Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Alokasi Biaya Berdasar Departemen dan Produk


Disusun oleh :
Rafika Pratiwi

( 7311412128 )

Hasan Fikri

( 7311412146 )

Mukhlis

( 7311412148 )

Rizki Trizuliarti

( 7311412160 )

Hilda Aprilia N.

( 7311412168 )

Binar Galufi

( 7311412179 )

Jurusan Manajemen Semester Genap


Fakultas Ekonomi
Tahun 2014

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya muncul ketika perusahaan menggunakan sumber daya tertentu.
Pengidentifikasian biaya merupakan langkah pertama untuk memperoleh keunggulan
kompetitif (Blocher, et al, 2011: 104). Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk
merencanakan dan mengalokasikan biaya dengan tepat agar dapat mencapai efisiensi
biaya. Efisiensi biaya berdampak pada harga pokok yang rendah. Perusahaan dengan
harga pokok yang rendah, akan mampu bersaing dan memperoleh laba maksimal.
Pengalokasian biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena
mempengaruhi pembebanan biaya tiap sub unit. Pengalokasian biaya dapat dibagi
berdasarkan departemen dan produk. Oleh karena itu dibutuhkan manajer yang
memiliki keampuan dalam menganalisis dan menetapkan metode yang digunakan untuk
menghitung alokasi biaya karena banyak metode yang dapat digunakan untuk
menentukan pengalokasian biaya. Pemilihan metode alokasi biaya mempengaruhi cara
perhitungan biaya yang dibebankan tiap sub unit. Sehingga pemilihan metode alokasi
biaya akan mempengaruhi harga pokok produk. Untuk dapat mencapai harga pokok
terendah, penting bagi manajer untuk menganalisis berbagai metode agar dapat
diterapkan metode alokasi biaya yang tepat bagi perusahaan.
Alokasi biaya pada perusahaan akan dibedakan menjadi departemen jasa dan
departemen produksi. Departemen jasa menyediakan Sumber Daya Manusia,
pemeliharaan, dan lain-lain, sedangkan departemen produksi merakit secara langsung
dan menyelesaikan produk. Dalam departemen produksi dikembangkan lagi dalam
produk gabungan dan produk sampingan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas tentang
Alokasi Biaya Departemen dan Produk.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah tujuan alokasi biaya ?
2. Bagaimana pengalokasian biaya departemen ?
3. Bagaimana memperhitungkan alokasi biaya pada produk gabungan ?
4. Bagaimana memperhitungkan alokasi biaya pada produk sampingan ?
C. Tujuan

1. Memahami tujuan alokasi biaya


2. Mengetahui cara perhitungan pengalokasian biaya departemen
3. Mengetahui cara memperhitungkan alokasi biaya pada produk gabungan
4. Mengetahui cara perhitungan alokasi biaya pada produk sampingan

PEMBAHASAN
A. Tujuan Alokasi Biaya
Alokasi biaya (cost allocation) merupakan pembebanan biaya tidak langsung ke
tempat penampungan biaya dan objek biaya (Blocher, et al, 2011). Alokasi biaya
dibutuhkan karena tidak mungkin dilakukan penelusuran langsung sehingga digunakan
penggerak biaya. Penggerak biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut
dasar alokasi (allocation base). Sedangkan penggerak biaya (cost driver) merupakan
faktor yang memberi implikasi pada perubahan tingkat total biaya. Seperti pemakaian
bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan.
Alokasi biaya merupakan hal yang sangat penting karena :
1. Produk yang dijual dihadapkan pada kompetisi harga. Dengan menggunakan metode
alokasi biaya, perusahaan dapat menciptakan produk dengan harga rendah sehingga
mencapai keuntungan maksimal.
2. Alokasi biaya digunakan untuk menentukan harga atau jumlah yang harus diterima
sebagai ganti atas biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut.
3. Metode alokasi biaya mempengaruhi biaya produk yang diperdagangkan secara
internasional sehingga mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan. Perusahaan
dapat mengurangi pajak yang dibayarkan dengan cara meningkatkan biaya
produksinya. Hal trersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode alokasi
biaya.
Sedangkan tujuan alokasi biaya antara lain :
1. Menentukan biaya departemen dan biaya produk yang akurat sebagai dasar evaluasi.
Manajer dapat melakukan evaluasi efisiensi biaya departemen dan profitabilitas dari
berbagai produk untuk pelaporan keuangan serta kepatuhan pajak. Manajer juga
harus mematuhi standar pelaporan keuangan yang telah ditetapkan.
2. Memotivasi manajer, untuk dapat mengalokasikan biaya secara efektif dan dapat
memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang
diharapkan.
Contoh : ketika alokasi biaya departemen untuk pemeliharaan peralatan didasarkan
atas jumlah kerusakan, manajer akan termotivasi untuk mengurangi biaya tersebut.
3. Menyediakan insentif yang tepat bagi manajer untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan manajemen puncak, yaitu dengan memberikan dorongan untuk
mengendalikan biaya bersama dari setiap departemen.

4. Menentukan imbal jasa yang wajar bagi manajer atas upaya dan keahliannya serta
efektivitas pengambilan keputusan. Manajer dapat menentukan alokasi biaya yang
efektif apabila dapat menentukan dasar alokasi biaya yang objektif. Dasar alokasi
biaya yang paling objektif hanya ada ketika hubungan sebab-akibat dapat ditentukan.
Contoh : alokasi biaya pemeliharaan berdasarkan jumlah kerusakan lebih obyektif
daripada alokasi berdasarkan luas lantai, jumlah produk yang dihasilkan atau biaya
teaga kerja pada departemen tersebut, karena terdapat hubungan sebab akibat antara
biaya pemeliharaan dengan jumlah kerusakan.
B. Perhitungan Pengalokasian Biaya Departemen
Alokasi biaya berdasar departemen dikatakan sebagai pendekatan alokasi biaya
yang lebih baik daripada pendekatan alokasi biaya berdasarkan volume karena
memperhitungkan perbedaan biaya yang terjadi pada berbagai departemen dan
perbedaan pemakaian sumber daya pada departemen dengan produk. Sehingga
menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Untuk perusahaan yang memiliki produk
dan proses yang homogen, pendekatan departemen lebih disukai karena lebih sederhana,
murah, dan menghasilkan hasil-hasil yang dapat dibandingkan dengan pendekatan
berdasarkan aktivitas.
Dalam pendekatan departemen, kegiatan produksi mencakup dua jenis
departemen operasi yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Departemen jasa
menyediakan sumber daya manusia, pemeliharaan, dan dukungan lainnya kepada
departemen produksi. Sedangkan departemen produksi secara langsung merakit dan
menyelesaikan produk. Pendekatan departemen memiliki tiga tahapan, yaitu :
1. Menelusuri seluruh biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya overhead ke
departemen jasa dan departemen produksi.
2. Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
3. Mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk.
Biaya langsung adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang digunakan
dalam departemen tersebut. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang
dialokasikan melalui penggerak biaya. Misalnya jumlah jam tenaga kerja, jumlah jam
mesin, headcount (jumlah karyawan departemen), dan luas departemen. Penggerak
biaya digunakan karena mencerminkan pemanfaatan sumber daya pada departemen
tersebut.
a). Tahap penelusuran biaya langsung dan biaya tidak langsung ke departemen

BEARY COMPANY
Departemen

Departemen
jasa 1

Departemen
jasa 2

Departemen
produksi 1

Departemen
produksi 2

Total
jam

Jumlah jam
tenaga kerja

1.800

1.200

3.600

5.400

12.00
0

Jumlah jam
mesin

320

160

1.120

1.600

3.200

Biaya
langsung

$ 1.600

$ 5.500

$ 15.500

$ 13.400

Jumlah

$ 36.000

Tenaga kerja
tidak
langsung

$ 25.000

Bahan baku
tidak
langsung

$ 5.000

Jumlah

$ 66.000

Pada contoh di atas Beary Company memproduksi dua produk serta memiliki
dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Biaya langsung sebesar $36.000
dapat ditelusuri kesetiap departemen dan biaya tidak langsung sebesar $30.000 (biaya
tenaga kerja $ 25.000 dan biaya bahan baku sebesar $ 5.000) bersifat umum bagi
seluruh departemen, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung besarnya biaya kesetiap
departemen.
Pada kasus tersebut, Beary Company menggunakan jam tenaga kerja untuk
mengalokasikan biaya tenaga kerja tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk
mengalokasikan biaya bahan baku tidak langsung. Contohnya pada kolom departemen
jasa 1, biaya yang dialokasikan adalah (1.800/12.000 x $25.000) = $3.750. Begitu
seterusnya untuk menghitung biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya bahan baku
tidak langsung. Hasil perhitungan biaya tersebut dapat diilihat pada tabel berikut :
BEARY COMPANY
Departemen

Departemen
jasa 1

Departemen
jasa 2

Departemen
produksi 1

Departemen
produksi 2

Total
jam

Jumlah

Jumlah jam
tenaga kerja

1.800

1.200

3.600

5.400

12.00
0

Jumlah jam
mesin

320

160

1.120

1.600

3.200

Biaya
langsung

$ 1.600

$ 5.500

$ 15.500

$ 13.400

$ 36.000

Tenaga kerja
tidak
langsung

$3.750

$2.500

$7.500

$11.250

$ 25.000

Bahan baku
tidak
langsung

$500

$250

$1750

$2500

$ 5.000

Jumlah

$5.850

$8.250

$24.750

$27.150

$ 66.000

b). Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dan


mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk.
Tahap kedua dan ketiga merupakan tahap yang paling kompleks, karena terdapat
hubungan yang saling timbal balik antar departemen. Misalnya 40 % dari 1.800
jumlah jam tenaga kerja departemen jasa 1 (720 jam) digunakan untuk melayani
departemen jasa 2, dan 10% dari waktu departemen jasa 2 digunakan untuk melayani
departemen jasa 1. Untuk mengalokasikan biaya pada tahap ini digunakan tiga metode
yaitu metode langsung, metode bertahap, dan metode timbal balik.
1. Metode Langsung
Metode langsung mengabaikan arus timbal balik. Perhitungan alokasi biaya
diselesaikan dengan menggunakan arus jasa ke departemen produksi.
Pada contoh kasus Beary Company, presentase arus jasa untuk setiap
departemen ditentukan menurut jam tenaga kerja.
Departemen jasa 1 menggunakan 40% jam tenaga kerjanya untuk melayani
departemen jasa 2 dan masing-masing 30% untuk melayani kedua departemen
produksi. Departemen jasa 2 melayani departemen jasa 1 sebesar 10% dari jam
tenaga kerja, departemen produksi 1 sebesar 30% dan departemen produksi 2
sebesar 60%.
Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 1 :

= 100% - 40% = 60%


Bagian departemen Produksi 1 : 30%/60% = 50%
Bagian departemen Produksi 2 : 30%/60% = 50%
Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 2 :
= 100% - 10% = 90%
Bagian departemen Produksi 1 : 30%/90% = 33,33%
Bagian departemen Produksi 2 : 60%/90% = 66,67%
Ke
Dari

Departemen Jasa
1

Departemen Jasa
2

Departemen
Produksi 1

Departemen
Produksi 2

Departemen Jasa 1

40%

30%

30%

Departemen Jasa 2

10%

30%

60%

Biaya departemen jasa 1 sebesar $5.850 dialokasikan pada kedua departemen


produksi masing-masing sebesar 50% sehingga biaya yang dialokasikan pada masingmasing departemen produksi sebesar $2.925. biaya departemen jasa 2 sebesar $8.250
dialokasikan sebesar 33,33% atau $2.750 pada departemen produksi 1 dan sebesar
66,67% atau $5.500 ke departemen produksi 2. Sehingga total biaya pada departemen
produksi 1 dan 2 pada alokasi biaya tahap 2 berturut-tyurut sebesar $30.425 dan
$35.575.
Departemen produksi 1

Departemen produksi 2

Jumlah

Departemen Jasa 1

$2.925

$2.925

$5.850

Departemen Jasa 2

$2.750

$5.500

$8.250

Jumlah biaya pada


tahap 1

$24.750

$27.150

Jumlah

$30.425

$35.575

$66.000

Pada tahap ketiga yaitu pengalokasian biaya dari departemen produksi ke


produk biasanya menggunakan alokasi biaya berdasarkan jumlah jam tenaga kerja dan
jam mesin. Untuk kasus Beary Company, alokasi biaya dari departemen produksi ke
produk ditentukan berdasarkan jumlah jam tenaga kerja pada departemen produksi 1
dan jumlah jam mesin pada departemen produksi 2.

Pada kasus Beary Company, diasumsikan bahwa dalam menghasilkan produk


1 membutuhkan 1.800 jam dari total jam tenaga kerja departemen produksi 1, yaitu
sebesar 3.600 jam sehingga biaya yang dialokasikan sebesar 50% dari total biaya pada
departemen produksi 1. Demikian pula, diasumsikan bahwa produk 1 membutuhkan
400 jam dari 1.600 jam mesin yang digunakan pada departemen 2, sehingga biaya
yang dialokasikan sebesar 25% dari total biaya pada departemen produksi 2. Besarnya
biaya yang dialokasikan pada kedua produk dapat dilihat pada tabel berikut :

Dasar Alokasi

Produk 1

Produk 2

Total

Jam

1.800

1.800

3.600

Presentase

50%

50%

Jam

400

1.200

Presentase

25%

75%

Jumlah Jam Tenaga Kerja

Jumlah Jam mesin


1.600

Alokasi biaya pada produk


Departemen produksi
1(dasar jumlah jam
tenaga kerja)

50% x $30.425
= $15.212,50

50% x $30.425
= $15.212,50

Departemen Produksi 2
(dasar jumlah jam mesin)

25% x $35.575
= $8.893,75

75% x $35.575
= $26.681,25

Total

$24.106,25

$41.893,75

$66.000

2. Metode Bertahap
a. Tahap pertama
Pada kasus Beary Company, departemen jasa 1 memberikan jasa lebih banyak
(40%) ke departemen jasa 2 dan departemen jasa 2 memberikan jasa paling
banyak ke departemen produksi (60%).
b. Tahap kedua

Departemen jasa 1 dialokasikan ke departemen jasa 2 dan kedua departemen


produksi, dan departemen jasa 2 dialokasikan ke kedua departemen produksi
dengan metode langsung. Sehingga total biaya departemen asa 2 mencakup
biaya departemen jasa 2 ditambah biaya departemen jasa 1 pada tahap pertama.
c. Tahap ketiga
Mencakup total biaya yang dialokasikan ke produk 1 dan produk 2.

Tahap kedua : Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi


Departemen Jasa
2

Departemen
Produksi 1

Departemen
Produksi 2

40%

30%

30%

40% x $5.850
= $2.340

30% x $5.850
= $1.755

30% x $5.850
= $1.755

30%

60%

33,33%

66,67%

33,33% x
$10.590
= $3.530

66,67% x
$10.590
= $7.060

$7.060 +
$3.530 - $2.340
= $8.250

Ditambah : alokasi tahap pertama

$ 24.750

$ 27.150

$51.900

Total untuk departemen produksi

$30.035

$35.965

$66.000

Total

Tahap pertama : Departemen Jasa 1


Presentase Jasa
Jumlah

$5.850

Tahap Kedua : Departemen Jasa 2


Presentase Jasa
Presentase alokasi dengan metode langsung

Jumlah

$8.250 + $2.340
= $10.590

Tahap ketiga : Mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk


Dasar alokasi

Produk 1

Produk 2

Total

Jumlah

1.800

1.800

3.600

Presentase

50%

50%

400

1.200

Jumlah jam tenaga kerja

Jumlah jam mesin


Jumlah

1.600

25%

75%

Departemen produksi 1 (dasar jumlah jam


tenaga kerja)

50% x $30.035
= $15.017,50

50% x $30.035
= $15.017,50

Departemen produksi 2 (dasar jumlah jam


mesin)

25% x $35.965
= $8.991,25

75% x $35.965
= $26.973,75

$24.008,75

$41.991,25

Presentase
Alokasi biaya ke produk

Total untuk setiap produk

$66.000

3. Metode timbal balik


Metode ini memperhitungkan seluruh arus timbal balik antar departemen
jasa . Perhitungan alokasi biaya menggunakan persamaan simultan.
Pada kasus Beary Company, dimisalkan departemen jasa 1 (S1) dan
departemen jasa 2 (S2), sehingga persamaan pada departemen jasa sebagai berikut:
Alokasi biaya S1 = alokasi awal + alokasi biaya S2
= $5.850

+ (10% x S2)

Aloksi biaya S2 = alokasi awal + alokasi biaya S1


= $8.250
+ (40% x S1)
Dapat diselesaikan dengan mensubtitusiakn kedua persamaan tersebut :
S1 = $5.850 + [10% x ($8.250 + 40% x S1)]
= $6.953,13
S2 = $8.250 + (40% x S1)
= $11.031,25
Nilai S1 dan S2 kemudian dialokasikan ke departemen produksi
menggunakan presentase jumlah jasa untuk setiap departemen. Pada kasus Beary
Company, departemen produksi 1 menerima 30% dari biaya departemen jasa 1 dan
30% dari departemen jasa 2, sehingga alokasi biaya yang diterima dari departemen
jasa 1 sebesar $2.086 (30% x $6.953,13) dan dari departemen jasa 2 sebesar $3.309
(30% x $11.031,25). Kemudian Departemen produksi 2 menerima 30% dari
departemen jasa 1 dan 60% dar departemen jasa 2. Sehingga biaya alokasi biaya
yang diterima dari departemen jasa 1 sebesar $2.086 (30% x $6.953,13) dan dari
departemen jasa 2 sebesar $6.619 (60% x $ 11.031,25).
Tahap kedua : mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi

Jumlah yang dialokasikan dari jasa 1


Jumlah yang dialokasikan dari jasa 1
Mengalokasikan ke Departemen produksi

Departemen jasa 1
Presentase jasa
Jumlah yang dialokasikan
Departemen Jasa 2
Presentase jasa
Jumlah yang dialokasikan

$ 6.953
$ 11.031
Departemen
Produksi 1

Departemen
Produksi 2

30%
(30% x $ 6.953)
= $ 2.086

30%
(30% x $6.953)
= $ 2.086

30%
(30% x $ 11.031
=$ 3.309
$ 24.750

60%
(60% x $11.031)
=$ 6.619
$ 27.150

Ditambah alokasi biaya pada tahap


pertama
Total untuk departemen produksi
$ 30.145
$ 35.855
Tahap ketiga : mengalokasikan biaya Departemen Produksi ke produk
Dasar alokasi
Produk 1
Produk 2
Jumlah jam tenaga kerja
Jam
1.800
1.800
Presentase
50%
50%
Jumlah jam mesin
Jam
400
1.200
Presentase
25%
75%
Alokasi biaya ke produk
Departemen produksi 1 (daar jumlah jam
(50% x $ 30.145)
(50% x $ 30.145)
tenaga kerja)
= $15.072,5
= $15.072,5
Departemen produksi 2 (dasar jumlah jam
(25% x $ 35.855)
(75% x $ 35.855)
mesin)
= $ 8.964
= $ 26.891
Total untuk setiap produk
$ 24.036
$ 41.964

Total

$ 4.172

$ 9.928
$ 51.900
$ 66.000

3.600
1.600
$ 30.145
$ 35.855
$ 66.000

C. Perhitungan Biaya pada Produk Gabungan


produk gabungan merupakan produk-produk yang diproduksi secara bersamaan
melalui proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan
memiliki lebih dari nilai nominal dalam bentuk sesuai hasil pemrosesan tersebut.
Produksi bersifat simultan karena proses produksi menghasilkan seluruh produk tanpa
dapat dihindari. Peningkatan dalam salah satu output produk tidak dapat dihindari,
karena akan menyebabkan peningkatan kuantitas dari produk atau produk-produk lain,
demikian pula sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proses yang sama.
Biaya gabungan merupakan biaya yang muncul dari produksi secara simultan
atas berbagai produk dalam proses yang sama. Biaya gabungan mencakup seluruh

biaya produksi yang terjadi sebelum titik pisah (meliputi bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik). Titik pisah adalah titik dalam proses produksi
gabungan dimana setiap produk dapat diidentifikasi untuk pertama kalinya. Output
lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta unit-unit rusak dan
cacat.
Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan, antara lain:
1. Metode Ukuran Fisik
Metode ini menggunakan ukuran fisik seperti pon, galon, yard, atau volume
unit yang diproduksi pada titik pisah untuk mengalokasikan biaya gabungan ke
produk gabungan. Contoh dari metode ini seperti yang terjadi pada kasus Johnson
Seafood yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Johnson Seafood

Produk

Ukuran fisik

Proporsi

Alokasi biaya
gabungan

Biaya per pon

Irisan ikan
tuna

2000 pon

0,20

$16.000 x 20%
= $3.200

$3.200/2000
= $1,60

Ikan tuna
kalengan

8000 pon

0,80

$16.000 x 80%
= $12.800

$12.800/8.000
= $1,60

Total

10.000 pon

1,00

$16.000

Proses produksi dimulai pada titik 1. Total biaya gabungan yang terjadi adalah
sebesar $16.000. Titik 2 merupakan titik pisah dimana dua produk gabungan
dipisahkan: 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan. Sisanya
sebesar 4.000 pon merupakan produk sampingan, bahan sisa, dan limbah yang tidak
akan diperhitungkan. Jika kita menggunakan metode ukuran fisik, biaya gabungan
sebesar $16.000. sehingga biaya per pon baik untuk irisan ikan tuna maupun untuk
ikan tuna kalengan sebesar $1,60.
Keunggulan Metode Ukuran Fisik:
- Mudah digunakan, karena metode ini menggunakan perhitungan yang lebih
sederhana.

Kriteria untuk alokasi biaya gabungan bersifat objektif, karena didasarkan pada
satuan tertentu.
Kelemahan Metode Ukuran Fisik:
Mengabaikan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari setiap produk yang
bervariasi, karena metode ini tidak dapat digunakan apabila satuan yang digunakan
berbeda.

2. Metode Nilai Jual pada Titik Pisah


Metode ini mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan berdasarkan
nilai jual relatifnya pada titik pisah dan hanya dapat digunakan ketika produk
gabungan dapat dijual pada titik pisah.
Johnson Seafood
Produk

Jumlah
unit

Harga
per unit

Nilai
jual

proporsi

Alokasi biaya
gabungan

Biaya per pon

Irisan ikan
tuna

2.000 pon

$2,20

$4.400

0,25

$16.000 x 25%
= $4000

$4000/2000
= $2,00

Ikan tuna
kalengan

8.000 pon

$1,65

$13.200

0,75

$16.000 x 75%
= $12.000

$12.000/8000
= $1,50

$17.600

1,00

$16.000

Total

Diasumsikan bahwa Johnson menjual satu pon irisan ikan tuna sebesar $2,20
dan satu pon ikan tuna kalengan sebesar $1,65 dan Johnson telah memproduksi
sebanyak 2000 pon irisan ikan tuna dan 8000 pon ikan tuna kalengan, maka biaya
gabungan sebesar $16.000 dialokasikan diantara produk-produk tersebut. dari

tabel diatas dapat diperoleh hasil bahwa nilai jual irisan ikan tuna
adalah sebesar $4.400 dan ikan tuna kalengan sebesar $13.200
sehingga totalnya sebesar $17.600. sedangkan biaya per pon untuk
irisan ikan tuna sebesar $2,00 dan ikan tuna kalengan sebesar
$1,50.
Keunggulan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :

1. Mudah dihitung, karena biaya dialokasikan berdasarkan nilai jual yang telah
ditetapkan sebelumnya
2. Dialokasikan menurut pendapatan dari setiap produk, sehingga biaya yang
ditetapkan sesuai dengan besarnya pendapatan yang diterima dari produk
tersebut
Kelemahan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :
Terkadang harga dipasar dapat berubah sehingga nilai jual juga ikut berubah
sehingga biaya yang ditetapkan akan berubah.
3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan
Nilai Bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value) adalah
estimasi nilai jual produk pada titik pisah yang ditentukan dengan cara
mengurangi biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesudah titik
pisah dari estimasi nilai jual akhir produk.
NRV = nilai jual akhir biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan
Pada contoh kasus Johnson Seafood, diasumsikan bahwa selain irisan ikan
tuna dan ikan tuna kalengan perusahaan memproses makanan kucing dari ikan
tuna mentah yang belum diproses. Diasumsikan juga bahwa 14.000 pon ikan
tuna pada titik pisah menghasilkan 2.000 pon irisan ikan tuna, 8.000 pon ikan
tuna kalengan , dan 3.000 pon makanan ikan kucing. 1.000 pon sisanya adalah
bahan sisa, limbah dan produk sampingan. Untuk makanan kucing ikan tuna
harus diproses lebih lanjut agar dapat dijual ke distributor. Biaya pemrosesan
tambahan adalah sebesar $850 untuk mineral dan suplemen, namun tidak
menambah berat produk. Distributor makanan hewan membeli makanan kucing
siap saji dari Johnson sebesar $1,75 per pon dan mengemasnya dalam kaleng
sebesar 3 ons untuk dijual ke toko dan pasar.

Titik 1
Biaya Gabungan yang
Dikeluarkan
14.000 pon ikan tuna yang
belum diproses sebesar
$16.000. harga jual $1,65 per
pon

Titik 2
Titik Pisah
2.000 pon irisan ikan
tuna, harga jual $2,20
per pon
8.000 pon ikan tuna
kalengan

Titik 3
Pemrosesan Tambahan

3.000 pon makanan


kucing
Harga jual $1,75 per

3.000 pon makanan


kucing
1.000
pon
produk
sampingan, bahan sisa,
dan limbah

Produk

Pon

Irisan Ikan
Tuna
Ikan
Tuna
Kalenga
n
Makanan
Kucing
Total

Harga

Nilai
Jual

Biaya pemrosesan

pon

$850

Nilai Bersih
Pemprosesan
yang
Tambahan
Direalisasikan
(NJ-BP)

Persentase
NRV
(NRV/Tot
NRV)x100%

Alokasi
Biaya
( presentase
* jml. biaya
gab.)

Total
(alokas
i
biaya+
pemros
esan
tambah
an )

b
/

2.000

$2,20

$4.400

$4.400

20%

$3.200

$3.200

8.000

$1,65

$13.20
0

$13.200

60%

$9.600

$9.600

3.000

$1,75

$5.250

$850

$4.400

20%

$3.200

$4.050

$22.85
0

$850

$22.000

100%

$16.000

$16.85
0

13.000

Keunggulan

Metode

Nilai

Bersih

yang

Dapat

Direalisasikan

adalah

memperlihatkan alokasi yang menghasilkan tingkat profitabilitas yang dapat


diprediksi dan dapat dibandingkan antar produk.
D. Perhitungan Biaya Produk Sampingan
Produk sampingan merupakan produk dengan nilai jual yang relatif kecil yang
diproduksi secara simultan dengan satu atau lebih dari satu produk gabungan, biasanya
produsen hanya memiliki sedikit kendali atas jumlah produk sampingan yang
diproduksi. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk perhitungan biaya produk
sampingan, yaitu :
1. Pendekatan Pengakuan Aktiva
Pendekatan pengakuan aktiva mencatat produk sampingan sebagai persediaan pada
nilai bersih yang dapat direalisasikan, oleh karena itu produk sampingan diakui

sebagai persediaan ketika produk sampingan diproduksi. Dua metode yang


digunakan :
a. Metode Nilai Bersih yang Dapat direalisasikan
Metode ini memperliahtkan nilai bersih yang dapat direalisasikan dari produk
sampingan pada neraca sebagai persediaan dan pada laporan laba rugi
sebagai pengurang dari total biaya produksi produk gabungan.
b. Metode Pendapatan Lain-lain pada Titik Produksi
Metode ini memperlihatkan nilai bersih yang dapat direalisasikan dari produk
sampingan pada laporan laba rugi sebagai pendapatan lain-lain atau
penjualan lainnya.
2. Pendekatan Pendapatan
Pada pendekatan pendapatan tidak membebankan nilai ke produk sampingan dalam
periode produksi tetapi mengakui pendapatan produk sampingan pada periode
ketika produk tersebut dijual. Dua metode yang digunakan :
a. Metode Pendapatan Lain-lain pada titik penjualan
Metode ini memperlihatkan pendapatan penjualan bersih dari produk
sampingan yang dijual pada waktu penjualan dalam laporan laba rugi sebagai
pendapatan lain-lain atau pendapatan penjualan lainnya.
b. Metode Pengurangan Biaya Produksi pada Titik Penjualan
Metode ini memperlihatkan pendapatan penjualaan bersih dari produk
sampingan yang dijual pada waktu penjualan dalam laporan laba rugi sebagai
pengurangan dari total biaya produksi. ( pendapatan lain ).
`Pada kasus Johnson Seafood diasumsikan perusahaan dapat menambah labanya
dengan cara mengaambil sebagian 1000 pon bahan sisa dan limbah pada setiap
kumpulan produk ikan tuna yang belum diproses kemudian diproses ulang agar dapat
menghasilkan pupuk tanaman, akan tetapi harga jual pupuk tersebut diperkirakan
relative rendah yaitu 50 sen per pon. Selain itu, biaya pemprosesan tambahan dan
biaya penjualan sebesar 30 sen per pon diperlukan untuk menyiapkan, mengemas,
dan mendistribusikan produk. Karena nilai jual pupuk relative rendah perusahaan
memutuskan untuk memperlakukan irisan ikan tuna, ikan tuna kalengan, dan makanan
kucing sebagai produk gabungan dan pupuk sebagai produk sampingan. Perusahaan
diperkirakan dapat menjual 400 pon dari produksi 500 pon pupuk .
Nilai jual irisan ikan tuna, ikan tuna kalengan dan makanan kucing adalah
sebesar $22.850 ($4.400 + $13.200 + $5.250) dan total harga pokok penjualan adalah

sebesar $16.850 ($3.200 + $9.600 + $4.050) nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
500 pon pupuk yang diproduksi adalah :
NRV = Nilai jual Biaya pemprosesan tambahan
= ($0,50 x 500) ($0,30 x 500)
= $100
Pendekatan Pengakuan Aktiva
Metode Nilai Bersih yang

Metode Pendapatan Lain-

Dapat Direalisasikan

lain pada Titik Produksi

Penjualan Produk gabungan

$22.850

$22.850

Harga pokok penjualan produk


gabungan

$16.850

$16.850

Dikurangi nilaibersih yang dapat


direalisasikan
produk
sampingan

($100)

$16.750

$16.850

$6.100 ( penj.prod.gab.HPP )

$6.000

Harga pokok Penjualan


Margin Kotor

Pendapatan Lain-lain Ketika


berlangsung Proses Produksi
Laba sebelum pajak

$100

$6.100

$6.100

Pada metode pengakuan aktiva, produk sampingan diakui sebagai aktiva


dengan kemungkinan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang karena terdapat
pasar untuk produk sampingan tersebut. ketika produk sampingan dijual, maka biaya
persediaannya ditunjukkan sebagai harga pokok penjualan. Pendekatan pengakuan
aktiva digunakan apabila nilai bersih yang dapat direalisasikan dari produk sampingan
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persediaan atau laba.
Pendekatan Pendapatan
Metode Pendapatan lian-lain

Metode

pengurangan

ketika terjadi penjualan

biaya produksi

Penjualan
gabungan

Produk

$22.850

$22.850

Harga pokok penjualan


produk gabungan

$16.850

$16.850

Dikurangi
pendapatan
penjualan bersih dari
produk sampingan ($0,50
- $0,30) x 400

(80)

Harga pokok Penjualan

$16.850

$16.770

Margin Kotor

$6.000

$6.080

$80

$6.080

$6.080

Pendapatan
sampingan

produk

Laba sebelum pajak

Metode pendapatan mengacu pada prisip bahwa pendapatn bersih dari produk
sampingan seharusnya dicatat ketika terjadi penjualan karena merupakan titik
dimana pendapatan direalisasikan. Metode pendapatan digunakan ketika nilai produk
sampingan mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap laba.

KESIMPULAN
1. Tujuan alokasi biaya antara lain : mendukung pengambilan keputusan manajemen
mengenai produk dan departemen, memotivasi manajer untuk mengefisienkan biaya,
memberikan dorongan bai manajer untuk mengambil keputusan sesuai tujuan manajer
puncak, dan menentukan imbal jasa yang wajar bagi manajer atas upaya untuk
mengalokasika biaya yang efektif.
2. Pengalokasian biaya departemen memiliki tiga tahapan, yaitu : Menelusuri seluruh
biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya overhead ke departemen jasa dan
departemen produksi, mengalokasika biaya departemen jasa ke departemen produksi,
dan mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk. Pada tahap kedua dan
ketiga terdapat 3 metode untuk mengalokasikan biaya jasa ke produk, yaitu metode
langsung, bertahap, dan timbal balik.
3. Biaya gabungan merupakan biaya yang muncul dari produksi secara simultan atas
berbagai produk dalam proses yang sama. terdapat 3 metode dalam perhitungan biaya
produk gabungan, yaitu: metode ukuran fisik, metode nilai jual pada titik pisah, dan
metode nilai bersih yang direalisasikan.
4. Produk sampingan merupakan produk dengan nilai jual yang relatif kecil yang
diproduksi secara simultan dengan satu atau lebih dari satu produk gabungan. Terdapat
dua pendekatan yang digunakan dalam perhitungan biaya produk sampingan, yaitu
pendekatan pengakuan aktiva dan pendekatan pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher J., Edward, David E.Stout, And Gary Cokins. 2011. Manajemen Biaya :
Penekanan Strategis (Alih Bahasa David Wijaya). Buku Satu. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
http://file.upi.edu/directory/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/195407061987031KARLI_SOEDIJATNO/rangkuman_buku_AKBI_CHAPTER-USRY/BAB_8.pdf.
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014
http://gallery-bersama.blogspot.com/2012/10/alokasi-biaya.html
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014
http://slametridwn.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai