Anda di halaman 1dari 15

1.

PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Di dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik
adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menurut sifatnya,
menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi dan menurut
hubungannya dengan departemen –departemen yang ada dalam pabrik.

Penggolongan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Menurut Sifatnya. BOP menurut sifatnya
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya bahan penolong.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan.
3. Biaya tenaga kerja tak langsung.
4. Beban biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
5. Beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
6. BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
7. Penggolongan BOP menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume
produksi.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur BOP dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. BOP dapat dibagi menjadi tiga golongan: BOP Tetap, BOP Variabel dan BOP
Semivariabel. Untuk keperluan penentuan tarif BOP dan untuk pengendalian biaya, BOP yang
bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.

Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen-departemen yang ada


dalam pabrik. Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam
pabrik, BOP dapat digolongkan menjadi dua kelompok: BOP langsung departemen (direct
departemental overhead expenses) dan BOP tidak langsung departemen (indirect departemental
overhead expenses).

2. PERHITUNGAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)


Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP.
Penentuan tarif BOP dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:
1. Menyusun anggaran BOP
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
3. Menghitung tarif BOP.

1. Menyusun Anggaran BOP


Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang
akan dipergunakan sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran BOP: kapasitas praktis, kapasitas normal dan kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat
dilakukan dengan menentukan lebih dulu kapasitas teoritis.

Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan
produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis
adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari
karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Kapasitas normal adalah kemampuan
perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat
dicapai dalam tahun yang akan datang. Kelemahan penggunaan kapasitas sesungguhnya.

a. Akan berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif BOP dari tahun ke tahun.

b. Sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif BOP dari periode ke periode maka biaya-
biaya akibat adanya fasilitas menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan dalam harga
pokok produk.

2. Memilih Dasar Pembebanan BOP


a. Satuan Produk

Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Taksiran biaya overhead pabrik


= Tarif biaya overhead pabrik per satuan
Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan

Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk.

b. Biaya Bahan Baku

Rumus perhitungan persentase tarif biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang
dipakai adalah sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik
x 100% = Persentase tarif BOP
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai

Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk semakin besar pula
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya.

c. Biaya Tenaga Kerja

Rumus perhitungan persentase tarif biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsung:

Taksiran biaya overhead pabrik


x 100% = Persentase tarif BOP
Taksiran biaya tenaga kerja langsung

d. Jam tenaga kerja langsung

Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik per jam tenaga kerja langsung:

Taksiran biaya overhead pabrik


= Tarif biaya overhead per jam tenaga kerja langsung
Taksiran jam tenaga kerja

e. Jam Mesin

Rumus perhitungan tariff biaya overhead pabrik per jam kerja mesin:

Taksiran biaya overhead pabrik


= Tarif biaya overhead per jam kerja mesin
Taksiran jam kerja mesin

3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan
anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan
diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tariff biaya overhead pabrik dengan
rumus sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan


= Tarif biaya overhead pabrik
Taksiran dasar pembebanan

Untuk keperluan analisis selisih antata biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif, tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya
overhead pabrik variabel.
Contoh:

PT Eliona Sari memproduksi produknya berdasarkan pesanan. Dalam penentuan tarif biaya
overhead pabriknya, telah disusun anggaran biaya overhead pabrik seperti gambar 7.1. Biaya
overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam mesin. Anggaran biaya overhead pabrik
tersebut disusun pada kapasitas normal sebanyak 80.000 jam mesin.

PT ELIONA SARI
Anggaran Biaya Overhead Pabrik untuk Tahun 20XX
Atas Dasar Kapasitas Normal 80.000 Jam Mesin
No. Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah

5101 Biaya Bahan Penolong V Rp1.050.000

5102 Biaya Listrik V Rp1.500.000

5103 Biaya Bahan Bakar V Rp1.000.000

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung V Rp1.500.000


5104
T Rp2.000.000

5105 Biaya Kesejahteraan Karyawan T Rp1.500.000

Biaya Reparasi & Pemeliharaan V Rp750.000


5106
T Rp500.000

5107 Biaya Asuransi Gedung T Rp600.000

5108 Biaya Depresiasi T Rp800.000

Jumlah V Rp5.800.000

T Rp5.400.000

Jumlah Total Rp11.200.000


Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik:

Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel : Rp5.800.000:80.000 jam mesin = Rp72,50/jam

Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap : Rp5.400.000:80.000 jam mesin = Rp67,50/jam

Tarif Biaya Overhead Pabrik Total : Rp140,00/jam

Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu Ke Departemen Produksi

Setelah anggaran biaya overhead pabrik per departemen disusun, langkah selanjutnya
dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adalah mengalokasikan biaya
overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen
pembantu.

Alokasikan biaya overhead departemen pembantu pembantu ke departemen produksi


dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini :

1. Metode Alokasi Langsung (direct allocation method)

Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke tiap-
tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa
yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja.
Tidak ada departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang lain.

2. Metode Alokasi Bertahap


Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai
oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain.
Sebagai contoh, departemen pembangkit tenaga listrik memberikan jasa berupa listrik kepada
departemen bengkel, sebaliknya pembangkit tenaga listrik menerima jasa reparasi dan
pemeliharaan dari departemen bengkel. Baik departemen bengkel maupun pembangkit tenaga
listrik merupakan departemen pembantu. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead di dua
departemen tersebut dialokasikan ke departemen produksi, perlu diadakan alokasi biaya
overhead antar departemen pembantu yang saling menikmati jasa tersebut. Dengan demikian
alokasi biaya overhead dari departemen pembantu ke departemen produksi dilakukan secara
bertahap, dengan pertama kali mengalokasikan biaya overhead antar departemen pembantu, baru
kemudian mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi.
Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua kelompok metode yaitu :
a. Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen-departemen pembantu. Yang termasuk dalam kelompok metode ini adalah :
(1) Metode Alokasi Kontinu
(2) Metode aljabar
b. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode
“metode urutan alokasi yang diatur”

Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dengan memakai


metode alokasi langsung dapat diikuti dalam contoh berikut ini :

Contoh 1 :

PT Eliona Sari mengolah produknya melalui departemen produksi : departemen A dan


departemen B, dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu: departemen X, Departemen Y,
Departemen Z. Anggaran biaya overhead pabrik per departemen untuk tahun 19X1 sebagai
berikut.

PT Eliona Sari
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Per Departemen Tahun 19X1
(Dalam Ribuan Rupiah)
Departemen
Jenis Biaya Overhead Departemen Produksi Pembantu
Jumlah A B X Y Z
Biaya Overhead Langsung Departemen
Biaya Bahan Penolong 1,450 550 750 50 75 25
Biaya Bahan Bakar 1000 - - - 1000 -
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 2000 750 800 200 150 100
Biaya Kesajahteraan Karyawan 655 250 300 50 30 25
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan mesin 1375 400 500 300 100 75
Jumlah Biaya Overhead Langsung Dep. 6,480 1950 2350 600 1355 225
Biaya Overhead Tidak Langsung Dep.
Biaya Depresiasi Gedung 400 100 120 76 40 64
Biaya Asuransi Gedung 500 125 150 95 50 80
Jumlah Biaya Overhead tidak
Langsung Departemen 900 225 270 171 90 144
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 7,380 2,175 2,620 771 1,445 369

Biaya overhead tidak langsung departemen didistribusikan ke departemen-departemen yang


menikmati manfaatnya atas dasar perbandingan luas lantai.

Dasar Distribusi Biaya Overhead Pabrik

Departemen yang menikmati Luas Proporsi luas lantai


manfaat biaya Lantai(m2) {(b) : 8000}x100%
(a) (b) (c)
Departemen A 2000 25%
Departemen B 2400 30%
Departemen X 1520 19%
Departemen Y 800 10%
Departemen Z 1280 16%
Jumlah 8000 100%

Taksiran Pemakaian Jasa Departemen Pembantu Oleh Departemen Produksi

PT Eliona Sari
Taksiran Jasa Departemen-Departemen Pembantu yang
Dipakai oleh Departemen Produksi
Departemen Pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B

Departemen X 75% 25%


Departemen Y 45% 55%
Departemen Z 60% 40%

PT Eliona Sari
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
(dalam ribuan rupiah)
Departemen Produksi Departemen Pembantu
Keterangan
A B X Y Z
Jumlah biaya overhead langsung dan
2,175.00 2,620.00 771 1,445 369
tidak langsung departemen
Alokasi Biaya Overhead Dep. Z 276.55 92.25 -369
-
Alokasi Biaya Overhead Dep. Y 650.25 794.75 1,445
Alokasi Biaya Overhead Dep. X 462.6 308.4 -771

Jumlah Alokasi Biaya Overhead dari


Departemen Pembantu 1,389.60 1,195.40 0 0 0

Jumlah Biaya Departemen Produksi


Setelah menerima alokasi biaya dari 3,564.60 3,815.40
Dep. Pembantu
Metode Alokasi Bertahap Yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik Antar Departemen
Tertentu

Jika diantara departemen-departemen pembantu terdapat transfer jasa secara timbal balik,
dan di dalam pembuatan tarif biaya overhead transfer jasa ini akan diperhitungkan, maka perlu
dilakukan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu, sebelum biaya overhead
departemen pembantu akhirnya dialokasikan seluruhnya ke departemen produksi. Di dalam
menyusun anggaran biaya overhead pabrik per departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan,
biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Biaya tidak langsung harus
dibagikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, baik dalam manfaatnya,
baik dalam departemen produksi maupun departemen pembantu. istilah yang dipakai untuk
menggambarkan pembagian biaya overhead tidak langsung departemen kepada departemen-
departemen yang menikmati manfatnya, baik departemen produksi maupun departemen
pembantu adalah distribusi biaya overhead.

Setelah biaya langsung dan tidak langsung departemen dikelompokan dalam masing-
masing departemen, maka langkah selanjutnya dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik
adalah membagikan biaya overhead departemen-departemen pembantu kepada departemen-
departemen produksi( dalam metode alokasi langsung) atau kepada departemen-departemen
pembantu lain dan departemen produksi( dalam metode alokasi bertahap). Istilah yang digunakan
untuk menggambarkan pembagian biaya overhead departemen pembantu ke departemen
produksi, atau dari departemen pembantu ke departemen pembantu yang lain dan epartemen
produksi adalah alokasi biaya overhead.

Untuk kepentingan penentuan tarif biaya overhead pabrik, jumlah biaya overhead pabrik,
jumlah biaya overhead departemen produksi setelah alokasi biaya overhead dari departemen
pembantu kemudian dibagi dengan dasar pembebanan yang dipakai pada masing-masing
departemen produksi. Atas dasar tarif biaya ini biaya overhead pabrik dibagikan kepada produk
di departemen produksi. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian biaya
overhead pabrik di departemen produksi kepada produk adalah pembebanan biaya overhead.

Tarif distribusi adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead tidak
langsung departemen kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, baik
departemen pembantu maupun produksi. Tarif alokasi adalah tarif yang digunakan untuk
membagikan membagikan biaya overhead departemen pembantu kepada departemen produksi,
baik secara langsung ,maupun bertahap. Tarif pembebanan adalah tarif yang digunakan untuk
membagikan biaya overhead pabrik kepada produk. Jika tidak disebutkan secara khusus, istilah
tarif biaya overhead pabrik dimaksudkan untuk menunjukan tarif pembebanan ini. Jika di antara
dua departemen pembantu terjadi transfer timbal balik, maka tariff alokasi biaya departemen
pembantu yang satu belum dapat dihitung, sebelum ada alokasi biaya departemen pembantu
yang lain, begitu juga sebaliknya.

Metode Alokasi Kontinu

Dalam metode ini, biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling
memberikan jasa dialokasikan secara terus-menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang
belum dialokasikan menjadi tidak berarti. Misalnya Departemen Pembantu X dan Departemen
Pembantu Y saling memberikan jasa secara timbal balik. Mula-mula biaya overhead Departemen
X dialokasikan ke Departemen Y sesuai dengan jasa yang diapakai oleh departemen Y. Hal ini
menyebabkan biaya overhead Departemen X tersebut habis dialokasikan. Kemudian alokasi
berikutnya dilakukan terhadap biaya overhead Departemen Y setelah menerima alokasi biaya
dari Departemen X. Alokasi kedua ini akan menyebabkan biaya overhead Departemen Y habis
dialokasikan dan akan menyebabkan biaya overhead Departemen X terisi kembali. Alokasi ini
dilakukan secara berulang-ulang sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan
menjadi tidak berarti lagi.

Contoh 2 :

Biaya Overhead langsung dan tidak langsung departemen-departemen pembantu dan


produksi selama tahun anggaran 19X3 diperkirakn sebagai berikut :
Departemen Produksi

Departemen A Rp. 9000.000

Departemen B Rp. 15.000.000

Departemen Pembantu

Departemen X Rp. 3000.000

Departemen Y Rp. 5000.000

Dipakai di
Departemen Pembantu Departemen Produksi
Dept. X Dept. Y Dept. A Dept. B
Jasa Departemen
- 10% 65% 25%
X
Jasa Departemen
20% - 45% 35%
Y

Jumlah biaya overhead departemen X setelah menerima alokasi biaya dari departemen Y adalah
sebesar Rp 4.081.632 (yaitu Rp 3.000.000 + Rp 1.060.000 + Rp 21.200 + Rp 424 + Rp 8),
sedangkan jumlah overhead departemen Y setelah menerima alokasi biaya dari Departemen X
adalah sebesar Rp 5.408.163 ( yaitu Rp 5.000.000 + Rp 300.000 + Rp 106.000 + Rp 2.120 + Rp
42 + Rp 1).

Alokasi Biaya Overhead pabrik dengan metode kontinu

Departemen X Departemen Y
Biaya Overhead langsung dan tidak langsung Departemen Rp 3.000.000 Rp 5.000.000
Alokasi Biaya Overhead Departemen X*) -Rp 3.000.000 Rp 300.000
Rp - Rp 5.300.000
Biaya Overhead Departemen Y Rp 1.060.000 -Rp5.300.000
Rp 1.060.000 Rp -
Biaya Overhead Departemen X -Rp 1.060.000 Rp 1.060.000
Rp - Rp 106.000
Biaya Overhead Departemen Y Rp 21.200 -Rp 106.000
Rp 21.200 Rp -
Biaya Overhead Departemen X -Rp 21.200 Rp 2.120
Rp - Rp 2.120
Biaya Overhead Departemen Y Rp 424 -Rp 2.120
Rp 424 Rp -
Biaya Overhead Departemen X -Rp 424 Rp 42
Rp - Rp 42
Biaya Overhead Departemen Y Rp 8 -Rp 42
Rp 8 Rp -
Biaya Overhead Departemen X -Rp 8 Rp 1
Rp - Rp 1

Biaya overhead Departemen X sebesar Rp 3.000.000 tersebut seharusnya dialokasikan ke dalam


departemen-departemen produksi, tetapi dalam perhitungan ini jumlah biaya overhead yang
dialokasikan ke departemen-departemen produksi tidak ditulis. Hal ini disebabkan karena tujuan
alokasi kontinu adalah untuk menghitung jumlah biaya overhead departemen pembantu setelah
menerima alokasi biaya dari depertmen pembantu yang lain.

Aloksi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dan alokasi biaya
overhead antar departemen. Pembantu sendiri dilakukan pada gambar berikut:

Departemen Pembantu Departemen Produksi


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Dept. X Dept. Y Dept. A Dept. B
Biaya overhead langsung dan
tidak langsung departemen Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.000.000 Rp 15.000.000
Alokasi Biaya overheaddepartemen X -Rp 4.081.632 Rp 408.163 Rp 2.653.061 Rp 1.020.508
Alokasi Biaya overheaddepartemen Y Rp 1.081.632 -Rp 5.408.163 Rp 2.433.673 Rp 1.892.857
Jumlah Rp - Rp - Rp 14.086.734 Rp 17.913.365

Metode Aljabar

Dalam metode ini, jumlah biaya tiap-tiap Departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan
aljabar. Dari contoh 2 tersebut diatas, misalkan:

X = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya dari departemen Y

y = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya dari departemen X

Oleh karena itu


X = 3.000.000 + 0,20y

Y = 5.000.000 + 0,10x

Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut:

X = 3.000.000 + 0,20y

X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10 x)

X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02x

X - 0,02x = 4.000.000

0,98x = 4.000.000

X = 4.000.000/0,98

= 4.081.633

Y = 5.000.000 + 0,10x

= 5.000.000 + 408.163

= 5.408.163

Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dan antar departemen
pembantu sendiri dilakukan sebagai berikut:

Departemen Pembantu Departemen Produksi


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Dept. X Dept. Y Dept. A Dept. B
Biaya overhead langsung dan
tidak langsung departemen Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.000.000 Rp 15.000.000
Alokasi Biaya overheaddepartemen X -Rp 4.081.632 Rp 408.163 Rp 2.653.061 Rp 1.020.508
Alokasi Biaya overheaddepartemen Y Rp 1.081.632 -Rp 5.408.163 Rp 2.433.673 Rp 1.892.857
Rp - Rp - Rp 14.086.734 Rp 17.913.365

Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen pembantu

Karakteristik metode urutan alokasi yang diatur sebagai berikut:

1. Biaya overhead departemen pembantu dialokasikan secara bertahap.


2. Alokasi biaya overhead departemen pemabantu diatur urutannya sedemikian rupa
sehingga arus alokasi biaya menuju ke satu arah.
Contoh:

Perusahaan memiliki 3 departemen pembantu: Departemen A, Departemen B,


Departemen C, serta dua Departemen Produksi: Departemen X dan Departemen Y.
urutan alokasi biya overhead diatur sebagai berikut: Biaya departemen A dialokasikan
pertama kali kemudian biaya Departemen B dialokasikan yang kedua, dan biaya
overhead Departemen C dialokasikan yang terakhir.

3. Pedoman umum dalam mengatur urutan alokasi biaya overhead Departemen pembantu
sebagai berikut:
a. Biaya overhead Departemen pembantu yang jasanya paling banyak diapakai
oleh departemen-departemen lain, dialokasikan pada urutan yang pertama.
Contoh
Departemen A memberikan jasa kepada Departemen B dan Departemen C,
sedangkan Departemen B hanya memberikan jasa kepada Departemen C.
Oleh karena itu biaya departemen A dialokasikan pada pertama.
b. Urutan alokasi biaya dapat juga didasarkan pada urutan besarnya biaya
overhead dalam masing-masing Departemen pembantu.
Contoh
Biaya overhead langsung dan tidak langsung departemen pembantu yang
dianggarkan untuk tahun 19X1 adalah sebagai berikut: Departemen A Rp
15.000.000, Departemen B Rp 17.500.00 dan Departemen C Rp 10.000.000.
Urutan alokasi biaya overhead dapat diatur sebagai berikut: Pertama
Departemen B, keuda Departemen A dan terakhir Departemen C.
c. Departemen pembantu yag paling banyak menerima jasa dari Departemen
pembantu lain, diletakan paling akhir dalam proses alokasi overhead.
Mengenai pemilihan Departemen pemabntu yang terakhir dialokasikan
biayanya, sering kali pertimbangannya dilihat dari sudut pengendalian biaya.
4. Selama melakukan alokasi biaya overhead harus diperhatikan pedoman umum sebagai
berikut:
a. Tidak diadakan alokasi biaya overhead ke dalam Departemen yang biaya
overhead nya telah habis dialokasikan ke Departemen lain. Dengan kata lain,
tidak dimungkinkan timbulnya arus balik dalam proses alokasi biaya
overhead.
b. Departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, bila
jumlahnya tidak material dan saling mengkonpensasi , tidak diadakan alokasi
biaya overhead ke dalamnya.
Contoh
Departemen A memberikan jasa kepada Departemen B, begitu juga
sebaliknya, sedangkan jumlah yang saling mengkonpensasi, maka jika biaya
Departemen A yang dialokasikan pertama kali, biayanya tidak dialokasikan ke
Departemen B.
Alokasi Biaya Overhead Departemen Pembantu dengan Metode Urutan Alokasi yang Diatur.

Alokasi Biaya Overhead Departemen Pembantu yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik antar
Departemen Pembantu

Anda mungkin juga menyukai