Terdapat 3 metode harga pokok yaitu: metode harga pokok pesanan (job order costing),
metode harga pokok proses (process costing), dan metode harga pokok berdasarkan aktivitas
(activity based costing). Ketiganya memiliki perbedaan, berikut pembahasannya:
d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode
akuntansi tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
untuk menghitung pembebanan lebih kurang biaya overhead pabrik variabel.
e. Biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum juga perlu dipisahkan menurut
perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volumekegiatan.
Biaya ini yang sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam rekening kontrol
biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum. Padaakhir bulan, biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum yang didebitkan ke dalam rekening
biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum dianalisis untuk menetukan
biaya yang berperilaku variabel dan biaya yang berperilaku tetap. Hasil analisis
terhadap rekening biaya pemasarandan biaya administrasi dan umum tersebut
digunakan untuk membuat jurnal berikut ini :
Biaya pemasaran variabel xxxxx
Biaya pemasaran tetap xxxxx
Biaya pemasaran xxxxx
Biaya administrasi dan umum variabel xxxxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxxxx
Biaya administrasi dan umum xxxxx
BOP yang sesungguhnya terjadi (selain bahan penolong dan upah tidak
langsung yang sudah dicatat sebelumnya) sebesar Rp. 5.700.000, dengan perincian:
Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin 700.000
Biaya pemeliharaan mesin 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung 500.000
Jumlah Rp 5.700.000
Jurnal #6:
Barang Dalam Proses 8.850.000
BOP yang dibebankan 8.850.000
Jurnal #7:
BOP Sesungguhnya 5.700.000
Akum. Depresiasi mesin 1.500.000
Akum. Depresiasi gedung 2.000.000
Persekot Asuransi 700.000
Persediaan suku cadang 1.000.000
Persediaan bahan bangunan 500.000
Jurnal #8:
BOP yang dibebankan 8.850.000
BOP sesungguhnya 8.850.000
Jurnal #9:
Selisih BOP 150.000
BOP sesungguhnya 150.000
Jurnal #10:
Persediaan produk jadi 3.600.000
Barang Dalam Proses 3.600.000
#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000
#6 Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
dioleh pada akhir bulan januari 2019
Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000
b. Metode Harga Pokok Proses –Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi
dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1) biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh 2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua
departemen tersebut untuk bulan Januari 2019 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 2019
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke 30.000 kg
Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari
19x1 Rp 70.000 Rp 0
Biaya bahan baku Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya tenaga kerja Rp 248.000 Rp 405.000
Biaya overhead pabrik
Tingkat penyelesaian produk dalam
produk proses akhir 100%
Biaya bahan baku 20% 50%
Biaya konversi
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur Total biaya Unit ekuivalensi Biaya
biaya (Unit Setara) produksi per
produks kg
i
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
#4 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A
ke departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp
150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp
240.000
#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan Januari 2019
Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
#4 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B
ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp
360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp
240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp
360.000
#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 2019
Kertas Pembungku
s
Putih Biru total
Produksi / tahun 20.000 100.000 120.000
Biaya utama Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 600.000
Jam kerja langsung 20.000 100.000 120.000
Jam mesin 10.000 50.000 60.000
Produksi berjalan 20 30 50
Jam inspeksi 800 1.200 2.000
Data departemen
Dept 1 Dept 2 Total
Jam kerja langsung
Putih 4.000 16.000 20.000
Biru 76.000 24.000 100.000
Total 80.000 40.000 120.000
Jam mesin
Putih 4.000 6.000 10.000
biru 16.000 34.000 50.000
20.000 40.000 60.000
BOP
Biaya penyetelan 88.000 88.000 176.000
Biaya inspeksi 74.000 74.000 148.000
Biaya listrik 28.000 140.000 168.000
Biaya kesejahteraan 104.000 52.000 156.000
294.000 354.000 648.000
Jika cost driver tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tariff overhead pabrik
untuk tiap jam mesin adalah total BOP dibagi dengan jam mesin.
Kertas Pembungkus
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama 100.000 20.000 5
Dept 1
Rp 3675 x4.000 14.700 20.000 0.735
Dept 2
Rp 8.85 x 6.000 53.100 20.000 2.655
Kertas Pembungkus
biru
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama 500.000 100.000 5
Dept 1
Rp 3.675 x 76.000 279.300 100.000 2.793
Dept 2
Rp 8.85 x 3.400 300.900 100.000 3.009
1.080.200 10.802
Jumlah Rp 1.040.000 Rp 10.4
Contoh :
Ada 2 faktor utama menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu
membebankan BOP secara tepat.
a. proposi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total biaya
overhead
b. tingkat diversitas produk
Dalam contoh :
Biaya setup dan inspeksi menunjukkan bagian substantial yaitu sebesar 50 % dari
total biaya overhead pabrik yaitu:
Jika biaya overhead yang tidak berdasarkan unit hanya merupakan persentase
yang kecil dari total biaya overhead, distorsi pada biaya produk juga akan kecil.
3. Diversitas produk
Terjadi jika dalam suatu perusahaan menghasilkan berbagai jenis produk yang
mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Ada beberapa
alasan suatu produk mengkonsumsi overhead dalam proporsi yang berbeda : berbeda
ukuran, kerumitan produk, waktu setup, ukuran batch.
Untuk menggambarkan pemakaian aktivitas oleh setiap jenis produk
digunakan ratio konsumsi. Ratio konsumsi adalah proporsi dari setiap aktivitas yang
dikonsumsi oleh suatu produk.
Karena biaya overhead yang tidak berdasarkan unit merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya overhead dan ratio konsumsi berbeda antara kategori
masukan dengan dasar unit dan masukan dengan dasar non unit, maka biaya produk
dapat terdistorsi jika cost driver yang digunakan hanya berdasarkan unit. Pemecahan
dari masalah penentuan harga pokok ini adalah dengan menggunakan pendekatan
penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas.
Contoh 3
Diversitas produk : proporsi konsumsi
Aktivitas Pembungkus Pembungkus Ukuran konsumsi
overhead putih biru
Setup 0.4 ( a) 0.6 Produksi berjalan
Inspeksi 0.4( b) 0.6 Jam inspeksi
Listrik 0.17 (c) 0.83 Jam mesin
Kesejahteraa 0.17 (d) 0.83 Jam kerja langsung
n
Contoh 4
Prosedur tahap pertama : Activity based costing
Kelompok 1
o Biaya penyetelan 176.000
o Biaya inspeksi 148.000
Biaya total kelompok 1 324.000
Produksi berjalan (production run) 50
Tariff kelompok 1 (biaya per produksi berjalan Rp 6.480
Kelompok 2
o Biaya listrik 168.000
o Kesejahteraan karyawan 156.000
Biaya total kelompok 2 324.000
Jam mesin 60.000
Tariff kelompok 2 (biaya per jam mesin) Rp 5,4
Pembungkus Putih
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama 100.000 20.000 Rp 5
Overhead
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 20 PB 129.600 20.000 Rp 6,48
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 10.000 jm 54.000 20.000 RP 2,70
Jumlah overhead 183.600 20.000 Rp 9,18
Jumlah biaya 283.600 20.000 Rp 14,18
Pembungkus Biru
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama Rp 500.000 100.000 Rp 5
Overhead :
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 30 PB 194.400 100.000 1,94
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 50.000 JM 270.000 100.000 2,70
Jumlah overhead 464.400 100.000 Rp 4.64
Jumlah biaya Rp 964.400 100.000 Rp 9.64
Konvensional ABC
Overhead hanya disebabkan oleh Sistem ABC memandang
cost drivers berdasarkan unit, bahwa biaya overhead
maka penggolongannya hanya variable dapat dilacak
biaya variable dan biaya tetap. dengan tepat pada berbagai
Biaya variable jumlah total produk secara individual.
bervariasi berdasarkan produk.