Anda di halaman 1dari 17

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Apa itu Biaya overhead pabrik (BOP)? Biaya overhead pabrik (BOP) atau biaya
produksi tidak langsung adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
Dalam perhitungan harga pokok, biaya overhead pabrik yang terjadi sangat sulit
untuk secara langsung dibebankan kepada produk.
Sehingga BOP yang dibebankan kepada produk biasanya atas dasar tarif biaya
overhead pabrik tunggal atau tarif biaya overhead pabrik departemen. Untuk lebih
jelasnya berikut merupakan penjelasannya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Biaya overhead pabrik atau BOP
adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya tersebut antara lain biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung,
penyusutan aktiva tetap pabrik, biaya sewa gedung pabrik, biaya listrik pabrik,
biaya pemeliharaan, penyusutan mesin pabrik, dan lain sebagainya.

Jenis – Jenis Biaya Overhead Pabrik (BOP)


Dari pengertian biaya overhead pabrik yang sudah dijelaskan sebelumnya biaya
overhead pabrik terdiri sebagai berikut.
1. Berdasarkan Sifatnya
• Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang dipakai untuk membantu
penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil, sehingga biaya tersebut
digolongkan ke dalam biaya produksi tidak langsung.
Misalnya seperti lem atau perekat pada perusahaan percetakan, pernis, dan paku
pada perusahaan mebel.
• Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang diberikan kepada
pekerja atau karyawan yang tidak menangani secara langsung dalam proses
produksi. Misalnya seperti gaji direksi produksi, gaji karyawan pada departemen
pembantu, dan upah mandor.
• Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Pabrik
Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik adalah biaya penyusutan terhadap aktiva atau
asset tetap yang dipakai di pabrik untuk penyelesaian produk, baik secara langsung
atau pun tidak langsung. Misalnya seperti penyusutan mesin pabrik, penyusutan
gedung pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, dan penyusutan barang inventaris
lainnya.
• Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya dikeluarkan untuk perbaikan dan
perawatan mesin dan juga peralatan pabrik.
• Biaya Asuransi Pabrik
Biaya asuransi pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membagi resiko yang
mungkin akan terjadi dalam proses produksi di pabrik. Misalnya seperti asuransi
gedung pabrik, asuransi tenaga kerja pabrik, dan lain sebagainya.
• Biaya Jasa Kepada Pihak Lain
Biaya jasa kepada pihak lain adalah biaya yang muncul atau ditimbulkan karena
penggunaan jasa kepada pihak lain guna penyelesaian dan juga kelancaran proses
produksi. Misalnya seperti biaya reparasi mesin pabrik, biaya listrik dan air untuk
pabrik, dan lain sebagainya.
• Biaya-biaya lain yang Sifatnya Tidak Langsung
Adalah biaya yang berkaitan dengan proses produksi yaitu biaya yang dikeluarkan
pada departemen pembantu. Misalnya seperti gaji mandor bagian gudang bahan
baku dan cadangan pembangkit listrik (disel).
2. Berdasarkan Perilaku Terhadap Produksi
• BOP Variabel
Adalah biaya overhead pabrik yang bertambah dan juga berkurang sebanding
dengan perubahan volume produksi. Sehingga BOP per unit akan selalu sama atau
tetap, meskipun terdapat perubahan pada volume produksi. Misalnya seperti biaya
bahan penolong.
• BOP Tetap
Adalah biaya yang jumlahnya tatap atau sama dan pada batas-batas tertentu tidak
akan terpengaruh oleh perubahan volume produksi.
Sehingga jumlahnya akan selalu tetap meskipun volume produksi mengalami
perubahan, sebaliknya BOP per unit akan selalu berubah, berbanding terbalik
dengan perubahan volume produksi.
Misalnya seperti biaya penyusutan mesin pabrik, penyusutan gedung pabrik, dan
lain sebagainya.
• BOP Semi Variabel
Adalah biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional dengan
perubahan jumlah produksi. Biaya ini mengandung unsur variabel dan tetap.
Misalnya seperti biaya mandor bagian produksi, biaya listrik, dan lain sebagainya.
3. Berdasarkan Hubungan dengan Departemen
• BOP Langsung Departemen
Adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan
manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tertentu. Misalnya BOP yang ada di
departemen perakitan adalah BOP langsung yang ada di departemen perakitan.
• BOP Tidak Langsung Departemen
Adalah biaya overhead pabrik manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Misalnya seperti beban penyusutan gedung pabrik yang
didistribusikan ke departemen produksi.

Tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP)


Dalam menetapkan besarnya BOP yang dibebankan pada produk suatu perusahaan
didasarkan pada tariff yang sudah ditentukan di awal. Besar biaya overhead pabrik
tidak berdasarkan BOP yang sesungguhnya terjadi.
Penentuan tarif tersebut didasarkan pada beberapa sifat dari biaya overhead pabrik.
Penentuan sifat tersebut adalah sebagai berikut.
• Terdapat BOP yang terjadinya tidak menentu atau tidak merata pada setiap
bulannya.
Sehingga jika didasarkan pada biaya yang sesungguhnya terjadi akan
mengakibatkan harga produksi menjadi lebih besar ketika terjadi pengeluaran.
BOP serta harga pokok produk akan rendah ketika tidak terjadi pengeluaran biaya
overhead pabrik. Misalnya seperti biaya reparasi mesin atau perbaikan peralatan
pabrik.
• Terdapat BOP yang bersifat tetap.
Sehingga jika didasarkan pada biaya yang sesungguhnya terjadi akan berakibat
pembebanan BOP yang mana biaya per unit akan berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi setiap periode.
Maka ketika volume produksi rendah biaya overhead pabrik per unit akan lebih
besar dan sebaliknya.
• Terdapat BOP yang jumlahnya baru diketahui ketika waktu-waktu tertentu.
Sehingga perubahan BOP pada produk tertentu sudah selesai akibatnya harga
pokok produksi yang selesai pada pertengahan bulan tidak dibebani BOP yang
belum diketahui jumlahnya. Misalnya biaya listrik pabrik.
Berdasarkan sifat-sifat tersebutlah kenapa BOP ditentukan berdasarkan tarif bukan
pada biaya yang sesungguhnya terjadi.

Langkah – Langkah Menentukan BOP dengan


Tarif Tunggal
Untuk bisa menentukan besarnya tariff biaya overhead pabrik yang dibebankan
pada produk perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini.
1. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Dalam melakukan penyusunan anggaran BOP harus diperhatikan tingkat produksi
atau kapasitas yang dipakai sebagai dasar penaksiran jumlah anggaran BOP.
Kapasitas tersebut adalah sebagai berikut.
Kapasitas Teoritis (Kapasitas Ideal), adalah kapasitas maksimal yang bisa
dihasilkan oleh suatu departemen atau pabrik dalam kondisi yang sempurna tanpa
adanya hambatan baik itu dari internal atau dari eksternal perusahaan.
Kapasitas Praktis (Kapasitas Realistis), adalah kapasitas yang bisa dicapai oleh
departemen setelah diperhitungkan adanya berbagai hambatan yang tidak bisa
dihindarkan dari internal perusahaan. Misalnya seperti kerusakan, kehabisan
bensin, dan lain sebagainya.
Kapasitas Normal (Kapasitas Jangka Panjang), adalah kapasitas yang bisa
dicapai oleh departemen atau pabrik setelah dikurangi dengan berbagai hambatan
yang terjadi pada internal perusahaan untuk jangka panjang.
Kapasitas Jangka Pendek, adalah kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Oleh
karena itu, kapasitas jangka pendek adalah kapasitas yang diprediksi-kan bisa
dicapai oleh departemen pada tahun yang akan datang selama 1 tahun.
Dalam praktiknya, perusahaan kebanyakan menggunakan kapasitas normal dan
kapasitas sesungguhnya diharapkan.
2. Menentukan Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada
Produk
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya bahwa langka awal dalam penentuan
tariff BOP adalah menyusun anggaran BOP. Sedangkan dasar penyusunan
anggaran BOP adalah kapasitas normal atau kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan.
Maka dasar yang dipakai untuk pembebanan BOP pada produksi adalah satuan
produksi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja
langsung, dan jam mesin.
3. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam menghitung tariff BOP yang sudah ditetapkan atau ditentukan, tariff BOP
bisa dihitung sesuai dengan dasar pembebanan masing-masing, yaitu sebagai
berikut.
• Atas dasar satuan produk
Untuk dapat menentukan tarif BOP atas dasar satuan produk maka bisa dihitung
dengan cara membagi taksiran biaya overhead pabrik dengan jumlah satuan yang
dihasilkan dan hasilnya adalah tarif BOP per unit produksi. Apabila dirumuskan
adalah sebagai berikut:

Rumusan BOP yang dibebankan pada produk:

Contoh:
Taksiran BOP pada suatu periode adalah Rp.7.500.000 dan taksiran produk yang
dihasilkan pada periode yang bersangkutan adalah 15.000 unit. Hitunglah besarnya
tariff BOP per unit dan BOP yang dibebankan pada produk, jika produk yang
dihasilkan pada periode yang bersangkutan adalah 12.000 unit.
Jawab:

Rp.7.500.000 / Rp.500
Tarif BOP per unit =
15.000 =

BOP yang dibebankan pada produk Rp.6.000.000


12.000 x Rp.500 =
adalah =

• Atas dasar biaya bahan baku


Untuk dapat menentukan tariff BOP atas dasar biaya bahan baku bisa dihitung
dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran biaya bahan baku yang
dinyatakan dengan persentase. Dan hasilnya adalah tariff BOP dalam % dari biaya
bahan baku.

Berdasarkan BOP yang dibebankan pada produk adalah % BOP dari bahan yang
dikeluarkan pada periode yang bersangkutan.
Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu adalah Rp.2.500.000 dan taksiran biaya bahan
baku yang dipakai pada periode yang bersangkutan adalah Rp.2.000.000.
Hitunglah % tarif BOP dari bahan dan hutang juga besarnya BOP yang dibebankan
pada suatu produk jika menurut catatan biaya bahan yang dikeluarkan untuk produk
tertentu adalah Rp.150.000.
Jawab:

Rp.2.500.000 / 1,25%
Tarif BOP dari bahan =
Rp.2.000.000 x 100% =
BOP yang dibebankan pada Rp.187.500
1,25% x Rp.150.000 =
produk adalah =

• Atas dasar biaya tenaga kerja langsung


Jika tarif BOP didasarkan pada biaya tenaga kerja langsung maka tariff tersebut
dihitung dengan cara membagi taksiran biaya overhead pabrik dengan taksiran
biaya tenaga kerja langsung yang dinyatakan dalam persentase dengan rumus.
Rumus persentase tariff BOP yang dibebankan pada produk:
Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu adalah Rp.1.000.000 dan taksiran biaya tenaga
kerja langsung sebesar Rp.1.250.000. Hitunglah % tariff BOP dari biaya tenaga
kerja langsung dan hitunglah besarnya BOP yang dibebankan pada suatu produk
jika biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk produk yang bersangkutan
adalah Rp.400.000.
Jawab:

Rp.1.000.000 / 80%
Tarif BOP dari BTKL =
Rp.1.250.000 x 100% =

BOP yang dibebankan pada Rp.320.000


80% x Rp.400.000 =
produk adalah =

• Atas dasar jam tenaga kerja langsung


Jika tariff BOP ini didasarkan pada jam tenaga kerja langsung, maka tariff tersebut
bisa dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam kerja
langsung. Untuk dapat menghitung tariff BOP berdasarkan jam tenaga kerja
langsung dapat digunakan rumus sebagai berikut.
BOP yang dibebankan pada produk:
Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu Rp.1.000.000 dan taksiran jam tenaga kerja
langsung yang bisa dicapai pada periode yang bersangkutan adalah 2.500 jam.
Hitunglah besarnya tariff BOP per jam tenaga kerja langsung dan hitunglah
besarnya BOP yang dibebankan pada suatu produk jika jam tenaga kerja langsung
yang bisa dicapai pada periode yang bersangkutan adalah 2.000 jam.
Jawab:

Tarif BOP tiap jam tenaga kerja Rp.1.000.000 / 2.500 Rp.400


langsung = =

BOP yang dibebankan pada produk Rp.800.000


2.000 x Rp.400 =
adalah =

• Atas dasar jam mesin


Jika tariff BOP didasarkan pada jam mesin, maka tariff BOP bisa dihitung dengan
membagi taksiran BOP dengan taksiran jam mesin. Berikut merupakan rumus yang
digunakan.
Rumus BOP yang dibebankan pada produk:
Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu Rp.1.000.000 dan taksiran kan mesin yang bisa
dicapai adalah 4.000 jam. Hitunglah tarif BOP per jam mesin dan hitunglah BOP
yang dibebankan pada periode yang bersangkutan jika jam mesin yang bisa dicapai
adalah 3.000 jam.
Jawab:

Rp.1.000.000 / 4.000 Rp.250


Tarif BOP tiap jam mesin =
=

BOP yang dibebankan pada produk Rp.750.000


3.000 x Rp.250 =
adalah =

Baca Juga: Biaya Tenaga Kerja

Tarif Menghitung Selisih Biaya Overhead Pabrik


Untuk dapat menghitung analisa selisih BOP baik selisih anggaran atau selisih
kapasitas penentuan tarif BOP sering dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai
berikut.
1. Tarif Total
Tarif total adalah suatu tarif BOP secara keseluruhan baik itu BOP variabel atau
BOP tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai
berikut.
2. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif BOP yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai berikut.
3. Tarif Variabel
Tarif variabel adalah tarif BOP yang berubah sebanding dengan berubah nya
volume produksi. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai
berikut.
Contoh:
Perusahaan Solali bergerak di bidang industri pakaian menetapkan tarif BOP atas
dasar jam tenaga kerja langsung. Hitunglah besarnya tarif BOP tetap dan tarif BOP
variabel apabila diketahui.
Anggaran BOP tetap = Rp.2.000.000
Anggaran BOP variabel = Rp.3.000.000
Jumlah jam kerja langsung = 10.000 jam
Jawab

Tarif BOP tetap = Rp.2.000.000 / 10.000 = Rp.200

Tarif BOP variabel = Rp.3.000.000 / 10.000 = Rp.300

Tarif BOP total = Rp.200 + Rp.300 = Rp.500


atau
(Rp.2.000.000 + Rp.3.000.000) / 10.000 =

Selisih Biaya Overhead Pabrik


Sebagaimana sudah disebutkan di awal artikel ini bahwa biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk atas dasar tarif yang ditetapkan di muka. Jumlah
pembebanan ini sering tidak sama dengan BOP sesungguhnya yang terjadi, maka
akan menimbulkan selisih BOP.
BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan, maka akan
menimbulkan selisih rugi yang dicatat pada rekening BOP kurang dibebankan.
Dan sebaliknya jika BOP sesungguhnya terjadi lebih kecil dari BOP yang
dibebankan, maka kan menimbulkan selisih yang menguntungkan yang dicatat
dalam rekening atau akun BOP lebih dibebankan.
Untuk selanjutnya selisih biaya overhead pabrik tersebut bisa diperlakukan sebagai
laba/rugi atau dibebankan ke dalam harga pokok penjualan. Secara umum
pencatatan jurnal BOP yang dibebankan, BOP sesungguhnya, dan selisih BOP
adalah sebagai berikut.
1. Jurnal pembebanan BOP kepada produk

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

Barang dalam proses (BDP) – BOP Rp. $$$

BOP yang dibebankan Rp. $$$

2. Jurnal pengumpulan Bop sesungguhnya

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP sesungguhnya Rp. $$$

Persediaan bahan pembantu Rp. $$$

Biaya tenaga kerja langsung Rp. $$$

Penyusutan gedung pabrik Rp. $$$

Penyusutan mesin pabrik Rp. $$$

Atau jika BOP tidak disebutkan secara rinci bisa di-jurnal sebagai berikut ini.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP Sesungguhnya Rp. $$$

Macam – Macam akun yang harus di kredit Rp. $$$


3. Saat pencatatan selisih BOP
• BOP yang lebih dibebankan

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP dibebankan Rp. $$$

BOP sesungguhnya Rp. $$$

BOP lebih dibebankan Rp. $$$

• BOP kurang dibebankan

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP dibebankan Rp. $$$

BOP kurang dibebankan Rp. $$$

BOP sesungguhnya Rp. $$$

4. Jika selisih BOP dibebankan ke akun laba/rugi


• Jurnal BOP lebih dibebankan

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP lebih dibebankan Rp. $$$

Laba / rugi Rp. $$$

• Jurnal BOP kurang dibebankan

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

Laba / rugi Rp. $$$

BOP kurang dibebankan Rp. $$$

Jika selisih BOP dibebankan ke rekening atau akun HPP (Harga Pokok Penjualan)
• Jurnal BOP lebih dibebankan
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP lebih dibebankan Rp. $$$

Harga pokok penjualan Rp. $$$

• BOP kurang dibebankan

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

Harga pokok penjualan Rp. $$$

BOP kurang dibebankan Rp. $$$

Untuk lebih jelasnya berikut merupakan contohnya.


Suatu perusahaan industry pada periode tertentu mempunyai data sebagai berikut
ini.

Taksiran BOP tetap = Rp.8.100.000

Taksiran BOP variable = Rp.9.900.000

Biaya overhead yang sesungguhnya terjadi = Rp.16.300.000

Jam mesin normal = 45.000 jam

Jam mesin sesungguhnya = 40.000 jam

Buatlah jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat BOP jika tariff BOP berdasarkan
jam mesin
Jawab:
• Jurnal untuk mencatat pembelian BOP.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BDP – BOP Rp.16.000.000

BOP dibebankan Rp.16.000.000

Keterangan:
Tarif BOP = Rp.18.000.000 / 45.000 = Rp.400 / jam mesin

Jam mesin yang sesungguhnya terjadi adalah 40.000 jam

BOP yang dibebankan = 40.000 x Rp.400 = Rp.16.000.000

• Jurnal untuk mengumpulkan BOP sesungguhnya.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP sesungguhnya Rp.16.300.000

Berbagai macam akun yang Rp.16.300.000


dikredit

• Jurnal yang dipakai untuk mencatat selisih BOP dan menutup BOP
dibebankan ke BOP sesungguhnya.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

BOP dibebankan Rp.16.000.000

BOP kurang dibebankan Rp.300.000

BOP sesungguhnya Rp.16.300.000

• Jurnal pembebanan selisih BOP pada laba / rugi.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

Laba / rugi Rp.300.000

BOP kurang dibebankan Rp.300.000

• Jurnal pembebanan selisih BOP pada harga pokok penjualan.

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit

Harga pokok penjualan Rp.300.000

BOP kurang dibebankan Rp.300.000


Baca Juga: Perusahaan Manufaktur

Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik


Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa terjadinya selisih biaya overhead
pabrik (BOP) ini adalah disebabkan karena adanya perbedaan antara BOP yang
dibebankan dengan BOP sesungguhnya.
Selisih BOP tersebut bisa dianalisis dengan menggunakan metode analisis 2 selisih
yaitu selisih anggaran dan selisih kapasitas.
• Selisih anggaran
Selisih anggaran adalah selisih BOP dari perbedaan antara biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya yang sebenarnya dikeluarkan
menurut anggaran. Selisih ini pada umumnya dikarenakan adanya perubahan pada
BOP variable.
Sehingga selisih anggaran bisa dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
BOP sesungguhnya dengan anggaran BOP pada kapasitas yang ditetapkan. Maka
secara umum selisih anggaran bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.

BOP sesungguhnya Rp. $$$

BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya:

BOP tetap (Rp. $$$)

BOP variable (kapasitas sesungguhnya x tarif) (Rp. $$$) +

Jumlah BOP yang dianggarkan = (Rp. $$$) –

Selisih anggaran Rp. $$$

Jika BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dianggarkan pada kapasitas
sesungguhnya, maka akan timbul selisih rugi.
Sebaliknya jika BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dianggarkan pada
kapasitas sesungguhnya, maka akan timbul selisih untung.
• Selisih kapasitas
Selisih kapasitas adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP tetap yang
dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Maka secara
umum selisih kapasitas bisa dihitung dengan rumus berikut ini.

BOP tetap yang dianggarkan Rp. $$$

BOP tetap yang dibebankan pada produk Rp. $$$ –


(kapasitas sesungguhnya x tarif)

Selisih kapasitas Rp. $$$

Jika BOP tetap yang dianggarkan lebih besar dari BOP tetap yang dibebankan pada
produk, maka akan timbul selisih rugi.
Sebaliknya jika BOP tetap yang dianggarkan lebih kecil dari BOP tetap yang
dibebankan pada produk akan timbul selisih untung.
Contoh:
Suatu perusahaan industri pada periode tertentu mempunyai data sebagai berikut.

Anggaran BOP tetap Rp. 6.750.000

Anggaran BOP variabel Rp.11.250.000

BOP sesungguhnya Rp.15.400.000

Jam mesin normal 45.000 jam

Jam mesin sesungguhnya 40.000 jam

Dari data tersebut:


1. Buatlah perhitungan selisih pembebanan BOP
2. Buatlah analisis BOP dengan metode 2 selisih
Jawab:
1. Perhitungan selisih pembebanan BOP

Tarif BOP tetap = Rp.6.750.000 / 45.000 = Rp.150 / jam


mesin
Tarif BOP variabel Rp.11.250.000 / 45.000 = Rp.250 / jam mesin
=

Tarif BOP total = (Rp.6.750.000 + Rp.11.250.000) / 45.000 Rp.400 / jam mesin


=

Selisih pembebanan dapat dihitung dengan menggunakan cara berikut ini.

BOP sesungguhnya Rp.15.400.000

BOP yang dibebankan 40.000 x Rp.400 = (Rp.16.000.000)

Jadi, pembebanan BOP (Laba) Rp.600.000

2. Analisis BOP dengan metode 2 selisih


• Selisih anggaran

BOP sesungguhnya Rp.15.400.000

BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya:

BOP tetap (Rp.6.750.000)

BOP variable (kapasitas sesungguhnya x (Rp.10.000.000)


tarif) +

Jumlah BOP yang dianggarkan = (Rp.16.750.000)


Selisih anggaran (Laba) Rp.1.350.000

• Selisih kapasitas

BOP tetap yang dianggarkan Rp.6.750.000

BOP tetap yang dibebankan pada produk Rp.6.000.000 –


(40.000 x Rp.150)

Selisih kapasitas (Rugi) Rp.750.000

Atas dasar analisa yang dilakukan tersebut maka diperoleh.


Selisih anggaran laba Rp.1.350.000

Selisih anggaran rugi (Rp.750.000) –

Total selisih BOP (laba) Rp.600.000

Anda mungkin juga menyukai