Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Tarif Overhead Departemen Dan Perhitungan Biaya


Produk

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN


DISUSUN OLEH :

KHANSA GUSDIE ZAHRA P 1714190039


RISMA PUSPA LESTARI 1714190035

SI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Tarif Overhead Departemen
Dan Perhitungan Biaya Produk”.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah seminar akuntansi
manajemen Kami berharap dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan ilmu pengetahuan kepada pembaca dan berbagai pihak yang membutuhkan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, kritik ataupun masukan yang membangun demi kesempurnaan pembuatan
makalah ini untuk masa yang akan datang dan lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.

BAB I
PEMBAHASAN
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
A. PENGERTIAN

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga pokok proses)

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga pokok
pesanan)

Anggaran biaya overhead pabrik adalah suatu perencanaan yang terperinci mengenai biaya –
biaya tidak langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan proses produksi selama periode yang
akan dating ,meliputi jenis biaya, waktu,serta tempat (departemen) dimana biaya itu terjadi.

B. TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

1. Mengetahui penggunaan biaya secara lebih efisien

2. Menentukan harga pokok produk secara lebih cepat

3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat (departemen) dimana
biaya dibebankan

4. Sebagai alat pengawasan biaya overhead pabrik

C. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

1. Menurut sifatnya

a. Biaya bahan penolong

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan

c. Biaya tenaga kerja tidak langsung

d. Biayayang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap


e. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

2. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

a. Biaya overhead pabrik tetap

b. Biaya overhead pabrik variabel

c. Biaya overhead pabrik semi variabel

3. Menurut hubungannya dengan departemen

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen

Yaitu BOP yang terjadi dalam departementertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut.Contoh : biaya gaji mandor dalam departemen produksi,biaya depresiasi mesin ,biaya bahan
penolong.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

Yaitu BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh : biaya
depresiasi,pemeliharaan ,asuransi gedung pabrik dimana pabrik digunakan oleh beberapa
departemen produksi.

D. PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan , biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Alasan pembebanan biaya overhead pabrik
kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut :

1. Pembebanan BOP atas dasar biaya sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-
rubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke bulan yang lain.
Hal ini akan berakibat pada penyajian harga pokok persediaan dalam neraca dan besar kecilnya laba
atau rugi yang disajikan dalam laporan R/L. Apabila BOP yang sesungguhnya terjadi dibebankan
kepada produk,maka harga pokok produksi per satuan akan berfluktuasi karena :

a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan

b. Perubahan tingkat efisiensi produksi

c. Adanya BOP yang terjadi secara sporadic,menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun

d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan metode harga pokok
pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan
selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat diketahui jumlahnya
pada akhir setiap bulan,dan akhir tahun. Contoh : bila perusahaan memakai listrik dari PLN ,tagihan
baru dapat diketahui pada akhir bulan.

Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik

a) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

b) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk

c) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

3. Menyusun anggaran BOP

Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiata (kapasitas) yang akan dipakai
sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran BOP :

a) Kapasitas teoritis

Adalah kapaitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh
tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.

b) Kapasitas normal

Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.

c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan

Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkiraan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan dating

Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada pabrik

Ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk diantaranya adalah :

a. Satuan produk

b. Biaya bahan baku

c. Biaya tenaga kerja langsung


d. Jam tenaga kerja langsung

e. Jam mesin

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah :

a. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen
produksi

b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubugan
sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

Berikut ini uraian beberapa dasar pembebanan BOP kepada produk :

a. Satuan produk

Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Taksiran BOP : Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan = Tarif BOP per satuan

Contoh :

Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000,-

Taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan selama 1 tahun anggaran tersebut 4.000 unit

Taksiran BOP sebesar : Rp. 2.000.000,- : Rp. 4.000,- = Rp. 500/unit produk

b. Biaya bahan baku

Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan baku )
maka dasar yang dipakai untuk membebankan kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai
dengan rumus :

(Taksiran BOP dari biaya bahan : Taksiran biaya bahan baku yang dipakai ) X 100% = Tarif
BOP dari biaya bahan baku yang dipakai

c. Biaya tenaga kerja

Jika sebagian elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja
langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan),
maka dasar yang dipakai untuk membebankan BOP kepada produk adalah biaya tenaga kerja
langsung dengan rumus :

(Taksiran BOP dari biaya tenaga kerja : Taksiran biaya tenaga kerja langsung) X 100% =
tariff BOPdari biaya tenaga kerja langsung
d. Jam tenaga kerja langsung

Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja ( jumlah upah adalah
hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah ) maka disamping BOP dibebankan atas dasar upah
tenaga kerja langsung ,dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung ,dengan rumus :

Taksiran BOP setahun : Taksiran jam tenaga kerja langsung = Tarif BOP per jam TKL

e. Jam mesin

Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang
dipakai untuk menjalankan mesin ),maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam
mesin :

Taksiran BOP setahun : Taksiran jam mesin = Tarif BOP per jam TKL

Menghitung tarif biaya overhead pabrik :

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan : taksiran dasar pembebanan = Tarif biaya
overhead pabrik

Contoh :

PT ABC

Anggaran BOP untuk tahun 2012

Atas dasar kapasitas normal 80.000 jam mesin


No Jenis Biaya Tetap / Jumlah
Rekening Variabel
5101 Biaya bahan penolong V Rp. 1.050.000,-
5102 Biaya listrik V Rp. 1.500.000,-
5103 Biaya bahan bakar V Rp. 1.000.000,-
5104 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.500.000,-

T Rp. 2.000.000,-
5105 Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.500.000,-
5106 Biaya reparasi dan pemeliharaan V Rp. 750.000,-
T Rp. 500.000,-
5107 Biaya asuransi gedung T Rp. 600.000,-
5108 Biaya depresiasi T Rp. 800.000,-
V Rp. 5.800.000,-
Jumlah
T Rp.5.400.000,-
Jumlah Total Rp. 11.200.000,-

Perhitungan tarif BOP :

Tarif BOP variabel : Rp. 5.800.000,- : 80.000 jam = Rp. 72,50 per jam mesin

Tarif BOP tetap : Rp. 5.400.000,- : 80.000 jam = Rp. 67,50 per jam mesin

Tarif BOP total : Rp. 72,50 + Rp. 67,50 = Rp. 140,00 per jam mesin

E. PEMBEBANAN BOP KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF

Tarif BOP yang telah ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan BOP kepada
produk yang diproduksi

· Jika perusahaan menggunakan metode fill costing didalam penentuan harga pokok produksinya
,produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik
variabel dan tarif BOP tetap.

· Jika perusahaan menggunakan metode variabel costing didalam penentuan harga pokok
produksinya ,produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya
overhead pabrik variabel .

Dalam merode variabel costing,BOP tetap tidak diperhitungka sebagai unsure biaya
produksi,sehingga tidak diperhitungkan sebagai unsur harga pokok persediaan produk jadi maupun
persediaan produk dalam proses.Biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan sebagai biaya periode
dan langsung digunakan untuk mengurangi pendapatan penjualan dalam periode yang bersangkutan.

F. PENGUMPULAN BIAYA OVERHEAD PABRIK SESUNGGUHNYA

Contoh BOP yang sesungguhnya terjadi

PT ABC
Anggaran BOP untuk tahun 2012

Atas dasar kapasitas normal 75.000 jam mesin


No Jenis Biaya Tetap / Jumlah
Rekening Variabel
5101 Biaya bahan penolong V Rp. 1.050.000,-
5102 Biaya listrik V Rp. 1.450.000,-
5103 Biaya bahan bakar V Rp. 750.000,-
5104 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.500.000,-
T Rp. 2.000.000,-
5105 Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.500.000,-
5106 Biaya reparasi dan pemeliharaan V Rp. 500.000,-

T Rp. 500.000,-
5107 Biaya asuransi gedung T Rp. 600.000,-
5108 Biaya depresiasi T Rp. 800.000,-
V Rp. 5.300.000,-
Jumlah
T Rp.5.400.000,-
Jumlah Total Rp. 10.700.000,-

Pengumpulan BOP sesungguhnya dalam metode full costing

Berkaitan dengan soal diatas,maka jurnal yang dibuat untuk mencatat BOP yang sesungguhnya
terjadi sebagai berikut :

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Persediaan bahan penolong Rp. 1.100.000,-

Persediaan bahan bakar Rp. 750.000,-

Gaji dan upah Rp. 5.000.000,-

Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000,-


Persekot asuransi gedung Rp. 600.000,-

Akumulasi depresiasi mesin Rp. 800.000,-

Kas Rp. 1.450.000,-

Perhitungan dan analisis BOP dengan metode full costing :

Pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan selisih BOP yang dibebankan kepada produk
sebagai berikut :

BOP yang dibebankan kepada produk Rp. 10.500.000,-

BOP yang sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Selisih BOP Rp. 200.000,-

Untuk mencatat selisih BOP tersebut ,perlu dibuat jurnal sebagai berikut :

a. Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya

BOP yang dibebankan Rp. 10.500.000,-

BOP sesungguhnya Rp. 10.500.000,-

b. Jurnal untuk selisih BOP

Selisih BOP Rp. 200.000,-

BOP sesungguhnya Rp. 200.000,-

Pengumpulan BOP sesungguhnya dalam metode variabel costing

Karena dalam metode variabel costing BOP tetap sesungguhnya dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya ,tidak diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi maka BOP sesungguhnya
yang telah dicataat dalam rekening BOP sesungguhnya kemudian dipecah menjadi 2 kelompok
biaya : BOP variabel sesungguhnya dan BOP tetap sesungguhnya

Jurnal :

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Persediaan bahan penolong Rp. 1.100.000,-

Persediaan bahan bakar Rp. 750.000,-


Gaji dan upah Rp. 3.500.000,-

Persediaan suku cadang Rp. 500.000,-

Persekot asuransi gedung Rp. 600.000,-

Akumulasi depresiasi mesin Rp. 800.000,-

Kas Rp. 3.450.000,-

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pemisahan BOP yang sesungguhnya terjadi menurut perilakunya
:

BOP variabel sesungguhnya Rp. 5.300.000,-

BOP tetap sesungguhnya Rp. 5.400.000,-

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Perhitungan dan analisis selisih BOP dengan metode variabel costing

BOP variabel yang dibebankan kepada produk Rp. 5.437.500,-

BOP variabel yang sesungguhnya Rp. 5.300.000,-

Selisih BOP variabel Rp. 137.500,-

Untuk mencatat selisih BOP tersebut perlu dibuat dua jurnal sebagai berikut :

a. Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP variabel sesungguhnya

BOP variabel yang dibebankan Rp. 5.437.500,-

BOP variabel sesungguhnya Rp. 5.437.500,-

b. Jurnal untuk selisih BOP

Selisih BOP variabel Rp. 137.500,-

BOP variabel sesungguhnya Rp. 137.500,-

Selisih BOP variabel Rp. 137.500,- dan jumlah ini disebut selisih pengeluaran variabel.Karena
metode variabel costing tidak membebankan BOP tetap kepada produk,maka tidak ada selisih yang
dihitung yang bersangkutan dengan kapasitas.
G. PENYUSUNAN ANGGARAN BOP PER DEPARTEMEN

1. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun
anggaran

2. Penaksiran BOP tak langsung departemen

Biaya tak langsung departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas dasar distribusi
tertentu,yaitu :

Biaya tak langsung departemen Dasar distribusi


a) Biaya depresiasi gedung Meter persegi luas lantai

b) Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung Meter persegi luas lantai


c) Gaji pengawas departemen Jumlah karyawan
d) Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku

3. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya

4. Penjumlahan BOP per departemen

H. ALOKASI BOP DEPARTEMEN PEMBANTU KE DEPARTEMEN PRODUKSI

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari
cara berikut :

1. Metode alokasi langsung

BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang


menikmatinya.Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen
pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen pembantu yang
memakai jasa departemen pembantu yang lain.
2. Metode alokasi bertahap

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai
oleh departemen produksi saja,tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain. Contoh :
departemen pembangkit listrik memberikan jasa berupa listrik kepada departemen bengkel.

Sebaliknya departemen pembangkit tenaga listrik menerima jasa reparasi dan pemeliharaan dari
departemen bengkel. Baik departemen bengkel dan pembangkit tenaga listrik,keduanya adalah
departemen pembantu. Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2 kelompok metode :

a. Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbale balik antar departemen
pembantu,yang termasuk dalam kelompok metode ini : metode alokasi kontinyu dan metode aljabar

b. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbale balik antar departemen
pembantu.Metode alokasi yang termasuk dala kelompok ini adalah metode urutan lokasi yang
diatur .

I. CONTOH PERHITUNGAN TARIF PEMBEBANAN BOP PER DEPARTEMEN

PT Salsa mengolah produknya melalui dua departemen poduksi : departemen A dan departemen B
,dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu : departemen X,departemen Y dan departemen Z.
Anggaran BOP per departemen untuk tahun 2012 sebagai berikut :

Dept.Produksi Dept.Pembantu
Jenis BOP
Jml A B X Y Z
BOP Langsung departemen 1.450 550 750 50 75 25
-Biaya bahan penolong 1.000 - - - 1.000 -
-Biaya bahan Bakar 2.000 750 800 200 150 100
-Biaya tenaga kerja tak langsung
1.375 400 500 300 100 75
-Biaya kesejahteraan karyawan
Jumlah BOP langsung departemen 5.825 1.700 2.050 550 1.325 200
BOP tak langsung departemen

-Biaya depresiasi gedung 400 100 120 76 40 64


-Biaya asuransi gedung 500 125 150 95 50 80
Jumlah BOP tak langsung dept. 900 225 270 171 90 144
Jumlah BOP 6.725 1.925 2.320 721 1.415 344

Dasar distribusi BOP

Luas lantai Proporsi luas lantai ((b) :


Dept. yang menikmati manfaat biaya
(m2) 8.000) x 100%
(a) (b) ©
Departemen A 2.000 25%

Departemen B 2.400 30%


Departemen X 1.520 19%
Departemen Y 800 10%
Departemen Z 1.280 16%
Jumlah 8.000 100%

PT. Salsa

Taksiran jasa departemen-departemen pembantu yang dipakai oleh

Departemen Produksi

Departemen pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B


Departemen X 75 % 25%
Departemen Y 45 % 55%
Departemen Z 60 % 40%

PT.Salsa

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi


(dalam ribuan rupiah)

Dept.Produksi Dept.Pembantu
Keterangan
A B X Y Z
Jumlah BOP langsung dan tak 1.925 2.320 721 1.415 344
langsung departemen
Alokasi BOP Departemen X 206,4 137,6 - - (344)
Alokasi BOP Departemen Y 636,75 778,25 - (1.415) -
Alokasi BOP Departemen Z 540,75 180,25 (721) - -
Jumlah alokasi BOP dari departemen 1.383,9 1.096,1 0 0 0
pembantu

Jumlah biaya departemen ,produksi 3.308,9 3.416,1 0 0 0


setelah menerima alokasi biaya dari
departemen pembantu
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga pokok
proses). Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang disebut biaya
overhead pabrik. Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk mengendalikan biaya
dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian BOP dapat lebih mudah dilakukan
dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan
memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang terjadi dalam depaartemen tertentu. Dengan
digunakannya tarif-tarif BOP yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk
yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP. Sesuai dengan departemen
bersangkutan.
Nama : Risma Puspa Lestari

Nim : 1714190035

Mata kuliah : Seminar Manajemen Akuntansi

7–8 Pengalokasian Biaya Departemen Pendukung dengan


Menggunakan Metode Langsung
Schroeder Company memproduksi suatu produk dalam sebuah pabrik
yang memiliki dua departemen Produksi (Pemotongan dan Penjahitan)
dan dua Departemen Pendukung (S1 dan S2). Penggerak bagi aktivitas S1
adalah jumlah karyawan dan penggerak aktivitas bagi S2 adalah jumlah
jam pemeliharaan. Data berikut menyangkuta Schroeder Company.

Departemen
Departemen Produksi
Pendukung
S1 S2 Pemotongan Penjahitan
Biaya langsung $200.000 $140.000 $122.000 $90.500
Aktivitas
normal :
Jumlah
karyawan - 50 120 80

Jam
1.200 - 15.000 5.000
pemeliharaan
Diminta
1. Hitunglah rasio alokasi yang akan digunakan di bawah metode
langsung untuk Departemen S1 dan S2 (Tiap Dpertemen Pendukung
akan memiliki dua rasio alokasi satu untuk pemotongan dan lainnya
untuk penjahitan).
2. Alokasikan biaya Departemen pendukung ke Departemen Produksi
dengan menggunakan metode langsung!
Jawaban
1. Allocation ratios for S1 based on number of
employees: Cutting = 120/(120 + 80) = 0.60
Sewing = 80/(120 + 80) = 0.40
Allocation ratios for S2 based on number of maintenance hours:

Cuttin = 15,000/(15,000 + 5,000) = 0.75


g = 5,000/(15,000 + 5,000) = 0.25
Sewin
g
2. Support Departments Producing
Departments
S1 S2 Cutting Sewing
Direct costs $200,000 $ 140,000 $ 122,000 $
90,500
Allocate:
S1 (200,000) — 120,000
80,00
0
S2 — (140,000) 105,000 35,000
Total $ 0 $ 0 $ 347,000 $ 205,500

7–9 Pengalokasian Baiaya Departemen Pendukung ke Departemen


Produksi dengan Menggunaka Metode Berurutan (TB3)
Berkaitan dengan Latihan 7-8. Dengan menggunakan metode berurutan,
biaya Departemen S1 dialokasikan terlebih dahulu.
Diminta
1. Hitunglah rasio alokasi dngan menggunakan metode berurutan bagi
S1 dan S2! Buatlah perhitungan Anda sehingga menjadi dua digit!
(S1 akan memiliki tiga rasio alokasi yang tiap rasionya untuk S2,
Pemotongan, dan Penjahitan. S2 akan memiliki dua rasio yang satu
rasionya untuk tiap Departemen Produksi)
2. Alokasikan biaya Departemen Pendukung ke Departemen Produksi
dengan menggunakan metode berurutan.

Jawaban
1. Allocation ratios for S1 based on number of
employees: S2 = 50/(50 + 120 + 80) = 0.20
Cutting = 120/(50 + 120 + 80) = 0.48
Sewing = 80/(50 + 120 + 80) = 0.32
Allocation ratios for S2 based on number of maintenance
hours: Cutting = 15,000/(15,000 + 5,000) = 0.75
Sewing = 5,000/(15,000 + 5,000) = 0.25
2. Alokasi biaya Departemen Pendukung

Departemen Departemen Produksi


Pendukung
S1 S2 Pemotongan Penjahitan
Biaya $ 90.500
$200.000 $140.000 $122.000
langsung
Alokasi biaya
:
S1 64.000
40.000 96.000
(200.000)
S2 45.000
- 135.000
(180.000)
Total $ 0 $ 0 $353.000 $199.500

7 – 10 Pengalokasian Biaya Departemen Pendukung dengan


Menggunakan Metode Timbal Balik (TB3)

Berkaitan dengan Latihan 7-8.


Diminta
1. Hitunglah rasio alokasi yang dingunakan di bawah metode timbal
balik untuk S1 dan S2! Buatlah perhitungan Anda hingga menjadi
empat digit! (S1 akan memiliki tiga rasio alokasi yang tiap
rasionya untuk S2, Pemotongan, dan Penjahitan. S2 akan memiliki
tiga rasio alokasi yang tiap rasionya untuk S1, Pemotongan, dan
Penjahitan).
2. Buatlah persamaan biaya untk tiap Departemen Pendukung dan
selesaikan persamaan untuk biaya total Departemen Pendukung!
3. Berdasarkan pada perhitungan dalam Permintaan 1, alokasikan
biaya Departemen Pendukung ke Departemen Produksi dengan
menggunakan metode timbal balik!

Jawaban
1. Rasio alokasi
Proportion of Output Used by Department
S1 S2 Cutting Sewing
Alocation
ratio :
S1 - 0.2000 0.4800 0.3200
S2 0.0566 - 0.7075 0.2358

2. S1 = Direct costs + Share of S2 costs


S1 = $200,000 + 0.0566(S2)
S2 = Direct costs + Share of S1 costs
S2 = $140,000 + 0.200(S1)
S2 = $140,000 + 0.200 [$200,000 + 0.0566(S2)]
S2 = $140,000 + $40,000 + 0.0113(S2)
0.9887S2 = $180,000 S2 = $182,057

Substituting $180,057 for S2 into the S1 equation yields total S1


cost:
S1 = $200,000 + 0.0566($182,057)
= $200,000 + $10,304 = $210,304
3. Support Departments Producing Departments
S1 S2 Cutting Sewing
Direct costs $200,000 $140,000 $122,000 $ 90,500
Allocated from:
S1 (210,304) 42,061 100,946 67,297
S2 10,304 (182,057) 128,805 42,929
Total $ 0 $ (6)* $351,751 $200,726
*Difference due to rounding.

Anda mungkin juga menyukai