengambilan keputusan. Manajer dapat menentukan alokasi biaya yang
efektif apabila dapat menentukan dasar alokasi biaya yang objektif. Dasar alokasi
biaya yang paling objektif hanya ada ketika hubungan sebab-akibat dapat ditentukan.
Contoh : alokasi biaya pemeliharaan berdasarkan jumlah kerusakan lebih obyektif
daripada alokasi berdasarkan luas lantai, jumlah produk yang dihasilkan atau biaya
teaga kerja pada departemen tersebut, karena terdapat hubungan sebab akibat antara
biaya pemeliharaan dengan jumlah kerusakan.
B. Perhitungan Pengalokasian Biaya Departemen
Alokasi biaya berdasar departemen dikatakan sebagai pendekatan alokasi biaya
yang lebih baik daripada pendekatan alokasi biaya berdasarkan volume karena
memperhitungkan perbedaan biaya yang terjadi pada berbagai departemen dan
perbedaan pemakaian sumber daya pada departemen dengan produk. Sehingga
menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Untuk perusahaan yang memiliki produk
dan proses yang homogen, pendekatan departemen lebih disukai karena lebih sederhana,
murah, dan menghasilkan hasil-hasil yang dapat dibandingkan dengan pendekatan
berdasarkan aktivitas.
Dalam pendekatan departemen, kegiatan produksi mencakup dua jenis
departemen operasi yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Departemen jasa
menyediakan sumber daya manusia, pemeliharaan, dan dukungan lainnya kepada
departemen produksi. Sedangkan departemen produksi secara langsung merakit dan
menyelesaikan produk. Pendekatan departemen memiliki tiga tahapan, yaitu :
1. Menelusuri seluruh biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya overhead ke
departemen jasa dan departemen produksi.
2. Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
3. Mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk.
Biaya langsung adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang digunakan
dalam departemen tersebut. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang
dialokasikan melalui penggerak biaya. Misalnya jumlah jam tenaga kerja, jumlah jam
mesin, headcount (jumlah karyawan departemen), dan luas departemen. Penggerak
biaya digunakan karena mencerminkan pemanfaatan sumber daya pada departemen
tersebut.
a). Tahap penelusuran biaya langsung dan biaya tidak langsung ke departemen
BEARY COMPANY
Departemen
Departemen
jasa 1
Departemen
jasa 2
Departemen
produksi 1
Departemen
produksi 2
Total
jam
Jumlah jam
tenaga kerja
1.800
1.200
3.600
5.400
12.00
0
Jumlah jam
mesin
320
160
1.120
1.600
3.200
Biaya
langsung
$ 1.600
$ 5.500
$ 15.500
$ 13.400
Jumlah
$ 36.000
Tenaga kerja
tidak
langsung
$ 25.000
Bahan baku
tidak
langsung
$ 5.000
Jumlah
$ 66.000
Pada contoh di atas Beary Company memproduksi dua produk serta memiliki
dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Biaya langsung sebesar $36.000
dapat ditelusuri kesetiap departemen dan biaya tidak langsung sebesar $30.000 (biaya
tenaga kerja $ 25.000 dan biaya bahan baku sebesar $ 5.000) bersifat umum bagi
seluruh departemen, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung besarnya biaya kesetiap
departemen.
Pada kasus tersebut, Beary Company menggunakan jam tenaga kerja untuk
mengalokasikan biaya tenaga kerja tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk
mengalokasikan biaya bahan baku tidak langsung. Contohnya pada kolom departemen
jasa 1, biaya yang dialokasikan adalah (1.800/12.000 x $25.000) = $3.750. Begitu
seterusnya untuk menghitung biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya bahan baku
tidak langsung. Hasil perhitungan biaya tersebut dapat diilihat pada tabel berikut :
BEARY COMPANY
Departemen
Departemen
jasa 1
Departemen
jasa 2
Departemen
produksi 1
Departemen
produksi 2
Total
jam
Jumlah
Jumlah jam
tenaga kerja
1.800
1.200
3.600
5.400
12.00
0
Jumlah jam
mesin
320
160
1.120
1.600
3.200
Biaya
langsung
$ 1.600
$ 5.500
$ 15.500
$ 13.400
$ 36.000
Tenaga kerja
tidak
langsung
$3.750
$2.500
$7.500
$11.250
$ 25.000
Bahan baku
tidak
langsung
$500
$250
$1750
$2500
$ 5.000
Jumlah
$5.850
$8.250
$24.750
$27.150
$ 66.000
Departemen Jasa
1
Departemen Jasa
2
Departemen
Produksi 1
Departemen
Produksi 2
Departemen Jasa 1
40%
30%
30%
Departemen Jasa 2
10%
30%
60%
Departemen produksi 2
Jumlah
Departemen Jasa 1
$2.925
$2.925
$5.850
Departemen Jasa 2
$2.750
$5.500
$8.250
$24.750
$27.150
Jumlah
$30.425
$35.575
$66.000
Dasar Alokasi
Produk 1
Produk 2
Total
Jam
1.800
1.800
3.600
Presentase
50%
50%
Jam
400
1.200
Presentase
25%
75%
50% x $30.425
= $15.212,50
50% x $30.425
= $15.212,50
Departemen Produksi 2
(dasar jumlah jam mesin)
25% x $35.575
= $8.893,75
75% x $35.575
= $26.681,25
Total
$24.106,25
$41.893,75
$66.000
2. Metode Bertahap
a. Tahap pertama
Pada kasus Beary Company, departemen jasa 1 memberikan jasa lebih banyak
(40%) ke departemen jasa 2 dan departemen jasa 2 memberikan jasa paling
banyak ke departemen produksi (60%).
b. Tahap kedua
Departemen
Produksi 1
Departemen
Produksi 2
40%
30%
30%
40% x $5.850
= $2.340
30% x $5.850
= $1.755
30% x $5.850
= $1.755
30%
60%
33,33%
66,67%
33,33% x
$10.590
= $3.530
66,67% x
$10.590
= $7.060
$7.060 +
$3.530 - $2.340
= $8.250
$ 24.750
$ 27.150
$51.900
$30.035
$35.965
$66.000
Total
$5.850
Jumlah
$8.250 + $2.340
= $10.590
Produk 1
Produk 2
Total
Jumlah
1.800
1.800
3.600
Presentase
50%
50%
400
1.200
1.600
25%
75%
50% x $30.035
= $15.017,50
50% x $30.035
= $15.017,50
25% x $35.965
= $8.991,25
75% x $35.965
= $26.973,75
$24.008,75
$41.991,25
Presentase
Alokasi biaya ke produk
$66.000
+ (10% x S2)
Departemen jasa 1
Presentase jasa
Jumlah yang dialokasikan
Departemen Jasa 2
Presentase jasa
Jumlah yang dialokasikan
$ 6.953
$ 11.031
Departemen
Produksi 1
Departemen
Produksi 2
30%
(30% x $ 6.953)
= $ 2.086
30%
(30% x $6.953)
= $ 2.086
30%
(30% x $ 11.031
=$ 3.309
$ 24.750
60%
(60% x $11.031)
=$ 6.619
$ 27.150
Total
$ 4.172
$ 9.928
$ 51.900
$ 66.000
3.600
1.600
$ 30.145
$ 35.855
$ 66.000
biaya produksi yang terjadi sebelum titik pisah (meliputi bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik). Titik pisah adalah titik dalam proses produksi
gabungan dimana setiap produk dapat diidentifikasi untuk pertama kalinya. Output
lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta unit-unit rusak dan
cacat.
Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan, antara lain:
1. Metode Ukuran Fisik
Metode ini menggunakan ukuran fisik seperti pon, galon, yard, atau volume
unit yang diproduksi pada titik pisah untuk mengalokasikan biaya gabungan ke
produk gabungan. Contoh dari metode ini seperti yang terjadi pada kasus Johnson
Seafood yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Johnson Seafood
Produk
Ukuran fisik
Proporsi
Alokasi biaya
gabungan
Irisan ikan
tuna
2000 pon
0,20
$16.000 x 20%
= $3.200
$3.200/2000
= $1,60
Ikan tuna
kalengan
8000 pon
0,80
$16.000 x 80%
= $12.800
$12.800/8.000
= $1,60
Total
10.000 pon
1,00
$16.000
Proses produksi dimulai pada titik 1. Total biaya gabungan yang terjadi adalah
sebesar $16.000. Titik 2 merupakan titik pisah dimana dua produk gabungan
dipisahkan: 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan. Sisanya
sebesar 4.000 pon merupakan produk sampingan, bahan sisa, dan limbah yang tidak
akan diperhitungkan. Jika kita menggunakan metode ukuran fisik, biaya gabungan
sebesar $16.000. sehingga biaya per pon baik untuk irisan ikan tuna maupun untuk
ikan tuna kalengan sebesar $1,60.
Keunggulan Metode Ukuran Fisik:
- Mudah digunakan, karena metode ini menggunakan perhitungan yang lebih
sederhana.
Kriteria untuk alokasi biaya gabungan bersifat objektif, karena didasarkan pada
satuan tertentu.
Kelemahan Metode Ukuran Fisik:
Mengabaikan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari setiap produk yang
bervariasi, karena metode ini tidak dapat digunakan apabila satuan yang digunakan
berbeda.
Jumlah
unit
Harga
per unit
Nilai
jual
proporsi
Alokasi biaya
gabungan
Irisan ikan
tuna
2.000 pon
$2,20
$4.400
0,25
$16.000 x 25%
= $4000
$4000/2000
= $2,00
Ikan tuna
kalengan
8.000 pon
$1,65
$13.200
0,75
$16.000 x 75%
= $12.000
$12.000/8000
= $1,50
$17.600
1,00
$16.000
Total
Diasumsikan bahwa Johnson menjual satu pon irisan ikan tuna sebesar $2,20
dan satu pon ikan tuna kalengan sebesar $1,65 dan Johnson telah memproduksi
sebanyak 2000 pon irisan ikan tuna dan 8000 pon ikan tuna kalengan, maka biaya
gabungan sebesar $16.000 dialokasikan diantara produk-produk tersebut. dari
tabel diatas dapat diperoleh hasil bahwa nilai jual irisan ikan tuna
adalah sebesar $4.400 dan ikan tuna kalengan sebesar $13.200
sehingga totalnya sebesar $17.600. sedangkan biaya per pon untuk
irisan ikan tuna sebesar $2,00 dan ikan tuna kalengan sebesar
$1,50.
Keunggulan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :
1. Mudah dihitung, karena biaya dialokasikan berdasarkan nilai jual yang telah
ditetapkan sebelumnya
2. Dialokasikan menurut pendapatan dari setiap produk, sehingga biaya yang
ditetapkan sesuai dengan besarnya pendapatan yang diterima dari produk
tersebut
Kelemahan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :
Terkadang harga dipasar dapat berubah sehingga nilai jual juga ikut berubah
sehingga biaya yang ditetapkan akan berubah.
3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan
Nilai Bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value) adalah
estimasi nilai jual produk pada titik pisah yang ditentukan dengan cara
mengurangi biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesudah titik
pisah dari estimasi nilai jual akhir produk.
NRV = nilai jual akhir biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan
Pada contoh kasus Johnson Seafood, diasumsikan bahwa selain irisan ikan
tuna dan ikan tuna kalengan perusahaan memproses makanan kucing dari ikan
tuna mentah yang belum diproses. Diasumsikan juga bahwa 14.000 pon ikan
tuna pada titik pisah menghasilkan 2.000 pon irisan ikan tuna, 8.000 pon ikan
tuna kalengan , dan 3.000 pon makanan ikan kucing. 1.000 pon sisanya adalah
bahan sisa, limbah dan produk sampingan. Untuk makanan kucing ikan tuna
harus diproses lebih lanjut agar dapat dijual ke distributor. Biaya pemrosesan
tambahan adalah sebesar $850 untuk mineral dan suplemen, namun tidak
menambah berat produk. Distributor makanan hewan membeli makanan kucing
siap saji dari Johnson sebesar $1,75 per pon dan mengemasnya dalam kaleng
sebesar 3 ons untuk dijual ke toko dan pasar.
Titik 1
Biaya Gabungan yang
Dikeluarkan
14.000 pon ikan tuna yang
belum diproses sebesar
$16.000. harga jual $1,65 per
pon
Titik 2
Titik Pisah
2.000 pon irisan ikan
tuna, harga jual $2,20
per pon
8.000 pon ikan tuna
kalengan
Titik 3
Pemrosesan Tambahan
Produk
Pon
Irisan Ikan
Tuna
Ikan
Tuna
Kalenga
n
Makanan
Kucing
Total
Harga
Nilai
Jual
Biaya pemrosesan
pon
$850
Nilai Bersih
Pemprosesan
yang
Tambahan
Direalisasikan
(NJ-BP)
Persentase
NRV
(NRV/Tot
NRV)x100%
Alokasi
Biaya
( presentase
* jml. biaya
gab.)
Total
(alokas
i
biaya+
pemros
esan
tambah
an )
b
/
2.000
$2,20
$4.400
$4.400
20%
$3.200
$3.200
8.000
$1,65
$13.20
0
$13.200
60%
$9.600
$9.600
3.000
$1,75
$5.250
$850
$4.400
20%
$3.200
$4.050
$22.85
0
$850
$22.000
100%
$16.000
$16.85
0
13.000
Keunggulan
Metode
Nilai
Bersih
yang
Dapat
Direalisasikan
adalah
sebesar $16.850 ($3.200 + $9.600 + $4.050) nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
500 pon pupuk yang diproduksi adalah :
NRV = Nilai jual Biaya pemprosesan tambahan
= ($0,50 x 500) ($0,30 x 500)
= $100
Pendekatan Pengakuan Aktiva
Metode Nilai Bersih yang
Dapat Direalisasikan
$22.850
$22.850
$16.850
$16.850
($100)
$16.750
$16.850
$6.100 ( penj.prod.gab.HPP )
$6.000
$100
$6.100
$6.100
Metode
pengurangan
biaya produksi
Penjualan
gabungan
Produk
$22.850
$22.850
$16.850
$16.850
Dikurangi
pendapatan
penjualan bersih dari
produk sampingan ($0,50
- $0,30) x 400
(80)
$16.850
$16.770
Margin Kotor
$6.000
$6.080
$80
$6.080
$6.080
Pendapatan
sampingan
produk
Metode pendapatan mengacu pada prisip bahwa pendapatn bersih dari produk
sampingan seharusnya dicatat ketika terjadi penjualan karena merupakan titik
dimana pendapatan direalisasikan. Metode pendapatan digunakan ketika nilai produk
sampingan mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap laba.
KESIMPULAN
1. Tujuan alokasi biaya antara lain : mendukung pengambilan keputusan manajemen
mengenai produk dan departemen, memotivasi manajer untuk mengefisienkan biaya,
memberikan dorongan bai manajer untuk mengambil keputusan sesuai tujuan manajer
puncak, dan menentukan imbal jasa yang wajar bagi manajer atas upaya untuk
mengalokasika biaya yang efektif.
2. Pengalokasian biaya departemen memiliki tiga tahapan, yaitu : Menelusuri seluruh
biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya overhead ke departemen jasa dan
departemen produksi, mengalokasika biaya departemen jasa ke departemen produksi,
dan mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk. Pada tahap kedua dan
ketiga terdapat 3 metode untuk mengalokasikan biaya jasa ke produk, yaitu metode
langsung, bertahap, dan timbal balik.
3. Biaya gabungan merupakan biaya yang muncul dari produksi secara simultan atas
berbagai produk dalam proses yang sama. terdapat 3 metode dalam perhitungan biaya
produk gabungan, yaitu: metode ukuran fisik, metode nilai jual pada titik pisah, dan
metode nilai bersih yang direalisasikan.
4. Produk sampingan merupakan produk dengan nilai jual yang relatif kecil yang
diproduksi secara simultan dengan satu atau lebih dari satu produk gabungan. Terdapat
dua pendekatan yang digunakan dalam perhitungan biaya produk sampingan, yaitu
pendekatan pengakuan aktiva dan pendekatan pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher J., Edward, David E.Stout, And Gary Cokins. 2011. Manajemen Biaya :
Penekanan Strategis (Alih Bahasa David Wijaya). Buku Satu. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
http://file.upi.edu/directory/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/195407061987031KARLI_SOEDIJATNO/rangkuman_buku_AKBI_CHAPTER-USRY/BAB_8.pdf.
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014
http://gallery-bersama.blogspot.com/2012/10/alokasi-biaya.html
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014
http://slametridwn.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014