Anda di halaman 1dari 7

RMK Akuntansi Biaya

Kelompok 6
William mangumban A021231048
Wahyudi Agustin A021231177
Muhammad Nailal Munadil A021231233

ALOKASI ANGGARAN BOP

A. Pengertian Departementalisasi

Departementalisasi adalah pembagian perusahaan ke dalam unit-unit yang


disebut departemen atau pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya overhead
pabrik.

Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead dihitung


untuk setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda
diantara departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi
biaya overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-
departemen untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi.
Departemen-departemen inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan
tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen
tersebut.

B. Manfaat Departementalisasi

Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya


dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat
lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya
sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi

1
dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang
berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu
departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari
departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap
penentuan harga pokok produk.

C. Tujuan Departementalisasi

Adapun tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai


berikut:

1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.


2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.

D. Syarat atau Kondisi

Agar supaya ketiga tujuan tersebut diatas dapat di capai, dalam depertemenisasi
diperlukan syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun pembantu.


Departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang
kurang adil dan teliti,dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen
yang terlalu banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan
yang mungkin tidak sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan dengan pembagian struktur
organisasi di dalam pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi,alokasi, maupun pembebanan yang tepaat.
4. Penetuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai pula
dengan variabilitas biaya overhed pabrik.

2
E. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau memilih


departemen- departemen didalam pabrik adalah sebagai berikut :

1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk dan jasa yang di hasilkan di


dalam pabrik, serta atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan
gerakan-gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin, proses, atau operasi di dalam setiap departemen atau pusat
biaya.

F. Biaya Langsung dan Tidak Langsung Departemen

Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang dapat ditelusur ke


departemen tertentu dan dibebankan pada departemen tersebut tanpa melalui proses
alokasi. Contoh depresiasi mesin dan biaya sewa gedung yang digunakan hanya oleh
Departemen Perakitan merupakan biaya langsung departemen tersebut.

Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusur ke
departemen tertentu dan dibebankan kepada departemen tersebut melalui proses
alokasi. Contoh: depresiasi mesin dan biaya sewa gedung yang digunakan oleh
beberapa departemen, tidak dapat ditelusur pemakaiannya secara langsung merupakan
biaya tidak langsung departemen. Biaya ini dibebankan kepada departemen pemakai
melalui proses alokasi.

G. Menyusun Anggaran BOP Departemen Produksi dan Anggaran Biaya


Departemen Jasa.

Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen jasa terdiri atas
anggaran biaya langsung dan biaya tidak langsung, baik yang bersifat variabel maupun
tetap. Contoh biaya langsung adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan

3
bakar dan telepon, karena pemakaiannya dapat ditelusuri langsung melalui alat
pengukur. Contoh biaya tidak langsung adalah depresiasi gedung yang dipakai bersama-
sama oleh beberapa departemen. Depresiasi gedung tersebut dialokasikan pada setiap
departemen berdasarkan luas lantai.

Contoh: biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing departemen
sebagai berikut:

Departemen Luas Lantai (m2)

Departemen A 150

Departemen B 100

Departemen 1 63

Departemen 2 40

Jumlah 353

Alokasi biaya depresiasi gedung untuk setiap departemen sebagai berikut:

Departemen A = (150 / 353) x Rp70.600 = Rp30.000

Departemen B = (100 / 353) x Rp70.600 = Rp20.000

Departemen 1 = (63 / 353) x Rp70.600 = Rp12.600

Departemen 2 = (40 / 353) x Rp70.600 = Rp8.000

H. Mengalokasikan Biaya Departemen Jasa pada Departemen Produksi

Biaya departemen produksi yang digunakan untuk menghitung tarif meliputi biaya
yang terjadi di departemen tersebut ditambah dengan biaya alokasi dari departemen jasa.

4
Biaya departemen jasa dapat dialokasikan dengan menggunakan metode langsung,
bertahap dan aljabar.

1. Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)


Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan ke departemen
produksi. Metode ini dapat diterapkan jika selisih hasil perhitungan biaya produk
dibandingkan dengan metode lain tidak material atau suatu departemen jasa tidak
menggunakan jasa departemen jasa lainnya.
Contoh :

Departemen Produksi Departemen Jasa


Keterangan
A B 1 2

BOP sebelum alokasi Rp Rp


Rp 120.000 Rp 160.000
Biaya departemen jasa 72.600 40.000

Dasar alokasi :
Departemen 1 (jumlah 40 40 20
karyawan)
Departemen 2 (jumlah
kwh) 200 500 300

Departemen Produksi Departemen Jasa


Keterangan Total
A B 1 2
BOP sebelum Rp. 280.000
alokasi Rp. 112.600 Rp.
Rp. 120.000 Rp. 72.600 Rp. 40.000
Biaya Departemen Rp. 392.600 160.000
Jasa
Alokasi
Departemen Jasa :
Departemen 1 Rp. 36.300 Rp. 36.300 * **
(Rp. (Rp.
Departemen 2 Rp. 11.429 Rp. 28.571 72.600) 40.000)
BOP setelah Rp.
Rp. 392.600 Rp. 167.729 0 0
Alokasi 224.871

*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B


**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B

5
2. Metode Alokasi Bertahap (Step Method)

Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara bertahap ke


departemen jasa lainnya dan departemen produksi yang telah menerima jasa,
dimulai dari biaya departemen jasa yang terbesar. Setelah alokasi biaya
departemen jasa pertama dilakukan, departemen tersebut tidak akan
mendapatkan alokasi dari departemen jasa lain.

Contoh:

Departemen Produksi Departemen Jasa


Keterangan Total
A B 1 2
BOP sebelum Rp. 280.000
alokasi Rp. 112.600 Rp.
Rp. 120.000 Rp. 72.600 Rp. 40.000
Biaya Departemen Rp. 392.600 160.000
Jasa
Alokasi
Departemen Jasa : Rp. 14.520
Departemen 1 Rp. 29.040 Rp. 29.040 * **
(Rp. (Rp.
Departemen 2 Rp. 15.577 Rp. 38.943 72.600) 54.520)
BOP setelah Rp.
Rp. 392.600 Rp. 164.617 0 0
Alokasi 227.983

*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2

**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B

3. Metode Alokasi Aljabar/Resiprokal/Matriks/Simultan

Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa saling memberikan
jasa. Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara simultan dengan
menggunakan teknik aljabar. Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen
produksi dan antar departemen jasa.

Contoh:

6
Misalkan biaya departemen 1 setelah alokasi adalah Y dan biaya departemen 2
setelah alokasi adalah Z, maka persamaan aljabar dirumuskan sebagai berikut:

Y = 72.600 + 0,30Z

Z = 40.000 + 0,20Y

penyelesaian persamaan diatas:

Y = 72.600 + 0,30(40.000 + 0,20Y)

= 72.600 + 12.000 + 0,06Y

0,94Y = 84.600

Y = 90.000

Z = 40.000 + (0,20x90.000)

Z = 58.000

Departemen Produksi Departemen Jasa


Keterangan Total
A B 1 2
BOP sebelum Rp. 280.000
alokasi Rp. 112.600 Rp.
Rp. 120.000 Rp. 72.600 Rp. 40.000
Biaya Departemen Rp. 392.600 160.000
Jasa
Alokasi
Departemen Jasa : * Rp. 18.000
(Rp.
Departemen 1
Rp. 36.000 Rp. 36.000 90.000) **
Rp. (Rp.
Departemen 2 Rp. 11.600 Rp. 29.000 17.400 58.000)
BOP setelah Rp.
Rp. 392.600 Rp. 167.600 0 0
Alokasi 225.000

*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2

**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,

(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1

Anda mungkin juga menyukai