BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Proses produksi di perusahaan industri memerlukan penanganan yang spesifik karena
tergantung dari berbagai pesanan yang diterima, yang bervariasi antara pesanan yang satu dengan
pesanan yang lain. Pesanan yang satu harus dipisahkan identitasnya dari pesanan yang lain,
sehingga manajemen membutuhkan informasi harga pokok tiap-tiap pesanan secara
individual.Karena adanya karakteristik yang cukup unik ini , maka timbullah suatu permasalahan
yang seringkali dihadapi oleh perusahaan pembuatan kemasan plastik, yaitu masalah dalam
penetapan harga jual produk. Dalam perusahaan yang melakukan produksi berdasarkan pesanan,
harga jual ditetapkan sebelum proses produksi dimulai atau harga jual ditentukan dimuka. Harga
jual ditetapkan dimuka ini memegang peranan penting dalam terjadinya transaksi penjualan di
perusahaan, karena suatu pesanan dinyatakan diterima atau ditolak setelah adanya kesepakatan,
barulah kemudian pesanan tersebut dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
diperlukan suatu penanganan yang serius dalam proses penetapan harga jual dimuka pada
perusahaan ini.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, seringkali menghadapi masalah
dalam menjalankan usahanya, diantaranya masalah penetapan harga jual. Harga jual tersebut
harus ditentukan dimuka sebelum proses produksi itu sendiri dimulai. Untuk memecahkan
masalah tersebut,perusahaan memerlukan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem
biaya yang ditentukan dimuka.Dalam rangka memperoleh perhitungan harga pokok produksi
yang tepat dan benar untuk setiap produk pesanan,maka perusahaan membutuhkan suatu metode
akuntansi biaya produksi berdasarkan (job order costing method) .Dengan harapan melalaui
metode ini manajemen akan dapat memperoleh informasi harga pokok pesanan yang akurat,
yang bermanfaat dalam menentukan harga jual yang efektif yang akan dibebankan kepada
pemesan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Biaya
Sistem biaya merupakan alat pengukur performance suatu perusahaan, pengukuran
performance ini dilakukan secara periodikal dan terus-menerus. Sistem biaya telah dipergunakan
oleh berbagai perusahaan sebagai pengukur performa secara periodik (Cooper dan Kaplan, 1991
1). Untuk menyusun suatu Cost System diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai
(Adikusumah, 1982) :
a). Struktur organisasi dari perusahaan yang bersangkutan.
b). Proses produksi.
c). Tipe informasi biaya yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
The Commite on Cost Consepts and Standards of The American Accounting Association
memberikan definisi untuk istilah Cost sebagai berikut : Cost is foregoing measured in
monetary terms incurred or potentially to be incurred to achieve a specific objective yang
berarti biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang diukur secara terus-menerus dalam uang
atau yang potensial harus dikeluarkan untuk mencapai suatu tujuan. Istilah-istilah dan konsep
dalam menghitung biaya digunakan dalam pengertian yang berbeda-beda, oleh karena tergantung
dari kondisi, tujuan dan pihak yang akan menggunakannya (Adikusumah, 1982 1).
Contoh Kasus
PT. XYZ
Diketahui
Bagian Produksi
- Bagian Produksi I
- Bagian Produksi II
Bagian Jasa
- Bagian Jasa I
- Bagian Jasa II
Jawab,
a) Dengan menggunakan persamaan aljabar sederhana, maka biaya tiap bagian jasa dapat dibuat
persamaan sebagai berikut :
X = 80.000.000 + 0,15 Y
Y = 60.000.000 + 0,10 X
b) Kedua biaya BOP netto dari Departement Jasa I dan II ini kemudian dibebankan kepada
Departement Produksi I dan II dengan proporsi sebagai berikut :
c) Dengan menggunakan persamaan aljabar sederhana serperti diatas, maka tingkat kegiatan tiap
bagian jasa didapat
X 20.406 (dibulatkan)
Y 16.041 (dibulatkan)
Dengan demikian maka jumlah DMH netto masing-masing bagian ditentukan sebagai
berikut :
Maka Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk satuan kegiatan adalah sbb :
PT Merah Delima
Keterangan Kapasitas
Rendah (80%) Normal (100%) Penuh (120%)
Produksi 3.200 4.000 4.800
Keterangan Biaya (Rp.)
Variabel Tetap
Upah Pegawai 6.400.000 -
Bahan Pembantu 2.800.000 -
Lain-Lain 400.000 -
Penyusutan Mesin - 3.800.000
Listrik - 1.000.000
Pemeliharaan, dll - 1.600.000
Jumlah 9.600.000 6.400.000
Ditanya,
Jawab,
= Rp. 5.500,00
= Rp. 17.600,00
= Rp. 23.100,00
Departement I
= 1.400 jam/minggu
= Rp. 4.800/jam
Departement II
= 3.500 jam/minggu
= Rp. 6.000/jam
2) Menghitung Flexible Budget untuk BOP pada kapasitas 80%, 100%, 120%
Kapasitas Normal (100%)
Pada kapasitas produksi normal (100%) jumlah unit produksi adalah 1.000 unit atau
4.000 jam mesin, maka :
- BOP Variabel/DMH = 9.600.000 : 4.000 jam = Rp. 2.400/DMH
- BOP Tetap/DMH = 6.400.000 : 4.000 jam = Rp. 1.600/DMH +
- Total BOP/DMH = Rp. 4.000/DMH
- BOP = Rp. 4.000 x 4 minggu = Rp. 16.000
Jadi Flexible Budget untuk BOP pada kapasitas 100% adalah Rp. 63.100,00
Jadi Flexible Budget untuk BOP pada kapasitas 80% adalah Rp. 55.280,00
Jadi Flexible Budget untuk BOP pada kapasitas 120% adalah Rp. 71.452,00
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tudak langsung
dann biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokan tersendiri yang
disebut biaya overhead pabrik. Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk
pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead
pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya,
sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang terjadi dalam
departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif BOP yang berbeda-beda untuk tiap
departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani
dengan BOP. Sesuai dengan departemen bersangkutan.
- See more at: http://bankmakalah-id.blogspot.co.id/2015/05/makalah-biaya-overhead-
pabrik.html#sthash.B9KOpQPm.dpuf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39871/4/Chapter%20I.pdf