Anda di halaman 1dari 25

BAB III

LAPORAN HARGA POKOK

Terdapat 3 metode harga pokok yaitu: metode harga pokok pesanan (job order costing),
metode harga pokok proses (process costing), dan metode harga pokok berdasarkan aktivitas
(activity based costing). Ketiganya memiliki perbedaan, berikut pembahasannya:

A. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)


1. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Karakteristik produksinya sebagai berikut:
a. Produk yang dihasilkan berdasarkan request atau permintaan pemesan (heterogen).
b. Produk yang dihasilkan terputus-putus tergantung pada pesanan.
c. Kegiatan produksi dimulai ketika ada nota order dari pemesan
2. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan
Terdapat 5 manfaat yang didapat administrasi dari adanya info harga pokok
produksitersebut yaitu:
a. Menentukan Harga Jual yang akan dibebankan kepada Pemesan
Perusahaan manufaktur yang produksinya menurut pada pesanan
akanmemproses produksinya menurut spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Makara biaya produksi produk pesanan yang satu dengan produk pesanan yang
lainnya akanmempunyai biaya produksi yang berbeda, tergantung pada spesifikasi
yangdikehendaki oleh pemesan. Dengan demikian Harga Jual yang dibebankan
kepada para pemesan sangat ditentukan oleh besarnya masing-masing Biaya
Produksi yangdikeluarkan dalam pembuatan produk pesanan tersebut. Rumus yang
sanggupdigunakan untuk menghitung Harga Jual yang akan dibebankan kepada
para pemesanialah sebagai berikut:

b. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan


Terkadang produk yang dipesan oleh pemesan, harga jualnya sudah terbentuk
dipasaran, sehingga manajemen hanya tinggal tetapkan apakah akan mendapatkan
pesanan yang diinginkan oleh pemesan tersebut atau menolak pesanan pemesan
tersebut. Untuk sanggup memilih entah itu menolak atau mendapatkan suatu
pesanan tersebut maka administrasi membutuhkan info total harga pokok dari
produk yang dipesan oleh pemesan tersebut. Informasi total harga pokok pesanan
memperlihatkan dasar sumbangan bagi administrasi supaya perusahaan tidak
mengalami kerugian saat mendapatkan pesanan dari pemesan. Tanpa adanya info
wacana total harga pokok pesanan, Maka administrasi tidak mempunyai jaminan
apakah harga yang diminta pemesan sanggup mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan. Secara matematis perhitungan Total Harga Pokok Pesanan sanggup
dilakukan dengan formula berikut ini:

c. Memantau Realisasi Biaya Produksi


Apabila perusahaan telah mendapatkan sebuah pesanan dari pemesan, maka
administrasi membutuhkan info biaya produksi yang sebetulnya dikeluarkan dalam
memenuhi pesanan tersebut. Akuntansi biayadalam perusahaan manufaktur yang
memproduksi menurut pesanan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan info
biaya produksi setiap pesanan yang diterima untuk sanggup memantau apakah
proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya
produksi pesananyang sesuai dengan perhitungan sebelumnya. Adapun
pengumpulan biaya produksi per pesanan dalam perusahaan manufaktur yang
memproduksi barang menurut pesanandilakukan dengan menggunakan metode
harga pokok pesanan.
d. Menghitung Laba atau Rugi setiap Pesanan
Manajemen sanggup mengetahui suatu pesanan tertentu menghasilkan
keuntungan bruto bagi perusahaan atau sebaliknya untuk mengetahui apakah suatu
pesanan menyebabkan rugi bruto, maka administrasi membutuhkan info biaya
produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Informasi
keuntungan atau info rugi bruto setiap pesanan dibutuhkan untuk mengetahui
bantuan setiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan
keuntungan atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan
administrasi untuk mengumpulkan info biaya produksi yang sebetulnya dikeluarkan
untuk tiap pesanan guna menghasilkan info keuntungan atau info rugi bruto tiap
pesanan.Laba atau rugi bruto setiap pesanan sanggup dihitung dengan format
sebagai berikut:
e. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk dan Produk Dalam Proses yang
disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan / Neraca.
Pada laporan posisi keuangan / neraca, yang merupakan salah satu bentuk
laporan keuangan utama perusahaan manufaktur. Manajemen wajib menyajikan
harga pokok persediaan produk, baik produk jadi maupun produk yang masih dalam
proses, untuk tujuan tersebut maka administrasi perlu menyelenggarakan catatan
biaya produksi untuk tiap pesanan. Dengan dasar catatan biaya produksi per
pesanan itu, maka administrasi perusahaan manufaktur sanggup memilih biaya
produksi yang menempel pada pesanan yang telah simpulan diproduksi, namun
hingga dengan tanggal neraca masih belum diserahkan kepada pemesan. Selain itu
menurut catatan tersebut, administrasi sanggup juga memilih semua biaya produksi
yang telah menempel dalam pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam proses
pengerjaan (produk dalam proses).
3. Pencatatan yang Dilakukan dalam Metode Pesanan
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per pesanan
dengan menggunakan kartu harga pokok yang merupakan rincian rekening control
barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan biaya produksi variabel yang
dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk ini, harga pokok produk jadi dan
produkdalam proses dihitung dan dicatat.
Rekening Kontrol yang digunakan dalam buku besar yang perlu dibentuk untuk
menampung biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variablel costing
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan adalah :
a. Barang dalam proses – biaya bahan baku
b. Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung
c. Biaya dalam proses – biaya overhead pabrik
d. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
e. Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
f. Biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya
g. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan
h. Biaya pemasaran
i. Biaya administrasi dan umum
Karena variable costing menghendaki biaya diklasifikasikan berdasarkan prilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, maka akuntansi biaya
produksi dan biaya non produksi dilakukan sebagai berikut.
a. Biaya produksi variabel, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerjalangsung
dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang barang
proses, dan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
b. Biaya Overhead Pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan
tarif yang di tentukan di muka dengan mendebit rekening barang dalam proses-
biaya overhead pabrik dan ke dalam kartu harga pokok pesananyang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan pertama kali
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, yang didebitkan ke dalam rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya, dianalisis untuk menentukan biaya overhead
pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Hasil analisis terhadapa rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya tersebut digunakan untuk membuat jurnal
berikut ini:
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxxxxx

d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode
akuntansi tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
untuk menghitung pembebanan lebih kurang biaya overhead pabrik variabel.
e. Biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum juga perlu dipisahkan menurut
perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volumekegiatan.
Biaya ini yang sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam rekening kontrol
biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum. Padaakhir bulan, biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum yang didebitkan ke dalam rekening
biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum dianalisis untuk menetukan
biaya yang berperilaku variabel dan biaya yang berperilaku tetap. Hasil analisis
terhadap rekening biaya pemasarandan biaya administrasi dan umum tersebut
digunakan untuk membuat jurnal berikut ini :
Biaya pemasaran variabel xxxxx
Biaya pemasaran tetap xxxxx
Biaya pemasaran xxxxx
Biaya administrasi dan umum variabel xxxxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxxxx
Biaya administrasi dan umum xxxxx

4. Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)


Kartu Harga Pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok
pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan
untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi langsung,
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan
suatu tarif tertentu.
5. Transaksi Metode Harga Pokok Pesanan
Setelah diuraikan karakteristik metode harga pokok pesanan, selanjutnya akan
diuraikan proses pengumpulan tiap unsur biaya produksi dengan menggunakan metode
harga pokok pesanan. Pembahasan Metode harga pokok produksi akan diawali dengan
uraian prosedur pencatatan biaya bahan baku, kemudian akan dilanjutkan denganuraian
pencatatan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan pencatatan harga
pokok produk jadi yang ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang.
Contoh:
PT. Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi
berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut
pesanan yang diterima. Dalam bulan November 2019, PT. Eliona mendapat pesanan
untuk mencetak undangan (No. 101) sebanyak 1.500 lembar. Harga yang dibebankan
adalah Rp. 3.000,00 per lembar. Pada saat yang sama perusahaan juga menerima
pesanan untuk mencetak pamflet iklan (No. 102) sebanyak 20.000 lembar, denganharga
Rp. 1.000,00 per lembar. Berikut ini kegiatan produksi dan pencatatan akuntansiuntuk
memenuhi pesanan tersebut:
a. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Untuk membuat kedua pesanan tersebut, perusahaan membeli bahan baku A dan
bahan penolong X sebagai berikut :
Bahan baku A Rp. 5.475.000
Bahan penolong X Rp. 470.000
Jurnal #1:
Persediaan bahan baku 5.475.000
Utang dagang 5.475.000
Persediaan bahan Penolong 470.000
Utang dagang 470.000

b. Pemakaian Bahan Baku dan Bahan Penolong


Bahan baku dan bahan penolong yang dipakai sebagai berikut:
Bahan baku A untuk pesanan 101 Rp 1.350.000
Bahan baku A untuk pesanan 102 Rp 4.125.000
Bahan penolong X Rp 300.000
Jumlah Rp 5.475.000
Jurnal #2:
Barang Dalam Proses 5.475.000
Persediaan bahan baku 5.475.000
BOP Sesungguhnya 300.000
Persediaan Bahan Penolong 300.000

c. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


Besarnya gaji dan upah selama periode tersebut adalah Rp. 20.400.000 dengan
perincian:
Departemen Produksi :
Upah langsung No. 101 : 225 jam @ Rp. 4.000 Rp 900.000
Upah langsung No. 102: 1.250 jam @ Rp. 4.000 Rp 5.000.000
Upah tidak langsung Rp 3.000.000
Departemen lainnya :
Gaji karyawan administrasi Rp 4.000.000
Gaji karyawan pemasaran Rp 7.500.000
1) Pencatatan Biaya Tenaga Kerja yang Masih Terutang Oleh Perusahaan
Jurnal #3:
Gaji dan upah 20.400.000
Utang gaji dan upah 20.400.000
2) Pencatatan Distribusi Biaya Tenaga Kerja
Jurnal #4:
Barang Dalam Proses 5.900.000
BOP Sesungguhnya 3.000.000
B. Administrasi dan umum 4.000.000
B. Pemasaran 7.500.000
Gaji dan upah 20.400.000
3) Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal #5:
Utang gaji dan upah 20.400.000
Kas 20.400.000
d. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Perusahaan masih menggantungkan pada tenaga manusia untuk memproses dua
pesanan tersebut, sehingga tarif BOP yang dibebankan kepada pesanan diperkirakan
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsungnya :
Pesanan 101 : 150%*BTKL Rp 1.350.000
Pesanan 102 : 150%*BTKL Rp 7.500.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000

BOP yang sesungguhnya terjadi (selain bahan penolong dan upah tidak
langsung yang sudah dicatat sebelumnya) sebesar Rp. 5.700.000, dengan perincian:
Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin 700.000
Biaya pemeliharaan mesin 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung 500.000
Jumlah Rp 5.700.000

Jurnal #6:
Barang Dalam Proses 8.850.000
BOP yang dibebankan 8.850.000

Jurnal #7:
BOP Sesungguhnya 5.700.000
Akum. Depresiasi mesin 1.500.000
Akum. Depresiasi gedung 2.000.000
Persekot Asuransi 700.000
Persediaan suku cadang 1.000.000
Persediaan bahan bangunan 500.000

Jurnal #8:
BOP yang dibebankan 8.850.000
BOP sesungguhnya 8.850.000

Jurnal #9:
Selisih BOP 150.000
BOP sesungguhnya 150.000

Catatan: BOP sesungguhnya : (5.700.000 + 300.000 + 3.000.000) : Rp. 9.000.000

e. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi


Misalkan, pada akhir periode pesanan 101 telah selesai, sedang pesanan
102masih dalam proses, hitunglah harga pokok masing-masing pesanan:
Pesanan 101:
Biaya bahan baku Rp. 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000
Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000
Harga pokok pesanan 101 Rp. 3.600.000
Pesanan 102 :
Biaya bahan baku Rp. 4.125.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000.000
Biaya overhead pabrik Rp. 7.500.000
Harga pokok pesanan 102 Rp. 16.625.000

Jurnal #10:
Persediaan produk jadi 3.600.000
Barang Dalam Proses 3.600.000

f. Pencatatan Harga Pokok Produk dalam Proses


Jurnal #11:
Persediaan Produk dalam proses 16.625.000
Barang Dalam Proses 16.625.000

g. Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual


Misalkan, perusahaan tidak mempunyai persediaan produk jadi maka harga
pokok produk yang dijual (cost of goods sold = Harga pokok penjualan) adalah
sebesar harga pokok produk jadi yaitu sebesar Rp. 3.600.000,-
Jurnal #12:
Harga pokok penjualan 3.600.000
Persediaan produk jadi 3.600.000

h. Pencatatan Pendapatan Penjual Produk


Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan No. 101 berupa 1.500
lembarundangan dengan harga jual Rp. 3.000,00 per lembar atau harga total Rp.
4.500.000,-
Jurnal #13:
Piutang dagang 4.500.000
Penjualan 4.500.000

Keuntungan perusahaan dalam memenuhi pesanan 101 adalah sebesar: Penjualan –


Harga pokok penjualan = Rp 4.500.000 – Rp 3.600.000 = Rp 900.000

B. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing)


1. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakter produksinya sebagai berikut:
a. Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu
2. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
a. Pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen
produksi per periode akuntansi
b. Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan
dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga
pokok proses menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi
total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan)
c. Penggolongan biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi
langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan
tariff yang ditentukan dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan
biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak
diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk
(seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan
produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
d. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya
produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik
yang langsung maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama
periode akuntansi tertentu.

3. Manfaat informasi harga pokok produksi


a. Menentukan harga jual produk
b. Memantau realisasi biaya produksi
c. Menghitung laba atau rugi periodic
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
4. Metode Harga Pokok Proses- Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk
Dalam Proses Awal
Variasi Contoh Penggunaan Metode Harga Pokok Proses Yang Diuraikan Dalam
Bab Ini Mencakup:
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
dioleh hanya melalui satu departemen produksi
b. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi

a. Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Satu Departemen


Produksi
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2019 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku Rp
Biaya bahan penolong 5.000.000
Biaya tenaga kerja Rp
Biaya overhead pabrik 7.500.000
Rp
11.250.000
Rp
16.125.000
Total biaya produksi Rp
39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut
adalah : 2.000 kg
Produk jadi
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat 500 kg
penyelesaian sebagai berikut:
Biaya bahan baku : 100 %; biaya bahan penolong 100 %,
biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 2019


Masuk ke dalam proses: 2.500 kg Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi per satuan


Unsure Total biaya Unit Biaya produksi
biaya ekuivalensi per satuan
produksi (Unit setara)
(1) (2) (3) (2);(3)
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan Rp 7.500.000 2.500 3.000
penolong Rp 11.250.000 2.250 5.000
Tenaga Rp 16.125.000 2.150 7.500
kerja Rp 39.875.000 17.500
Overhead
pabrik
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp
1.000.000
Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp
1.500.000 Rp 4.875.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x Rp 7.500= Rp
1.125.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 2019 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


#1 jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

#2 Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

#3 Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

#4 JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

#6 Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
dioleh pada akhir bulan januari 2019
Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

b. Metode Harga Pokok Proses –Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi
dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1) biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh 2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua
departemen tersebut untuk bulan Januari 2019 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 2019
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke 30.000 kg
Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari
19x1 Rp 70.000 Rp 0
Biaya bahan baku Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya tenaga kerja Rp 248.000 Rp 405.000
Biaya overhead pabrik
Tingkat penyelesaian produk dalam
produk proses akhir 100%
Biaya bahan baku 20% 50%
Biaya konversi
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur Total biaya Unit ekuivalensi Biaya
biaya (Unit Setara) produksi per
produks kg
i

Bahan Rp 70.000 35.000 Rp 2


baku 155.000 31.000 5
Tenaga 248.000 31.000 8
kerja
Overbead
pabrik
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 2019 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


#1 Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp 70.000

#2 Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp
155.000

#3 Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp
248.000

#4 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A
ke departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp
150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp
240.000

#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan Januari 2019
Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur Total biaya Unit Biaya
biaya ekuivalensi produksi per
produks (Unit setara) kg
i

Tenaga 270.000 27.000 10


kerja 405.000 27.000 15
Overbead
pabrik
Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer


departemen B ke gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x 600.000
Rp 25
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke 960.000
gudang
24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp Rp 75.000
45.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses 165.000
departemen B
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan Rp 1.125.000
Januari 2019
Jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

#1 Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :


Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp
150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp
240.000

#2 Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp
270.000

#3 Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp
405.000

#4 Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B
ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp
360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp
240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp
360.000

#5 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 2019

Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000


Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

C. Metode Harga Pokok Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing)


Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan
overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua system yaitu pesana (job order costing)
dan proses (process costing). Dimana dalam kedua system tersebut gagal menentukan
biaya produk secara akurat. Pembebanan biaya overhead secara individual menimbulkan
masalah, yang dalam system tradisional pembebanannya dengan menggunakan metode
berdasar unit (unit based) dapat menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi.
1. Penentuan harga pokok secara konvensional untuk produk tunggal
Ketepatan pembebanan biaya overhead berdasarkan unit menjadi masalah hanya
jika berbagai jenis produk diproduksi dengan menggunakan 1 fasilitas. Jika hanya 1
produk yang diproduksi, seluruh biaya overhead yang terjadi disebabkan karena produk
tersebut dapat dilacak pada produk itu sendiri.
Contoh 1:

Perhitungan biaya satuan : produk tunggal

Biaya produksi Unit produksi Biaya / unit


Biaya bahan baku Rp 600.000 10.000 Rp 60
Biaya tenaga kerja 100.000 10.000 10
langsung
Biaya overhead 300.000 10.000 30
Total 1.000.000 10.000 100

2. Pembebanan produk ganda dengan cost driver berdasar unit


Masalah yang timbul: bagaimana mengidentifikasi jumlah overhead yang
ditimbulkan atau dikonsumsi oleh masing-masing jenis produk. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan mencari cost driver atau biaya pemicu. Cost driver adalah faktor-
faktor penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead dalam penentuan harga pokok
konvensional, diasumsikan konsumsi overhead berhubungan erat dengan jumlah unit
yang diproduksi yang diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin atau jumlah harga
bahan. Cost driver berdasarkan unit dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif
overhead tunggal untuk seluruh pabrik atau tarif overhead tiap departemen. Pemakaian
cost driver berdasarkan unit ini mempunyai keterbatasan karena mengakibatkan
informasi biaya terdistorsi.

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk

a. kertas pembungkus warna putih


b. kertas pembungkus warna biru
Contoh 2
Data penentuan harga pokok produk

Kertas Pembungku
s
Putih Biru total
Produksi / tahun 20.000 100.000 120.000
Biaya utama Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 600.000
Jam kerja langsung 20.000 100.000 120.000
Jam mesin 10.000 50.000 60.000
Produksi berjalan 20 30 50
Jam inspeksi 800 1.200 2.000
Data departemen
Dept 1 Dept 2 Total
Jam kerja langsung
Putih 4.000 16.000 20.000
Biru 76.000 24.000 100.000
Total 80.000 40.000 120.000
Jam mesin
Putih 4.000 6.000 10.000
biru 16.000 34.000 50.000
20.000 40.000 60.000
BOP
Biaya penyetelan 88.000 88.000 176.000
Biaya inspeksi 74.000 74.000 148.000
Biaya listrik 28.000 140.000 168.000
Biaya kesejahteraan 104.000 52.000 156.000
294.000 354.000 648.000

Tarif overhead tunggal untuk satu pabrik

Jika cost driver tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tariff overhead pabrik
untuk tiap jam mesin adalah total BOP dibagi dengan jam mesin.

Rp 648.000 / 60.000 = Rp 10.8 / jam

Perhitungan biaya per unit : tarif tunggal satu pabrik


Kertas Pembungkus
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama Rp 100.000 20.000 Rp 5
BOP
Rp 10.8 Rp 108.000 20.000 Rp 5.4
x10.000 jm
Jumlah Rp 208.000 Rp 10.4
Kertas Pembungkus
biru
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama Rp 500.000 100.000 Rp 5
BOP
Rp 10.8 Rp 540.000 100.000 Rp 5.4
x10.000 jm
Jumlah Rp 1.040.000 Rp 10.4

Tarif overhead setiap departemen


Dengan menggunakan tariff departemen setiap departemen dapat dibebankan
biaya produksi yang lebih akurat. Sesuai sifat departemen tersebut departemen 1 lebih
baik jika menggunakan jam kerja langsung (JKL) dan departemen 2 menggunakan jam
mesin (JM)

Perhitungan tarif tiap departemen:

Tarif departemen 1 : Rp 294.000/80.000 jkl = Rp 3675/ jkl


Tarif departemen 2 : Rp 354.000/40.000 jm = Rp 8.85/jm

Kertas Pembungkus
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama 100.000 20.000 5
Dept 1
Rp 3675 x4.000 14.700 20.000 0.735
Dept 2
Rp 8.85 x 6.000 53.100 20.000 2.655

Jumlah 167.800 8.390

Kertas Pembungkus
biru
Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit
Biaya utama 500.000 100.000 5
Dept 1
Rp 3.675 x 76.000 279.300 100.000 2.793
Dept 2
Rp 8.85 x 3.400 300.900 100.000 3.009
1.080.200 10.802
Jumlah Rp 1.040.000 Rp 10.4

Pengujian data penentuan harga pokok produk PT Kertas Jaya menyarankan


bahwa bagian biaya overhead yang signifikan tidak dipengaruhi oleh banyaknya unit.

Contoh :

a. Biaya penyetelan (setup) : berhubungan dengan jumlah produksi berjalan


b. Biaya inspeksi berhubungan dengan banyaknya jumlah jam yang dipakai dalam
inspeksi
c. Perlu diketahui :
d. kertas warna biru : 30/20 = 1,5 kali produksi berjalan dibandingkan yang putih.
e. Kertas warna biru : 1,5 kali ( 1200/800) jam inspeksi
Dengan tariff tiap departemen :
Kertas biru mengkonsumsi 19 kali lipat jumlah jam tenaga kerja langsung
(76.000/4000) dari putih dan 5,67 kali lipat jam mesin (34.000/6000)

Kegagalan cost driver berdasarkan unit

Ada 2 faktor utama menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu
membebankan BOP secara tepat.
a. proposi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total biaya
overhead
b. tingkat diversitas produk

BOP tidak berhubungan dengan unit


a. Pada contoh sebelumnya ada 4 aktivitas overhead yaitu: inspeksi, setup,
kesejahteraan, tenaga listrik.
b. Biaya setup misalnya, adalah fungsi dari jumlah produksi berjalan (production
run). Produksi berjalan merupakan cost driver yang tidak berdasarkan unit
c. Cost driver tidak berdasarkan unit (non unit based cost driver) adalah faktor-
faktor penyebab selain jumlah unit yang diproduksi yang menjelaskan konsumsi
biaya overhead.
d. Penggunaan cost driver yang berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya
overhead yang tidak berhubungan dengan unit dapat menimbulkan distorsi pada
biaya produk.
e. Intensitas distorsi tergantung dari berapa proporsi dari biaya yang tidak
berdasarkan unit terhadap total biaya overhead.

Dalam contoh :

Biaya setup dan inspeksi menunjukkan bagian substantial yaitu sebesar 50 % dari
total biaya overhead pabrik yaitu:

(176.000 + 148.000) / 648.000 = 324.000


324.000/648.000 = 50% (Data penentuan harga pokok produk)

Jika biaya overhead yang tidak berdasarkan unit hanya merupakan persentase
yang kecil dari total biaya overhead, distorsi pada biaya produk juga akan kecil.

3. Diversitas produk
Terjadi jika dalam suatu perusahaan menghasilkan berbagai jenis produk yang
mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Ada beberapa
alasan suatu produk mengkonsumsi overhead dalam proporsi yang berbeda : berbeda
ukuran, kerumitan produk, waktu setup, ukuran batch.
Untuk menggambarkan pemakaian aktivitas oleh setiap jenis produk
digunakan ratio konsumsi. Ratio konsumsi adalah proporsi dari setiap aktivitas yang
dikonsumsi oleh suatu produk.
Karena biaya overhead yang tidak berdasarkan unit merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya overhead dan ratio konsumsi berbeda antara kategori
masukan dengan dasar unit dan masukan dengan dasar non unit, maka biaya produk
dapat terdistorsi jika cost driver yang digunakan hanya berdasarkan unit. Pemecahan
dari masalah penentuan harga pokok ini adalah dengan menggunakan pendekatan
penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas.

Contoh 3
Diversitas produk : proporsi konsumsi
Aktivitas Pembungkus Pembungkus Ukuran konsumsi
overhead putih biru
Setup 0.4 ( a) 0.6 Produksi berjalan
Inspeksi 0.4( b) 0.6 Jam inspeksi
Listrik 0.17 (c) 0.83 Jam mesin
Kesejahteraa 0.17 (d) 0.83 Jam kerja langsung
n

Putih : 20/50 =0.4 dan biru 30/50=0.6


Putih : 800/2.000=0.4 dan biru 1.200/2.000=0.6
Putih : 1.000/60.000=0.17dan biru 50.000/60.000=0.83
Putih : 20.000/120.000 = 0.17 dan biru 100.000/120.000=0.83

4. Penentuan harga pokok berdasar aktivitas


Adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada
berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Penentuan harga pokok
produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama,
biaya- biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya
pabrik atau departemen-departemen. Baik pada system konvensional maupun system
ABC, tahap ke dua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip
perhitungan diantara kedua metode tersebut adalah jumlah cost driver yang
digunakan. Sistem penentuan harga pokok secara ABC menggunakan cost driver
dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan dalam system
konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit.
Sebagai hasilnya, metode ini meningkatkan ketelitian. Namun ditinjau dari sudut
manajerial, bagaimanapun juga sistem ABC menawarkan lebih dari hanya ketelitian
informasi tentang biaya dari berbagai aktivitas. Pengetahuan atas biaya dari berbagai
aktivitas tersebut memungkinkan para manajer untuk menfokuskan diri pada
aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya
dengan cara menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih
efisien, meniadakan aktivitas yang tak bernilai tambah, dan sebagainya.

Tahap-tahap dari penentuan harga pokok produk:


a. Prosedur tahap pertama
Meliputi empat langkah:
1) Penggolongan biaya
Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan
segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola
2) Mengasosiasi berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok-kelompok
biaya yang homogen ditentukan
3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen.
Kelompok biaya homogen (homogenius cost pool) adalah sekumpulan
biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang
dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost
driver tunggal. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya
yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio
konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver.
4) Penentuan tariff kelompok (pool rate)
Tarif kelompok (pool rate) adalah tariff biaya overhead per unit cost
driver yang dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok
aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.

Contoh 4
Prosedur tahap pertama : Activity based costing

Kelompok 1
o Biaya penyetelan 176.000
o Biaya inspeksi 148.000
Biaya total kelompok 1 324.000
Produksi berjalan (production run) 50
Tariff kelompok 1 (biaya per produksi berjalan Rp 6.480

Kelompok 2
o Biaya listrik 168.000
o Kesejahteraan karyawan 156.000
Biaya total kelompok 2 324.000
Jam mesin 60.000
Tariff kelompok 2 (biaya per jam mesin) Rp 5,4

b. Prosedur tahap ke dua


Biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis
produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tarif kelompok yang
dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas
cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Jadi overheas ditentukan dari
setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:

“Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang


digunakan”
Contoh 5:
Biaya per unit: Activity based costing

Pembungkus Putih
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama 100.000 20.000 Rp 5
Overhead
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 20 PB 129.600 20.000 Rp 6,48
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 10.000 jm 54.000 20.000 RP 2,70
Jumlah overhead 183.600 20.000 Rp 9,18
Jumlah biaya 283.600 20.000 Rp 14,18
Pembungkus Biru
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama Rp 500.000 100.000 Rp 5
Overhead :
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 30 PB 194.400 100.000 1,94
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 50.000 JM 270.000 100.000 2,70
Jumlah overhead 464.400 100.000 Rp 4.64
Jumlah biaya Rp 964.400 100.000 Rp 9.64

5. Identifikasi aktivitas dan klasifikasi


a. Aktivitas- aktivitas berlevel unit
1) Aktivitas ber level unit (unit level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali satu unit produk di produksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung,
jam mesin, jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk
dihasilkan.
2) Bahan baku dan tenaga kerja langsung juga dikelompokkan sebagai aktivitas
berlevel unit, namun tidak termasuk ke dalam overhead. Biaya yang timbul
karena aktivitas berlevel unit dinamakan biaya aktivitas berlevel unit. Biaya
aktivitas berlevel unit (unit level activities cost) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.
3) Contoh: biaya listrik, biaya operasi mesin., biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung (tetapi biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung tidak
termasuk overhead)

b. Aktivitas berlevel batch


1) Aktivitas berlevel batch (batch level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali suatu batch produk di produksi, besar kecilnya aktivitas
ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas
yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas
penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order
pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel
batch dinamakan biaya aktivitas berlevel bacth.
2) Biaya aktivitas berlevel batch (batch level activities cost) adalah biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Biaya
ini bervariasi dengan jumlah batch produk yang diproduksi, namun bersifat
tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi, namun
bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi
dalam setiap batch.
3) Contoh: biaya aktivitas setup, biaya penjadwalan produksi, biaya pengelolaan
bahan (gerakan bahan dan order pembelian), dan biaya inspeksi.

c. Aktivitas berlevel produk


1) aktivitas berlevel produk (product level activities) atau aktivitas penopang
produk (product sustaining activities) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini
mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan
produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara
individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut
tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi.
2) Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian
dan pengembangan produk, perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya
yang timbul karena aktivitas berlevel produk dinamakan biaya aktivitas
berlevel produk. Biaya aktivitas berlevel produk (product level activities cost)
atau biaya aktivitas penopangan produk (product sustaining activities cost)
adalah biaya atas aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk
yang diproduksi oleh perusahaan. Biaya ini timbul karena aktivitas tersebut
mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan
produk diproduksi dan dijual. Biaya ini dapat dilacak pada produk secara
individual, namun biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau bacth
produk yang diproduksi
3) Contoh biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya penelitian dan
pengembangan produk, biaya perekayasaan proses, biaya spesifikasi produk,
biaya perubahan perekayasaan, dan biaya peningkatan produk.

d. Biaya berlevel fasilitas


1) Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) atau aktivitas penopang
fasilitas (facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk
menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk
menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun
banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran
produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh
berbagai jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya:
manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan
(landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan
(PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik bersifat
administrative misalnya aktivitas pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi
untuk pabrik.
2) Biaya aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities cost) atau biaya
aktivitas penopang fasilitas product sustaining facilities cost adalah meliputi
biaya aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang
diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk
memproduksi produk namun banyak sedikitnya biaya ini tidak berhubungan
dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Biaya ini merupakan
biaya bersama bagi berbagai jenis produk yang berbeda.
3) Contoh biaya aktivitas ini mencakup : biaya manajemen pabrik, biaya
pemeliharaan bangunan, biaya keamanan, baiay pertamanan (landscaping),
biaya penerangan pabrik, kebersihan, biaya pajak bumi dan bangunan (PBB),
biaya depresiasi pabrik.

6. Perbandingan ABC Dengan Konvensional Cost

Konvensional ABC
Overhead hanya disebabkan oleh Sistem ABC memandang
cost drivers berdasarkan unit, bahwa biaya overhead
maka penggolongannya hanya variable dapat dilacak
biaya variable dan biaya tetap. dengan tepat pada berbagai
Biaya variable jumlah total produk secara individual.
bervariasi berdasarkan produk.

7. Pemilihan cost driver


Paling tidak ada dua factor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan
cost driver (pemicu biaya) yaitu:
a. biaya pengukuran dan
b. tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya.
Dalam system ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan.
Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang
menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada
system yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya dapat
meningkatkan biaya system informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang
homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini,
cost driver yang dapat digunakan pada system informasi yang ada sebelumnya
hendaknya dipilih. Pemilihan ini dapat meminimumkan biaya pengukuran. Misalnya
pada contoh PT kertajaya biaya inspeksi dan biaya setup ditempatkan pada
kelompok biaya yang sejenis, dan dapat memilih menggunakan jam inspeksi atau
jumlah produksi berjalan sebagai cost driver. Jika informasi mengenai jam inspeksi
dan produksi berjalan yang digunakan untuk kedua jenis produk yang dihasilkan
perusahaan sudah tersedia dari system yang ada sebelumnya, maka cost driver mana
yang dipilih dari antara keduanya tidak jadi masalah. Namun jika dianggap bahwa
jam inspeksi untuk setiap jenis produk tidak dapat dilacak, dan data produksi
berjalan untuk kedua jenis produk tersedia, maka produksi berjalan yang digunakan
sebagai cost driver.

Sumber pembahasan Activity Based Costing :


Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju
dan Globalisasi, BPFE, 1994

Anda mungkin juga menyukai