Anda di halaman 1dari 11

Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik

Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-


bagian yang disebut departeen atau pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya
overhead pabrik. Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overheda dihitung
untuk setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda di antara
departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead
pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk
memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-departemen inilah
yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan
prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasibiaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan
ketelitian penentuan harga pokok produksi. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih
mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya , sehingga dengan
demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen tertentu.
Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang berbeda-beda untuk tiap
departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani
dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. Hal ini
mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap penentuan harga pokok produk.
9.1 Alokasi Bertahap secara Aljabar
Metode alokasi aljabar, seperti halnya metode alokasi kontinyu, merupakan metode
alokasi bertimbal-balik. Jumlah biaya departemen pembantu yang dialokasikan adalah biaya
departemen pembantu yang bersangkutan setelah meneriman alokasi biaya dari departemen
pembantu lainnya yang diperhitungkan secara timbal balik, untuk menentukan jumlah biaya
tersebut digunakan persamaan aljabar. Dalam metode ini tidak perlu ditentukan urutan
alokasinya.
Hasil alokasi dari metode aljabar apabila tidak ada pengaruh dari selisih pembulatan akan sama
dengan metode alokasi kontinyu, apabila ada selisih pembulatan hasil alokasinya akan mendekati
metode alokasi kontinyu, hal ini disebabkan putaran alokasi pada metode alokasi kontinyu
diganti dengan persamaan aljabar.
Kebaikan dari metode aljabar adalah sebagai berikut :

1. Mencerminkan alokasi jasa antar departemen pembantu secara penuh atau timbale balik.
2. Lebih teliti dan adil dibandingkan metode alokasi langsung maupun metode alokasi
bertahap tidak bertimbal balik.
3. Dapat menghindari tahapan putaran-putaran metode alokasi kont;nyu, jadi waktu dan
biaya alokasi dapat ditekan.

Kelemahan metode alokasi aljabar yaitu pada perusahaan yang memiliki banyak departemen
pembantu, misalnya lebih dari 3 departemen, seringkali ada persamaan tersamar dalam metode
aljabar yang tidak dapat dipecahkan atau diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah ini dapat
digunakan metode alokasi matrik aljabar yang akan diuraikan secara ringkas pada pembahasan
berikutnya.

Dalam metode ini jml biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar,
misalkan :
X       : jml biaya dept X setelah menerima alokasi biaya-biaya dari dept Y
Y       : jml biaya dept Y setelah menerima alokasi biaya dept X
X = 3.000.000 + 0,2 Y
Y = 5.000.000 + 0,1 X
X = 3.000.000 + 0,2 Y
X = 3.000.000 + 0,2 (5.000.0000 + 0,1 X)
X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02 X
X – 0,02 X = 4.000.000
0,98 X = 4.000.000
X = 4.081.633
Y = 5.000.000 + 0,1 X
Y = 5.000.000 + 408.163
Y = 5.408.163

9.2 Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik


Pada akhir suatu periode diketahui besarnya BOP yang sesungguhnya dan jumlah BOP yang
dibebankan, langkah selanjutnya adalah menghiitung selisih BOP yang terdiri :
1. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik.
Dalam menghitung selisih BOP, harus membandingkan antara BOP sesungguhnya dengan
BOP yang dibebankan, jika BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP dibebankan disebut
underapplied factory overhead yang sifatnya tidak menguntungkan sebaliknya bila biaya
dibebankan lebih besar maka disebut overapplied factory overhead yang sifatnya
menguntungkan atau laba.
2. Analisis selisih BOP.
Selisih BOP yang timbul akan dianalisis kedalam 2 macam selisih yaitu :
2.1 Selisih Anggaran
Selisih anggaran adalah selisih yang disebabkan oleh perbedaan antara BOP sesungguhnya
dibandingkan budget BOP pada kapasitas sesungguhnya. Selisih anggaran dapat pula
dihitung dari perbedaan BOP variabel sesungguhnya dibandingkan dengan budget BOP
variabel pada kapasitas sesungguhnya.

SA       = Selisih anggaran


FKBS  = Fleksibel budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTb     =  BOP tetap dibudgetkan
TV       =  Tarip BOP variabel
KN      =  Kapasitas nornal
KS       =  Kapasitas sesungguhnya
TT        =  Tarip BOP tetap
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan fleksibel budget pada
kapasitas sesungguhnya, maka selisih anggaran bersifat tidak menguntungkan. Sebaliknya
apabila biaya overhead paabrik sesungguhnya lebih kecil maka selisih anggaran bersifat
menguntungkan.
2.2 Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas berhubungan dengan BOP tetap yang disebabkan kapasitas
sesungguhnya yang dicapai lebih kecil dibandingkan kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip.
Cara menghitung tarip dapat digunakan rumus sebagai berikut :
3. Perlakuan selisih biaya overhead pabrik.
Ada dua cara perlakuan terhadap selisih BOP :
3.1 Selisih BOP disebabkan karena selisih anggaran.
Selisih BOP dibebankan kembali ke dalam rekening persediaan produk dalam proses
persediaan produk selesai dan harga pokok penjualan.
Jurnal yang dibuat apabila selisih menguntungkan adalah :

Jurnal yang dibuat apabila sifatnya tidak menguntungkan :


3.2 Selisih BOP disebabkan karena selisih kapasitas
Selisih BOP diperlakukan langsung ke dalam elemen rugi laba.
Jurnal yang dibuat apabila selisih BOP menguntungkan :

Jurnal yang dibuat apabila BOP sifatnya tidak menguntungkan :

CONTOH   SOAL
PT “NURCAHYA”  menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 1995, perusahaan
membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan data produksi
sebagai berikut :
Jenis biaya Tetap/variabel Jumlah
Biaya bahan baku Rp. 5.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp. 1.100.000
Biaya depresiasi pabrik T Rp. 500.000
Biaya bahan bakar V Rp. 750.000
Biaya listrik V Rp. 1.600.000
Biaya reparasi & pemeliharaan V Rp. 675.000
Biaya asuransi bangunan T Rp. 800.000
Biaya promosi V Rp. 1.250.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.400.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.050.000

Data-data lain yang berkaitan dengan produksi :


Jam kerja langsung                   42.000 jam
Unit produksi                           60.000 unit
Pada akhir bulan BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 27.500 jam
Jenis Biaya Tetap/Variable Jumlah
Biaya bahan baku Rp. 5.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp. 1.000.000
Biaya depresiasi pabrik T Rp. 500.000
Biaya bahan bakar V Rp. 750.000
Biaya listrik V Rp. 1.400.000
Biaya reparasi & pemeliharaan V Rp. 600.000
Biaya asuransi bangunan T Rp. 800.000
Biaya promosi V Rp. 1.050.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.200.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.050.000
Diminta :
1. Berapakah BOP tetap & variabel yang dianggarkan.
2. Hitung tarip BOP bulan Januari berdasarkan:
a. Jam mesin (Rp)
b. Biaya bahan baku (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (Rp)
d. Jam kerja langsung (Rp)
e. Unit produksi (Rp)
3. Hitunglah pada BOP sesungguhnya ;
a. Tarif BOP variabel & tetap.
b. Selisih BOP.
c. Selisih anggaran |& kapasitas.
4. Buatlah jurnal yang diperlukan.

PENYELESAIAN :
1. Berapakah jumlah BOP Tetap dan BOP Variable
BOP Tetap        =    Rp  4.600.000.
BOP  Variabel    =    Rp 5.525.000.
2. Tarif BOP bulan Januri
a. Jam Mesin :
Tarif BOP tetap =    Rp 4.600.000 /  30.000 = Rp 153,3   jam  mesin.
Tarif  BOP variabel   =   Rp 5.525.000 /  30.000 =   Rp 184,2 jam mesin.
Tarif  BOP  =   (153,3  + 184,2)  =  Rp  337,5 jam mesin.
b. Biaya bahan baku   :
Tarif  BOP   =   (Rp  10.125.000 / 5.000.000)   x   100%  =  202,5%
c. Biaya tenaga kerja langsung :
Tarif BOP   = (Rp 10.125.000 / 2.500.000)  x   100%  =  405%
d. Jam kerja langsung :
Tarif BOP  =   Rp 10.125.000  /  42.000 =  Rp 241.
e. Unit produksi :
Tarif  BOP  =   Rp  10.125.000  / 60.000  =  Rp 168,75
3. Hitunglah :
a. BOP tetap           =   Rp  4.600.000 : 27.500  =  167,3
BOP variabel      =         4.750.000 : 27.500  =  172.7
b. Selisih BOP :
BOP yang dibebankan  (27.500 x 337,5)                                             Rp    9.281.250
BOP sesungguhnya                                                                               Rp   9.350.000 -
Selisih BOP  (R)                                                                                   Rp         68.750
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya                                                                                Rp  9.350.000
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel  (27.500 x  Rp  184,2)  =   Rp  5.065.500
BOP tetap                                                 Rp 4.600.000 +
Rp 9.665.500 -
Laba                                                                                                       Rp     315.500
Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan                                                                          Rp  4.600.000
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3)                         Rp  4.215.750 -
Rugi                                                                                                     Rp    384.250
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan                               30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai                                      27.500 -
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap   :   Rp 153,3
Selisih kapasitas  :   (Rp 153,3 x 2500)  =  Rp 383.250
4. Mencatat pembebanan BOP :
BDP – BOP                                       9.281.250                      –
BOP yg dibebankan                        –                       9.281.250
Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya                             9.350.000                      –
Berbagai rekening di kredit               –                       9.350.000
Mencatat penutupan rekening BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya dan mencatat
selisih :
BOP dibebankan                               9.281.250                      –
Selisih kurang BOP                               68.750                      –
BOP sesungguhnya                           –                      9.350.000
9.3 Mencatat BOP yang Terjadi
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua: pencatatan biaya overhead pabrik
yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Di dalam metode harga pokok pesanan, produk
dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka. Tarif biaya
overhead pabrik ini dihitung pada awal tahun anggaran, berdasarkan angka anggaran biaya
overhead pabrik. Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ini dicatat
dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebit
rekening kontrol Biaya Overhead pabrik Sesungguhnya. Secara periodik (misalnya setiap
akhir bulan), biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan, dan dihitung
selisihnya. Pembandingan ini dilakukan dengan menutup rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Dari
contoh di atas, misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada dap pesanan dihitung
sebagai berikut:

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah
sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp300.000 dan
biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp3.000.000 seperti tersebut dalam jurnal # 4 dan # 6):
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah sebagai
berikut:

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang
dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik
yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal penutup
tersebut adalah sebagai berikut:

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead Pabrik
yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo
rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Setelah jurnal #10 dibukukan, saldo rekening
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead
Pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal:
9.4 Perlakuan terhadap BOP yang Terjadi
Setiap akhir bulan biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan
dari rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya ke rekening selisih biaya overhead pabrik.
Rekening Selisih Biaya Overhead pabrik dicantumkan dalam neraca sebagai beban yang
ditangguhkan (deferred charges) atau deferred credits. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa
selisih biaya overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu akan diimbangi dengan selisih
biaya overhead pabrik pada bulan berikutnya.

Pada Gambar di bawah ini memperlihatkan pemindahan selisih biaya overhead pabrik
dari rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya ke rekening selisih biaya overhead pabrik

Gambar Pemindahan Selisih Biaya Overhead Pabrik ke Rekening Selisih Biaya

Perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada
penyebab terjadinya selisih tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam
penghitungan tarif biaya overhead pabrik, atau keadaan-keadaan yang tidak berhubungan dengan
efisiensi operasi seperti karena perubahan harga bahan penolong dan tarif upah tenaga kerja tidak
langsung maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Produk dalam
Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Sebagai akibatnya, harga pokok
produksi yang semula berisi biaya overhead pabrik yang diperhitungkan berdasarkan taksiran
dan disesuaikan menjadi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau
kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus
diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Tidak ada
alasan yang kuat untuk menaikkan harga pokok persediaan hanya karena ketidak-efisienan atau
adanya kapasitas yang tidak terpakai.
Metode perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik ini seringkali digunakan tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya selisih itu sendiri dengan alasan sebagai berikut:
 Manajemen tidak pernah mencoba menentukan penyebab terjadinya selisih biaya
overhead pabrik
 Jumlah selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening-rekening
yang akan dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
 Saldo rekening-rekening Barang Dalam Proses dan Persediaan Produk Jadi biasanya
relatif kecil bila dibandingkan dengan Harga Pokok Penjualan.
Penyajian selisih biaya overhead dalam laporan rugi-laba diilustrasikan pada contoh sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai