Anda di halaman 1dari 13

BAB 6

BIAYA OVERHEAD PABRIK


A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi atas semua biaya yang dikeluarkan di
departemen pabrik selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

B. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:
1. Penggolongan menurut sifatnya
a. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang dipakai untuk membantu
penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil, sehingga biaya tersebut
digolongkan ke dalam biaya produksi tidak langsung. Misalnya seperti lem atau
perekat pada perusahaan percetakan, pernis, dan paku pada perusahaan mebel.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya dikeluarkan untuk perbaikan
dan perawatan mesin dan juga peralatan pabrik.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang diberikan
kepada pekerja atau karyawan yang tidak menangani secara langsung dalam proses
produksi. Misalnya seperti gaji direksi produksi, gaji karyawan pada departemen
pembantu seperti departemen gudang, pembangkit listrik, uap, dan bengkel, selain
itu upah mandor.
d. Biaya yang timbul sebagai penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya penilaian ini merujuk pada biaya penyusutan aktiva tetap pabrik yaitu
biaya penyusutan terhadap aktiva atau asset tetap yang dipakai di pabrik untuk
penyelesaian produk, baik secara langsung atau pun tidak langsung. Misalnya seperti
penyusutan mesin pabrik, penyusutan gedung pabrik, penyusutan kendaraan pabrik,
dan penyusutan barang inventaris lainnya.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya asuransi pabrik. Biaya
asuransi pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membagi resiko yang mungkin
akan terjadi dalam proses produksi di pabrik. Misalnya seperti asuransi gedung
pabrik, asuransi tenaga kerja pabrik, dan lain sebagainya.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai
Biaya ini berupa pengeluaran biaya jasa kepada pihak lain adalah biaya yang
muncul atau ditimbulkan karena penggunaan jasa kepada pihak lain guna
penyelesaian dan juga kelancaran proses produksi. Misalnya seperti biaya reparasi
mesin pabrik, biaya listrik dan air untuk pabrik, dan lain sebagainya.

2. Penggolongan menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume


kegiatan
a. BOP Tetap
Adalah biaya yang jumlahnya tatap atau sama dan pada batas-batas tertentu
tidak akan terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Sehingga jumlahnya akan
selalu tetap meskipun volume produksi mengalami perubahan, sebaliknya BOP per
unit akan selalu berubah, berbanding terbalik dengan perubahan volume produksi.
Misalnya seperti biaya penyusutan mesin pabrik, penyusutan gedung pabrik, dan lain
sebagainya.
b. BOP Variabel
Adalah biaya overhead pabrik yang bertambah dan juga berkurang sebanding
dengan perubahan volume produksi. Sehingga BOP per unit akan selalu sama atau
tetap, meskipun terdapat perubahan pada volume produksi. Misalnya seperti biaya
bahan penolong.
c. BOP Semi Variabel
Adalah biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional
dengan perubahan jumlah produksi. Biaya ini mengandung unsur variabel dan tetap.
Misalnya seperti biaya mandor bagian produksi, biaya listrik, dan lain sebagainya.

3. Penggolongan menurut hubungannya dengan departemen


a. BOP Langsung Departemen
Adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan
manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tertentu. Misalnya BOP yang ada di
departemen perakitan adalah BOP langsung yang ada di departemen perakitan.
b. BOP Tidak Langsung Departemen
Adalah biaya overhead pabrik manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Misalnya seperti beban penyusutan gedung pabrik yang didistribusikan
ke departemen produksi

C. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik


Dalam menetapkan besarnya BOP yang dibebankan pada produk suatu perusahaan
didasarkan pada tariff yang sudah ditentukan di awal. Besar biaya overhead pabrik tidak
berdasarkan BOP yang sesungguhnya terjadi. Penentuan tarif tersebut didasarkan pada
beberapa sifat dari biaya overhead pabrik. Penentuan sifat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Terdapat BOP yang terjadinya tidak menentu atau tidak merata pada setiap bulannya.
Sehingga jika didasarkan pada biaya yang sesungguhnya terjadi akan
mengakibatkan harga produksi menjadi lebih besar ketika terjadi pengeluaran. BOP
serta harga pokok produk akan rendah ketika tidak terjadi pengeluaran biaya overhead
pabrik. Misalnya seperti biaya reparasi mesin atau perbaikan peralatan pabrik.
2. Terdapat BOP yang bersifat tetap.
Sehingga jika didasarkan pada biaya yang sesungguhnya terjadi akan berakibat
pembebanan BOP yang mana biaya per unit akan berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi setiap periode. Maka ketika volume produksi rendah biaya
overhead pabrik per unit akan lebih besar dan sebaliknya.
3. Terdapat BOP yang jumlahnya baru diketahui ketika waktu-waktu tertentu.
Sehingga perubahan BOP pada produk tertentu sudah selesai akibatnya harga
pokok produksi yang selesai pada pertengahan bulan tidak dibebani BOP yang belum
diketahui jumlahnya. Misalnya biaya listrik pabrik.
D. Langkah – Langkah Menentukan BOP dengan Tarif Tunggal
Untuk bisa menentukan besarnya tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan pada
produk perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini.

1. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik


Dalam melakukan penyusunan anggaran BOP harus diperhatikan tingkat produksi
atau kapasitas yang dipakai sebagai dasar penaksiran jumlah anggaran BOP. Kapasitas
tersebut adalah sebagai berikut.
a Kapasitas Teoritis (Kapasitas Ideal), adalah kapasitas maksimal yang bisa dihasilkan
oleh suatu departemen atau pabrik dalam kondisi yang sempurna tanpa adanya
hambatan baik itu dari internal atau dari eksternal perusahaan.
b Kapasitas Praktis (Kapasitas Realistis), adalah kapasitas yang bisa dicapai oleh
departemen setelah diperhitungkan adanya berbagai hambatan yang tidak bisa
dihindarkan dari internal perusahaan. Misalnya seperti kerusakan, kehabisan bensin,
dan lain sebagainya.
c Kapasitas Normal (Kapasitas Jangka Panjang), adalah kapasitas yang bisa dicapai
oleh departemen atau pabrik setelah dikurangi dengan berbagai hambatan yang
terjadi pada internal perusahaan untuk jangka panjang.
d Kapasitas Jangka Pendek, adalah kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Oleh
karena itu, kapasitas jangka pendek adalah kapasitas yang diprediksi-kan bisa
dicapai oleh departemen pada tahun yang akan datang selama 1 tahun.

Dalam praktiknya, perusahaan kebanyakan menggunakan kapasitas normal dan


kapasitas sesungguhnya diharapkan.

2. Menentukan Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada Produk


Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya bahwa langkah awal dalam penentuan
tarif BOP adalah menyusun anggaran BOP. Sedangkan dasar penyusunan anggaran
BOP adalah kapasitas normal atau kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Maka
dasar yang dipakai untuk pembebanan BOP pada produksi adalah satuan produksi,
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam
mesin.

3. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik


Dalam menghitung tariff BOP yang sudah ditetapkan atau ditentukan, tariff BOP
bisa dihitung sesuai dengan dasar pembebanan masing-masing, yaitu sebagai berikut.
1) Atas dasar satuan produk
Untuk dapat menentukan tarif BOP atas dasar satuan produk maka bisa
dihitung dengan cara membagi taksiran biaya overhead pabrik dengan jumlah satuan
yang dihasilkan dan hasilnya adalah tarif BOP per unit produksi. Apabila
dirumuskan adalah sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik = Tarif BOP per unit
Taksiran satuan produk yang dihasilkan

Rumusan BOP yang dibebankan pada produk:


Tarif BOP per unit x Unit yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan

Contoh:
Taksiran BOP pada suatu periode adalah Rp.7.500.000 dan taksiran produk
yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan adalah 15.000 unit. Hitunglah
besarnya tariff BOP per unit dan BOP yang dibebankan pada produk, jika produk
yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan adalah 12.000 unit.

Jawab:

Tarif BOP per unit = Rp.7.500.000 / 15.000 Rp.500


=
BOP yang dibebankan pada produk adalah = 12.000 x Rp.500 Rp.6.000.000
=

2) Atas dasar biaya bahan baku


Untuk dapat menentukan tariff BOP atas dasar biaya bahan baku bisa dihitung
dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran biaya bahan baku yang
dinyatakan dengan persentase. Dan hasilnya adalah tariff BOP dalam % dari biaya
bahan baku.
Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = % anggaran BOP dari Biaya Bahan
Baku
Taksiran biaya bahan baku

Berdasarkan BOP yang dibebankan pada produk adalah % BOP dari bahan
yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan.
Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu adalah Rp.2.500.000 dan taksiran biaya
bahan baku yang dipakai pada periode yang bersangkutan adalah Rp.2.000.000.
Hitunglah % tarif BOP dari bahan dan hutang juga besarnya BOP yang dibebankan
pada suatu produk jika menurut catatan biaya bahan yang dikeluarkan untuk produk
tertentu adalah Rp.150.000.
Jawab:
Tarif BOP dari bahan = Rp.2.500.000 / Rp 2.000.000 x 100% 1,25%
=
BOP yang dibebankan pada 1,25% x Rp. 150.000 = Rp.187.500
produk adalah =

3) Atas dasar biaya tenaga kerja langsung


Jika tarif BOP didasarkan pada biaya tenaga kerja langsung maka tarif tersebut
dihitung dengan cara membagi taksiran biaya overhead pabrik dengan taksiran biaya
tenaga kerja langsung yang dinyatakan dalam persentase dengan rumus.
Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = % anggaran BOP dari Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Taksiran biaya tenaga kerja langsung

Rumus persentase tariff BOP yang dibebankan pada produk:


% Tarif BOP x Biaya tenaga kerja langsung untuk produk yang bersangkutan

Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu adalah Rp.1.000.000 dan taksiran biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp.1.250.000. Hitunglah % tariff BOP dari biaya
tenaga kerja langsung dan hitunglah besarnya BOP yang dibebankan pada suatu
produk jika biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk produk yang
bersangkutan adalah Rp.400.000.
Jawab:
Tarif BOP dari BTKL = Rp.1.000.000 / Rp 1.250.000 x 100% 80%
=
BOP yang dibebankan pada 80% x Rp. 400.000 = Rp.320.000
produk adalah =

4) Atas dasar jam tenaga kerja langsung


Jika tariff BOP ini didasarkan pada jam tenaga kerja langsung, maka tariff
tersebut bisa dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam kerja
langsung. Untuk dapat menghitung tariff BOP berdasarkan jam tenaga kerja
langsung dapat digunakan rumus sebagai berikut.
Taksiran biaya overhead pabrik x = Tarif BOP per jam Kerja Langsung
Taksiran jam tenaga kerja langsung

Rumus BOP yang dibebankan ke produk:


Tarif BOP per jam Kerja Langsung x Jam kerja langsung yang dapat dicapai pada periode yang
bersangkutan

Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu Rp.1.000.000 dan taksiran jam tenaga kerja
langsung yang bisa dicapai pada periode yang bersangkutan adalah 2.500 jam.
Hitunglah besarnya tariff BOP per jam tenaga kerja langsung dan hitunglah besarnya
BOP yang dibebankan pada suatu produk jika jam tenaga kerja langsung yang bisa
dicapai pada periode yang bersangkutan adalah 2.000 jam.
Jawab:
Tarif BOP tiap jam tenaga kerja Rp.1.000.000 / Rp 2.500 = Rp 400
langsung =
BOP yang dibebankan pada 2.000 x Rp. 400 = Rp.800.000
produk adalah =
5) Atas dasar jam mesin
Jika tariff BOP didasarkan pada jam mesin, maka tariff BOP bisa dihitung
dengan membagi taksiran BOP dengan taksiran jam mesin. Berikut merupakan
rumus yang digunakan.
Taksiran biaya overhead pabrik = Tarif BOP per jam mesin
Taksiran jam kerja mesin

Rumus persentase tarif BOP yang dibebankan pada produk:


Tarif BOP per jam mesin x Jam mesin yang dapat dicapai pada periode yang
bersangkutan

Contoh:
Taksiran BOP pada periode tertentu Rp.1.000.000 dan taksiran kan mesin yang
bisa dicapai adalah 4.000 jam. Hitunglah tarif BOP per jam mesin dan hitunglah
BOP yang dibebankan pada periode yang bersangkutan jika jam mesin yang bisa
dicapai adalah 3.000 jam.
Jawab:
Tarif BOP tiap jam mesin = Rp.1.000.000 / 4.000 = Rp 250
BOP yang dibebankan pada 3.000 x Rp. 250 = Rp.750.000
produk adalah =

Contoh di Google Classroom menggunakan Penghitungan Tarif BOP berdasarkan jam


mesin:

Keterangan:
 Taksiran BOP adalah sama dengan anggaran yang telah ditetapkan pada awal periode
(dalam contoh kasus adalah anggaran tahun 2019 = Rp 10.000.000)
 Jam mesin yang bisa dicapai atau taksiran jam kerja mesin adalah sama dengan
kapasitas normal mesin tersebut beroperasi (dalam contoh kasus mesin memiliki
kapasitas normal 10.000 jam)

E. Perlakuan Terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik


1. Tarif Menghitung Selisih Biaya Overhead Pabrik
Untuk dapat menghitung analisa selisih BOP baik selisih anggaran atau selisih
kapasitas penentuan tarif BOP sering dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut.

a. Tarif Total
Tarif total adalah suatu tarif BOP secara keseluruhan baik itu BOP variabel
atau BOP tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai
berikut.
Taksiran biaya overhead pabrik total
Ukuran Kemampuan Kapasitas

b. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif BOP yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai berikut.
Taksiran biaya overhead pabrik tetap
Ukuran Kemampuan Kapasitas

c. Tarif Variabel
Tarif variabel adalah tarif BOP yang berubah sebanding dengan berubah nya
volume produksi. Rumus yang digunakan untuk menghitung tarif ini adalah sebagai
berikut.
Taksiran biaya overhead pabrik variabel
Ukuran Kemampuan Kapasitas

Contoh:
Perusahaan Solali bergerak di bidang industri pakaian menetapkan tarif BOP atas
dasar jam tenaga kerja langsung. Hitunglah besarnya tarif BOP tetap dan tarif BOP
variabel apabila diketahui.
Anggaran BOP tetap = Rp.2.000.000
Anggaran BOP variabel = Rp.3.000.000
Jumlah jam kerja langsung = 10.000 jam
Jawab:

Tarif BOP tetap = Rp.2.000.000 / 10.000 = Rp 200


Tarif BOP variabel = Rp 3.000.000 / 10.000 = Rp 300
Tarif BOP total = Rp.200 + Rp.300 = Rp 500
atau
(Rp.2.000.000 + Rp.3.000.000) /
10.000 =

2. Selisih Biaya Overhead Pabrik


Sebagaimana sudah disebutkan di awal artikel ini bahwa biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk atas dasar tarif yang ditetapkan di muka. Jumlah pembebanan
ini sering tidak sama dengan BOP sesungguhnya yang terjadi, maka akan menimbulkan
selisih BOP.
“BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan, maka akan menimbulkan
selisih rugi yang dicatat pada rekening BOP kurang dibebankan.
Dan sebaliknya jika BOP sesungguhnya terjadi lebih kecil dari BOP yang dibebankan,
maka kan menimbulkan selisih yang menguntungkan yang dicatat dalam rekening atau
akun BOP lebih dibebankan”.
Untuk selanjutnya selisih biaya overhead pabrik tersebut bisa diperlakukan
sebagai laba/rugi atau dibebankan ke dalam harga pokok penjualan. Secara umum
pencatatan jurnal BOP yang dibebankan, BOP sesungguhnya, dan selisih BOP adalah
sebagai berikut.
a. Jurnal pembebanan BOP kepada produk
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
Barang dalam proses (BDP) – Rp. xxx
BOP
BOP yang dibebankan Rp. xxx

b. Jurnal pengumpulan BOP sesungguhnya


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP Sesungguhnya Rp. xxx
Persediaan bahan pembantu Rp. xxx
Biaya tenaga kerja Rp. xxx
langsung
Penyusutan gedung pabrik Rp. xxx
Penyusutan mesin pabrik Rp. xxx

Atau jika BOP tidak disebutkan secara rinci bisa dijurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit


f
BOP Sesungguhnya Rp. xxx
Berbagai akun yang dikredit Rp. xxx
Catatan: Dalam materi powerpoint topik BOP, sisi kredit ditulis berbagai akun yang
dikredit

c. Saat pencatatan selisih BOP


1) BOP yang lebih dibebankan
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP dibebankan Rp. xxx
BOP sesungguhnya Rp. xxx
BOP lebih dibebankan Rp. xxx

2) BOP kurang dibebankan


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP dibebankan Rp. xxx
BOP kurang dibebankan Rp. Xxx
BOP sesungguhnya Rp. xxx

d. Jika selisih BOP dibebankan ke akun laba/rugi


1) BOP lebih dibebankan
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP lebih dibebankan Rp. xxx
Laba / rugi Rp. xxx
2) BOP kurang dibebankan
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
Laba / rugi Rp. xxx
BOP kurang dibebankan Rp. xxx

Jika selisih BOP dibebankan rekening atau akun HPP (Harga Pokok Penjualan)
1) BOP lebih dibebankan
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP lebih dibebankan Rp. xxx
Harga pokok penjualan Rp. xxx

2) BOP kurang dibebankan


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
Harga pokok penjualan Rp. xxx
BOP lebih dibebankan Rp. xxx

Untuk lebih jelasnya berikut merupakan contohnya.


Suatu perusahaan industry pada periode tertentu mempunyai data sebagai berikut ini.
Taksiran BOP tetap = Rp.8.100.000
Taksiran BOP variabel = Rp.9.900.000
Biaya overhead yang sesungguhnya terjadi = Rp.16.300.000
Jam mesin normal = 45.000 jam
Jam mesin sesunggihnya = 40.000 jam

Buatlah jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat BOP jika tarif BOP berdasarkan jam
mesin
Jawab:
a. Jurnal untuk mencatat pembelian BOP.
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP - BDP Rp. 16.000.000
BOP dibebankan Rp. 16.000.000

Keterangan:
Tarif BOP = Rp.18.000.000 / 45.000 = Rp.400 / jam mesin
Jam mesin yang sesungguhnya terjadi adalah 40.000 jam
BOP yang dibebankan = 40.000 x Rp.400 = Rp.16.000.000

b. Jurnal untuk mengumpulkan BOP sesungguhnya.


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP Sesungguhnya Rp. 16.300.000
Berbagai akun yang dikredit Rp. 16.300.000

c. Jurnal yang dipakai untuk mencatat selisih BOP dan menutup BOP dibebankan
ke BOP sesungguhnya.
Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
BOP dibebankan Rp. 16.000.000
BOP kurang dibebankan Rp. 300.000
BOP sesungguhnya Rp. 16.300.000

d. Jurnal pembebanan selisih BOP pada laba / rugi.


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
Laba / rugi Rp. 300.000
BOP kurang dibebankan Rp. 300.000

e. Jurnal pembebanan selisih BOP pada harga pokok penjualan.


Tanggal Nama Akun Re Debet Kredit
f
Harga pokok penjualan Rp. 300.000
BOP kurang dibebankan Rp. 300.000
3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa terjadinya selisih biaya
overhead pabrik (BOP) ini adalah disebabkan karena adanya perbedaan antara BOP
yang dibebankan dengan BOP sesungguhnya.
Selisih BOP tersebut bisa dianalisis dengan menggunakan metode analisis 2
selisih yaitu selisih anggaran dan selisih kapasitas.
a. Selisih anggaran
Selisih anggaran adalah selisih BOP dari perbedaan antara biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya yang sebenarnya
dikeluarkan menurut anggaran. Selisih ini pada umumnya dikarenakan adanya
perubahan pada BOP variabel.
Sehingga selisih anggaran bisa dihitung dengan cara membandingkan antara
jumlah BOP sesungguhnya dengan anggaran BOP pada kapasitas yang ditetapkan.
Maka secara umum selisih anggaran bisa dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
BOP sesungguhnya Rp xxx
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
BOP tetap (Rp xxx)
BOP variabel (kapasitas sesungguhnya x tarif) (Rp xxx) +
BOP variabel (kapasitas sesungguhnya x tarif) (Rp xxx) -
Selisih anggaran Rp xxx

“Jika BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dianggarkan pada
kapasitas sesungguhnya, maka akan timbul selisih rugi.
Sebaliknya jika BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dianggarkan
pada kapasitas sesungguhnya, maka akan timbul selisih untung.”

b. Selisih kapasitas
Selisih kapasitas adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP tetap yang
dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Maka secara umum
selisih kapasitas bisa dihitung dengan rumus berikut ini.
BOP tetap yang dianggarkan Rp xxx
BOP tetap yang dibebankan pada produk Rp xxx -
(kapasitas sesungguhnya x tarif)
Selisih kapasitas Rp xxx

“Jika BOP tetap yang dianggarkan lebih besar dari BOP tetap yang
dibebankan pada produk, maka akan timbul selisih rugi.
Sebaliknya jika BOP tetap yang dianggarkan lebih kecil dari BOP tetap yang
dibebankan pada produk akan timbul selisih untung”
Contoh: .
Suatu perusahaan industri pada periode tertentu mempunyai data sebagai berikut.
Anggaran BOP tetap Rp. 6.750.000
Anggaran BOP variabel Rp.11.250.000
BOP sesungguhnya Rp.15.400.000
Jam mesin normal 45.000 jam
Jam mesin sesungguhnya 40.000 jam

Dari data tersebut:


1. Buatlah perhitungan selisih pembebanan BOP
2. Buatlah analisis BOP dengan metode 2 selisih
Jawab:

1. Perhitungan selisih pembebanan BOP


Tarif BOP tetap = Rp.6.750.000 / 45.000 = Rp.150 / jam mesin
Tarif BOP variabel = Rp.11.250.000 / 45.000 = Rp.250 / jam mesin
Tarif BOP total = (Rp.6.750.000 + Rp.11.250.000) / 45.000 = Rp.400 / jam mesin

Selisih pembebanan dapat dihitung dengan menggunakan cara berikut ini.


BOP sesungguhnya Rp.15.400.000
BOP yang dibebankan 40.000 x Rp.400 = (Rp.16.000.000)
Jadi, pembebanan BOP (Laba) Rp.600.000

2. Analisis BOP dengan metode 2 selisih


a. Selisih anggaran
BOP sesungguhnya Rp.16.400.000
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
BOP tetap (Rp.6.750.000)
BOP variabel (kapasitas sesungguhnya x tarif) (Rp.10.000.000) +
BOP variabel (kapasitas sesungguhnya x tarif) Rp.16.750.000
Selisih anggaran (Laba) Rp.1.350.000
b. Selisih kapasitas
BOP tetap yang dianggarkan Rp.6.750.000
BOP tetap yang dibebankan pada produk Rp.6.000.000 –
(40.000 x Rp.150)
Selisih kapasitas (Rugi) Rp.750.000

Atas dasar analisa yang dilakukan tersebut maka diperoleh.


Selisih anggaran laba Rp.1.350.000
Selisih anggaran rugi (Rp.750.000) –
Total selisih BOP (laba) Rp.600.000

Contoh pencatatan selisih BOP powerpoint sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai