Anda di halaman 1dari 7

MODUL

KESEMBILAN

Contoh 16 :
Andaikata umur dari alternatif dari mesin x pada contoh sebelum ini adalah 8
tahun, bukan 6 tahun, maka alternatif mana yang harus dipilih?

Penyelesaian:
Untuk memecahkan persoalan ini, maka langkah awal adalah menyamakan
periode penelaahannya . Pada kondisi seperti ini, maka analisis dilakukan pada
periode 24 tahun, yaitu sebagai kelipatan terkecil dari umur bergunanya. Pada
setiap akhir umur pakai, diansumsikan, mesin yang bersangkutan dibeli lagi,
dan karakteristiknya sama dengan yang semula. Sehingga dengan demikian
kondisi masalah ini menjadi

Mesin X :

100 100 100


450

2000 2000 2000

NSB = 450(P/A,8%,24)+l00(P/F,8%,8)+100(P/F,8%,16)+100(P/F,8%,24) -
2000 - 2000(P/F,8%,8) - 2000(P/F,8%,16)
= 1172

Mesin Y :

700 700 700 700


600

3000 3000 3000 3000

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 1


NSB = 600(P/A,8 %,24)+700 (P/F,8%,6)+700(P/F,8%,12)+700(P/F, 8%, 18)
+700(P/F, 8%, 24) – 3000 - 3000(P/F, 8%, 6 ) - 3000(P/F,8%, 12)
- 3000 (P/F, 8%, 18 ) = 489

Dengan demikian, apabila umur pakai mesin X adalah 8 tahun, sedangkan


mesin Y tetap seperti semula 6 tahun, dan karakteristik lainnya tidak berubah,
maka mesin X adalah lebih menguntungkan dibandingkan dengan mesin Y.
Oleh karena itu dipilih mesin X.

Konsep Terminal Value

Tampaknya dalam kaitan penyamaan periode analisis, pada contoh 3 di atas


masih dapat dikatakan cukup beralasan. Tetapi bagaimana apabila alternatif
yang satu mempunyai umur 7 tahun sedangkan yang lainnya adalah 13 tahun.
Apakah kemudian disamakan menjadi 91 tahun ? Barangkali hal ini sukar
diterima dalam dunia nyata., atau dapat dikatakan perhitungan kita terlalu
panjang.

Untuk mengatasi hal ini perlu diperkirakan suatu tahun tertentu, yang kemudian
disebut sebagai terminal value, sebelum akhir dari umur pakai-nya. Gambar
berikut ini dapat menunjukkan denngan contoh, penggunakan konsep ‘terminal
value ‘ tersebut.

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 2


F 1/
F1 (nilai sisa mesin kedua
F1
pada pemakaian 3 thn.

7 10 14

P1 (mesin pertama) P 1 (mesin kedua)


F2/
Nilai sisa pada F2
pemakaian 10 thn.

10 13

P2

Gambar : Konsep terminal value

Dapat dilihat bahwa altematif pertama pada Gambar di atas, diasumsikan


dibeli kembali setelah habis masa tujuh tahun pertama, tetapi kemudian
diperkirakan terminal valuenya pada tahun kesepuluh. Sedangkan alternatif
kedua tidak perlu dibeli lagi, tetapi juga diperkirakan terminal valuenya pada
tahun kesepuluh. Penentuan pada tahun mana terminal value itu perlu
diperkirakan sangat tergantung pada kondisi yang teijadi pada kasus yang
dihadapi. Tidak ada suatu ketentuan yang baku. Secara umum dapat dikatakan
baliwa terminal value mempakan penjumlahan (nilai ekivalensi) dad nilai sisa
dan opportunity dad sisa umur pakainya. Oleh karena itu terminal value akan
lebih besar dibandingkan nilai sisa.

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 3


Perhitungan terminal Value

P
F’
F

n2 n1
a (n1 – n2)
----- = --------------
b n1

a (n1 – n2)
--------- = -------------- ? a = (n1-n2)/n1 (P-F)
(P-F) n1
(n1-n2)
F’ = F + a = F + /n1 (P-F) = F + P - n2/n1P + F - n2/n1F

= P - n2/n1(P-F)

Contoh 17 :
Sebuah peralatan dengan harga investasi Rp. 150 juta dengan umur berguna
13 tahun dengan nilai sisa Rp. 20 juta. Berapa nilai peralatan tersebut Pada
akhir tahun kesepuluh?

F’ = P - n2/n1(P-F) = 150 - 10/13(150 - 20) = 50

Analisis ekonomi dari alternatif dengan periode analisis tak terbatas ?


Biaya yang dikapitalisasi

Masalah lain yang dihadapi pada analisis nilai saat ini adalah apabila alternatif
rencana investasi memiliki umur pakai tak terhingga ( n = ~). Kasus ini sering
terjadi pada analisis proyek-proyek pemerintah, karena proyek pemerintah
tersebut keberadaannya akan terus dipertahankan. Artinya apabila proyek
pemerintah telah habis umur pakainya, maka proyek sejenis akan dibangun
kembali, dan hal ini terus dilakukan untuk waktu yang tak terbatas. Mlsalnya

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 4


jalan raya, irigasi, pipa air minum, dan sebagainya akan dibuat relatif
permanen. Pada situasi ini, yaitu pada situasi umur analisis tak terhingga, nilai
sekarang dari biaya tersebut disebut sebagai biaya yang dikapitalisasi
(Capitalized Cost).

Biaya kapitalisasi didefinisikan sebagai biaya yang disediakan saat ini jika
untuk waktu yang tidak terbatas kita dapat menarik dana dalam jumlah yang
sama ber-turut-turut.
Biaya kapitalisasi ini dipergunakan untuk membandingkan biaya yang
dikeluarkan jika membandingakn proyek yang umur pakainya tidak terbatas.

Untuk memperjelas pengertaian biaya kapitalisasi kita tinjau hal berikut :

Perhitungan biaya kapitalisasi


Misalkan seorang hartawan menyimpan uangnya di Bank sebesar Rp. 200 juta
dengan tingkat suku bunga 10% per tahun. Berapa jumlah uang yang boleh
diambil setiap tahunnya jika ia menginginkan uangnya tetap sebesar Rp. 200
juta? Tentu saja jawabnya mudah sekali, setiap tahun ia dapat mengambil uang
sebanyak 10 % x Rp. 200 juta, yaitu sebesar Rp. 20 juta. Situasi ini dapat
diperlihatkan sebagai berikut (satuan dalam Rp. juta)

saat ini
P tahun pertama
200 ? 200+20 = 220
diambil iP = 20 tahun kedua
200 ? 200+20 = 220
diambil iP = 20
200 dan seterusnya
201

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 5


bunga setiap tahun = iP

n=?

Dapat dilihat bahwa dari nilai awal P dapat diambil setiap tahun (annual)
sebesar iP
atau:
Untuk n = ? ? A = iP ? P = A/i

Dari setiap hubungan ini dapat dinyatakan suatu biaya kapitalisasi dengan

rumusan :

Biaya per tahun A


Biaya kapitalisasi = ------------------------ = ------
Suku bunga i

Contoh 18 :

Sebuah rencana pemasangan pipa untuk menyalurkan air dari tempat


penampungannya keseluruh konsumen air bersih disebuah kota memerlukan
ongkos pemasangan pipa sebesar Rp. 8 milyar, dan harus diperbaharui setiap
70 tahun. Bila tingkat suku bunga adalah 7 %, berapa besar biaya kapitalisasi
dari proyek tersebut?

70 140 210 280


n=?

8M 8M 8M 8M 8M
8M

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 6


Biaya pemasangan sebesar Rp. 8 milyar pada akhir tahun ke 70 mempunyai
nilai ekivalensi tahunan selama 70 tahun pertama sebesar A = 8 M(A/F,7%,70)
= 8 M x 0,00062 = Rp. 4.960.000. Nilai ekivalen tahunan pada 70 tahun
kedua dari biaya pemasangan Rp. 8 M pada akhir tahun ke 140, nilai
ekivalen tahunan pada 70 tahun ketiga dari biaya pemasangan pada akhir
tahun 210, dan seterusnya adalah sama adalah Rp. 4.960.000. Dengan
demikian biaya kapitalisasi dapat dihitung yaitu sebesar:

P = 8 milyar + A/i
= 8 milyar + 4.960.000/0,06 = 8,070 milyar

Cara lain untuk memecahkan persoalan tersebut adalah dengan menentukan


nilai ekivalensi tahunan dan biaya pemasangan 8 milyar pada tahun ke 0 untuk
70 tahun pertama yaitu sebesar :

A = 8 milyar ( A/P, 7 %, 70)


= 8 milyar x 0,0706 = Rp. 564.800.000

70 140 210 280


n=?

8M 8M 8M 8M 8M
8M

Karena nilai A ini akan sama untuk 70 tahun yang kedua, dan 70 tahun-tahun
berikutnya maka biaya kapitalisasi dapat dihitung sebesar :
A 564.000.800
P = ----- = ---------------------- = 8,070 milyar
i 0,07

D:\PKSM\MK\Ekotek\Modul\ Ekotek.M -9.doc 7

Anda mungkin juga menyukai