Anda di halaman 1dari 169

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |0

RAMUAN JAMU
REVOLUSI
SEBUAH PROSES IDEOLOGISASI MAHASISWA

AAB ELKARIMI

2014

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |1


Judul:

RAMUAN JAMU REVOLUSI


SEBUAH PROSES IDEOLOGISASI MAHASISWA

ISBN :-

Kategori : Sarkasme-Ideologis

Penulis : Aab Elkarimi

Editor : Aab Elkarimi

Penata Letak : Aab Elkarimi

Desain Cover: Aab Elkarimi

Cetakan ke-1, September 2014

2014

Hak cipta dilindungi Allah SWT.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |2


Dengan Menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang

untuk para mahasiswa yang bersiap jadi martir revolusi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |3


Berpikir tentang perubahan tidak akan disukai oleh orang-orang
lemah semangat dan tidak akan diterima oleh orang malas. Sebab,
perubahan itu sendiri harganya sangat mahal.

-Taqiyuddin An-nabhani

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |4


KATA PENGANTAR

B
erbagai macam kedzaliman setiap harinya begitu nyata
terlihat. Nyinyir erupsi ketiadaan dan pembunuhan
atas nama kesepelean berlalu mengenaskan. Kita
banyak mendapati hal-hal berbau darah, kematian konyol,
dan pengunggulan satu manusia atas manusia lain yang tak
berdasar, yang karenanya hal ini telah mengarahkan manusia
ke gerbang ambiguitas yang begitu mblunder. Tidak terlalu
berlebihan ketika kondisi ini dikatakan sebagai upacara bunuh
diri masal pasca moderniasi informasi dan tekhnologi
mutakhir.

Hanya saja persoalan tidak terhenti di sini, satu hal yang


menyakitkan adalah bahwa diamnya generasi muda terhadap
para bandit yang menabuh genderang perang, telah
melambung dan menjadikannya konsensus yang termaklumi
betul, sehingga musuh tidak disadari sebagai musuh, penjahat
tidak dianggap sebagai penjahat, malah disenggamai dalam
satu ranjang peradaban berupa penikmatan terhadap ide-ide,
cumbuan penuh kebutaan yang dipropagandakan media lacur
yang menghasilkan keacuhan terhadap fenomena yang begitu
tak terhingga.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |5


Karenanya, saya memandang perlu untuk menyebarkan ide-
ide segar demi sebuah revolusi abadi umat manusia yang
selalu berawal dari kiprah generasi muda. Ide-ide yang
menyegarkan dan tidak menimbulkan keraguan ini ditujukan
untuk generasi muda dengan segala potensi yang dimilikinya,
sehingga ia mampu membawa manusia, alam semesta, dan
kehidupan kepada satu titik kesempurnaan atas landasan
penggunaan akal yang rasional.

Kepada Allah yang Maha merajailah saya berlindung penuh


di balik makar-makar para bandit yang berkolaborasi bersama
nafsu kesintingan.

Semarang, September 2014

Aab Elkarimi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |6


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .
PENDAHULUAN .
Bagian I
RUANG LINGKUP KEMANDULAN MAHASISWA DAN
PEMECAHANNYA
Mengenal Kemandulan .
Mencari Kebenaran dan pemaknaan hidup ..........
Mahasiswa dan Realitas Kekinian .
Bagian II
IDEOLOGI
Sekilas Tentang Ideologi .
Agama dan Ideologi .
Bergeraknya Ideologi .
Ideologi Islam dalam Negara .
Bagian III
PEMBACAAN SITUASI PENDOMINASIAN IDEOLOGI
Sekilas Tinjauan Ideologis Konflik Dunia .
Dominasi Ideologi di Indonesia .
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |7
Berkenalan Dengan Musuh dan Makar .
Bagian IV
MERENCANAKAN REVOLUSI
Percikan Api Itu Telah Ada .
Pergerakan Tanpa Bayaran .
Strategi Membangun Poros Kekuatan .
Tahap Terakhir .
DAFTAR PUSTAKA .
PROFIL PENULIS .

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |8


PENDAHULUAN

Teruntuk cintaku pada Allah, Manusia, alam semesta, dan


kehidupan.

G
enerasi muda yang tertipu oleh konsep hidup
materialisme telah banyak tercetak dan mengigau
untuk selalu sukses. Dimulai dari pandangan hidup,
tindak-tanduk, ucapan, dan tingkah bersosial yang bergerak
dalam framework senang itu banyak harta. Materi yang
dijadikan parameter hidup berimbas pada pemaknaan bahwa
kadar sukses dan berhasil bukanlah definisi lawas seperti apa
yang dikata orang tua jaman dulu; kepuasan batin, tapi
sesuatu yang definitif dan bermakna tunggal bahwa termasuk
kepuasan batin harus berlandaskan materi.

Barangkali bagi sebagian orang ini hal biasa, namun


bagi saya tetaplah gila. Saya tak sampai hati berkata bahwa
seluruh desahan nafas yang lahir dari pola hidup materialistis
ini adalah hasil dari pengaminan jutaan manusia bingung
dalam pemaknaan hidup yang hanya bisa sampai pada
terpenuhinya hajat perut, pengakuan /popularitas, dan
kelamin. Efek terbesar yang kemudian hadir adalah kerdilnya

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa |9


pemikiran setiap manusia tentang pemaknaan hidup. Bolehlah
kita berkaca terhadap realitas generasi muda saat ini sebagai
bahan pertimbangan akan kemanakah peradaban bergerak.
Linda Teplin, dari Nortwesterin University Feinberg Medicine -
Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa Angka kematian
remaja nakal berusia 15-19 tahun (di Amerika), hampir dua kali
lipat dari pasukan yang bertempur di Irak dan Afganistan.

Jika diibaratkan sebuah pohon, konsep hidup


materialisme ini adalah buah dari kegundahan hati dan
ketidakpuasan akal dalam menjawab makna hidup. Sehingga
yang muncul adalah buah-buah busuk yang hanya menjadi
benalu. Ya, ini semua semata-mata hanyalah obrolan
membosankan tentang bagaimana manusia sibuk dan
khawatir mengurus diri sendiri, bertahan hidup untuk tidak
dijatuhkan dan diungguli oleh manusia lain. Kemudian
muncul banyak persaingan untuk lebih kuat, untuk lebih
mengungguli, dan untuk lebih wah dari yang lainnya. Ini
seolah semua yang ada di bumi bersepakat menjadi makmum
dari teorinya Hegel tentang dialektika, bahwa segala sesuatu
yang ada di alam ini adalah hasil pertentangan dari dua hal
yang menimbulkan hal yang lain lagi, simpulan yang lebih
spesifiknya lagi bahwa kesuksesan itu diraih dengan
mengalahkan yang lain karena dirinya telah kuat dan hebat
yang tidak membutuhkan siapa pun dalam percaturan
memperebutkan sepotong roti atau secandu rente.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 10


Konsep hidup materialisme yang menghasilkan pola
semacam ini berjalan terus menerus secara unconsciously,
artinya bergerak dalam ketidaksadaran, tiba-tiba saja semua
mengalir secara spontan dan otomatis. Bahwa ketika manusia
berjalan menentukan langkah dan impian, dihantui oleh
premis-premis dari konsep hidup materialisme ini.
Materialisme ini jika dibiarkan tumbuh dan akarnya bercokol
kuat dalam tanah bukan tidak bisa menghasilkan efek, justru
yang terjadi adalah linglungnya seluruh manusia karena
semua bergerak berdasarkan asas manfaat; yang paling
banyak menghasilkan manfaat itulah yang harus diambil.
Sehingga bagaimana pun keputusan itu menginjak nilai dan
norma, melemparinya dengan kotoran, tetap akan diambil
ketika melahirkan manfaat. Kalau sudah begini bukankah
menyeramkan?.

Saya tidak akan terlalu ndakik-ndakik bicara teori di awal


tulisan ini. Sederhananya saja, saat ini adalah wajar jika
kemudian manusia terhanyut oleh arus besar ini, buih besar
materialisme yang tengah mendarah daging. Kita bisa melihat
(bahkan bisa membuktikannya) sendiri kejadian-kejadian
sederhana di sekitar, tentang apa yang ada di setiap benak
generasi muda. Dalam obrolan standar bersama teman, bisa
dipastikan isi pembicaraannya hanya berkutat tentang hangout
di mana, pacar siapa, nonton apa, paling mentok adalah
tekanan ujian, cobaan indeks prestasi, lanjut studi ke jenjang
berikutnya. Ini semua begitu otomatis dan terstandarisir, jika
usia beranjak dewasa obrolan berkembang dalam batas

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 11


kewajaran yang menohok, berkembang hanya beranjak pada
pekerjaan, persiapan menikah, membuntingi, dan berkeluarga
sakinah, mawadah, warohmah. Hal ini menampakkan pada kita
bahwa makna hidup yang mafhum dipahami lebih pada nilai
perjuangan telah mengalami kebiasan yang terlampau parah,
kedistorsian yang memprihatinkan bahwa manusia dengan
sikap ke-individualisme-annya membawa kabur kehidupan
bersosial dan lari terbirit-birit mengejar impian pribadi. Jika
penuturan ini dibawa pada ranah pendefinisian Emha, akan
sampai pada istilah egomania yaitu suatu kondisi mentalitas
di mana kosmos kepribadian seseorang hampir seluruhnya
diisi oleh hanya dirinya sendiri.

Maka alangkah sangat tidak etis ketika generasi muda


saat ini lupa bahwa perjuangan hidup yang sebenarnya adalah
perjuangan besar dalam menumbangkan sesuatu yang besar
yang tertutupi oleh sesuatu yang besar. Generasi muda yang
tidak sadar adalah mereka yang kesurupan, tidak memiliki
definisi dari keberadaannya, dan hidup dalam hegemoni opini
yang berujung menjadi objek tarik ulur antar kubu yang
berkepentingan.

Bagi saya, definisi generasi muda dalam menghadapi


tantangan ini adalah generasi yang telah selesai dengan imaji-
imaji fiktif mimpi pribadi, yang mereka tengah berjuang
meniti jalan kerasionalan, beranjak perlahan membangun
kepedulian, dan berusaha menggali pemaknaan mendasar
tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan. Dari sinilah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 12


menjadi sangat jelas bahwa generasi muda bukanlah generasi
yang diciptakan hanya untuk foya-foya, merangkai masa
depan dengan kelacuran ide, menarik pemaknaan pada
sebatas yang kelihatan, dan berjuang untuk sesuatu yang tidak
bermutu. Sebuah perkataan agung pernah tertutur dari lisan
orang yang paling kita teladani, Rasulullah SAW.

pertanda Allah meninggalkan seorang hamba adalah ketika ia sibuk


dengan hal-hal yang tidak penting

Lantas sudah pentingkah semua rutinitas yang sudah


dikerjakan? Jika sudah, seberapa pentingkah?

Lewat buku inilah saya ingin berbagi bersama pembaca


muda tentang kepentingan yang paling penting, yaitu
kerangka dasar berpikir dalam proses ideologisasi yang
berdasar pada kerasionalan tentang pemaknaan. Ini menjadi
penting karena tidak ada alasan lain untuk merubah
kesemrawutan realita saat ini selain berawal dari
mendudukan kembali proses berpikir untuk mengetahui
kebenaran. Sehingga harapan munculnya para bidak catur
yang akan membuat gebrakan kemenangan dari sudut yang
tak terduga --berupa terciptanya manusia utuh yang unggul
dan memiliki nilai-- bisa terlaksana untuk menggetarkan
seantreo bumi.

Ini bukan sebuah kemustahilan dan hal yang utopis!


Generasi muda yang tidak merasa bodoh, salah, dan dekaden
ketika berkata pada dunia bahwa kita adalah pemuda yang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 13


bisa merubah dunia, bahwa kita, dengan konsep yang kita
punya bisa ikut andil memberikan kontribusi nyata berupa
rahmat pada semesta, sebenarnya sangat bisa direalisasikan.

Lewat ideologisasi yang rasional dan kontinyu Ia akan


bergerak hebat karena berlandaskan konsep yang matang, ia
akan menjadi pionir meskipun terlahir di tengah arus gonjang-
ganjing ejekan dan banyak yang menertawakan. Generasi
muda saat ini adalah generasi yang harus membuktikan pada
manusia dewasa tentang kesalahan tudingan mereka bahwa
generasi muda saat ini mandul dan lacur dari segala aspek.
Yang karena tudingan ini generasi muda mesti diperhatikan
betul dan butuh bimbingan yang penuh pendiktean tak masuk
akal dan cukup membebani. Kita harus bisa membuktikan
pada mereka bahwa saat ini gagasan kita lebih bisa diterima
untuk membebaskan dan merubah dunia, melebihi gagasan
para manusia dewasa yang (kebanyakan) telah terkontaminasi
akumulasi kapital dan itung-itungan matre karena kecemasan.

***

Saya harus menyatakan bahwa meskipun banyak buku


yang terbit terkait fenomena remaja kontemporer, baik berupa
tips & trik, esai, narasi-narasi, fatwa, nasihat, atau pun sastra
propaganda, dengan perasaan berat hati terpaksa sebagian
besar saya abaikan begitu saja. Bukan berarti tidak ada
penghormatan terhadap karya para penulis yang peduli
dengan generasi muda, namun ini lebih pada argumentasi
pribadi yang memang jelas berbeda. Saya mendasarkan diri
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 14
pada alternatif metedologi semi kualitatif yang menitik
beratkan pada pengalaman pribadi dengan pendekatan
terhadap kajian utuh tentang ideologi dalam definisinya yang
lugas, yang dalam pemahaman saya adalah sebagai satu-
satunya gagasan yang melatar belakangi terbentuknya
generasi muda saat ini, generasi muda masa lalu, dan generasi
muda yang akan datang. Yang dari sini bergulirlah
peradaban-peradaban yang telah dan akan berakhir, yang
telah dan akan berkembang, yang telah dan akan gemilang. Ini
sangat logis, dadu-dadu yang telah digulirkan tidak selalu
ibarat undian yang menegangkan. Kita bisa menggulirkan
dadu dengan taktik supaya kita beranjak unggul yang bukan
sebuah kecurangan. Dari sinilah pentingnya kerangka berpikir
untuk menghasilkan sel-sel strategi yang mantap dan
mendobrak.

Kita saat ini bersama-sama berangkat dari keadaan


ketika dunia dengan kesintingan dan kepecundangan para
manusianya telah membuat propaganda besar bahwa revolusi
itu tidak lagi perlu dan tidak penting. Kita dibodohi oleh
ketakutan yang begitu luar biasa tentang revolusi; darah, air
mata, kelaparan, dan mayat. Sehingga untuk (hanya) berpikir
beda pun kita tak berani. Sebetulnya dari hal ini menjadi
sangat jelas bagi kita bahwa emphasis nilai seorang pemuda
bukan terletak ketakutan yang diciptakan pihak lain, namun
pada keberanian dalam keberpihakannya pada kebenaran. Ya,
menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa pemuda
yang betul-betul pemuda bukan diukur pada seberapa jauh ia

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 15


melabuhkan cita-citanya dalam balutan imaji-imaji fiktif hasil
mengekor pada kemainstreaman, namun pada seberapa besar
ia mampu membawa alam, kehidupan, dan manusia lain
untuk ikut berkembang menuju satu titik kesempurnaan
berupa kemantapan dalam pemaknaan.

Saya telah memulai pembahasan tentang generasi


muda dengan asumsi bahwa nasib generasi muda bukanlah
suatu fenomena asli yang tiba-tiba muncul. Generasi muda
tidak ada begitu saja, seperti juga orang tua yang tidak bisa
muncul dengan kematangan dan kebijaksanaan yang begitu
saja, semua ada proses yang melatar belakanginya. Keseriusan
kita menanggapi observasi besar Vico dalam Edward Said:
1978, kiranya penting kita garis bawahi, bahwa manusia
sendirilah yang membuat sejarah mereka, bahwa apa yang mereka
bisa ketahui adalah apa yang telah mereka perbuat. Maka
mengukir sejarah baru yang beranjak dari kesemrawutan ini
adalah tidak lain bagian dari kehidupan itu sendiri.

Terakhir dari pendahuluan singkat ini saya ingin sekali


sampaikan sebuah hadits dari Hudzaifah radhiallahu anh yang
selama ini menjadi motivasi yang terus memacu saya.

Barangsiapa yang bangun di pagi hari tidak memikirkan urusan


kaum muslimin, maka dia tidak termasuk umatku.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 16


Bagian I

RUANG LINGKUP KEMANDULAN


MAHASISWA DAN PEMECAHANNYA

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 17


Mengenal kemandulan

S
ebelum beranjak pada pembahasan mandul yang masih
simpang-siur antara peran dan reproduksi, terlebih
dahulu saya ingin membawa para pembaca untuk
menyelami fragmen sejarah dunia. Tentang bagaimana timur,
khususnya timur dekat dalam bingkai orientalisme, menjadi
begitu dikenal barat sebagai lawan sejak zaman kuno. Ada
injil dan bangkitnya agama Kristen; ada pelancong-pelancong
seperti Marco Polo yang memetakan rute-rute perdagangan
dan memolakan sistem perdagangan yang teratur, dan
sesudah dia Ladovico di Var thema dan Pietro della Valle; ada
fabelis-fabelis seperti Mandeville; ada gerakan penaklukan
timur oleh Islam yang tersohor; ada peziarah-peziarah militan,
utamanya tentara salib. Dari itu semua terbangunlah suatu
arsip internal dari literature yang bersumber dari pengalaman
sejarah tersebut, hingga fenomena sejarah besar yang terakhir
sebelum Uni Soviet runtuh pada 1992 di bawah pemerintahan
Gerbachev, terbentuknya blok barat dan blok timur. Sejarah
perlawanan dan pertempuran umat manusia memang selalu
menghasilkan decak kagum.

Maka ketika kisah ini dibacakan, sedang berada di


manakah kita? Pemikiran kita? Atau aktifitas dan arus
pergerakan kita sebagai generasi muda? Masihkah berkutat
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 18
seputar kejar-kejaran dengan bom waktu yang bernama
rangking atau indeks prestasi? Masih berpikir tentang
beasiswa keluar negeri dengan modus optatif untuk pamer
kepada teman sebaya? Masihkah dengan rutinitas yang biasa
dan sederhana? Bangun lalu mandi, mandi lalu bersiap kuliah,
kuliah lalu lemas, tidur dan istirahat, kemudian berulang
hingga bosan? Jika benar demikian, bukankah ini sebuah
kamuflase tujuan yang rangup, yang akarnya tidak akan
terjurai meresap banyak air dan memberikan daun yang
rindang dan buah yang banyak? Inilah sejatinya kemandulan!

Kata mandul dalam KBBI berarti tidak dapat


mempunyai anak. Jika disandingkan dengan fenomena
generasi muda saat ini, adalah soal aktifitas yang tidak
melahirkan sesuatu yang berarti. Sesuatu yang bisa membawa
manusia terbebas dari perbudakan dan tidak lagi menghamba
kepada manusia lain dalam mencukupi kebutuhannya. Baik
kebutuhan dalam dimensi naluri berseksual (ghorizah an-naw),
naluri mempertahankan diri (ghorizah al-baqa), atau naluri
untuk merasa diri rendah dan membutuhkan dzat yang segala
maha untuk bersandar (ghorizah attadayyun) yang kesemuanya
itu disandarkan pada kemantapan akal dan keteguhan hati.

Kemandulan tidak semata-mata dispekulasikan sebagai


idiom atau istilah yang berlainan makna asalnya. Kemandulan
secara berjenjang lahir dari proses berpikir unstructural yang
tidak memiliki titik temu antara objek yang akan dilakoni
dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari sinilah muncul

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 19


tindakan-tindakan nyleneh yang mula-mula kecil dan
disepelekan, kemudian dari penyepelean ini muncullah
pemakluman, lalu membesar lagi dan memunculkan
kesepelean lain dan berujung pada dekadensi moral akut.
Contohnya ketika berbicara tentang masa orientasi siswa,
masih saja ditemui dengan mudah ketidakberesan. Awalnya
ini mungkin hanya kebingungan tentang bagaimana
memerlakukan adik angkatan untuk beradaptasi terhadap
instansi pendidikan yang baru, karena tidak memiliki
kapasitas untuk mengenal watak manusia, maka munculah
perpeloncoan konyol yang tak manusiawi, yang seolah
mengingatkan kita bahwa perbudakan itu harus dikenang,
bahwa fasisme itu adalah sebuah ritual yang harus dirasakan,
bahwa kemandulan itu harus dinikmati!. Pernahkah
mengalami hal kecil semacam ini? Tentang rentetan barang
bawaan yang harus dibawa pada masa orientasi di pagi buta;
Topi dari setengah bola plastik, tas kresek hitam putih, Kodok
berwarna merah, sepasang lalat bercumbu, minyak kayu putih
cap baygon, atau rokok lima batang berbeda merk? Pernahkah
diperintah untuk dibotak semuanya? Dan kita memaklumi itu
ritual khas?

Menjual masa depan

Mengenai kemandulan dengan segala


kefenomenalannya yang menjangkit setiap generasi muda,
kita tidak bisa lari dari pendapat bahwa dalam menilai masa
depan Indonesia, masihlah sangat relefan menggunakan
kemasan distopia, yaitu penggambaran nasib Indonesia ke
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 20
depan dengan penggambaran begitu menyeramkan, heboh,
dan siap diselimuti kenestapaan.

Semua ini berawal dari kultur dan kecenderungan pola


yang seragam dari instansi pendidikan tinggi pencetak
intelektual muda. Intelektual yang saat ini dimaknai sebagai
profesi menara gading, duduk di kasta teratas dan wajib
dihormati, membuatnya kikuk untuk terlibat dalam persoalan
kemasyarakatan. Akibatnya kehidupan seorang pemuda
Indonesia yang benar-benar peduli terhadap nasib bangsanya
sangatlah menekan perasaan. Di setiap Instansi manapun
hampir dapat dipastikan-- terdapat mufakat bulat bahwa
dialog-dialog, diskusi-diskusi yang membicarakan isu
kebijakan yang lahir dari pemerintah, bukan menyangkut
kebijakan universitas, terlebih lagi yang mengadakannya
bukan dari organisasi intra kampus, secara politis dianggap
tidak ada, kalau pun terpaksa diakui keberadaanya, maka ia
dipandang sebagai angin lalu, pengganggu, atau sebagai bibit-
bibit teroris yang bermakar untuk negara. Hegemoni stereotif-
stereotif yang dilahirkan media, dan peran pemangku
kebijakan yang terlampau fokus terhadap akademis dengan
meninggalkan kultur pendidikan politik pada generasi
mudanya, sangat terasa kental sekali. Dehumanisasi dan
pembelengguan yang disertai kalimat satir dengan dalih
ngurus sendiri aja belum becus, ngapain ngurusin negara bagai
kutukan takdir. Mengkerdilkan. Lalu mematikan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 21


Daoed Yusuf, mantan menteri pendidikan era soeharto
yang pertama membuat kebijakan Normalisasi Kehidupan
Kampus (NKK-BKK) dengan memfokuskan para mahasiswa
pada aspek akademis semata, tengah kerampokan tujuan;
bahwa saat ini, alasan yang beliau utarakan semasa dulu
bahwa NKK-BKK ini adalah untuk membentuk generasi muda
yang matang dalam konsep untuk menjadi pemimpin masa
depan yang bijak; TIDAK TERBUKTI SAMA SEKALI. Yang
terjadi saat ini adalah kegagalan total bahwa mahasiswa tidak
juga menjadi sangat akademisi dan bersemangat dalam riset,
dan tidak juga peduli dengan nasib bangsanya. Kalaupun ia
menggandrungi penelitian dan pengabdian, pendasarannya
adalah imbalan materi dan popular, malah sering kita temui
pengabdian yang tidak didasari kepedulian kerap
dilaksanakan karena paksaan nilai E. Yang bisa kita baca
sekarang adalah banyak para sarjana yang jadi bandit dan
korup, padahal pintar dengan konsep-konsep yang telah
diajarkan. Lalu apa yang menjadi akar masalah?

Diagnosis gejala

Kita bisa menarik satu simpulan kecil bahwa ternyata


letak persoalan bukan pada normalisasi kehidupan kampus
untuk mencetak intelektual profesional. Ada persoalan besar
yang membelah premis dangkal antara kampus sebagai dunia
akademis dan pusat riset, dengan masa depan bangsa yang
baik. Kita tidak bisa berlogika dengan mengumpulkan dua
premis di atas menjadi sebuah simpulan ala Aristoteles; jika
mahasiswa benar-benar belajar maka masa depan bangsa akan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 22
baik. Tidak! Toh sekarang kelacuran malah dilakukan oleh
mereka yang berpendidikan, dan keilmiahan bukan lagi
standar masa depan yang cerah. Analisis saya cukup
sederhana, pertama, jika melihat struktur bagian otak,
ternyata beda letak berpikir eksak dengan berpikir untuk
memegang teguh nilai dan moralitas. Kedua, perbedaan
antara cortex dan pre frontal cortex ini bisa saling terkait
ketika pre frontal cortex yang berfungsi memegang teguh
moralitas dan nilai-nilai muncul karena ketuntasan cortex
untuk diajak berpikir secara rasional dan mendasar. Saya
tidak hafal betul bagaimana teori ini kelanjutannya, namun
kiranya pembagian ini cukup membantu mengklasifikasikan
antara sains/pengetahuan, keteguhan memegang nilai, dan
moralitas. Bagaimana seseorang bisa teguh memegang nilai?
Bagaimana moralitas dan emosional bisa terkontrol? lebih
jauhnya apakah sikap empati, simpati, peduli, dan iba hati
bisa lewat metode ilmiah? Apakah dunia kampus memiliki
tawaran solusi untuk ini semua?

Dari bingung berujung ancaman dan ketakutan

Selama ini saya -dan mungkin kita semua-- merasa


dunia kampus dengan segala hiruk pikuk akademisnya dan
menganggap asing hal di luar itu, tidak juga menawarkan apa
pun selain kebingungan yang terus menerus muncul. Bahkan
obrolan dengan dosen kadang hanya berujung keringat dari
anggukan pura-pura semangat, berputar pada paparan solusi
teknis dari sudut pandang mereka sebagai intelektual yang
memegang teguh professionalisme. Dosen teknik sipil
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 23
memandang bahwa Indonesia mundur karena insfrastuktur
semisal jembatan, jalan raya, pelabuhan dan bandarayang
tidak memadai, dosen pendidikan memandang bahwa
keterpurukan ini semata-mata karena kurikulum yang tak
jelas, dosen ekonomi berbicara hanya pada tataran mekanisme
ekonomi; surplusenya anggaran, fluktuasi, nilai beli, daya jual,
inflasi, dan membangun mental enterpreuner untuk
memperkaya diri. Begitu pun dengan dosen agama yang
hanya memandang keterpurukan ini semata-mata terkait
persoalan akhlak dan ibadah individual pada pribadi
masyarakat yang dirasa kurang taqwa. Seolah antara satu
bidang dengan bidang lain berjalan sesuai batas kotak, yang
antara satu kotak dengan kotak lain tidak bisa bergandengan
tangan atau sekedar saling sapa. Ya, tidak ada benang merah
dari banyak obrolan itu yang bisa memberikan solusi integral
yang paling masuk akal dari keterpurukan bangsa ini.

Bisakah kita semua beranjak keluar dari laten


profesionalisme yang sangat membahayakan? Maksudnya
bukan kita menolak profesionalisme, tapi pemaknaan
profesionalisme yang sarat akan kepentingan materilah
sebagai belenggu. Profesionalisme yang dianggap sebagai
profesi intelektual sebagai penghidupan untuk kecukupan
perut dan kelamin inilah yang merupakan momok
menakutkan. Akibatnya kita melihat banyak professor yang
takut melepas diri dari afilasi universitas yang membiayainya,
banyak politikus yang kehilangan taring karena tekanan
parpol, dan banyak mahasiswa yang mlempem karena terjerat

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 24


aturan beasiswa. Begitu keberatan ketika kita mengetahui saat
ini yang dikata intelektual terlalu wara-wiri dengan kegiatan
bersolek dan bermake-up dan begitu menyakitkan bagi kita
ketika ia memilih diam demi kehati-hatian prestise diri.
Padahal kesemrawutan harus segera dipecahkan, padahal
kericuhan harus segera ditenangkan.

Maka wajar, ketika paparan ini berimbas kefrustrasian,


karena ternyata medan hidup yang harus dilalui terlampau
berat dan penuh tekanan, masa depan tidak menawarkan
apapun selain persaingan. Kemudian yang menarik terjadi di
tengah persaingan ini adalah semua rakyat yang merasa heran
dan terkaget, apa sebenarnya yang terjadi dan hinggap di
benak generasi muda sebagai kaum intelektual. Para orang tua
yang awalanya berharap bahwa anaknya akan sukses di masa
mendatang malah shock dengan kabar yang berdering di
ponsel, bahwa anaknya telah bunting, diperkosa, mabuk-
mabukan, dan overdosis narkoba. Padahal nilai akademis
mereka sama sekali tidak mengecewakan. Sekali lagi apa saat
ini kampus punya tawaran solusi untuk ini?

Dengan mengenang hantaman kemandulan yang


terjadi pada generasi muda saat ini, kita bisa merasa lebih
yakin lagi bahwa hal ini bukan semata-mata tentang
kecerdasan, moralitas, profesionalitas, dan menang
persaingan. Semua ini berawal dari gagalnya pemuda
menemukan titik temu antara kegundahan dengan realita
hidup, antara ketakutan yang dispekulasikan sebagai

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 25


justifikasi dari kehidupan itu sendiri, mengalahklan berbagai
aspek yang tertuang dalam lembaran peraturan tertulis atau
pun tak tertulis. Ini lebih keras lagi menampar kita seakan
antara harapan yang menggunung tentang kemajuan sebuah
bangsa, mimpi-mimpi indah tentang kesejahteraan,
romantisme peradaban, atau pun keeksotisan hidup, sirna
terdistorsi oleh aktifitas nista generasi muda yang bergerak
melacur tanpa konsep dan pemaknaan.

Lalu mari kita beranjak pada masalah negeri ini; telah


lewat masa Soekarno, telah usai masa Soeharto, telah selesai
masa Habibie, telah gugur sang Gusdur, bu Mega telah uzur,
dan SBY telah lengser dengan angkat tangan penuh
kepayahan. Dan hari ini entah orde apa yang akan muncul lagi
kepermukaan dengan segala ketidakpastian untuk
mengentaskan kesemrawutan yang terjadi. Presiden baru
yang katanya merevolusi mental, akankah ujungnya berakhir
dengan yel-yel hujatan (juga)?

Dari berbagai laga kepemimpinan yang telah mewarnai


Indonesia, tidak bisa dikatakan bahwa para pemimpin tidak
pernah belajar dari kegagalan, mereka cukup cerdas dan
pintar-pintar. Namun dalam hal menentukan sikap,
kecerdasan memegang teguh nilai-nilai dan moralitas,
sangatlah perlu bantuan kaum muda, karena bagaimana pun
bijaknya seorang pemimpin, ia tetaplah manusia yang bisa
terpengaruh oleh apapun dan siapapun ketika landasan
idilnya tak stabil. Karena kita membaca bahwa saat ini para

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 26


bandit telah melangsungkan invasi besar-besaran ke negeri
ini. Para bandit yang senantiasa ada di setiap pergantian
pemimpin semakin hari semakin besar cengkramannya,
semakin besarlah kepentingannya. Mereka telah cukup sukses
berkembang biak dalam pagelaran ketoprak pemilu,
menyusup untuk melancarkan penjarahannya, mengobrak-
abrik lautan, mengacak-ngacak daratan, mengeruk gunung,
membabat hutan dan menjalarlah di sana-sini kotoran yang
dihasilkannya. Lalu bersembunyi, untuk nanti mengacau lagi.

Perlukah kita menunggu lebih hancur dan rusak bangsa ini?


Dan kita melihat bersama bahwa generasi muda saat ini bisu
tidak pernah bisa bicara, lontaran kalimat yang muncul
hanyalah ba-bi-bu tentang kekonyolan siaran sinting, sorak
sorai suara impian jijik bertemu idola korea, hiburan ketololan
yang telah cukup melenakan, menghabiskan waktu, dan tidak
berguna. Sehingga jangankan bicara tentang berapa juta warga
yang masih terlantar, kemiskinan diri sendiri pun tak pernah
dipedulikan. Asalkan motor tak memalukan dibawa
nongkrong, baju distro bermerk terbaru, dan segenggam gadget
canggih yang siap dipamerkan, telah membuat mereka lupa
tentang pemaknaan hidup yang sebenarnya. Padahal
pemaknaan hidup tak sebodoh itu, bukan?

***

Generasi muda yang (maaf) bodoh dan tak bisa


berpikir, hanya bisa mengurai mimpi dan mengisinya dengan
hajat pribadi, kemudian tanpa pandang bulu bersegera
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 27
mengencangkan ikat pinggang untuk mendapat nilai dan
gelar akademis, pekerjaan, dan istri tawanan yang mereka
pahami sebagai kesenangan. Padahal pemaknaan hidup tak
sekering itu, bukan?

Dan lagi-lagi generasi muda yang (maaf) lacur dan tak


tahu konsepsi, hanya bergerak sesuai kaidah materi dalam
pemahamannya. Bahwa manusia, alam semesta, dan
kehidupan tak bisa lepas dari realitas zaman yang terus
bergulir. Sehingga baginya merubah adalah suatu aktifitas
sakral dan dzolim, ikuti alur saja, atau kita mati karena
melawan arus, katanya. Padahal pemaknaan hidup tak
sepecundang itu, bukan?

Ya, ada banyak sekali alasan lain untuk menyebut


generasi muda saat ini sebagai subyek kemandulan
kontemporer yang menjadi benalu. Dimulai dari pembacaan
yang sederhana mengenai motif dalam beraktifitas dan
merangkai mimpi, sampai pada penggunaan data statistik
dengan angka-angka kriminal pemuda yang tak bisa
terbantahkan. Saya benar-benar merasa iba, bukan iba dalam
analogi kejijikan jilatan fans kepada idola, tapi tentang suatu
hal yang besar namun sederhana, tentang tujuan hidup yang
tak jarang banyak yang gagal tak menemukan titik temu.

Tentang tujuan hidup, saya mempersilahkan untuk


membuat siasat-siasat. Baik tertulis dan tertempel pada
dinding kamar, atau pun diingat dan diulang menjadi suatu

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 28


afirmasi kental yang bisa menjalankan raga. Tapi saya ingin
sedikit membantu memberikan gambaran.

Saya memulai dari kata mempersilahkan. Saya


mempersilahkan anda berjalan saja tanpa referensi, seperti
kebanyakan orang beranggapan bahwa hidup mengikuti alur,
atau berjalan seperti air mengalir. Jika begitu coba saja ikuti
semua yang disiarkan televisi dan film-film, dari gaya
berpakaian sampai bagaimana selebritis dikebumikan.
Silahkan ikuti saja intruksinya, dimulai bagaimana sinetron
dan film mencontohkan bergaul bersama teman, apa yang
akan diobrolkan, siapa yang baru jadian, kurang apa dalam
berdandan, koleksi make up apa yang belum bisa terbeli,
pakaian apa, tongkrongan mana, gadget apa, kendaraan, gaya
rambut, style berjalan, gesture tubuh, posisi duduk, sampai
buang hajat.

Jangan pernah capek-capek berpikir dan buang waktu


untuk mengamati kejadian di sekitar, banyak baca, dan
berdialog; bicara gagasan, ideologi, keyakinan agama, harga
cabai, kebijakan yang hadir, fenomena sosial, atau pun apapun
yang berbenturan dengan pemikiran. Jangan muluk-muluk
mengurai kebingungan, ikuti saja instruksi layar kaca yang
menayangkan kebahagiaan dan fantasi-fantasi itu. Persis
seperti bergeraknya air yang terus mengalir.

Kuliah, nongkrong, tidur, kuliah, nongkrong, tidur, dan


kuliah, nongkrong, tidur Jika dikemudian hari anda merasa
hidup anda bingung, frustrasi, dan kosong, maka seperti yang
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 29
dicontohkan, larikanlah ke alkohol dan nyalakan musik keras-
keras, pilih lagu yang sesuai, nikmatilah dengan cengkraman
wisky, anggur merah, chongyang, chiu, mix max, guiness,
atau apapun. Sehingga suara musik yang nyaring itu
menutupi kesedihan dan emosi anda bersama cengkraman
minuman yang mampu berkompromi dengan situasi
kebimbangan, ya, persis seperti yang dicontohkan televisi dan
film-film. Bila masih gusar dan tidak menemukan ketenangan,
beranjaklah sebentar untuk menyalakan kendaraan, larilah ke
club malam, karaoke atau mabuk sampai puas dan pulanglah
membawa wanita simpanan, buntingilah!.

Tidak usahlah memikirkan nilai dan norma, atau


sekalian saja tak usah percaya terhadap Allah, surga dan
neraka. Hiduplah bahagia dengan parameter kesenangan yang
layar kaca contohkan. Tontonlah siang malam sehingga
gagasannya benar-benar meresap ke relung hati yang
terdalam, menumbuhkan pola pikir dan pola hidup secara
tidak sadar dan edan.

Susunlah masa depan dengan rinci, dimulai dari mana


anda kuliah, bekerja, nikah, mempunyai rumah, kendaraan,
dan ceritakanlah! meskipun di sekeliling anda banyak orang-
orang yang pesakitan, tidak usah dipedulikan, fokus dan kerja
keraslah!, kumpulkan semua pundi-pundi harta, sampai anda
kebingungan bagaimana menghabiskan.

Tapi saya ingin sedikit bertanya dari semua tujuan


yang mengikuti alur ini, ekspresi membebek pada layar kaca
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 30
yang luar biasa hebat ini, tentang pertanyaan sederhana,
konsep dan tujuan hidup yang kita jalani.

Apakah kita hidup hanya untuk menjadi tua, kemudian


memilih kavling berukuran satu kali dua, menanti dalam
bosan dengan semua kenangan hidup yang pernah dilalui?

Apakah kita hidup hanya untuk menumpuk banyak


harta, kemudian meninggalkannya, dan diperebutkan oleh
ahli waris?

Kita ingin mengetahui bersama, sebuah pertanyaan


kecil sebelum resiko kematian itu hadir dan menimpa. Bukan
dalam balutan motif menakut-nakuti dengan neraka dan
siksaan, tapi lagi-lagi ini tentang tujuan hidup yang harus jelas
dipetakkan. Apa sesungguhnya tujuan hidup manusia dan
bagaimana kita seharusnya?. Apakah kehidupan itu begitu
berharga? Apakah tujuan hidup kita hanya untuk bersaing
sekuat tenaga menjadi pemenang dari pertarungan, dan
membiarkan diri menganggap keberadaan kita di bumi ini
adalah hanya kewajaran yang tak perlu diperdebatkan?.

Kemudian pertanyaan keberadaan manusia ini


berlanjut pada apakah manusia benar-benar muncul sendiri
atau memang dari keberadaan anda ada yang sengaja
mendesainnya?. Otak yang memiliki jutaan sel yang saling
terintegral untuk menghasilkan pemikiran, proses sperma
yang bisa bertemu ovum tanpa ada yang membimbing
layaknya makcomblang, kesempurnaan setiap buku jari

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 31


manusia, atau adakah yang bisa menciptakan kamera yang
bisa melampaui mata dalam merespon milyaran spektrum,
apakah semua ini adalah kewajaran yang tak perlu
dibicarakan lagi siapa yang mendesainnya?

Kalau begitu lantas apakah keberadaan kita hanya puas


dideskripsikan dengan teori ilmiah; berawal dari premata,
kemudian berevolusi terus menerus sehingga menjadi
manusia luar biasa ini? bagaimana menjelaskan kera yang
masih hidup yang tak kunjung juga berevolusi? Apakah
mereka gagal dalam perkembangan? jika begitu tidak adilkah
Tuhan? Atau jika anda tidak percaya Tuhan, maka tolong
jelaskan dengan sederhana dan rasional mengapa Tuhan itu
tidak ada? Dan saya bertanya dengan logika sederhana, dari
keberadaan manusia yang dulunya tidak ada, apakah manusia
yang awalnya tidak ada juga bisa menciptakan keberadaan?
bukankah logika di sekolah dasar menjelaskan bahwa
ketidakberadaan jika bekerjasama dengan ketidakberadaan
tidak akan menghasilkan apapun? benarkah nol di tambah nol
sama dengan nol? Lalu siapa yang menciptakan? Untuk apa
kita diciptakan?, dan bagaimana nasib kita setelah hangus
ditelan zaman?

Jadi tolong jelaskan bagaimana tujuan hidup yang


terbentuk dari konsep air yang mengalir ini? Bukankah penuh
kebuntuan? Bagaimana dengan tujuan hidup yang sebenarnya
yang bisa mengentaskan kemandulan dengan sesingkat-
singkatnya?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 32


Maka ketika todongan pertanyaan ini membuat
suasana kejiwaan menjadi silang sengkarut, dengan
sendirinya semua akan bermuara pada apa yang disebut
sebagai mabda/ideologi. Definisi yang digaungkan Antoin
Destutt de Tracy pada akhir abad ke 18 terkait ideologi
dipakai untuk mendefinisikan sains tentang ide yang pada
akhirnya dimaknai sebagai visi yang koferhensif yang memuat
cara pandang terhadap segala sesuatu. Qodhi Taqiyuddin
Annabhani dalam bukunya Nidzomul Islam mendefinisikan
bahwa Ideologi adalah pemikiran menyeluruh tentang hidup,
alam semesta, dan tentang manusia, serta hubungan ketiganya
dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang
ada sesudahnya.

Bagaimana hal ini bisa dipahami oleh setiap generasi


muda? Tentunya tidak ada cara lain untuk mengatasi
kemandulan ini selain dengan mengangkut paksa para
pemuda mandul untuk dibawa beranjak dari berpikir yang
hanya sebatas kulit kepada pemikiran yang lebih koferhen
yang mampu memuaskan akal dan menentramkan hati.
Meromusakan pemuda untuk memaksanya berpikir tentang
hakikat hidup sebenarnya kiranya sangat urgen. Berpikir yang
mengkomparasikan antara kehidupan, alam semesta, dan
manusia yang merupakan puncak pemikiran tertinggi tidak
bisa ditinggalkan begitu saja, terlebih dalam keberhasilannya
mengaitkan dengan dari mana ketiganya (kehidupan, alam
semesta, manusia) berasal, dan akan kemana ketiganya
berakhir adalah suatu hal yang mesti dipecahkan manusia di

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 33


awal usia kematanganya. Terbukti dari pentingnya
pemahaman ini telah lahir berbagai macam pemikiran untuk
menjawabnya. Dari pemikiran yang muncul ini pun ada yang
menimbulkan keyakinan, dan ada pula yang malah buntu di
tengah jalan dan membingungkan. Maka menemukan
pemikiran yang paling ideal inilah yang harus pertama
dilakukan untuk menyuburkan generasi muda yang mandul
dan frustrasi ini.

Sebelum beranjak lebih dalam, rasanya saya perlu


untuk menyajikan sebuah sikap generasi muda yang cerdas
namun gagal dalam memahami hakikat hidup. Tengoklah apa
yang terjadi pada tokoh mahasiswa tahun 60-an yang
namanya saat ini melambung dipuja dan santer
diperbincangkan dikalangan aktivis mahasiswa karena difilm
kan pada 2005 lalu, Soe hok Gie. Gie dalam salah satu
catatannya pernah menulis:

Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap


wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau
berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau
pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa.

(Catatan Seorang Demonstran, hlm. 101)

Sebelum kita melahapnya menjadi kata bijak, kiranya


mesti kita kualifikasikan secara benar makna di balik kata-kata
tersebut. Kata tersebut tidaklah berarti ketulusan dalam
bergerak yang pamrih tanpa imbalan, namun makna

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 34


implisitnya lebih condong pada kegagalan menemukan
landasan hidup. Kalimat Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak
apa-apa adalah pengakuan jujur dari seorang Gie bahwa
susah dan kompleksnya mencari kemantapan tujuan hidup
yang tidak menimbulkan lagi kebimbangan adalah dengan
melontarkan kalimat-kalimat frustrasi. Saya merasa Gie lebih
pandai dalam merangkai kalimat pelarian ini, sehingga kita
tak terkejut ketika pada akhirnya Gie melontarkan kalimat-
kalimat kefrustrasian lain yang lebih brutal dalam balutan
sastra yang menawan. Semacam tidak percaya akan agama,
meletakkan Tuhan hanya sebagai kebenaran yang telah
terjadi, atau pun pengakuan jujur bahwa dia tidak mengerti
pada apa ia sebenarnya berpihak. Maka wajarlah ketika ia
memeluk erat kalimat frustrasi dari seorang filsuf Yunani
bahwa nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan.
Kemudian simpulan yang lahir keberlangsungan Gie ini, yang
dianggap sebagian orang pelopor gerakan mahasiswa karena
berhasil melengserkan Soekarno, adalah bahwa ternyata dia
tidak menjadi desainer dari struktur sosial yang baru,
melainkan hanya sebagai penyambung teriakan-teriakan
keterjepitan semata yang malah saya kesankan sebagai
destruktor dari sebuah pemerintahan baru yang lebih bising
kefenomenalannya. Soeharto?

Otokritik terhadap pemaknaan hidup dewasa ini mesti


disumpalkan paksa pada generasi muda ,dengan mengangkat
konsep dan strategi yang matang untuk sebuah perubahan
besar bukan untuk menghasilkan kebingungan yang baru.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 35


Tentunya hal ini haruslah mengarah pada dominasi pemuda
unggul sebagai cadangan keberlangsungan kehidupan,
manusia, dan alam semesta. Dan sedikit tinjauan ideologis
tadi menunjukan kepada kita bahwa seberapa intimnya
seseorang menggauli aktifitas secara menggebu dan
keranjingan atas dalih landasan kemanusiaan belaka (gagasan
Moral Force-nya Gie), toh urusan hakikat hidup yang
sebenarnya tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena ia berisi
konsep-konsep matang, detil, dan rasional yang akan
merekontruksi sebuah peradaban. Maka jika kita
mengembalikan pada definisi ideologi di awal, bahwa ideologi
terkait dengan pemikiran yang koferhensif akan manusia,
alam semesta, dan kehidupan, ternyata belumlah selesai jika
bahasannya hanya pada kasus kemelaratan hidup, nestapanya
nasib bangsa, rusaknya alam, atau pun hilangnya moralitas.
Tugas kita hari ini lebih besar, menjawab pertanyaan yang
akan menjadi landasan bergerak yang salah satunya adalah
menjawab di mana seharusnya kita meletakkan Indonesia di
masa depan?. Kita mesti lebih dalam lagi mengkaji,
menemukan benang merah dari fenomena yang nampak. Dan
kembali, semua ini tentunya berawal pada pertanyaan dari
mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal,
untuk apa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini
diciptakan, dan akan ke mana manusia, alam semesta, dan
kehidupan ini berakhir.

Ketika seseorang telah berhasil menjawab, terlepas dari


benar atau salahnya, kacau atau cemerlangnya, maka secara

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 36


mutlak orang tersebut telah memiliki seperangkat parameter
yang akan melandasinya dalam menjalani hidup. Baik dalam
melangsungkan aktifitas ilmiah, maupun ketika bersosial dan
memegang teguh nilai-nilai. Kita ambil contoh orang-orang
pengemban ideologi sosialisme akan terus bergerak meskipun
institusi kenegaraannya telah wafat. Ini tak lain karena mereka
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Sosialisme
yang merupakan seperangkat pemikiran yang koferhensif
tentang manusia, alam semesta, dan hidup, memandang
segala sesuatu lewat metode ilmiah berdasarkan dialektika
materi. Dengan riset dan percobaan yang telah dilakukan,
mereka berhasil pada simpulan bahwa kehidupan ini berawal
secara sendirinya tidak berawal dan tidak ada juntrungannya.

Para pengemban ideologi ini yang kemudian secara


sukarela akan bergerak menebarkan gagasannya secara masif
dengan gagasan yang mereka yakini kebenarannya. Sehingga
penuturan Antonio Gramsci yang merupakan pemikir orisinil
dalam tradisi pemikir Marxis ada benarnya juga dalam
membagi secara analitis perbedaan kelas masyarakat, antara
masyarakat sipil dan politis, di mana masyarakat sipil
terbentuk dari afilasi-afilasi sukarela yang lebih bersifat
rasional dan tidak memaksa, seperti keluarga, sekolah, dan
kumpulan-kumpulan lain; sedangkan masyarakat politis
terbentuk dari pranata-pranata institusi yang peranannya
adalah dominasi langsung (teori hegemoni budaya). Yang
kemudian harus kita pahami betul adalah sesungguhnya
masyarakat politis ini tidak semata-mata lahir dari pemikiran

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 37


yang mengikuti alur, yang membebek dan membabibuta
seperti taklidnya fans pada Selebritis yang menjijikan itu.
Masyarakat politis yang disebut Gramsci ini bukan juga
bermakna kotakan pemilu dan surat suara dengan dagelan
aksi heroik para jurkam kampanye, namun adalah sebuah
kelompok masyarakat yang lahir yang memiliki tujuan karena
berhasil menjawab pertanyaan terkait tujuan hidup, terlepas
dari benar atau salahnya pemikiran yang diemban. Dari klaim
mantapnya teori sosialisme dalam memaknai tujuan hidup
bagi para penganutnya, telah pernah melahirkan mereka
menjadi salah satu kiblat peradaban dunia, hingga akhirnya
runtuh juga pada akhir abad 20. Tapi apa mau kita menjadi
pengemban ideologi ini, di mana yang disajikan adalah hanya
sebatas embel-embel kesejahteraan berdasar moralitas yang
kering?

Kiranya sampai batas ini cukup untuk bercengkrama


dengan kemandulan. Kita telah banyak berbicara dan
mengerti bahwa hidup tidak semata-mata berjalan mengikuti
alur secara sukarela, ada beban moril hakiki yang harus
dipecahkan, yaitu mendefinisikan pertanyaan mendasar
terkait makna hidup. Jika ini tak dilakukan, percayalah
kemandulan akan tetap beranak pinak.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 38


Mencari kebenaran dan
pemaknaan hidup

A
nda boleh membayangkan apa jadinya jika
pemaknaan terhadap kehidupan berawal dari definisi
materialisme. Yaitu suatu pandangan yang
berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat.
Artinya, menurut proses waktu bahwa sebelum gagasan dan
ide lahir, materi terlebih dahulu ada. Sedangkan menurut
proses zat, manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa
mempunyai ide tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah
suatu materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini
yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau
pikiran pada kepala manusia. Maka wajar saja menurut teori
ini alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak terbatas dan
alam tidak memiliki awal maupun akhir. Teori ini juga
menyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada
dengan sendirinya. Segala sesuatu di alam semesta hanyalah
peristiwa kebetulan atau ketidaksengajaan dan bukan hasil
dari sebuah rancangan atau visi yang disengaja. Namun
sialnya bagi mereka, para penganut materialisme ini harus
menelan kembali ludah yang terlanjur keluar. Wacana Big
Bang yang digelorakan Edwin Hubble pada tahun 1929

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 39


meruntuhkannya tanpa perlawanan. Teori Big Bang ini
mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan
isinya terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini
menyatakan adanya awal atau permulaan pada alam semesta
yang disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam semesta itu
memiliki permulaan, maka siapa yang menciptakan?.

Dari sinilah sains modern membuktikan bahwa


penciptaan alam semesta tidak mungkin tiba-tiba ada, yang ini
secara terang-terangan menelanjangi filsafat materialisme.
Ketika penelitian ini diperdalam, ditemukan bahwa setiap
hukum fisika, kimia, dan biologi, setiap gaya-gaya
fundamental seperti gravitasi dan elektromagnetik, dan setiap
detail struktur atom dan unsur-unsur alam semesta sudah
diatur dengan tepat sehingga manusia dapat hidup. Ilmuwan
masa kini menyebut desain luar biasa ini "prinsip antropis".
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah
dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia
hidup.

Namun silahkan saja jika memang berkenan anda


gayeng menyelam dan basah kuyup pada teori materialisme
yang mblunder ini dan menjadikannya pegangan hidup. Jika
perlu atas penghayatan teori materialisme yang output lebih
luasnya adalah bahwa manusia mampu untuk mengurus
dirinya sendiri, hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri,
dengan standar baik-buruk yang manusia buat sendiri ini
maka silahkan ambilah apa yang ada di dunia ini seluruhnya,

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 40


genggam lalu kepalkan di tangan anda, tekan lalu padatkan,
ngangakakan mulut anda, masukkan padatan itu, telanlah,
perkenankanlah ia mengembara di usus yang melingkar-
lingkar, dan semoga saja perut anda tidak sobek karena itu. Ya
ini persis seperti kelacuran para materialis yang menghajar
apapun demi melanggengkan dirinya. Namun saya yakin jika
anda telah sampai pada perenungan yang sangat mendalam
tentang eksistensi manusia yang belum terjawab ini,
kemudian anda merasa gamang dan bergerak dalam
ketidakberesan yang sangat substansial, maka tariklah nafas
panjang. Tinggalkanlah semua yang meragukan, lalu cari
alternatif baru.

Memandang dunia dengan konsep materialisme akan


membawa kepada kebingungan yang pasti. Maksud saya,
dengan segala riwayat hidup yang pernah dilalui hingga hari
ini, saya curiga kepada apapun dan siapapun yang berkata
bahwa keadaan umat manusia baik-baik saja, tidak ada yang
keliru dalam berjalannya. Bahwa semua kehidupan memang
telah dengan wajar berjalan pada satu aktifitas biasa manusia,
yaitu menggapai persaingan dalam hal rebutan kekayaan,
berinkarnasi dalam ego yang menggila, dan nilai-nilai yang
sudah pasti akan terus berevolusi tidak perlu untuk
diperjuangkan untuk menggantinya, katanya just go with the
flowsaja. Padahal kita tahu dan yakin bahwa dunia hingga
hari ini jusru dipenuhi dominasinya para bandit yang
mengeksploitasi dan berlaku curang, kemudian merugikan
manusia lain, mengubah sudut pandang hidup generasi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 41


muda, merecoki pola-pikir, hingga yang terbesar adalah
mengganggu ketenangan umat manusia dalam
pemaknaannya tentang Tuhan, manusia itu sendiri, alam
semesta, dan kehidupan yang tengah berjalan. Sehingga
sangat butuh suatu pemaknaan ulang dari setiap insan
generasi muda yang merupakan sumber cadangan masa
depan.

Perlu diketahui, yang namanya makna hidup, tidak


sekonyong-konyong bisa terjawab oleh filsafat yang hanya
sampai batas mempertanyakan. Juga tidak bisa didapat hanya
seminar motivasi yang sorak sorai dan gegap gempita dengan
semboyan kita bisa. Pun tidak juga bisa didapat dengan terus
menerus menumpuk materi, menjadikannya parameter
kesuksesan, dan menuhankannya. Karena konsep
materialisme ini akan bertentangan dengan naluri yang
dimiliki manusia berupa naluri untuk merasa diri rendah dan
membutuhkan dzat yang segala maha untuk bersandar
(ghorizah attadayyun) yang kesemuanya itu tidak mungkin
disandarkan pada aspek materi semata. Ya, bagaimana pun
menggilanya manusia dengan hiruk pikuk keduniawiannya,
selalu saja terbersit rasa untuk bergantung pada Tuhan.
Karena kekosongan aktifitas yang semata-mata hanya untuk
urusan perut dan kelamin tidak menjanjikan kebahagiaan.
Seperti dikutip dari buku the MODEL karya Nopiandi
Hermadi, jawaban salah satu professional muda Singapura
ketika ditanya apakah dia bahagia dengan hidupnya: I dont
know I should survive here, I must work hard all day, from early

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 42


morning till night Kurang lebih terjemahan bebasnya: saya
tidak tahu, saya hanya bertahan hidup di sini, saya harus bekerja
keras setiap hari dari pagi buta hingga malam suntuk.

Dan akhirnya di sini kita bicara vokal bahwa


materialisme ini pada hakikatnya melangkahi manusia secara
angkuh dan menghina, karena menafikan salah satu naluri
yang dimiliki manusia yang imbasnya adalah kemantapan
dalam mengambil sandaran dalam beragama dan berTuhan.

Dari berputarnya pembahasan, telah sampai pada titik


simpulan penegasan di mana pemecahan yang benar terhadap
pemaknaan hidup tidak akan terbentuk kecuali dengan
pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta,
manusia dan kehidupan serta hubungan ketiganya dengan
kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Maka
sebenarnya perspektif Islam dengan kerasionalannya dan
kesyamilannya telah memberi jawaban melalui proses berpikir
yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan akal,
menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia.

Berkaitan dengan proses berpikir untuk menemukan


makna kehidupan, jika sosialisme memandang bahwa syarat
berpikir itu hanya dua berdasarkan materialisme tadi, di mana
hanya ada otak dan obyek berupa materi, lantas direfleksikan
dan lahirlah pemikiran, maka sesungguhnya saya lebih
condong pada apa yang diutarakan Taqiyuddin An-nabhani
dalam bukunya At-tafkir bahwa yang menjadi syarat
terjadinya proses berpikir dibutuhkan empat komponen.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 43


Empat komponen itu adalah: otak yang sehat, realita yang
bisa terindra, alat indra dan informasi-informasi sebelumnya.
Lebih jauhnya saya utarakan komponen-komponen yang
berkaitan dengan proses berpikir tersebut.

a. Otak yang sehat

Dari sejak kecil kita telah dihadapkan pada pengertian


tentang otak, yaitu adalah materi yang ada dalam tempurung
kepala. Secara anatomi otak ini diliputi oleh tiga lapisan di
mana dari celah-celahnya sel-sel menembus keluar bertemu
dengan segenap indra dan seluruh wilayah tubuh. Serabut sel
saraf dalam penyebaran dan penjangnya mencapai batas-batas
yang nyaris tidak terhitung. Pada kenyata annya sel -sel
pembawa darah yang trebagi -bagi pada seluruh wilayah
tubuh panjangnya bisa mencapai kurang lebih 100.000 mil.
Dan otak ini bisa mengontrol tubuh dengan 76 sel utama.

Saya menukil penjelasan lanjutan dari syariah publication


bahwa Berat otak manusia dewasa bisa mencapai 1200 gram.
Otak ini mampu menghabiskan 25% oksigen yang tersedia
melalui paru-paru dengan pengukuran arus listrik pada otak,
para ilmuwan telah menetapkan bahwa otak ini organ berpikir
pada manusia. Maka hasil penelitian sebagian sel -sel otak
dengan pengukuran arus listrik, telah ditemukan arus listrik
yang tredeteksi di atas kertas ketika manusia memusatkan
pikirannya, atau ketika emosi bergejolak, atau ketika
mendengar kegaduhan, atau ketika mengahadapi perhitungan
yang komplek dan rumit. Akan tetapi para ilmuwan tidak
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 44
pernah menyimpulkan daerah mana pada otak yang mampu
menghapal informasi yang masuk. Kenyataannya bahwa
memusnahkan setengah otak sebagian para pasien yang
diteliti tidak mampu menghilangkan daya ingat mereka.
Memang ada sebagian ilmuwan yang memprediksikan bahwa
infromasi-informasi sebelumnya pada ingatan semuanya
menyamai tempat yang memuat 90 juta jilid yang penuh
dengan informasi- informasi.

b. Realita yang terindra

Adapun realita yang terdeteksi oleh indra, terkadang


merupakan realita materi seperti bulan, buku dan kuda,
terkadang merupakan pengaruh dari realita materi seperti
suara angin, suara pesawat, dan bau bunga mawar. Atau
terkadang berupa non-materi yang dapat dimengerti dari
pengaruhnya seperti keberanian, kesatriaan, ketakutan dan
kelemahlembutan.

Segala sesuatu yang eksistensinya bisa dimengerti ini


terkadang bisa dirasa dan disentuh seperti gunung, pohon,
dan keledai. Terkadang bisa dirasa, tetapi tida bisa disentuh
seperti rasa sakit dan senang. Atau terkadang tidak bisa dirasa
tidak pula bisa disentuh, maka eksistensinya bisa d itenukan
dari penampakan -penampakannya seperti naluri seksual,
naluri mempertahankan diri dan naluri beragama.

c. Indera

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 45


Penginderaan terhadap realita ini kemudian berpindah
ke otak melalui panca indera atau sebagian indera, misalnya
indera penglihatan beserta perangkatnya yaitu mata, indera
pendengaran beserta perangkatnya adalah telinga, indera
peraba dengan perangkatnya adalah kulit, indera perasa
dengan perangkatnya adalah lidah, dan indera penciuman
dengan perangkatnya adalah hidung.

d. Informasi-informasi terdahulu

Unsur keempat dari unsur-unsur yang memenuhi


syarat untuk berpikir, yaitu informasi- informasi terdahulu.
Informasi-informasi terdahulu adalah pemikiran-pemikiran
masa lampau tentang realita yang tersimpan dan terjaga di
otak. Otak menyimpan informasi-informasi masa lalu itu
untuk sewaktu- waktu dibutuhkan dalam akitivitas
pemikiran. Informasi-informasi ini terdiri dari dua bagian:
Bagian Pertama adalah pemikiran, pemikiran masa lalu
tentang realita -realita terindera. Bagian ini dibutuhkan untuk
menghukumi realita yang bertalian dengan informasi-
informasi ini. Bagian kedua dari informasi-informasi
terdahulu adalah informasi-informasi sebagai hasil dari
respon otak karena penginderaan terdahulu yang bertalian
dengan realita terindera. Respon ini diperoleh karena
berulang-ulangnya penginderaan terhadap realita yang
mempunyai pertalian dengan pemenuhan naluri -naluri dan
kebutuhan jasmani secara langsung. Pada umumnya yang
membentuk informasi-informasi terhadap realita ini, dilihat
apakah bisa memenuhi atau tidak. Dan informasi-informasi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 46
semacam ini tidak layak dipergunakan untk memberikan
status hukum terhadap realita. Informasi-informasi realita
terdahulu adalah bagian yang sangat penting untuk aktivitas
berpikir. Tanpa informasi-infromasi ini pemahaman terhadap
realita tidak dapat terjadi.

Setelah berbicara mengenai komponen yang memenuhi


syarat berpikir, yang lebih dikenal dengan istilah akal ini,
maka disengaja atau tidak setiap manusia dalam
melangsungkan aktifitas berpikir ini akan menggunakan
empat komponen ini. Ambil contoh saja ketika kita berpikir
bahwa nol ditambah dengan nol akan menghasilkan simpulan
nol juga ketika kita mengindra dengan mata bilangan nol yang
ditambah dengan nol. Cahaya yang terefleksi dari bilangan
yang tertulis nol itu diterima oleh kornea mata sampai ke
retina, lalu retina ini menyampaikannya ke sel penglihatan
yang berbentuk arus listrik sehingga cahaya tersebut sampai
ke pusat penglihatan yaitu di otak belakang. Pada saat itulah
kita bisa melihat angka nol untuk kemudian direfleksikan ke
otak. Dan ternyata sampai sini kita tidak bisa melangsungkan
proses berpikir ketika kita tidak mempunyai informasi awal
berupa pemaparan guru kita di sekolah dasar yang
menjelaskan bahwa garis melengkung yang saling bertemu ini
disebut angka nol. Bagi yang jeli membaca, anda akan
tercengang dan lagi-lagi dibuat buntu bagaimana sebenarnya
proses adanya informasi yang paling awal untuk
melangsungkan proses berpikir? Manusia sendirikah yang
membuat? Atau dari hasil pemikiran kita yang melahirkan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 47


simpulan bahwa nol jika dijumlah dengan nol akan
mengasilkan nol, itu berarti dunia yang awalnya tiada dengan
pembuktian teori big bang mampukah menciptakan manusia
yang juga pada mulanya tiada? Lantas ketiadaan jika
berkolaborasi dengan ketiadaan akan menghasilkan apa?
Keberadaankah?

Benarlah, untuk mencari makna hidup yang sangat


sulit didapatkan ini harus melalui proses panjang dari tahapan
berpikir yang rasional, yang tidak lagi menimbulkan
keraguan. Menyingkirkan premis-premis keraguan,
memilahnya, dan mengujinya. Karena yang timbul sekarang
adalah ketika kebenaran dianggap relatif mengikuti kaidah
relativitas yang terlahir dari aspek plural.

Yang kemudian menjadi kegundahan saya adalah


ketika kita memaklumi bahwa langkah prestisius dari
pluralitas adalah kebenaran yang relatif. Yang mana yang
benar? Semuanya!. Padahal bukankah kita telah membuktikan
bahwa materialisme adalah guyonan ilmiah yang main-main
terhadap makna hidup dan sangat tidak rasional? Jika
pluralisme masih bercokol kuat atas dalih bahwa keekslusifan
suatu keyakinan adalah penyebab utama perpecahan dan
konflik, kemudian menawarkan konsep teologi inklusif yang
salah satunya digelorakan oleh Cak Nur, bukan malah
menimbulkan kemantapan dalam menjalani hidup. Seperti
kritik yang diungkapkan Adian Husaini dalam buknya
Penyesatan Opini bahwa keyakinan seperti ini malah terkesan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 48


genit atau teologi iseng yang nyatanya dalam tataran
praksis keyakinan seperti ini juga tidak jujur dengan dirinya
sendiri. Soal relativitas kebenaran yang sering
mengkambinghitamkan agama ini, coba pikirkanlah, akan
seperti apa jadinya jika suatu masyarakat yang sedang sibuk
memperbaiki bangsanya, namun karena dalam keyakinan
menggunakan konsep pluralisme --di mana semua keyakinan
dianggap benar--, maka bisa dipastikan dalam hal ideologi
bangsa yang sekarat ini bisa mengadopsi kembali ideologi
yang telah hampir membunuhnya, lalu bisa dipastikan mati
terkubur bersama dengan apa yang telah diperbuatnya.

Maka untuk mencari kebenaran yang absolut, alat yang


wajib digunakan adalah akal, berupa pemikiran-pemiran yang
rasional. Bukan hanya moralitas belaka ataupun filsafat yang
hanya berfantasi terhadap premis-premis yang mengawang-
ngawang dan tak jelas. Perasaan yang sifatnya subjektif dan
emosional tidak akan menimbulkan keyakinan, pun demikian
dengan filsafat yang tidak memiliki fakta/realitas yang
rasional tidak bisa dikatakan berpikir, ini sejatinya hanya
berfantasi dengan dalih pemuasan intelektual yang semu.

Maka, untuk mengetahui dalamnya sebuah samudra,


kita tak perlu menenggelamkan diri dengan segala resiko yang
akan menimpa. Maksud saya, berpikir bijak tidak selalu harus
mencoba segala sesuatu; Ketika kita menggunakan perasaan
untuk mendapatkan kebenaran maka kita cukup belajar dari
kaum nabi Musa yang merasa takjub dan beriman ketika

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 49


diperlihatkan mukjizat, dan ketika perasaan itu telah meredup
karena ada ketakjuban lain pada Samiri, membangkanglah
umat itu. Demikian pula dengan filsafat yang melenakan, kita
tak perlu menyelam dalam kelacuran fakta yang tak bisa
tergapai. Cukuplah bagi kita melihat bagaiman keringnya
manusia yang terhanyut dalam filsafat Nietszche yang
memploklamirkan Tuhan telah Mati, Nietszche dengan
gagasannya telah membunuh hal-hal terkait dengan nilai
ketuhanan, padahal dengan tidak sadar akan kebodohannya,
ia telah membunuh salah satu naluri manusia, naluri
bertuhan.

***

Berbicara soal kebenaran adalah hal yang saat ini


sangat relatif dan tak jelas. Sekelas sains dalam
perkembangannya pun beberapakali mengalami
ketidaktetapan, teori atom misalnya. Apalagi jika bicara terkait
nilai sosial!. Kita akan dianggap seperti orang pandir ketika
kita berkoar bahwa apa yang kita teriakan adalah kebenaran
yang pasti. Ya ketidakjelasan ini cukup bisa kita tuntaskan
ketika kita berbicara standar hidup yang digunakan. Maka hal
yang paling utama adalah menemukan kebenaran standar
hidup untuk lebih gayeng memaknai dan menikmati hidup.

Berbicara soal kebenaran untuk bisa lebih memaknai


hidup, tentunya tidak cukup berpikir sebatas apa yang bisa
terindra. Membuktikan siapa sang pencipta tidak bisa kita
berpikir sebatas berfantasi tiada ujung atau pun menggunakan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 50
metode ilmiah dengan riset yang melahirkan hipotesis fiktif.
Menaikan level berpikir bukan bermakna terus menerus
menelaah banyak buku, mengarungi dengan gagah dunia
filsafat, menghafal banyak istilah atau pun melakukan aktifitas
riset.

Pernahkah kita berpikir bahwa di dunia ini tidak


semuanya akal bekerja dengan benda yang bisa dilihat dengan
mata telanjang?. Di dunia ini ada banyak hal yang mesti juga
dipikirkan ketika indra tidak bisa menjangkau fakta.
Contohnya, bagaimana caranya anda tahu bahwa di gudang
rumah anda itu ada sesosok makhluk yang selalu
mengeluarkan desahan menyeramkan tanpa anda melihat
terlebih dahulu?, bagaimana anda bisa mengetahui bahwa di
balik tembok rumah anda ada kambing? Atau bagaimana
menjadi seorang detektif seperti Shelock Holmes yang bisa
mengungkapkan kasus tanpa ia sendiri melihatnya?
Bagaimana mengungkapkan atau membenarkan sejarah
padahal kita sendiri tidak mengalaminya?.

Ketika kita dihadapkan pada persoalan yang di mana


indra tidak dapat menjangkau fakta, atau lebih sering dikenal
dengan istilah ghaib anda tetap dituntut untuk
memecahkannya. Ghaib itu adalah:

1. sesuatu yang tersembunyi

2. sesuatu yang terhalang

3. sesuatu yang sudah lampau


Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 51
4. sesuatu yang akan datang

Sederhananya dalam meningkatkan taraf berpikir


untuk mencapai keyakinan, maka kita akan akrab dengan
istilah dalil/penunjuk. Karena indra kita yang tak bisa
menjangkau fakta bagaimanapun tidak akan pernah mampu
menghasilkan pemikiran, terlebih keyakinan, sedangkan
bagaimana caranya kita berpikir tentang sesuatu yang
tersembunyi, sesuatu yang terhalang, sesuatu yang sudah
lampau dan sesuatu yang akan datang terus menuntut kita
untuk berpikir melahirkan simpulan. Maka tidak ada pilihan
lain kecuali kita menggunakan dalil/penunjuk.

Jika ada yang mengatakan bahwa sejarah kehidupan


Hitler dipenuhi dengan kebijaksanaan, kemudian kita berpikir
tentang benarkah Hitler itu bijaksana?, maka berpikir di sini
adalah menyandarkan pada penunjuk yang ada, baik itu buku
karangan Hitler semisal Meint Kamp atau pun pada saksi
sejarah yang masih bisa ditemui baik langsung maupun
penuturan di surat kabar yang telah lalu. Jika kita menjawab
pertanyaan Mengapa kita bisa menyimpulkan bahwa Hitler
bijaksana? dan kita dengan cepat menjawab karena kata
dosen seperti itu, maka sebenarnya kita tidak sedang
melangsungkan proses berpikir. Karena pada level berpikir
hal-hal ghaib yang bersifat irasional ini tidak hanya
disandarkan pada informasi awal semata, namun pada
penunjuk yang bersifat tervalidasi. Berbeda halnya ketika
dosen mengatakan bahwa Hitler adalah seorang yang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 52


bijaksana, kemudian kita klarifikasi dengan pergi ke
perpustakaan mencari buku-buku karangannya, menelusuri
gagasan-gagasannya, kemudian berlanjut pada rujukan buku
sejarah, dan ternyata kita menyimpulkan kebalikannya bahwa
Hitler adalah rejim fasis, barulah hal ini bisa disebut dengan
berpikir meskipun masih belum mendalam. Ketika kita telah
mendapat hipotesis sementara dengan rujukan data berupa
dalil/penunjuk yang cukup, maka kelangsungan berpikir
harus terus dilanjutkan, kita harus menganalisa kemungkinan-
kemungkinan dari penunjuk tadi, apakah buku yang ditulis
itu berpihak pada hitler atau tidak?, atau penerbit
menghilangkan dan merevisi naskah dari gagasan hitler atau
tidak? Atau mungkin ini hanyalah pembohongan publik
berupa penjaTuhan citra terhadap Hitler?. Karena ada suatu
kaidah dalam memahami sejarah yang menyatakan bahwa
sejarah adalah milik para pemenang di masa sekarang, maka
nilai dari kemungkinan penunjuk tadi pasti ada tiga.

1. pasti benar

2. mungkin benar

3. pasti salah

Kalau kita sudah mempunyai penunjuk yang pasti


benar, maka Hitler memanglah benar sosok yang bijaksana,
namun ketika kita hanya mempunyai satu penunjuk, itu masih
memungkinkan salah, maka pasti akan membingungkan.
Karena syarat wajib dalam berpikir terkait fakta yang tidak

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 53


bisa terindra ini yang kita harus miliki adalah pernyataan
yang nilainya pasti benar. Lalu bagaimana dalam menghadapi
kasus Hitler tadi? Jika tidak punya lagi penunjuk yang lain
selain saksi sejarah, misalnya, karena semua buku karya Hitler
telah dimusnahkan, maka akan sangat sulit untuk
menyimpulkan, karena bisa dipastikan kita akan bergelut dan
berpikir di alam fantasi. kita akan disibukkan menerka-nerka,
berprasangka dan berpikiran yang aneh-aneh sehingga yang
awalnya adalah membuktikan hal sederhana malah sibuk
dengan fantasi-fantasi dan terawangan dalam khayalan.

Satu-satunya cara untuk memecahkannya adalah


langkahnya yang dibalik. Jika tadi mencari penunjuk berupa
buku-buku karangan Hitler, informasi dari berbagai arsip
media yang pernah menyeritakannya, kemudian menentukan
penunjuk yang pasti benar, barulah kita bisa membuat
pernyataan. Sekarang dibalik menjadi membuat pernyataan
yang pasti benar terlebih dahulu. Cobalah anda buat
pernyataan yang nilainya pasti benar soal penunjuk tadi. Yang
tidak menimbulkan premis-premis lain.

Maka jawabannya terkait pernyataan nilainya pasti


benar mutlak adalah bahwa pasti Hitler pernah hidup sebagai
manusia. Saya meyakini ini sebagai landasan berpikir yang
paling rasional, konsep sederhana yang saat ini terkadang
tidak digunakan. Berita yang berseliweran terkait opini dalam
menimbang sebuah kasus, misalnya, tak jarang juga konsep
yang tidak masuk dalam kategori berpikir ini dilontarkan oleh

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 54


para intelektual, hanya berupa dalil/penunjuk yang sifatnya
tidak valid.

Anda tahu, jika konsep ini adalah salah satu konsep jitu
yang nilainya 100% benar?. Jika anda bergelut dalam alam
fantasi, menerka-nerka terkait kepribadian Hitler dengan
tanpa ada foto, video, atau pun sumber yang pasti benar,
maka sebenarnya kita telah menghabiskan waktu untuk suatu
hal yang sangat sulit dikatakan benar. Kita menghabiskan
waktu untuk berfantasi, bukan berpikir! Konsep sederhana
inilah yang dalam tataran praksis juga dipakai pihak
kepolisian dalam menindak lanjuti suatu tindak kejahatan, di
mana yang pertama dilakukan polisi adalah menangkap
penjahat, kemudian diadili, atas dasar penunjuk yang berupa
barang bukti dan saksi-saksi. Polisi tidak mungkin menerka-
nerka hal yang menimbulkan keraguan, yang pertama
dilakukan adalah membuat pernyataan yang nilainya 100%
benar. Bayangkan saja jika polisi berpikir pada hal yang tidak
pasti dalam menindak lanjuti penjahat, efeknya adalah
mungkin kita bisa jadi ditangkap, dituduh sebagai pencuri
bahkan lebih dahsyatnya dituduh sebagai teroris. Otomatis
jika konsep berpikir seperti ini ditinggalkan, maka kebenaran
itu adalah sampah, dan hancurnya peradaban manusia adalah
kepastian.

Setelah berbicara tentang konsep berpikir, masihkah


kita ingat pertanyaan medasar yang menentukan kita
memaknai hidup dan mengambil sikap?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 55


1. dari mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini?

2. untuk apa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini


diciptakan?

3. akan kemana manusia, alam semesta, dan kehidupan


setelah ini?

Pertanyaan ini tentunya akan tuntas dibahas ketika kita


menggunakan konsep berpikir yang sebelumnya telah
dipaparkan. Bicara tentang tiga pertanyaan ini akan tuntas
ketika kita menjawab salah satu diantara ketiganya, karena
keintegralan dari tiga pertanyaan ini bersifat perwakilan.

Untuk mengetahui asal muasal manusia, alam semesta,


dan sampai saat ini saya hanya menemukan tiga
kemungkinan; pertama, dari orang tua, kedua, dari ketiadaan,
kemudian muncul makhluk bersel satu yang terus menerus
berevolusi, ketiga, adalah dari yang maha menciptakan, Allah
SWT.. Soal inkarnasi saya tidak percaya karena tidak ada bukti
yang bisa dipegang, selain hanya doktrin yang terus menerus
diulang.

Jawaban yang pertama jelas sangatlah tidak mungkin,


karena jika kita kekeuh menjawab bahwa manusia ini
muncul dari orang tua, maka orang tua dari mana?. Dan ini
akan terus berlanjut hingga menghabiskan waktu untuk
membuka lembaran silsilah keluarga, menelusurinya dengan
menghabiskan tenaga yang pada akhirnya mentok pada
pertanyaan awal bahwa asal muasal manusia ini dari mana?.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 56
Jawaban yang ke dua juga jelas begitu nyeleneh dan tidak
rasional, saya sudah menyinggung di awal tulisan terkait awal
penciptaan manusia menurut teori materialisme, dan anda
bisa mencari bantahan lain terhadap teori evolusinya Darwin
yang sampai saat ini begitu banyak muncul, semacam Harun
Yahya, Zakir Naik, dan yang lainnya.

Ketika kita telah kehabisan tenaga karena simpulan asal


muasal manusia, alam semesta, dan kehidupan dari dua
kemungkinan yang muncul dan tidak ada lagi kemungkinan
lain telah dipatahkan, maka yang akan kita kaji adalah
jawaban terakhir, dan inilah harga mati, yaitu bahwa manusia,
alam semesta dan kehidupan berasal dari dari Allah.
Bagaimana bisa mengetahui bahwa manusia, alam semesta,
dan kehidupan ini berasal dari Allah, apa buktinya, dan
mengapa Allah tak terlihat, ini sangat pas menggunakan teori
berpikir rasional yang sedang kita bahas. Dari pernyataan-
pernyataan ini tentnya kita bisa mengkategorikan bahwa ini
termasuk berpikir tentang hal ghaib yang menggunakan pisau
analisis berupa dalil/penunjuk.

Kembali saya mempersilahkan anda mengambil


penunjuk dari apa yang sedang anda yakini sekarang. Namun
saya sebagai seorang muslim tidak akan lepas dari identitas
kemusliman saya dan tidak akan berani berpesta dengan
kemabukan pluralism yang menganggap bahwa keyakinan itu
benar semua, hanya karena perasaan sungkan atau pun iba
hati kepada manusia. Bagi anda yang meyakini ideologi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 57


sosialisme lewat dialektika materinya atau mungkin
kapitalisme yang beranak pinak melahirkan konsep
sekulerisme di mana manusia, alam semesta, dan kehidupan
ini dari Tuhan namun juga manusia berhak menentukan dan
membuat peraturan dalam hidup sesuai kemauan dan
berlandaskan asas manfaat belaka, silahkan mulailah
membuktikan bahwa Tuhan yang anda yakini itu benar.

Bagi saya sebagai seorang muslim, saya mengambil


dalil/penunjuk berupa Al-Quran. Setelah ada penunjuk, kita
buktikan bersama kevalidan dari penunjuk yang ada. Maka
yang dulu muncul dalam benak saya adalah apa memang
benar Al quran itu nilai kepastiannya mutlak? apakah
penunjuk ini nilainya pasti benar, mungkin benar, atau pasti
salah?

Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah,


saya dapat melihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah
sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah
Muhammad SAW. Lantas ketika melihat kenyataan seperti itu
kita dituntut untuk membuat membuat pernyataan-
pernyataan kemungkinan. Dalam menentukan dari mana asal
Al-Quran, anda pasti hanya menemukan tiga kemungkinan.

1. Al-Quran karangan orang arab dengan dalih bahwa Al-


Quran berbahasa arab.

2. Al-Quran adalah karangan nabi Muhammad dengan dalih


bahwa Al-Quran keluar dari lisan nabi Muhammad.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 58


3. Al-Quran memang benar turun dari Allah SWT..

Sampai saat ini siapa pun ketika ditanya kemungkinan


yang lain dari Al-Quran hanya ada tiga, tidak ada lagi
kemungkinan selain dari yang tiga ini. Logikanya karena Al-
Quran itu berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun
gayanya.

Jika ada yang bilang bahwa Al-Quran itu karangan


orang Arab, ternyata tidak bisa di terima. Karena Al-Quran
sendiri sudah menantang habis-habisan orang arab, bahkan
tidak hanya orang arab saja, orang manapun, siapapun, dari
latar belakang bagaimanapun ditantang bikin karya yang
serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat:

Katakanlah: Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat)


menyamainya

(TQS. Hud [11]: 13).

Di dalam ayat lain:

Katakanlah: (Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah


datangkan sebuah surat yang menyerupainya

(TQS. Yunus [10]: 38).

Jika anda pernah baca sejarah dan mengamati fakta


hingga saat ini, orang-orang Arab sudah berusaha
mencobanya. Anda bisa membuktikan keotentikan Al-Quran
dari awal nya ada hingga saat ini, tidak pernah berubah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 59


bahkan satu ayat pun. Karena sampai saat ini tidak ada
satupun yang bisa menyamai Al-Quran maka sudah jelas Al-
Quran bukan berasal dari perkataan orang arab.

Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-


Quran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak bisa
diterima. Sebab, Muhammad SAW. adalah orang Arab juga.
Bagaimanapun jeniusnya nabi Muhammad, tetap ia sebagai
seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari
masyarakat bangsa arab. Selama seluruh bangsa Arab tidak
mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal
pula apabila Muhammad yang juga termasuk salah seorang
dari bangsa arab tidak mampu menghasilkan karya yang
mirip Al-Quran. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan
karangannya. Ditambah jika anda tau ada banyak hadits-
hadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.
namun setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun
dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan
dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, di
samping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang
diterimanya dari Allah melalui malaikat Jibril, dalam waktu
yang bersamaan juga nabi Muhammad itu mengeluarkan
hadits. Tetapi antara hadits dengan ayat Al-Quran tetap
berbeda dari segi gaya bahasanya.

Bagaimanapun seseorang berusaha untuk menciptakan


berbagai macam gaya bahasa di setiap ia bicara, tetap akan
terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain,

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 60


karena memang bagian dari ciri khasnya dalam berbicara.
Tapi Al-Quran dan Hadits yang keluar dari mulut yang
samalisan nabi Muhammadtapi sama sekali tidak ada
yang mirip.

Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-


Quran dengan gaya bahasa hadits, secara kesimpulan Al-
Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masing-
masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan
jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab
orang-orang yang paling tahu gaya dan sastra bahasa arab
pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad
SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya. Satu-satunya
tuduhan yang orang arab dulu lontarkan adalah bahwa Al-
Quran itu disadur Muhammad SAW dari seorang pemuda
Nasrani yang bernama Jabr. Tuduhan ini telah ditolak keras
oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata:


Bahwasanya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa
ajami (non-Arab), sedangkan Al-Quran itu dalam bahasa arab yang
jelas

(TQS. An-Nahl [16]: 103).

Kalau sudah terbukti Al-Quran itu bukan karangan


bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW, berarti

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 61


Al-Quran itu adalah perkataan Allah, yang menjadi mukjizat
bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad
SAW adalah orang yang membawa Al-Quran yang
merupakan kalamullah dan syariat Allah, dan tidak ada yang
membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul
maka berdasarkan petunjuk yang paling masuk akal tadi bisa
diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah
seorang Nabi dan Rasul.

Sesuai dengan konsep dasar berpikir rasional yang


sebelumnya telah saya jelaskan maka ini sudah mencapai
tahapan final dan jawabannya sudah pasti benar. Jadi ketika
ditanya tentang pernyataan mendasar bahwa manusia, alam
semesta, dan kehidupan ini berasal dari mana, maka saya
sebagai seorang muslim tidak akan berkelit menciptakan
fantasi berdalih ilmiah yang baru. Saya akan sangat yakin
bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan itu semata-
mata dari Allah. Kenapa anda percaya dari Allah?, karena
saya tahu lewat dalil/penunjuk berupa Al-Quran. Ketika ada
pertanyaan lain yang munculpun saya tetap bisa menjawab
dengan tidak ada bantaha, semisal mengapa anda percaya Al-
Quran? Saya akan menjawab dengan tegas bahwa saya telah
sampai pada analisis bersifat final mengenai kepastian Al-
Quran. Ketika Al-Quran ini benar, maka apa yang ada dalam
Al-Quran harus kita percayai. Al-Quran menjelaskan tentang
penciptaan manusia.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 62
(TQS. Al-Muminuun:12)

Jadi jelaslah setelah membahas dan mengkomparasikan


berbagai macam pemikiran tentang penciptaan manusia untuk
teguh dalam memaknai hidup telah melahirkan simpulan
pasti bahwa Allah yang menciptakan manusia, alam semesta,
dan kehidupan. Dan hal ini akan berlanjut pada dua
pertanyaan setelahnya, yaitu untuk apa manusia, alam
semesta, dan kehidupan ini diciptakan, dan akan kemana
setelah semuanya tiada. Dalam menjawab pertanyan untuk
apa manusia hidupdapat dengan mudah didapati dalam Al-
Quran yang sebelumnya telah kita uji. Karena Allah yang
menciptakan manusia, maka manusia hidup harus sesuai
dengan Allah, manusia hidup harus karena Allah. Ibaratnya
jika anda membeli handphone, maka buku petunjuk supaya
handphone itu hidup bekerja secara normal maka harus
menggunakan buku petunjuk dari yang membuat handphone,
jangan memakai petunjuk mesin cuci. Karena jika begitu anda
akan bersegera membasuh handphone, menaburinya dengan
detergen, membilasnya hingga kesela-sela lubang pori,
membilasnya, dan nasib terakhir bisa anda bayangkan sendiri.
Jawaban terakhir pun juga sama, karena manusia berasal dari
Allah, hidup hanya untuk sesuai dengan ridho Allah, maka
ketika matipun manusia, alam semesta, dan kehidupan ini
akan kembali pada Allah, dzat yang menciptakan semua.

Seperti yang sebelumnya telah diutarakan, ketika


seseorang telah mencapai tarap keyakinan yang kokoh dan tak

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 63


bisa digoyahkan lagi dalam menjawab pertanyaan mendasar
seputar kehidupan, maka dalam hal pemaknaan hidup, ketika
keyakinan ini dipahami betul dan dimaknai secara mendalam
akan menghasilkan tindakan yang lahir dari jawaban
pemikiran tadi. Parameternya jelas, dan tindakannya tidak
lagi mengarah pada pelacuran moral, intelektual, atau pun
sosial.

Dan kiranya sangat penting bagi saya untuk


memaparkan salah satu dialog imajiner yang saya kutip dari
pemaparan Dwi Condro Triono Phd. tentang bagaimana
konsep berpikir yang melahirkan pemaknaan hidup ini bisa
berimbas pada hal yang lebih besar namun tetap mendasar.

Singkat cerita, dengan semena-mena, ada seorang


pencuri tertangkap dan divonis 2 tahun penjara. Ketika di
pengadilan terjadilah perbincangan sengit dan menegangkan
antara hakim dan pencuri.

Hakim : Anda betul telah mencuri? Anda terima di


hukum 2 tahun penjara? Apakah anda akan mengajukan banding?

Terpidana : Saya tidak akan mengajukkan apapun, hanya ingin


meminta jawaban, dan anda cukup menjawab dengan jelas dan
tegas. Mengapa saya harus dihukum 2 tahun penjara pak hakim?
Hukuman 2 tahun penjara itu benar apa salah?

Hakim : Hukuman 2 tahun itu benar.

Terpidana : Jika benar dasarnya apa?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 64


Hakim : Dasarnya dari kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP)

Terpidana : Mengapa harus mendasar pada KUHP? Apakah


KUHP itu benar apa salah?

Hakim : KUHP itu benar!

Terpidana : jika benar dasarnya apa?

Hakim : dasarnya adalah UU peradilan.

Terpidana : mengapa harus mendasar pada UU peradilan ? UU


peradilan itu benar apa salah?

Hakim : UU peradilan itu benar!

Terpidana : jika benar dasarnya apa ?

Hakim : dasarnya pada UUD 45.

Terpidana : mengapa harus mendasarkan pada UUD 1945 ?


UUD 1945 itu benar apa salah ?

Para hadirin dan keluarga terpidana yang menyaksikan


itu tegang, berharap si terpidana tidak melanjutkan
pertanyaan, karena mereka menganggap ketika
mempermasalahkan UUD 45 akan lebih menambah berat
hukumannya. Tetapi diluar dugaan, dialog antara hakim dan
terpidana berlanjut. Malah semakin sengit.

Hakim : mendasarkan UUD 45 itu benar.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 65


Terpidana : jika benar dasarnya apa?

Hakim : dasarnya adalah Pancasila. Kalau anda tidak


setuju dengan pancasila keluarlah dari negara ini!, Negara ini
landasan pokoknya pancasila, puncak tertinggi segala macam
hukum!

Terpidana : Saya tidak mempermasalahkan pancasila, tapi


mohon jawablah pertanyaan saya pak hakim yang agung.
Mengapa harus mendasarkan pada pancasila? Pancasila itu benar
apa salah?

Hakim : mendasarkan pada pancasila itu benar!

Terpidana : jika benar dasarnya apa pak hakim ?

Pak hakim menarik nafas panjang, matanya mengarah ke atas


menandakan dia sedang mencari jawaban.

Hakim : dasarnya adalah Dari kesepakatan para


pendiri negara. Mereka yang telah berjuang untuk penegakan negara
ini. Sungguh apakah kita akan melupakan mereka? Mereka itu para
pahlawan pendiri bangsa.

Terpidana : mengapa harus mendasar pada para pendiri negara


(founding father). Mendasarkan pada pendiri negara itu benar
apa salah?

Hakim : mendasar pada pendiri negara itu benar!

Terpidana : jika benar dasarnya apa pak hakim?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 66


Pak hakim berkeringat, sesekali ia mengusap mukanya
dengan kerah baju khas seorang hakim.

Hakim : dasarnya adalah Nilai Luhur Bangsa

Terpidana : mengapa harus mendasrkan pada Nilai Luhur


Bangsa ? Nilai luhur bangsa itu benar apa salah?

Hakim : Nilai Luhur Bangsa itu benar. Karna kita


diatur oleh nilai luhur bangsa indonesia ini. Nilai luhur yang kaya
akan segalanya, suku ras dan agama. Nilai luhur bangsa Indonesia
ini adalah benar dengan konsep bhineka tunggal ika yangtidak ada
duanya.

Terpidana : jika benar dasarnya apa?

Hakim : dasarnya adalah dari nenek moyang bagsa


indonesia. Plis deh, Kalau kita tidak nurut ntar kuwalat. Bahaya
kalau nenek moyang gak dituruti. Bisa kena musibah besar kita.

Pak hakim mulai kehilangan akal sehat, perasaannya geram,


namun ia harus tetap professional menyelesaikan masalah ini.
Sementara terpidana tetap santai dan melanjutkan pertanyaan.

Terpidana : mendasarkan pada nenek moyang itu benar apa


salah? Jika benar dasarnya apa ?

Hakim : dasarnya dari nenek moyangnya lagi.

Terpidana : nenek moyang lagi dari mana?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 67


Hakim : dari nenek nenek nenek nenek moyang lagi.
Wah pokoke ini bahaya kalo masih gak nurut.

Terpidana : nenek nenek nenek nenek moyang nya lagi


darimana?

Cerdas! Diskusi berhenti sampai pertanyaan dari mana


asal muasal manusia, alam dan kehidupan. Inilah yang
dinamakan berpikir mendasar, berpikir tingkat atas yang tak
ada lagi duanya, puncak dari semua proses berpikir. Tidak
ada yang lebih mendasar lagi dari ini.

Sang terpidana melanjutkan pertanyaannya ketika pak


hakim tak bisa menjawab secara rasional. Kali ini yang
dilontarkan terpidana sedikit berbeda.

Terpidana : pak hakim dari mana asal muasal manusia, alam dan
kehidupan?

Pak hakim yang telah tergiring dan terbawa suasana, dengan


tegas menjawab.

Hakim : karena saya seorang hakim dan saya muslim yang


berakal dan bisa berpikir dengan anak tangga pemikiran kedua maka
saya tegas akan menjawab bahwa asal muasal manusia, alam, dan
kehidupan adalah dari Allah swt

Terpidana : apakah benar Allah swt? Kalau memang Allah. Apa


tujuan Allah menciptakan manusia? Kalau memang Allah punya
maksud tertentu, apakah manusia bisa bebas membuat peraturannya

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 68


sendiri ? Terus menurut Allah yg harus dilakukan jika saya mencuri
itu apa?

Hakim : Jika demikian, manusia tidak berhak membuat


hukum. Hukum yang digunakan haruslah dari Allah taala, maka
hukum yang tepat bagi anda adalah potong tangan.

Terpidana : Alhamdulilah akhirnya pak hakim sadar. Maka


terakhir yang akan saya tanyakan, bisakah pak hakim menghukum
saya dengan hukum Allah, sementara Negara ini dalam kekacauan
dan melenceng dari hukum Allah? Apa yang pak hakim akan
lakukan?

Hakim : Ya, Negara harus menjalankan hukum Allah,


Negara harus kembali dengan aturan Allah, karena jelas, Indonesia
ini milik Allah.

Inilah yang dinamakan berpikir mendasar yang tidak


akan menimbulkan kegelisahan dan pemaknaan ganda
terhadap kehidupan. Maka sudah pasti benar apa yang
dikatakan Sayyid Quthb dalam Risalah Fi Ukhtil Muslimah.

Hanya orang-orang kerdil saja, yang berkeyakinan bahwa diantara


berbagai kekuatan yang punya aneka ragam penampilan itu terdapat
pertentangan-pertentangan. Kemudian mereka memerangi ilmu
dengan nama agama, atau memerangi agama atas nama ilmu.

Mereka mencemooh seni dengan teknologi, atau memerangi


vitalitas hidup yang berkobar-kobar dengan aqidah yang bersifat
sufisme, karena mereka menganggap bahwa semua kekuatan
tersebut, satu sama lain saling terpisah, bukan dari satu sumber
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 69
kekuatan tunggal yaitu kekuatan raksasa yang menguasai alam raya
ini. Namun tidak demikian dengan para pelopor besar, mereka
menyadari kesatuan itu, karena mereka senantiasa berhubungan
dengan sumber yang murni itu dan dari sana mereka selalu
mendapatkan alirannya.

Inilah kebenaran, begitu romantis, memuaskan, dan


menenangkan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 70


Mahasiswa dan Realitas
Kekinian

T
erkait posisi subjek dari sebuah bangsa yang
merupakan motor penggerak peradaban, yang mampu
mengentaskan kemandulan, dan bergerak untuk suatu
perubahan, dalam pandangan saya yang saat ini berposisi
sebagai mahasiswa, saya merasa terfitnah dan selalu merasa
risih dengan tudingan bahwa mahasiswa adalah agent of
change, agent of social control, iron stock, atau pun moral force.
Saya tidak hafal dari mana istilah ini berasal, sebuah istilah
yang mungkin makna sebenarnya adalah pengharapan,
namun iba dan rasa bersalahlah ketika kita berkaca. Dirasa
masih sama dengan generasi-generasi yang lalu, saat ini
mahasiswa terlalu ke-PD-an bergerak, padahal sejatinya
melacur, baik itu lacuran berupa pemaknaan yang gegabah
mengomparasikan ideologi, lacuran akademis yang sukses
membangun kosmos pribadi bernada egomania, lacuran
moral berupa senggamanya pemuda dengan tabiat hewan dan
binatang, maupun lacuran social yang dalam pemaknaan luas
adalah apokalips kesejahteraan yang gagal.

Dan mari kita mulai membaca tudingan-tudingan


istilah yang dilontarkan kepada mahasiswa dengan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 71
pembacaan bijak untuk lebih dimaknai kembali tidak sebagai
doa dan harapan, namun sebagai gelar kehormatan.

Bualan Agent Of Change, Social Control, Moral Force, dan


Iron Stock

Mestinya kita tidak perlu ndablek berbicara teori dari


kata-kata ini, belama-lama bicara istilah yang definisnya
malah bias melenakan. Sejatinya secara kasat mata pengertian
dari gelar ini adalah ketika generasi muda menjadi pionir
utama dalam sebuah arus besar revolusi yang pada saat ini
masih sebatas kidung-kidung lawas yang diputar berulang-
ulang, didoktrinkan pada masa ospek, dan teriakan Hidup
Mahasiswa! menjadi jargon sakti yang berpengertian lain,
membelakangi, dan mengkhianati.

Kita bisa melihat realita kekinian di mana para


mahasiswa menyelupkan mimpi-mimpi masa depan dalam
satu pengkerucutan konsep yang mainstream berupa
penggandaan materi dan memperebutkan kesenangan hidup.
Kita pun dengan mata telanjang bisa mengerti bahwa angka
aborsi generasi muda semakin tinggi, seks bebas menjadi
budaya, darah yang tumpah menjadi biasa, tiupan terompet
untuk menyambut pemimpin baru semarak sekali, dan
hujatan untuk melengserkannya ramai dilakoni hanya demi
tiupan baru untuk pemimpin baru. Kegilaan ini semata-mata
karena manusia lupa meletakan tujuan hidup yang terbelokan
kepada aspek duniawi semata, yang memang karena manusia
memiliki naluri akan sangat menarik dan menggairahkan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 72


sekali ketika ada sumbu yang membebaskan sebebas-
bebasnya dan membakarnya sehebat-hebatnya.

Padahal, mengutip apa yang dikatakan Quthb dalam


Beberapa Studi tentang Islam bahwa saat jiwa seorang manusia
telah sengaja merendahkan dirinya kepada salah satu ambisi
nafsu tubuh, maka sejatinya akan menjadi lemah dan tidak
berdayalah ia untuk bergantung di udara merdeka dan bebas.
Manusia yang seperti ini melekat pada tanah bumi dengan
kecemasan besar ketika ada yang membicarakan kematian,
namun menikmati tercebur kepada lumpur kotor yang bangga
dengan hiruk pikuk kesibukan perut dan kelamin.

Karena itu, apapun yang mendasari mimpi para


mahasiswa jika masih berupa aspek materi sejatinya adalah
budak. Tujuan-tujuan yang serempak disepakati ini akan laku
ketika sebuah peradaban manusia telah kosong dari keinginan
dan kemampuan untuk berjuang demi sebuah kebenaran.
Kalau dunia ini telah menjadi dunia pelacuran ideologi dan
bergumul dalam kehinaan materi, sungguh ini telah sampai
pada kemerosotan berupa pengkerdilan suatu impian hakiki
dan penghinaan realitas.

Jangan tercengang, hanya dalam keadaan seperti inilah


lahir di tengah-tengah bangsa, para penulis, intelektual,
pebisnis, penyajak, sutradara, artis, dan politisi-politisi
mengisi suatu dunia yang telah kosong akan pemaknaan
terhadap kebenaran. Mereka inilah yang kembali menebarkan
momok yang paling menakutkan; sejarah kelam umat
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 73
manusia ketika manusia saling membunuh hanya untuk
pertarungan memperebutkan dengus babi besar --maksudnya,
sibuk berebut ketidakpastian yang padahal sudah jelas
keharamannya. Dan saat semua ini berjalan, hanya pada
waktu inilah manusia mulai mendengarkan dan menonton
para penulis, intelektual, pebisnis, penyajak, sutradara, artis,
dan politisi-politisi ini tampil, karena mereka membantu
rakyat untuk menjadi panutan dalam menggambarkan
mimipi-mimpi mereka, perasaan mereka, dan menyajikan
pada mereka bahwa melabuhkan hidup pada selangkangan
dan kenyangnya perut itu lebih baik daripada melawan arus
untuk merubah. Ya, mereka para penulis, intelektual, pebisnis,
penyajak, sutradara, artis, dan politisi-politisi ini
mengafirmasi rakyat bahwa lebih baik hidup dengan tenang
dan tentram, mengikuti alur yang sudah ada, menunggu
semua yang akan terjadi dengan menghabiskan seluruh umur
yang tersedia dalam kekosongan, menjaga perut untuk tetap
kenyang dan hidup awut-awutan dalam bingkai moral yang
bejat dan keyakinan yang rapuh.

Beruntung dalam penulisan buku ini kita


mengandalkan batasan kerasionalan, termasuk dalam hal
emosi. Ketika kekesalan sudah di ubun-ubun dikarenakan
membaca setiap hari peristiwa getir yang melanda bangsa ini,
ditambah sikap mahasiswa yang tetap miskin konsep,
konsisten malas membaca, enggan menganalisis, terlebih
bicara strategi, maka luapan emosi akan menjadi benar ketika
yang disalurkan pada kejelasan konsep dan keselarasan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 74


dengan fitrah. Ya, kekesalan menjunjung ini tentang anggapan
keblinger bahwa dirasa menjadi aktivis mahasiswa hanyalah
masuk organisasi kemahasiswaan dan melakukan bakti sosial
dan acara-acara besar semata, lantas apa beda antara
organisasi mahasiswa sebagai pergerakan intelektual dengan
LSM atau Event Organizer?

Maka benarlah apa yang dikata Sithok dalam sajaknya


ketika kondisi sebuah bangsa kolaps karena bingung,

Sungguh kasihan sebuah bangsa yang diam, bergerak ke kuburan,


tidak menawarkan apapun selain kerunTuhan, dan tidak berontak
ketika lehernya diletakkan antara pedang dan balok tatakan

Bisakah semua ini dituntaskan hanya dengan


mengadakan acara-acara hiburan di kampus? Atau pun
mengasah nilai kemanusiaan lewat agenda bakti sosial dengan
menapikan siapa sebenarnya yang memiskinkan, konsep
politik yang seperti apa yang ideal, dan pengontrolan ketat
yang akan menghasilkan perubahan?

Maka menjadikan tudingan ini sebagai gelar bagi


generasi muda Indonesia adalah suatu proses panjang dan
berat. Kita harus berawal dari memerangi penyebabnya. Kita
harus memerangi jiwa-jiwa budak yang terkapar hanya karena
diiming-imingi sales atau agen MLM yang menawarkan
segunung kekayaan. Kita harus melawan konsep hidup
materialisme dan menggantinya dengan ideologi yang telah
benar dibuktikan. Islam. Karena pada dasarnya manusia akan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 75


dikatakan manusia ketika ia dapat meninggikan diri dari
penyembahan terhadap materi, pengagungan terhadap idola
di televisi, menjadi hanya kepada Tuhan yang telah
menciptakan kita, menjelaskan aturan-aturannya melalui kitab
yang telah diturunkan, kemudian kita dengan segenap raga
menjalankannya. Inilah yang disebut pembebas berbudakan
yang sesungguhnya, sesuai dengan fitrah, memuaskan
akaldan tidakmenimbulkan kegundahan. Ini semua ketika
difahami setiap generasi muda akan meretaskan batas-batas
perpecahan yang selama ini menjadi pemicu konflik dan
pengkotakan kavling national state untuk lebih mudah
dijajah dan diperkosa oleh imperialis, adalah nasionalisme
dengan sentimennya yang luar biasa hebat.

Duduklah dalam kondisi semula

Peristiwa terdekat bagi para generasi muda, khususnya


para mahasiswa adalah peristiwa yang memakzulkan
mahasiswa sejajar dengan para pengisi yang memberikan
warna pada negeri ini.

Reformasi 1998.

Siang itu Harmoko tak lagi mendominasi televisi,


sementara para mahasiswa berjubel merapat, berpegangan
erat, dan saling percaya bahwa perubahan ada di depan mata.
Budiman Sudjatmiko sebagai salah satu tokoh muda dengan
PRD (Partai Rakyat Demokratik) nya mengancam Soeharto
untuk lengser. Dita Sari yang ditahan di Surabaya terus

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 76


menyemangati kaum buruh dengan konsep Lenin-nya. Tak
kalah hebat juga, Cak Nun sebagai budayawan, intens
mengkritik dan membuat percikan-percikan euphoria
perlawanan untuk tumbangnya rejim diktaktor. Dan yang
pasti seluruh mahasiswa penjaga nurani mulai berteriak untuk
reformasi, sejak itulah Habibie bersiap jadi presiden transisi,
dan Suharto lengser malu-malu. Di bawah sinar matahari
panas, di antara aroma bakaran ban, di antara dentuman
senapan, dan di antara banyak korban berjatuhan bercampur
haru dan keseganan yang mahasiswa peroleh dari rakyat. Dan
kita, generasi muda, pernah tersenyum dengan ini.

Tapi rasanya baru kemarin, pasca 1998 mulailah terjadi


banyak rombakan. Kebekuan mulai muncul, kemandulan
mulai nampak, dan mahasiswa sibuk dengan wara-wiri
kegiatan kampus semata. Padahal saya masih merasakan
keeksotisan mahasiswa sebagai generasi yang peduli dengan
nasib bangsanya, ada genangan air mata dan rasa takdzim
berlebih ketika saya baca penuturan dari Adriano Rusfi, salah
satu pengurus masjid Salman ITB yang bertutur kondisi saat-
saat reformasi.

Ada cemburu ketika barisan bis kota lewat di sebuah ruas jalan
Jakarta. Ketika itu panas menghiasi bulan Mei di 1998. Betapa tidak,
di dalam dan di atapnya berdiri gagah mahasiswa berjaket
melambaikan bendera kesatuan aksinya, sedangkan saya terdiam di
tepi jalan hanya sebagai penonton. Mereka pemain dan saya
penonton. Mereka di tengah dan saya di pinggir. Mereka berjuang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 77


meruntuhkan sebuah rejim, dan saya hanya tergopoh untuk sesuap
nasi.

Seorang pemuda mengepalkan tangannya dan berteriak ke arah saya.


Tak jelas apa katanya. Tapi bagi saya terdengan seperti sebuah
ejekan,

Apa yang generasimu lakukan terhadap penguasa lalim?. Apa saja


yang kau lakukan ketika kau masih mahasiswa?

Ah, mungkin saya sekadar tak beruntung, menjadi mahasiswa yang


hidup di jaman di mana NKK-BKK membelenggu tangan di
punggung, jaman di mana api heroisme mungkin belum menyala.
Tapi saya tetap cemburu, kenapa pekik perlawanan ini tak terjadi
saat saya masih mahasiswa. Cemburu yang akhirnya membuat saya
membeli pita reformasi di tepi jalan, dan mengikatnya di kepala,
tepat 21 Mei 98, jam 9, di Senayan, saat sebuah rejim harus lengser.

Dan sekali lagi, mahasiswa membuat perubahan besar.


Mendaftarkan diri di catatan sejarah, menawarkan kesempatan bagi
terjadinya sebuah perbaikan. Perannya dalam panggung sejarah
memang masih diperdebatkan, apakah pembentuk rejim baru atau
sekadar pemakzul rejim lama. Desainer dari sebuah bangunan sosial
yang baru, atau hanya menjadi destruktor dari status quo karatan?
Peran heroiknya tak terbantahkan. Tapi, mampukah mereka menjadi
pemberadab?

Bagi kita mungkin panasnya arus kegilaan yang


mestinya ditindak tidak serta merta terasa, karena kita tidak
pernah mau untuk belajar membaca. Dan sejatinya bahaya

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 78


yang terbesar bukan karena bahaya itu besar, Bunda Elly
Risman, salah satu pakar psikologi anak, pernah berkicau
dalam twit nya bahwa bahaya yang paling besar yang dihadapi
bangsa ini adalah karena kita tidak sadar ada bahaya

Lantas sudah sampai mana kita membaca? Sedikit saja


membandingkan kontribusi kita dengan generasi muda
sebelum kita? Atau janganlah terlalu berat, kita letakkan saja
posisi sebenarnya antara kita dengan generasi sebelum kita,
berapa jarak, minimal keterlibatan hati untuk benci terhadap
kelaliman? Minimal simpati dan kecenderungan hati terhadap
kebenaran?.

Ketika kita benar-benar berkaca, ternyata ada banyak


borok kotoran di mana-mana. Kediaman kita terhadap segala
bentuk tindak kejahatan yang paling kejam beserta
manifestasinya adalah bentuk lain dari setan bisu. Dua hal
yang saya khawatirkan dari mandulnya generasi muda saat
ini adalah terjadinya distorsi dan ketidaktepatan, atau lebih
tepatnya sejenis ketidaktepatan yang timbul akibat generalitas
masalah yang dipaksakan terlampau dogmatis atau
penempatan fokus yang terlalu positif. Generalitas masalah
yang dipaksakan secara dogmatis ini adalah bahwa di era
sekarang penjajahan itu tidaklah ada, atau ungkapan bahwa
perang dunia itu omong kosong yang tak akan terjadi di era
saat ini. Sedangkan penempatan fokus yang terlalu positif ini
adalah perasaan tanpa curiga disetiap komponen masyarakat,
terlebih generasi muda terhadap negara-negara yang
mengusung ideologi tertentu. Karena tanpa disadari atau
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 79
tidak, sifat sebuah negara yang memegang ideologi akan
senantiasa bersifat massif untuk menyebarkannya dan tidak
akan tinggal diam. Dari perasaan tanpa tendensi ini kefokusan
terbentuk hanya pada sektor ekonomi semata, sedangkan
pengontrolan dan pendidikan politik tidak diajarkan. Inilah
kekhawatiran terbesar saya. Adapun terkait gambaran
seberapa penting kepedulian generasi muda terhadap politik,
meminjam kata-kata Bertoch Brecht, seorang sastrawan dan
dramawan kelahiran jerman. Brech berujar bahwa Buta
terburuk adalah buta politik, orang yang buta politik tidak sadar
bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat,
semuanya tergantung keputusan politik. Dia membangtidakan sikap
anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar: Aku benci
Politik!! Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia
tak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar
perampokan dan yang terburuk korupsi dan perusahaan
multinasional yang menguras kekayaan negara.

Maka bacalah setiap fenomena dengan cerdas dan


seksama!, Setelah kita mengetahui pemaknaan hidup yang
tidak lagi sibuk bertanya, seharusnya sudah bisa membuat
hentakan-hentakan baru membentuk poros-poros kekuatan
dengan tujuan yang jelas. Kemudian merumuskan
perlawanan dengan cantik dan aman, tidak menimbulkan
kerusuhan yang bagi masyarakat biasa akan sangat
menakutkan. Kita sebagai kaum muda yang telah panjang
lebar mengurai kebenaran sudah seharusnya berkumpul

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 80


memersatukan dan menyadarkan jutaan pemuda lain yang
sedang sinting keranjingan virus pemaknaan hidup abal-abal.

Jangan sampai, ya, jangan sampai karena diamnya kita,


kematian adalah hari pertama menyesal bahwa makna hidup
sebenarnya adalah seberapa besar kontribusi kita dalam
menegakkan kebenaran.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 81


Bagian II

IDEOLOGI

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 82


Sekilas Tentang Ideologi

D
alam sebuah komunitas, baik skala besar maupun
skala kecil, problematika adalah hal yang niscaya.
Namun timbulnya problematika ini kadang selalu
tidak sejalan dengan solusi yang ditawarkan. Jika jeli, kita
akan menemukan jejalan dan doktrinasi gagasan-gagasan
yang terus diulang dengan gencar, namun secara bersamaan
pula menenggelamkan gagasan lain yang padahal sudah
terbukti sukses memecahkan segala bentuk permasalahan.
Dari mereka sebagai pelaku yang mestinya bertanggung
jawab munculah secara sekonyong-konyong istilah relefansi,
ketidaksamaan situasi dan kondisi zaman. Artinya Islam tidak
relefan dijadikan dasar. Mereka berdalih seperti itu secara
sepihak tanpa ada sedikit pun kajian mendalam, koferhen dan
komparatif.

Seperti yang sudah dijanjikan dalam pengantar, bab ini


akan membahas tentang ideologi. Perlu saya katakan bahwa
saya memulainya bukan dalam balutan ego pribadi sebagai
pengemban agama tertentu, dan berangkat secara terburu-
buru meninggalkan nilai-nilai keberagaman dalam memeluk
keyakinan, saya tidak juga berangkat dari filsafat atau pun
narasi scientific yang terombang-ambing oleh nilai ke-ilmiahan
yang kadang kering dan sarat istilah dalam menukil banyak
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 83
pendapat. Saya hanya ingin bercerita saja, berbagi dengan
pembaca tentang pengalaman sederhana, pengalaman saya
dalam satu tahun terakhir ini.

Semarang mempunyai kisah fantastis, pada 26 Mei 2014


Komunitas kiri yang berhaluan Sosialisme membakar bendera
yang bertuliskan laailaahaillallah, sebuah bendera yang
malamnya saya pasang bersama tim untuk acara bertajuk
Konferensi Islam dan Peradaban 2014. Pegiat Zine
Underground No Body Zine dan Cronos Zine yang beraliran
sosialis atau Anrcho punk ini beralasan bahwa apa yang
dilakukannya bermotif kecemburuan dan ketakutan terhadap
dominasi ideologi Islam.

Hal ini menarik untuk dibahas, karena; pertama,


kejadian ini tidak akan pernah dimuat di media berhaluan
Kapitalisme yang sejatinya saat ini menguasai hampir 80%
media nasional, yang perbincangannya hanya kelacuran pada
topik yang akan meraup keuntungan dan simpati publik,
kalaupun benar dimuat hanya ketika ada keuntungan yang
menjanjikan. Kedua, karena banyak dikalangan masyarakat,
terlebih generasi muda, yang masih memandang ideologi dari
definisi yang tak jelas yang hanya berdasarkan sebatas
gagasan-gagasan yang tak memiliki langkah implementasi.

Pentingnya kita mengurai pembahasan mengenai


Ideologi ini untuk dipahami setiap generasi muda supaya
tidak terjadi kekeliruan dalam memandang fenomena, semisal
simpulan konflik antar agama yang padahal kebanyakan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 84
adalah konflik Ideologi. Atau simpulan lain bahwa Islam itu
adalah semata-mata agama bar-bar dan ekslusif yang tidak
memberi ruang bagi agama lain untuk berkembang dan
sebagainya.

Di muka telah saya singgung sedikit mengenai definisi


dari ideologi, bahwa ideologi ini adalah pemikiran
menyeluruh tentang hidup, alam semesta, dan tentang
manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada
sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Lebih
jauhnya dalam mendalami ideologi, ideologi senantiasa akan
selalu melahirkan peraturan, tidak bergerak dalam konsep
semata, dan peraturan yang muncul selalu bersifat logis dan
rasional. Kalau kita memahami betul makna ideologi, kita
akan sampai pada simpulan bahwa ideologi di dunia ini
hanyalah ada tiga; Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam.

Terkait sosialisme, sejak abad ke-19, sosialisme telah


berkembang ke banyak aliran yang berbeda, kita cukup
mengenal jika kiranya banyak membaca terkait Anarkisme,
Komunisme, Marhaenisme, Marxisme, dan Sindikalisme yang
muaranya adalah ideologi sosialisme. Konsep berpikirnya
yang merujuk pada materialisme tulen, telah mengarahkan
ideologi sosialisme ini untuk mampu menjawab definisinya.
Pemikiran yang menyeluruh ini menghasilkan teori ekonomi,
politik, sosial, bahkan sampai pada pemaknaan asal muasal
manusia, kehidupan, dan alam semesta yang sebelumnya
telah saya jelaskan hanyalah berlandaskan materi. Bagi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 85


mereka, tidak ada sesuatu yang berwujud kecuali hanya
materi, bahkan menurutnya, berpikir pun merupakan
cerminan/refleksi dari materi ke dalam otak. Materi adalah
pangkal berpikir dan pangkal dari segala sesuatu.

Dengan bergulirnya waktu, ideologi ini terus


berkembang, salah satu tokoh yang berperan adalah Karl
Marx. Kita dapat mengelompokan lagi Gerakan sosio-politik
maupun intelektual dalam Marxis- Sosialis menjadi:
Albanianisme, Komunisme konsiliasi, Juche, Castroisme,
Komunisme kiri, Leninisme, Maoisme, Marxis humanism,
Situasionisme, Stalinisme, Trotskyisme.

Sedangkan rivalnya yaitu Kapitalisme, memiliki sejarah


yang panjang dimulai sejak ditemukannya sistem perniagaan
yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal
dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Namun
lebih jauhnya lagi Kapitalisme ini berkaitan juga dengan asas
dasarnya lewat munculnya renaisence yang beranggapan
bahwa manusia berhak mengatur dirinya sendiri, menapikan
peran Tuhan dalam kehidupan individu. Sehingga ketika
konsep ini diemban, karena tidak memiliki suatu value yang
jelas maka yang menjadi asas adalah kemanfaatan semata.
Apapun yang dilakukan, baik bejat atau menawan yang
diutamakan tetaplah raupan keuntungan. Memang
kapitalisme begitu luar biasa, sebuah sistem pengakumulasian
modal yang menghajar apapun demi kelangsungannya
sendiri. Segalanya dijadikan komoditi untuk dijual dan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 86


menghasilkan banyak profit, apapun meski komoditi tersebut
adalah sesuatu yang paling tidak berguna sekalipun. Dan bisa
kita saksikan contoh kecil di negara kita saat ini, bagaimana
luar biasanya industri pornografi berkembang dan dilindungi
negara lewat undang-undang pornografi.

Ideologi kapitalisme ini sebenarnya terlahir karena


sakit hati dari pihak filsuf dan cendekiawan pada kaum
gerejawan yang menggunakan dalil Tuhan untuk menjarah
rakyat. Padahal ternyata dalam langkah praksisnya
kapitalisme justru bergerak lebih kejam. Jika dulu kapitalisme
mencerca terhadap sistem teokrasi yang menggunakan dalil
Tuhan untuk menekan rakyat, maka kapitalisme saat ini
dengan sistem pemerintahan demokrasinya menggunakan
dalil rakyat untuk menghabisi rakyat.

Asas yang melanggengkan ideologi kapitalisme ini


adalah keinklusifannya yang tidak memberikan peluang bagi
Tuhan untuk mengatur kehidupan, yang mempersilahkan
semua aturan dalam hidup ditumpah ruahkan pada manusia,
istilah ini kemudian disebut sekulerisme. Sekulerisme
berpengertian fashluddin anil hayah yaitu keyakinan yang
dibangun atas dasar memisahkan agama dari kehidupan.
Konsepnya yang masih mau mengakui bahwa manusia, alam
semesta, dan kehidupan, berasal dari Tuhan dan akan
dikembalikan pada Tuhan namun ia dengan sendirinya
berujar bahwa Tuhan tidak punya pengaruh dalam kehidupan
bersosial. Tuhan bagi mereka hanyalah pelipur lara semata

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 87


yang hanya jadi objek untuk memenuhi ghorizah at-tadayun
(naluri bertuhan) saja yang sejatinya terdapat di semua
manusia. Kita bisa melihat dalam kondisi kekinian bagaimana
kapitalisme ini tengah menancapkan taringnya di setiap sendi
kehidupan. Bagaimana bisa kita saksikan ideologi ini di luar
kesadaran tengah membentuk poros-poros untuk lebih jauh
meninggalkan Tuhan dalam setiap aktifitas manusia yang ada
di bumi. Politik tidak perlu memakai Tuhan, ekonomi tidak
perlu menggunakan Tuhan, karena katanya Tuhan tidak
pamrih dan itung-itungan, begitu pun bekerja, belajar, dan
segala aktifitas lain. Dalam kapitalisme Tuhan dipaksa
pensiun dini dalam perannya mengatur kehidupan manusia.
Tuhan hanya bisa ditemui di tempat ibadah, dipuja-puja
didalamnya, dan kemudian ramai-ramai manusia
menanggalkan pakaian ketakwaan selepas ritual keagamaan
usai. Ya, sekali lagi karena ideologi ini lahir dari sakit hati
terhadap teokrasi, sehingga jika ada sebuah agama yang
mengancam eksistensinya di panggung laga, dengan
sentimentalnya mereka harus segera membasminya,
meskipun sistem yang ditawarkan itu bukanlah teokrasi,
namun ketika dibawa oleh salah satu agama maka kesinisan
kaum kapitalis sangatlah membabi-buta.

Namun yang menarik dari keduanya; Sosialisme dan


Kapitalisme, meskipun berbeda dalam memaknai asal muasal
manusia, alam semesta dan kehidupan, ada pengaminan resmi
yang menggelikan dari keduanya bahwa nilai yang terpuji dan
diagung-agungkan adalah apa yang ditetapkan oleh manusia

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 88


itu sendiri. Bahwa manusia mampu mengatur dirinya secara
mandiri. Bahwa manusia menetapkan kesenangan dengan
nilai yang telah disepakati. Kalau bukan kesenangan jasmani
apa lagi?

Sedangkan Islam, sebagai agama dan juga mabda


(ideologi) telah memimpin peradaban dunia selama kurang
lebih 14 abad, lewat seperangkat konsep yang jelas dan bisa
dipertanggung jawabkan, sebelum akhirnya tenggelam,
kemudian dipaksa terkubur pada maret 1924 lewat Mustafa
Kemal Attatruk. Akhir-akhir ini kita menyaksikan bagaimana
percaturan antara ideologi Kapitalisme dan Islam begitu terasa
dan menegangkan. Media kapitalis terus berkoar tentang
seramnya ideologi Islam, seolah yang ada dalam Islam
hanyalah kebar-baran. Para pengusung kapitalisme terus
mempropagandakan berbagai macam kebohongan yang lebih
mirip suara omprengan tua hanya untuk satu tujuan;
Islamphobia effect.

Dari masyarakat politis dalam ideologi kapitalisme


muncul beberapa intelektual yang jujur dalam pemaknaannya
terhadap ideologi, kemudian dari kejujurannya yang polos itu
memberikan pemahaman terhadap kita bahwa benarlah apa
yang sedang kita bicarakan sekarang ini. Kita bisa temui
beberapa pernyataan mencengangkan ini, salah satunya yang
dibuat Samuel P. Huntington. Dalam buku The Clash of
Civilization (1996), Huntington menulis, Bagi Barat, yang
menjadi musuh utama bukanlah fundamentalisme Islam, tapi Islam
itu sendiri. Tidak hanya itu, senada dengan gagasan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 89
sebelumnya Samuel P. Huntington dalam bukunya Who Are
We? (2004) mengatakan Islam militan telah menggantikan posisi
Uni Soviet sebagai musuh utama AS. Atau pun Willi Claes,
mantan Sekjen NATO dengan pernyataan dalam sebuah
forum mengatakan, Muslim fundamentalis setidak-tidaknya
sama bahayanya dengan Komunisme pada masa lalu. Harap jangan
menganggap enteng risiko ini.... Itu adalah ancaman yang serius
karena memunculkan terorisme, fanatisme agama, serta eksploitasi
terhadap keadilan sosial dan ekonomi".

Begitulah hidup, kita belajar bahwa hidup adalah


keteguhan di balik kecemasan-kecemasan. Ini terjadi hanya
pada saat kita tak mau melacur pada ideologi lain selain yang
kita yakini saat ini. Ideologi sejatinya memang bicara hitam-
putih, antara satu dengan yang lainnya saling melawan.
Sebuah istilah yang saat ini menjadi olok-olokan para
agamawan yang sering menyampaikan kebijaksanaan hidup
namun sujud takdzim tidak pada tuhan, mereka teracuni
ideologi penguasa. Jujur saja, saya sangat benci pada para
motivator, pengajar, tokoh masyarakat, ustadz, pendeta, atau
pun rakyat biasa yang terkontaminasi kelacuran akibat
keuntungan yang dirinya dapatkan dari penyembahan pada
manusia. Sehingga merubah adalah satu kata sakral, satu kata
yang bisa mengancam, bukan mengancam kemiskinan sirna
dan tiada bukan pula mengancam bahwa ketakwaan akan
sirna, tapi ambisi pribadi untuk tetap nyaman dalam
pelacurannya.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 90


Antara agama dan Ideologi

T
idak bisanya membedakan antara agama dan ideologi
sangat meresahkan sekali. Terbukti banyak dikalangan
umat Islam sendiri merasa risih ketika membawa
agama mereka untuk dijadikan ideologi Negara. Kemudian
ketidak enakkan ini dilabuhkanlah secara serampangan dalam
filsafat barat yang sarat ke-ambigu-an. Baru-baru ini kita
terkaget dengan berita bahwa UIN Sunan Ampel Surabaya
sebagai pencetak generasi muda bangsa, pada masa OSPEK
mengangkat tema kontrofersial bertajuk Tuhan Membusuk.
Saya hanya berkernyit dahi, mencoba menerjemahkan kata
yang sangat tidak familiar ini, takutnya arus berpikir ini
mengarahkan bangsa Indonesia dalam pelukan Nietszche
(1844-1900), filosof Jerman yang ateis. Ya hampir senada
dengan apa yang dilakukan para mahasiswa semasa ospek ini.
Dalam kolom di media online pada 1 September 2014 yang
ditulis Kholili Hasib cukup bisa memberikan gambaran
bagaimana kaum muda beragama di Indonesia kebingungan
karena interpensi orientalis sebagai salah satu langkah
Kapitalisme barat dalam bermakar terhadap rivalnya, Islam.
Hasib menulis .Nietszche pernah memplokamirkan
Tuhan telah Mati. Maksudnya, ia membunuh hal-hal
terkait dengan nilai ketuhanan. Menghilangkan nilai

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 91


ketuhanan dalam pikiran manusia. Filosof Hegel (1770-1831)
juga pernah mengatakan Tuhan adalah tiran. Maksud
dibalik kalimat ini adalah agama (baca; Tuhan) mengebiri
agama, sehingga harus dibunuh dan boleh dihina. Inilah
ateis modern. Gara-gara maksud kalimat dua filosof di atas,
Barat menjadi sekuler bahkan ateis modern saat ini. Lihatlah
apa yang disampaikan Rahmad beserta rekannya para panitia
ospek maba 2014 kepada Muslim Daily (30/8).

Sekarang tidak sedikit orang atau kelompok yang


mengatasnamakan Tuhan membunuh orang lain. Demi (membela)
Tuhan, mereka rela mempertaruhkan nyawanya. Perilaku ini lazim
dilakoni oleh kelompok yang mengklaim paling shaleh. Kelompok
yang mengklaim paling Islami. Akibatnya, kelompok yang berbeda
dengan mereka dengan mudah dituduh kafir yang darahnya halal.

Kesimpang-siuran umat manusia yang tidak bisa


membedakan antara agama dan ideologi cukup bisa membuat
kita ketar ketir. Legitimasi penghakiman dengan istilah agama
terlalu suci untuk mengatur politikatau ungkapan senada
bahwa Tuhan terlalu mulia untuk andil dalam pertempuran
manusia terlalu menggelikan dan sangat naf. Bagaimana
tidak? Seorang pencipta barang elektronik harus mengelurkan
SOP dari produknya untuk menjamin keamaan produk, lantas
bagaimana dengan Allah yang menciptakan manusia?

Dari kesimpangsiuran yang masih belum banyak


dipahami rakyat, terkait perbedaan agama dan ideologi, kita
akan memulai dengan berangkat dari pembagian keyakinan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 92


Jika kita klasifikasikan sesuai dengan pembagian Taqiyuddin
tentang syiasi dan ruhiah, keyakinan itu ada dua. Pertama
keyakinan politis yang menjadi dasar pengaturan urusan -
urusan keduniaan. Kedua keyakinan ruhiah yang menjadi
dasar pengaturan urusan-urusan keakhiratan. Urusan
keduniaan adalah segala urusan manusia sepanjang
kehidupan di dunia sampai mati, misalnya urusan keluarga,
ekonomi, pendidikan, politik dan sebagainya. Sementara yang
dimaksud dengan urusan akhirat adalah segala urusan
manusia yang ada pada fase sebelum dan sesudah hidupnya
di dunia. Yakni, apa yang ada sebelum lahirnya manusia dan
sesudah matinya manusia, misalnya urusan penciptaan alam
semesta dan kebangkitan pada hari kiamat. Termasuk juga
urusan akhirat, adalah urusan yang sebenarnya ada pada fase
kehidupan di dunia saat ini, tapi tidak berkaitan dengan
interaksi sesama manusia, melainkan hanya berkaitan dengan
hubungan antara manusia dan Tuhannya dalam ibadah ritual.

Jadi, keyakinan ruhiyah adalah keyakinan yang


melahirkan beberapa pemikiran dan hukum yang berkaitan
dengan masalah -masalah akhirat, semisal hari kiamat, pahala
siksa, dan juga masalah-masalah ibadah ritual (seperti doa),
termasuk pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum lain yang
berkaitan dengan pemeliharaan masalah -masalah tersebut,
seperti pemberian nasihat dan petunjuk, atau penyampaian
ancaman dengan adanya adzab Allah serta pemberian
dorongan untuk mendapatkan sebesar-besarnya pahala Allah.
Sedangkan keyakinan politis adalah keyakinan yang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 93


melahirkan berbagai pemikiran dan hukum yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan keduniaan seperti aspek
pemerintahan, perdagangan, sewa menyewa, perkawinan,
perseroan, warisan, atau yang masih berkaitan dengan
persoalan tersebut, seperti kewajiban mengangkat pemimpin
jamaah atau kelompok, ketaatan pada pemimpin serta
kewajiban mengontrolnya, juga sanksi-sanksi pidana dan
hukum-hukum perang.

Dilihat dari pengertian di atas, maka Islam adalah


keyakinan ruhiyah dan sekaligus politis. Islam tidak bisa lari
dari dua kenyataan yang diembannya, juga tidak bisa
dipisahkan antara dua klasifikasi ini. Karena keintegralan
yang sangat fundamen ini, sangatlah logis jika setiap pemeluk
Islam yang hafal akan senantiasa berusaha memenuhi
kewajiban menjalankan dua klasifikasi keyakinan sekaligus
sebagai bukti bahwa ia telah menjalankan agama secara utuh.

Dari sini kita bisa menyatakan bahwa keyakinan agama


nasrani, budha, dan yang lainnya hanyalah keyakinan
ruhiyah. Alasannya bahwa pemikiran dan hukum yang lahir
hanya berkaitan dengan persoalan keakhiratan. Dan kita bisa
menyimpulkan keyakinan kapitalisme adalah keyakinan
politis semata karena pemikiran dan hukum-hukum yang
lahir dari keyakinan ini, berkaitan dengan persoalan dunia
saja, seperti kebebasan (liberalisme/freedom) dan asas
manfaat (utilitarianisme). Begitu juga dengan pemikiran-
pemikiran yang berkaitan dengan pemeliharaan persoalan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 94


keduniaan tersebut dan yang lahir dari keyakinan kapitalisme
berkitan dengan urusan dunia seperti demokrasi dan
peperangan. Demikian juga dengan keyakinan sosialisme,
juga merupakan keyakinan politis karena pemikiran-
pemikiran serta produk hukum-hukum yang lahir dari
keyakinan tersebut hanya berkaitan dengan persoalan
kehidupan dunia seperti pembatasan dan pelarangan
kepemilikan. Juga dengan pemikiran dan hukum-hukum yang
berkaitan dengan pengaturan urusan kehidupan dunia seperti
membatasi demokratisasi di kelas buruh dan diktaktor
proletariat.

Maka wajar jika Islam akan berbenturan dengan


kapitalisme dan sosialisme, melahirkan momok ketakutan
bagi barat dan timur. Namun menjadi tidak wajar jika masih
ada yang beranggapan bahwa Islam berbenturan dengan
agama lain. Saya rasa persoalan saat ini bukan lagi antar
agama, namun Islam akan berbenturan dengan agama lain,
ketika agama lain ini ditunggangi dan dikendalikan oleh
kepentingan kapitalis atau sosialis lewat sentimen golongan
dan ketakutan diganggunya hak berkeyakinan. Toh yang
dibicarakan adalah koridor pengaturan sosial, bukan
keyakinan ruhiyah. Ya, selama ini kita belum bisa peka dan
meletakan dengan poporsional bahwa aturan kenegaraan
yang berlandaskan Islam bersifat aturan sosial, bukan dalam
hal agama. Semacam pengelolaan sumber daya yang dalam
era kapitalisme-demokrasi saat ini banyak dideomplengi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 95


penjarah, atau pun Politik yang saat ini sarat dagelan
sandiwara dalam balutan kepura-puraan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 96


Bergeraknya ideologi

S
ekarang saat semua menjadi kacau, banyak yang hebat
pura-pura jadi keparat, tak sedikit yang bodoh
berkamuflase untuk diakui kompeten. Jangan heran,
inilah dunia pewayangan, penuh mitos, distori, dan banyak
fantasi. Inilah buah ideologi kapitalisme demokrasi yang telah
uzur dan batuk-batuk.

Kita menyaksikan saat ini umat semakin kalut, frustasi


dengan semua gagasan yang ditawarkan. Pemilu sebagai
ritual khas dari sistem Demokrasi juga belum menghasilkan
apapun selain hutang-hutang yang semakin menjulang dan
kebijakan yang terus lahir dari pesanan asing. Kapitalisme,
demokrasi, dan Sekulerisme sebuah paketan ekspor yang
semakin mencokol dan membuat onar tidak juga sadar bahwa
dirinya adalah sumber kerusakan. Jika dikatakan kepada
mereka janganlah kalian membuat kerusakan, mereka sambil
dzikir memuji asma Allah berkata: innama nahnu muslihuun
sesungguhnya kita ini sedang mengadakan perbaikan,
katanya. Padahal alaa innahum humul mufsiduuna walakin laa
yalamun, mereka itu sebenarnya yang membuat kerusakan,
tetapi mereka tidak sadar.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 97


Selebihnya, aksi akrobatik politik telah banyak
dilakukan, membuat rakyat sudah terlalu lelah diikut
sertakan. Kiranya cukuplah sedikit beri celah bagi mereka
untuk menuntut penghasilan yang melebihi konsumsi perut
sebulan. Toh bagaimana pun intimnya mereka menggauli
opini dan menjadi jurkam parpol, bagi masyarakat sipil
urusan perut selalu lebih utama. Tentang kefrustrasian ini
saya hanya bisa lebih jauh menggambarkan bagaimana
kampanye yang ndakik-ndakik itu lebih mirip menajajalkan
dagangan daripada memberikan pengertian. Ambisi-ambisi
dalam orasi lebih terlihat mencurigakan daripada
meyakinkan. Maka sungguh, jika memang semua membaca
bagaimana ideologi berjalan, berikanlah sedikit kesempatan
bagi Islam. Tidak perlu memilah kata untuk menenangkan
rakyat padahal membohonginya. Rakyat sudah terlalu curiga
dengan pelacuran kata yang terselubung, lagi pula sudah lama
rakyat tahu bahwa kata-kata indah yang menukik itu hanya
milik Romeo dan Kahlil, sedikit juga di warisi Majnun.

Namun hingga detik ini, ketika situasi mirip pantat


wajan di tungku api, kita tidak menemukan suara mahasiswa
yang biasanya bergelora bersama memori Ospek, terbang
bersama jargon-jargon hidup mahasiswa yang sakti.
Mahasiswa saat ini tidak tahu apa yang harus dilakukan,
namun sebenarnya tahu bahwa saat ini kondisi tidak baik.
Lalu kita merasa begitu sayang ketika mahasiswa tidak juga
merasa penting bahwa mengemban ideologi Islam adalah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 98


solusi dari keterpurukan. Padahal ini adalah pemaknaan
hidup dan jawaban dari pertanyaan yang terus akan muncul.

Berangkat dari semua ini, kepentingan pemahaman


yang mendalam tentang ideologi menjadi perlu. Dan perlu
diketahui, ketika sebuah ide secara logis telah memuaskan
akal dan menentramkan hati, maka para pengembannya
dengan secara sukarela akan massif menyampaikan. Karena
perubahan yang mengarah pada revolusi sistem kehidupan
yang hakiki tidak bisa tercipta ketika pengembannya tidak
ada. Para pengemban ideologi inilah yang sejatinya menjadi
martir untuk menggerakkan masyarakat. Fokus yang pertama
untuk bisa membuat ideologi Islam ini berputar cepat,
langkah awal kita mesti bekerja pada area pondasi, berupa
pemaknaan keyakinan yang terus dipertebal, pemikiran yang
terus diaktifkan, penghajaran terhadap rival yang terus
dilancarkan, dan moralitas yang enak dipandang.

Mengapa harus ideologi Islam? Mengapa bukan


ideologi Kapitalisme atau Sosialisme? Di sini kita bicara terkait
potensi yang bisa dimiliki akal manusia. Ketika sebuah
ideologi terlahir dari kejeniusan manusia, penemuan-
penemuan yang baru lahir itu hanyalah berbicara pada
manifesto keterbatasan akal yang tidak bisa menjangkau
segala sesuatu yang nyata. Taqiyuddin dalam Nidzhomul Islam
menjelaskan, Di samping itu pemahaman manusia
terhadap proses lahirnya peraturan selalu menimbulkan
perbedaan, perselisihan, dan pertentangan, serta selalu

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 99


terpengaruh lingkungan tempat ia hidup. Sehingga
membuahkan peraturan yang saling bertentangan, yang
mendatangkan kesengsaraan bagi manusia. Karena itu,
ideologi yang muncul dari benak seseorang adalah ideologi
yang salah, baik dilihat dari segi keyakinanya maupun
peraturan yang lahir dari keyakinan tersebut.

Ketika ideologi Islam sudah tertanam dalam setiap


sanubari pengembannya, maka membicarakannya dan
mengangkatnya dalam bersosial adalah sebuah keutamaan.
Moralitas akan timbul dengan sendirinya ketika kita sebagai
kaum muda telah mampu melampaui capaian hakikat hidup,
berupa melepaskan penghambaan kepada manusia dan
aturan-aturan yang dibuatnya menuju dzat yang satu, yang
maha menciptakan. Ingin sekali rasanya kita bersama
menyaksikan bagaimana para mahasiswa menguasai forum
dengan ide-ide Islam, baik itu seminar, presentasi dalam
pembelajaran maupun obrolan informal seperti diskusi di
warung kopi. Kemudian bicara dengan lantang, berbekal data
valid dan bahasa yang menggelora bahwa Islam mempunyai
solusi dari masalah anu, bahwa solusi islam seperti ini.

Ide dasar yang bersifat menyeluruh yang telah


dipahami betul akan menjadi asas, karena ide dasar tersebut
menjadi keyakinan bagi bergeraknya ideologi. Keyakinan ini
pula yang menjadi kaidah berpikir sekaligus sebagai
kepemimpinan berpikir para pengembannya. Dengan
landasan ini dapatlah ditentukan arah pemikiran manusia dan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 100


pandangan hidupnya. Dengan landasan ini pula dapat
dibangun seluruh sendi-sendi pemikiran dan dapat dilahirkan
seluruh pemecahan problematika kehidupan. Maka
bergeraknya ideologi berawal dari pemahaman yang fasih
dari setiap pengembannya, kemudian dari pemahaman ini
muncul keyakinan untuk melangsungkan proses pemecahan
dan metode pelaksanaannya pada segala macam problematika
yang timbul; tentang bagaimana cara praktis pemecahannya,
bagaimana cara memelihara/melindungi ideologi, bagaimana
cara untuk menyebarluaskan ideologi. Jika ide dasar tidak
mampu diaplikasikan maka ini hanya akan menjadi bentuk
filsafat yang bersifat khayalan dan teoritis belaka, yang
tercantum dalam lembaran-lembaran buku, hanya membebani
dan memusingkan tanpa bisa mendapatkan makna untuk
dapat memengaruhi kehidupan.

Sendi-sendi pemikiran yang ditawarkan Islam saling


terintegrasi antara semua komponen yang ada; manusia, alam
semesta, dan kehidupan. Dari keterkaitan ini munculah suatu
fenomena besar ketika semua komponen masyarakat sadar.
Yaitu kesadaran bahwa setiap individu adalah bagian dari
kelompok besar. Tidak seperti kapitalisme yang
mengagungkan Individualisme, atau pun sosialime yang
memandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang
menyeluruh, Islam adalah ideologi yang sejak mulanya
memahami bahwa Individu adalah bagian dari
jamaah/kelompok, tidak sebagai kesatuan yang menyeluruh

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 101


atau pun individu yang terpisah. Seperti hadits Rasulullah
SAW:

Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan


yang melanggarnya adalah seperti kaum yang menumpang kapal.
Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan yang lain berada di
bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan
air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya.
Lalu mereka berkata: Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian
kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di
atas kami. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang
yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan
binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka
keselamatan, maka akan selamatlah semuanya. (HR. Bukhari)

Sungguh suatu keniscayaan yang perlu diperjuangkan


apabila kita ingin mengganti sistem peraturan kapitalisme
ataupun sosialisme dengan peraturan Islam. Bergeraknya
ideologi yang berawal dari pemaknaan hidup adalah suatu
kepastian yang akan terjadi. Kita tidak bisa melepas diri untuk
membicarakannya di mana pun dan kapan pun. Maka
bergerak atas landasan kesadaran bahwa setiap individu
adalah kebersatuan dari kelompok merupakan suatu yang
harus dilakukan untuk mengembalikan Ideologi Islam.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 102


Ideologi Islam dalam Negara

Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia.


Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya
kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu
samudra ke samudra lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun,
dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan
kepercayaan dan suku bangsa. Tentaranya merupakan gabungan
dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran
yang belum dikenal sebelumnya.

-Chairman and Chief Executive Officer Hewlett-Packard


Company diambil dari ceramahnya tanggal 26 September 2001
berjudul Technology, Business, and our Way of Life: What
Next?

S
aat ini, kita diuji oleh keadaan, oleh situasi. Kita berada
pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Masih sebatas
sulit, belum sampai pada tahap mustahil. Bahwasanya
apakah generasi muda mampu membawa alam, manusia, dan
kehidupan mencapai keadilan dalam pemaknaan dan
kemakmuran dalam berjalannya, atau malah menyaksikan
semuanya itu habis dilibas jaman. Kita dituntut memikirkan
aspek detail dari pemaknaan asal muasal kehidupan, alam
semesta, dan manusia. Kita dituntut memperbaiki semua,

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 103


bukan hanya agama,bukan hanya Indonesia, bukan hanya
Jawa, bukan hanya diri sendiri, melainkan makna hidup yang
meliputi keberasalan semua, alasan berjalannya semua, dan
berakhirnya semua secara utuh. Tidak terpisahkan di dalam
pemahaman. Untuk itulah kerja keras menjadi solusi. Lebih
keras bekerja ketimbang densus yang bekejaran dengan
teroris, lebih keras bekerja daripada bush dan obama dalam
mengekspansi negara jajahan.

Kita berjuang untuk sebuah gagasan besar. Islam. Yang


kita saksikan bersama bahwa sampai saat ini Islam selalu
ditutupi. Jika dikenalkan media pembicaraannya selalu saja
menyakitkan; terorisme, radikalisme, maupun intoleran.
Paling mending adalah pengangkatan Islam sebagai tayangan
ramadhan atau pun pengajian yang kebanyakan penuh canda-
tawa tanpa makna, mengejar rating pemirsa untuk masuk ke
kantong pemilik media.

Dengan berbagai cara, ada banyak siasat dan tipu


muslihat yang mencoba menguburnya dalam sekali. Mulai
dari dagangan rasis SARA, sampai yang terbarukan dengan
strategi marketing berlabel terorisme, fundamentalis,
ekstrimis, dan penggencaran opini Islamphobia yang lainnya.
Mereka berencana menjadikan mindset seluruh penghuni
semesta sehingga tercipta pemikiran yang sama bahwa Islam
adalah Ideologi Setan!. Bagi saya ini tak jadi soal. Manusia
dengan naluri mempertahankan dirinya kadang dengan ego
yang kelewatan bergerak tanpa pernah mengkonfirmasi. Dan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 104


saya cukup yakini saja bahwa Ideologi bukan dikhususkan
untuk sebuah bangsa tertentu dan untuk umat tertentu.
Ideologi Islam tidak untuk muslim dan arab saja, begitu pun
kapitalisme-demokrasi yang tidak untuk barat saja. Kita
mengenal bahwa setiap sentinya pergerakan ideologi selalu
diikuti oleh sikapnya yang universal dan massif
mengembangkan. Dan semua ini hanya bisa berjalan dengan
adanya Negara. Begitu logislah bahwa Islam pun
menginginkan Negara, layaknya pihak kiri (sosialis) yang saat
ini banyak dikalangan penduduk Indonesia tengah gencar
berkonsolidasi.

Bagi muslim, negara dalam perspektif Islam bukan


perkara mubah dan sunnah nafilah, juga bukan soal
diperlukan atau tidak, tetapi esensinya merupakan kehidupan
manusia itu sendiri. Meminjam kata-kata Imam al-Ghazali
bahwa agama dan negara itu saudara kembar menandakan
bahwa tidak ada kehidupan bagi Islam tanpa negara. Negeri
yang di dalamnya terdapat komunitas muslim mayoritas tidak
bisa disebut Negara yang Islami, sekalipun di dalamnya
terdapat banyak masjid, masyarakatnya taat dan kualitas
keimanannya tidak diragukan. Negara dalam pandangan
Islam adalah sebuah wilayah yang menerapkan sistem Islam,
meskipun didalamnya umat Islam hanya minoritas.

Sedangkan bagi umat lain, Negara dalam perspektif


islam bukan perkara agama dan keyakinan dalam
menjalankan naluri bertuhan, melainkan seperangkat aturan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 105


social, berupa politik, ekonomi, pendidikan, hokum yang saat
ini tengah banyak ditimbang oleh para professor dan para
cendekiawan lain yang telah kehabisan cara dalam menyikapi
kesemrawutan ini.

Dengan berkaca pada sejarah ketika Islam dijadikan


dasar dalam bernegara maka betul, apa yang mereka serukan
untuk menolak, menginjak, menghinakan, dan
mempropagandakan bahwa Ideologi Islam jika diaplikasikan
begitu menyeramkan,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami pihak borjulis yang


tidak sedikit pun takut pada Allah, karenanya JANGAN
COBA DITERAPKAN pada kami!, katanya,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para koruptor,


karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di aktifitas kami!,
katanya,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para pelacur,


karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di ranjang kami!
Katanya,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para mucikari,


karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di perniagaan
kami! Katanya,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi para pencuri, germo,


penjudi, pemabuk, pendengki, dan Ahli maksiat. karenanya
mereka siap berdemo dan berontak.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 106


Biarlah Islam menyeramkan bagi segala macam
kemaksiatan dan kebiadaban, namun apalah yang lebih
romantis ketika kita memperjuangkan kebenaran yang
diyakini? Soal fanatik saya percaya bahwa kesuksesan itu
berawal dari kefanatikan yang rasional, termaklumi, dan
diyakini betul. Tentang ideologi Islam yang diterapkan dalam
tataran Negara, saya merasa senang dengan kalimat Sayyid
Quthb dalam Fi dhilal quran:

Islam merupakan agama yang realistik, yang membuktikan bahwa


larangan dan nasihat saja tidaklah cukup. Juga membuktikan bahwa
agama ini tidak akan tegak tanpa adanya negara dan kekuasaan.
Agama adalah manhaj atau sistem yang menjadi dasar kehidupan
praktis manusia, bukan hanya perasaan emosional yang tersemat
dalam hati, tanpa kekuasaan, perundang-undangan, manhaj yang
spesifik dan konstitusi yang jelas.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 107


Bagian III

PEMBACAAN SITUASI
PENDOMINASIAN IDEOLOGI

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 108


Sekilas Tinjauan Ideologis
Konflik Dunia

B
agi saya, tampaknya tolol jika kita berupaya
menyuguhkan suatu pandangan konflik dunia dari
teori yang bersifat naratif dan ensiklopedik tanpa
pernah menarik benang merah atas dasar apa semuanya
bermula. Pertama-tama karena, jika prinsip yang menjadi
pedoman rujukan adalah gagasan-gagasan yang terlahir dari
masyarakat politis dari negara-negara yang mengusung
ideologi, maka praktis tidak akan ada batas bahan yang akan
saya telusuri dan menjadikannya sebuah karya, karena teori
bersifat naratif ini secara berjamaah mengambil sejumlah teori
dasar untuk menghakimi sebuah ideologi yang berlawanan.
Ini mirip sekali dengan gaya berpikir Orientalisme yang pada
intinya menghakimi timur dari sudut pandang barat dengan
tanpa berani mengubah kesan dari para pendahulunya yang
ekstrim. Kedua, karena model naratif dan ensiklopedik ini
tidak akan cocok dengan kepentingan deskriptif dan
propaganda saya dalam menyebarkan ideologi Islam yang
paripurna yang dengan nista dipaksa tertimbun lama.

Maka lepas dari semua itu, saya berusaha untuk


memandang konflik dari sudut pandang yang lain. Berangkat
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 109
dari kalimat Taqiyuddin An-nabhani dalam bukunya Konsepsi
Politik Hizbut Tahrir, Taqiyuddin menjelaskan bahwa,

"Konflik internasional sejak awal sejarah hinga Hari Kiamat nanti


tidak keluar dari dari dua motif berikut: Pertama, cinta
kepemimpinan dan kebanggaan. Kedua, dorongan di balik manfaat-
manfaat material. Cinta kepemimpinan bisa berupa cinta
kepemimpinan terhadap umat dan bangsa seperti halnya Nazisme
Jerman dan Fasisme Italia. . .".

Sangat penting sekali mengetahui bahwa manusia


diciptakan beserta naluri, salah satu naluri yang dimilikinya
yaitu naluri untuk mempertahankan diri (gharizah Al-baqa). Ini
pula yang melahirkan dinamika antara satu manusia dengan
manusia lain saling adu jotos untuk mengungguli. Memang
sesuatu hal yang wajar, karena ketika naluri mempertahankan
diri meningkat, ia akan spontan mencari cara untuk tetap
bekerja secara aktif mempertahankan keberlangsungan
hidupnya.

Mengutip apa yang dikatakan Taqiyuddin di atas,


mengarahkan saya pada kesimpulan bahwa konflik manusia
yang tak pernah usai ini dipacu oleh naluri mempertahankan
diri (ghorizah Al-baqa). Ketika kita berbicara tentang dorongan
dibalik manfaat-manfaat material, maka kita akan langsung
ingat bahwa AS dengan manuver-manuvernya sebenarnya
bergerak berlandaskan dorongan ini dengan mengusung
ideologi kapitalismenya sebagai landasan keyakinan untuk
bergerak. Adapun mekanismenya dilangsungkan dengan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 110


berbagai cara, baik itu invasi militer untuk menduduki
pangkalan minyak sebuah negeri, menyebarkan gagasan
demokrasi, membuat konflik dengan strategi politik pecah
belah, atau pun membuat kebijakan skenario dagelan untuk
menjerumuskan sebuah bangsa kejurang jeratan hutang. Dan
fakta yang terpenting ketika semuanya berjalan sesuai dengan
apa yang telah mereka rencanakan, maka raupan materi yang
dihasilkan tidak akan pernah peduli sedikit pun dengan
konflik yang dihasilkan.

Penelusuran saya selama ini terkait pemicu konflik


selain dari dorongan dari keuntungan materi, yaitu cinta
kepemimpinan dan kebanggaan ini diataranya saya temui
pada Mein Kampt nya Adolf Hitler. Ia secara jujur menuturkan
bahwa Jermanisme hanya dapat diselamatkan dengan
penghancuran bangsa Austria, dan lebih lanjut, bahwa
sentimen nasional tidak sama dengan patriotisme domestik;
bahwa bagaimana pun juga House of Habsburg ditakdirkan
untuk menjadi kemenangan bangsa Jerman. Pada akhirnya
slogan 'si vis pacem pera bellum'atau dalam redaksi lain
berbunyi Qui Desiderat Pacem, praeparet bellum yang berarti
jika menghendaki perdamaian, bersiaplah untuk perang bisa
dianggap benar ketika kita membaca konsep Hitler.

Berangkat dari semua ini maka lahirlah beberapa teori


tentang konflik. Teori konflik fungsional, yang menjelaskan
bahwa konflik adalah suatu yang niscaya ada, yang
disebabkan adanya sifat agresi dari dalam diri setiap manusia,

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 111


kerap pernah menjadi teori rujukan sejak 1955 melalui pemikir
barat, Georg Simmel. Simmel dalam bukunya yang berjudul
"Conflict & the Web of Group-Affilations" berusaha
mengembangkan teori-teori yang dilandaskan pada bentuk-
bentuk dasar proses sosial yang dikenal dengan pendekatan
sosiologi formal. Juga tak kalah ramai dari konflik fungsional,
teori konflik kelas yang diusung oleh Karl Marx pernah juga
jaya yang pada akhirnya runtuh dan tidak lagi relevan dengan
situasi abad 20. Dalam teori kelasnya Marx, konflik ini semata-
mata karena adanya kelas/strata kasta, maka tak ayal muncul
konklusi bahwa perjuangan untuk menghilangkan kelas
borjulis-proletar adalah revolusi abadi umat manusia.

Berdasarkan pengamatan saya pada beberapa karya


tulis yang khusus membahas konflik, saya lebih condong
memandang bahwa konflik berasal dari sifat ashobiah yang
tinggi, atau dalam istilah kita dikenal dengan sebutan
berbangga terhadap kelompok, yang ini berlandaskan gejolak
manusia dalam menyukupi naluri mempertahankan diri.
Ashobiyah ini merupakan sebuah ikatan yang rapuh dan bisa
jadi sangat sentimen dengan ke-egosentrisannya yang tak
masuk akal, yang kebanyakan hanya menyandarkan pada
kesamaan fisik, budaya, ras, silsilah, namun yang lebih banyak
sekarang ini adalah kebanggaan terhadap kelompok yang
berlandaskan kepentingan.

Ketika letak permasalahan dipandang dari segi ashobiah


maka teori Marx dengan Teori Konflik Kelasnya bisa dengan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 112


mudah dipatahkan. Pasalnya adanya kelas antara kaum
borjulis-proletar ini disebabkan oleh adanya ashobiyah. Ini
adalah secuil bagian dari hikmah mengapa nabi Muhammad
melaknat ashobiyah.

"Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada


ashabiyah'

(HR. Abu Dawud).

Namun perlu diketahui sikap ashobiyah/berbangga


terhadap kelompok ini tidak melulu muncul karena sikap hati
dan moralitas. Terkadang konflik muncul yang disebabkan
oleh ashobiyah ini adalah karena memang kondisi objektif
kedua belah pihak yang berbeda. Misalnya dalam era
kehidupan kapitalisme saat ini, jika dilihat dalam kacamata
netral, berbagai protes yang terjadi dari kaum buruh bukan
semata-mata karena kaum buruh iri hati terhadap kaum
borjulis, atau sebaliknya, eksploitasi kaum borjulis terhadap
kaum buruh bukan karena kaum borjulis serakah, karena
fakta sebenarnya adalah bahwa setiap kelas sosial bertindak
sesuai dengan kepentingannya yang ditentukan oleh situasi
yang objektif. Kelas borjulis misalnya, berkepentingan untuk
mengusahakan laba sebanyak mungkin bukan karena mereka
rakus secara pribadi, melainkan hanya dengan mencapai
keuntungan yang besar mereka dapat mempertahankan diri
dalam persaingan di pasar, ya lagi-lagi ini terkait naluri
mempertahankan diri (ghorizah Al-baqo).

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 113


Sampai sini kita mengerti bahwa konflik ini terjadi atas
dasar ashobiyah atas dorongan ghorizah Al-baqo, maka langkah
menghilangkannya adalah dengan meninggalkan ashobiyah.
Adapun uraiannya adalah setelah kita mengetahui dengan
sangat yakin bahwa ashobiyah ini adalah sumber konflik,
pendekatan yang paling realistis di era saat ini adalah
mendudukan secara benar mana yang terkategori ashobiyah
dan mana yang tidak terkategori. Ketika melihat skema
ashobiah level dunia dari segi historisnya, sejatinya terdeteksi
muncul pada awal abad 20, sewaktu Kekhilafahan utsmani
runtuh. Negara yang sedemikian besar itu dibagi-bagilah di
bawah pengawasan Inggris dan Prancis. Kiranya sangat
penting bagi saya untuk menyinggung hal ini. Karena kita bisa
melihat bagaimana Kekhilafahan Utsmani yang jelas
memegang Ideologi Islam dalam pemerintahannya telah
melambangkan terror bagi Ingris dan Prancis. Cuplikan
Edward Said, dalam bukunya, Orientalisme sangat membantu
saya dalam menjelaskan. Said menyebut bukan tanpa sebab
bahwa Islam telah melambangkan Teror, pemusnahan, dan
gerombolan orang barbar yang kesetanan dan patut dibenci.
Bagi Eropa, Islam adalah Trauma abadi Said juga mengutip
Jean-Baptiste-Joseph Fourier dalam Preface historique (1890),
Description de lEgypte yang mendukung karyanya,
menyatakan bahwa jenius-jenius eropa yang resah dan
ambisiusyang tak sabar ingin segera menggunakan alat-alat
penyiksaan baru.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 114


Saya pernah lama merasa ragu-ragu untuk angkat
bicara mengenai salah satu ashobiah yang termaklumi,
Nasionalisme yang santer dipropagandakan dan menjadi
kebanggaan. Saya tahu bahwa pada awalnya gagasan ini lahir
dari segelintir orang saja. Saya tahu bagaimana caranya
gagasan yang terlahir dari hanya segelintir orang ini bisa
menjadi heboh dan diamini semua penduduk bumi. Saya tahu
bagaimana menyebarkan lewat opini propaganda. Namun
yang saya tidak berani untuk menggali seberapa besar dana
yang digelontorkan, seberapa tangguh orang-orang yang ada
di belakang, dan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan
para pelopornya. Yang saya tahu bahwa konsep nastional
state adalah cara termudah bagi negara imperialis untuk
menjarah, di samping mereka lebih bisa terfokus, kesibukan
mengurus urusan internal sebuah negara juga bisa
menimbulkan konflik dengan Negara yang siap disutradai
untuk berperang. Ketika sentimen nasionalisme sudah
mengakar, maka cukup mudah bagi para Negara imperialis
yang oportunis untuk mencari kesempatan menjarah, cukup
angkat satu tema, baik itu isu pencurian tarian, sepak bola,
atau pun yang lainnya, gulirkan setiap hari, pantengin di
media pemberitaan sehingga setiap masyarakat dengan isu
murahan ini merasa terancam dan muncul bibit-bibit
nasionalis yang fiktif, maka sudah pasti dua negara yang
dirundung konflik tersebut akan siap angkat senjata. Yang
paling menyakitkan adalah sang sutradara akan menyelinap,
berpura-pura menjadi penengah, padahal sejatinya telah
menyiapkan jutaan karung untuk menjarah.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 115
Karena dalam kajiannya yang mendalam, nasionalisme
merupakan sebuah ikatan yang terjadi tatkala manusia
menetap di suatu wilayah dan tak beranjak. Ketika itu terjadi
maka naluri mempertahankan diri naik kepermukaan,
sehingga siapa saja yang mengancam akan dihantam dan
diusir. Ritual ini terjadi dalam dunia binatang, naluri
mempertahankan diri akan muncul ketika gurita, cicak,
landak, katak, ikan, ular, dan monyet terancam. Lagi pula saya
tidak pernah menemukan kisah seorang pejuang yang
bergerak dengan motif lain selain dari naluri
mempertahankan diri, baik itu atas alasan mempertahankan
bangsa, anak cucu, ataupun kekayaan. Jika bicara dengan
kaum muda saat ini tentang nasionalisme juga tidak akan
nyambung. Generasi muda saat ini hanya memahami
nasionalisme sebatas upacara bendera, bulu tangkis, dan
sepak bola.

Berbeda dari nasionalisme, ikatan yang terbangun dari


Ideologi nilainya tidak rendah dan disama ratakan dengan
binatang, hanya karena dorongan naluri mempertahankan
diri. Ikatan yang terbangun dari ideologi berawal dari
kesadaran penggunaan akal yang sangat telaten dan
mendalam, dimulai dari menjabarkan asal muasal kehidupan,
manusia, dan alam semesta, hingga sampai pada mekanisme
penyajian solusi dari semua problematika yang muncul.
Sehingga ikatan yang timbul akan senantiasa kuat, terus
berkembang, dan tidak hanya sebatas euphoria doktrinasi
abal-abal yang tanpa nilai.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 116


Setiap pengemban ideologi kapitalisme tulen pastinya
telah mengetahui bahwa nasionalisme dipakai untuk
mempermudah inquisisi sebuah wilayah. Dan Islam telah
menawarkan pilihan bahwa ashobiah adalah terlaknat.
Tentunya sangat kontras bertentangan.

Maka jika sudah begini akan sangat wajarlah


penghantaman dan ajang adu jotos intelektual yang terlahir
dari pemaknaan hidup yang berbeda, yang sebelumnya telah
kita bahas, tidak semodel filsafat yang hanya sebatas
mempertanyakan. Gaya seperti ini berperan untuk mengkritik,
menghakimi, dan mengalahkan ideologi yang bersebrangan.
Karena ini berdasar pada aspek keyakinan yang mendasar
sekali dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena kita tidak
bisa lepas dari konflik, maka konsep cinta, humanisme, kasih
sayang, keprihatinan, kesejahteraan, tidak akan pernah
muncul tanpa kita bisa mengusir bibit-bibit konflik, berupa
menarik garis pembatas dari naluri mempertahankan diri
yang keblinger lewat perlawanan terhadap dominasi Ideologi.

Jika sudah begini, bukankah wajar dan masuk akal


pengunggulan satu manusia terhadap manusia lain? atau pun
pengunggulan suatu bangsa atas bangsa lain dengan catatan
pertaruhan makna hidup?

Ah, atau....

Mungkin saja. Mungkin saja dulu kita marah, kawan-


kawan kita marah, pada dunia ini, bukan benar karena dunia

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 117


ini terasa tidak adil, melainkan karena sesungguhnya di lubuk
hati yang terdalam, kita sadar dengan mengemas masa depan
secara distopia bahwa kita tidak mampu, dan kita sadar bahwa
kitalah yang pertama-tama akan tersingkir dari arena
pertempuran dunia. Kita sebenarnya frustrasi, menikmatinya
sangat dalam, yang menenggelamkan kita dalam kepasrahan
untuk menerima nasib yang sebenarnya bukanlah penantian.
Kita tidak siap, lemah keyakinan, susah dalam mengorganisir
dan malas mendakwahkan ideologi ini. Kemudian kita marah
karena kita takut, koar-koar bahwa revolusi adalah kotoran
jijik, membuang muka untuk diajak diskusi. Masalahnya,
hidup ini tidak bisa dijalani oleh para penakut, bukan?

Semua ini harus kita tata dari awal, konsep hidup yang
saat ini semakin hari semakin parah bisa menimbulkan konflik
hebat yang berkelanjutan, bahkan dari hal sepele sekali pun.
Maka cara yang paling rasional adalah memahamkan umat
akan pentingnya kebersatuan yang tidak berlandaskan
ashobiah, tentunya bagi kita yang telah membaca jauh adalah
berlandaskan keyakinan atas pemaknaan hidup yang telah
dipecahkan, yang dalam aplikasinya mampu menembus
bahkan meloncati jauh batas-batas semu 'ashobiah'. Lewat
keyakinan mendasar pula kita dituntut untuk bersatu, menjadi
umat yang satu, tanpa membedakan warna kulit, bangsa, ras,
atau pun sentimen nasionalisme. Tentu lewat semua ini
Khilafah, sebagai pemersatu umat adalah di samping
kewajiban juga menjadi keperluan bagi kita dalam
menyelesaikan konflik.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 118


Maka wahai generasi muda, apa kabar? Bukankah
hidup tidak menyediakan ruang untuk para penakut?
Bukankah pepatah hidup mengajarkan bahwa mati di medan
perang jauh lebih mulia dibanding menikmati hidup dalam
kegelapan? Bukankah berperang dalam tataran Ideologi yang
terkonsep menyelinap sanubari adalah kewajiban?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 119


Dominasi Ideologi di Indonesia

S
alah satu aspek dari dunia yang telah mengalami masa
revolusi informasi atau bisa dikatakan tatanan dunia
pasca-modern yang elektronis dan teknologis ini adalah
penguatan stereotif-stereotif yang dijadikan alat untuk
menghakimi negara sasaran ekspansi, pelepasan nafsu negara
imperialis untuk menjarah. Internet, televisi, film-film, dan
semua sumber media baik koran elektronik, maupun koran
cetak telah memaksa para penyajinya untuk berjamaah
menyamakan konsep, dalam istilah Said:1978 adalah semua
sumber media telah memaksa informasi untuk mengambil
pola yang makin lama-makin terstandarisir.

Soal pola yang terstandarisir ini, Adian Husaini pernah


menyampaikannya secara gamblang bahwa opini publik,
menurut Clyde L. King, pakar publisistik pada Universitas
Pensylvania, adalah penilaian social (social judgement)
mengenai suatu masalah. Opini publik bukanlah kata sepakat
dari orang-orang publik. Opini publik dapat merupakan
mayoritas pendapat, tapi bukan mayoritas pendapat yang
dapat dihitung secara numeric menurut jumlah. Jadi tidak bisa
dikatakan kebenaran absolute ketika media berkoar bahwa
Indonesia ini adalah negara yang sedang menuju proses
berdikari, yang padahal komposisi masyarakat dan para
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 120
intelektual sebagian besar berpendapat sebaliknya, semisal
dalam kisaran 55% yang tidak tersorot media, akan tetap kalah
dan tersembunyikan. Karena itu, opini publik bukalah suatu
numerical majority, melainkan effective majority. Lebih jauhnya,
Adian mengutip Lippman dalam bukunya, The Phantom
Public, menyebut opini publik sebagai hantu yang suatu
ketika dapat muncul tanpa diduga dan menghilang tanpa
bekas.

Berangkat dari ini Husain Matla dalam sebuah kolom


di dakwahmedia.com tertanggal 27 agustus 2014 pernah
bertanya secara argumentatif soal isu kemerdekaan yang
santer menjadi opini publik.

Coba kita cermati, apakah Indonesia sekarang itu masih sebuah


negara? apakah masih berbentuk kesatuan? apakah re-publik? dan
apakah di tanah indah yang dikenal sebagai Nusantara ini masih ada
kedaulatan dan kesatuan kehendak? adakah yang namanya politik
luar negeri Indonesia, politik dalam negeri Indonesia, kebijakan
pangan Indonesia

Kayaknya semua orang akan menjawab seperti iklan sebuah partai


biru tentang korupsi: TIDAAAKKK !!!

Sebuah pertanyaan yang sederhana namun telah


kehilangan argumen dari setiap anak bangsa untuk menjawab
sebaliknya. Matla juga dengan nakalnya mendefinisikan
kekinian bangsa ini dengan kalimat satire yang jujur dan
bersahaja.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 121


De facto: NKRI telah tiada. Yang ada hanyalah sebuah
perkumpulan 400-an kabupaten dan kota, di bawah arisan kekuasaan
kerajaan-kerajaan yang bernama partai politik, di dalam kendali
penuh para konglomerat internasional. Dan Indonesia hanya
menjadi sebuah tempat, tempat adu kekuatan penjajahan puluhan
korporasi besar, sebagaimana dulu menjadi tempat adu kekuatan
penjajahan beberapa negara Eropa

Maka ketika semua ini menjadi sangat jelas, kejujuran


saya dalam memandang Indonesia masihlah cocok
menggunakan kemasan dispesia, yaitu penggambaran nasib
Indonesia ke depan dengan penggambaran begitu
menyeramkan.

Saya punya cerita menarik ketika sudut pandang saya


seperti itu diketahui oleh beberapa kawan. Sudah banyak
yang silih berganti masuk kost, duduk bareng, dan mengobrol
panjang lebar, kemudian menasihati bahwa kita tidak boleh
pesimis terhadap negeri ini, harus tertanam jiwa optimis,
karena tanpa itu semua kita tak bisa bangkit dari
keterpurukan. Tapi apa? Lepas semua ritual menggurui itu,
mereka keluar kost dengan perasaan dan raut muka yang
biasa, kemudian kembali masuk dalam rutinitas yang ter-plot
dan memabukkan; mereka sibuk dengan game, nonton,
pacaran, hangout sambil genjreng-genjreng main gitar dan tawa
lebar yang bergumul diselimuti kartu remi di meja kafe.
Bahkan saya masih sangat hafal basa-basi penolakan
undangan untuk diajak dialog mengenai kebijakan yang
bergulir setiap saat yang melintas di depan mata mereka. Saya
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 122
masih ingat betul beberapakali undangan mengenai kritik
terhadap rancangan APBN, kenaikan BBM, TDL, dan LPG
tidak pernah mendapat respon hingga kini.

Jadi sudah jelas, bahwa pertaruhan nasib Indonesia


tidak bisa dilakoni dengan hanya kepura-puraan argumen,
menjelaskan kebohongan dengan balutan data yang
memukau. Padahal dalam kurun waktu yang tak lama, lewat
tangan merekalah rakyat telah dididik untuk terlalu curiga
dengan pelacuran kata yang terselubung. Saya sampaikan
lagi; sudah lama rakyat tahu bahwa kata-kata indah yang
menukik itu hanya milik Romeo dan Kahlil, sedikit juga di
warisi Majnun.

Situasi dan kondisi kekinian Indonesia yang harus


dilalui dengan pengkajian mendasar lewat pembacaan
ideologis kiranya membutuhkan waktu dan tenaga. Dan saya
hanya bisa memaparkan secara skematis saja, itu pun dengan
kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki. Siapapun
yang pernah tinggal di Indonesia dan mengenyam pendidikan
politik lewat pembacaan ideologis akan sampai pada
kesimpulan kekeliruan bangsa Indonesia yang terlampau jauh.

Ya, apabila dikatakan bahwa seseorang yang besar


adalah ia yang mampu mengakui dan menerima
kesalahannya, maka bukankah sebuah bangsa yang besar
seharusnya adalah juga sebuah bangsa yang mampu
mengakui dan menerima kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukannya di masa lalu?
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 123
Kesalahan terbesar yang dilakukan bangsa ini adalah
terlalu banyak kompromi, mengadopsi pemikiran-pemikiran
yang terlahir dari barat yang lahir dari situasi pemaknaan
hidup yang berbeda, kemudian melakukan coba-coba untuk
diterapkan. Ketika satu teori dirasa gagal maka presiden lewat
jubirnya akan mencoba lagi teori lain yang sudah dipastikan
gagal pula, karena saat ini semua teori yang diadopsi adalah
teori yang lahir dari ideologi Kapitalisme yang padahal saat
ini tengah collaps dan hampir runtuh.

Jika kita mau untuk kembali membuka fragmen sejarah,


sejarah menyatakan bahwa Indonesia, negeri yang terlintas
pada garis katulistiwa dengan memiliki 13.466 pulau ini, lahir
dari dorongan AS lewat tentara sekutunya dan Uni Soviet
untuk melakukan revolusi melawan Belanda dan Jepang. Kita
hilangkan sejenak aksi heroik yang diputar menjadi opini
publik mengenai pahlawan Indonesia, semacam Soekarno,
Syahrir, Hatta, dan yang lainnya. Kita sedikit beranjak
meninggalkan subjek sejarah dan meletakan pembacaan ini
dari kacamata skema konsepsi politik internasional yang lebih
netral dan ilmiah.

Singkat waktu ketika uluran kesempatan itu


dimanfaatkan, Indonesia melancarkan revolusi yang sengit
dengan dukungan Uni Soviet dan AS, meski sejatinya kedua
negara besar ini saling bertentangan. Pada akhirnya Indonesia
berhasil juga mengalahkan Belanda secara militer dan
mengajukan permasalahan ini ke PBB. Indonesia lalu

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 124


mendapat dukungan dari AS, dan PBB pun kemudian
memutuskan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian
Belanda keluar dari Indonesia dan tidak memiliki jajahan lagi,
kecuali Irian Barat. Namun Indonesia segera saja berupaya
merebut Irian Barat dengan dukungan AS. Dan AS terus
berada di balik Indonesia hingga Indonesia berhasil mengusir
Belanda dari Irian Barat bahkan sampai saat ini.

Adapun mengapa bisa perseturuan dua ideologi yang


bertentangan, antara blok barat dengan Kapitalismenya dan
blok timur dengan Sosialismenya bisa bekerja sama dalam
memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk merdeka,
itu bahasan lain. Yang pasti kita bisa lihat dalam arsip nasional
berupa cuplikan pidato keberpihakan Soekarno lebih kepada
Sosialisme dan sangat membenci barat dengan
Kapitalismenya. Dengan gagasan NASAKOM (Nasionalis,
Agama, Komunis) yang diulang-ulang, seakan Soekarno ingin
menjelaskan pada kita bahwa bagaimanapun kita
mendeklarasikan gerakan non blok, toh pada dasarnya kita tak
bisa berdikari soal hegemoni Ideologi dunia. Kapitaliskah,
atau Sosialiskah?

Memang tak bisa dibantah, bangsa ini dari dulu hingga


sekarang adalah wilayah yang direcoki oleh banyak kubu.
Dahulu saja pada abad ke 7 Indonesia menjadi wilayah
perdagangan yang strategis, berbagai budaya, pemikiran, dan
penjajahan mulai masuk. VOC yang datang membawa misi,
diikuti portugis, belanda, dan jepang yang juga pernah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 125


merongrong. Hingga sampai saat ini pun Indonesia adalah
lahan strategis untuk tetap direcoki, meski dengan bentuk
yang lebih rupawan dan halus karena dipoles masker
bernama makar imperialisme.

Dari seting seperti ini wajarlah bahwa bangsa Indonesia


belum masuk pada tahap Negara yang berdikari, baik dari
segi konsep, kepemilikan sumber daya, apalagi pemberdayaan
manusiaanya. Indonesia adalah sebuah negeri yang
menghimpun beberapa ide dari para pelancong yang
menawarkannya. Dominasi IMF juga masih terasa dalam
disetiap sendi-sendi anggaran belanja Negara hingga saat ini.

Dari pembacaan yang singkat tadi, maka ada


pemakluman yang besar bahwa pola hidup dari masyarakat
yang terecoki akan menghasilkan kebingungan. Bahkan bukan
hanya masyarakat biasa, Istilah Intelectual confuse juga
menjangkit dikalangan kaum terpelajar. Sudah sepatutnya
jangan bertanya lagi tentang kondisi masyarakat bingung.
Inilah saat-saat terbaik untuk bermuhasabah membaca diri
lewat rekam jejak sejarah yang tak kunjung berpihak pada
kesejahteraan. Inilah saat-saat tepat saat semua menjadi kacau,
saat kondisi masyarakat sangat frustrasi, kemudian
menimbulkan efek domain dari dadu yang telah digulirkan;
saat yang hebat pura-pura jadi keparat, tak sedikit yang bodoh
berkamuflase untuk diakui kompeten. Jangan heran, inilah
dunia pewayangan, penuh mitos, distori, dan banyak fantasi.

Mau apa kita?


Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 126
Diam dulu, Tariklah nafas, belajarlah, dan mari REVOLUSI.

Yang terbaik dalam mengubah nasib bangsa adalah


sadar akan kesalahan, dan sibuk untuk belajar, giat dalam
beramal atas landasan bahwa kita semua tak bisa hidup tanpa
adanya dzat yang maha menciptakan.

Dari membaca dominasi Ideologi ini maka perubahan


adalah suatu keniscayaan. Kita tidak perlu bergerak penuh
ketakutan untuk menciptakan sebuah perubahan. Saya akan
menutup dengan sebuah sajak dari Pepei Dwipanga yang
ditulis pada tanggal 16 agustus 2014 di laman facebooknya,

Saya menduga kuat,

Pada masanya,

Sebagian manusia di dalamnya berkata:

Persia Harga Mati...

Umayyah Harga Mati...

Abbasiyah Harga Mati...

Mongolia Harga Mati...

Romawi Harga Mati...

Ustmaniyah Harga Mati..

Sriwijaya Harga Mati...

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 127


Singosari Harga Mati...

Majapahit Harga Mati...

Demak Harga Mati...

Hindia Belanda Harga Mati...

Indonesia Harga Mati...

Hingga pada kenyataannya,

Semua itu telah Mati,

Hancur bersisa Sejarah semata,

Dan ini biasa dalam Peradaban Bumi....

*Ini bukan tentang Materialisme Historis

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 128


Berkenalan Dengan Musuh dan
Makar

S
emakin canggihnya bentuk penjajahan membuat kita
kesulitan mengklasifikasikan mana kawan dan mana
lawan. Penggolongan musuh dan makar saat ini
terselimuti oleh aliran kebatinan dengan gagasan fiantropi.
Yaitu aliran cinta damai semu yang mulai kentara sejak
beberapa dekade silam Unesco menyerukan agar dalam
mempempelajari sejarah hendaknya dihilangkan rasa benci
dan permusuhan. Saya hanya mencoba menyerukan bahwa
kita tak boleh percaya dengan omong kosong itu semua.
Maksud saya bahwa kita dengan keluguan sementara yang
kita punya dalam memahami fakta, tidak boleh lepas dari
pemaknaan kehidupan yang sebelumnya telah panjang lebar
kita bahas. Ini tak lain supaya kita lebih hati-hati terhadap
makar.

Memang kenyataan saat ini masyarakat sudah terlalu


benci dan merasa jijik dengan perang dan permusuhan. Kita
telah banyak mengamati beberapa LSM, ormas, dan
kelompok-kelompok telah medeklarasikan visi bersama untuk
perdamaian dunia, berupa cinta, kerja harmonis, dan kasih
sayang. Ini terlahir dari apa yang dimimpikan masyarakat. Di
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 129
saat angka kriminalitas sedang melambung di awang-awang,
mulai dari penculikan, pemerkosaan, penjambretan, mutilasi,
korupsi, sampai pada yang katanya kebiadaban kemanusiaan
bar-bar timur tengah yang selalu televisi doktrinkan, maka
adanya tawaran itu begitu memancing perasaan masyarakat
akan perdamaian, ketenangan, cinta, kasih sayang yang saban
hari mereka impikan, ya, katanya supaya otak tidak setres.

Ini belum seberapa, kita bisa lebih dikejutkan dengan


konsep mereka dalam menjalani misi pergerakan. Jika
kebanyakan teori shohih menyatakan bahwa dalam sebuah
perkumpulan yang baik haruslah memiliki fikrah (pemikiran)
dan thariqah (jalan), maka mereka akan cepat menyatakan
diri: kami tidak perlu pemikiran-pemikiran, strategi-strategi
dan banyak bualan tentang cara-cara yang baku dalam
menjalani hidup ini. Hanya cinta, cintalah yang bakal
membangun sebuah peradaban indah. Gila! Saya seakan
sedang masuk dalam skenario sutradara bolywood.

Sejak drama HAM menjadi lebih indah dari drama


korea, sejak Liga Bangsa-Bangsa terlihat sebagai komunitas
penuh cinta melebihi pesona Cleopatra, sejak itulah muncul
banyak kegilaan. Dunia akan tetap sama dalam penderitaan
selama mitos cinta dan Keluarga Internasional masih ada,
selama negara-negara adidaya masih terus berkompetisi dan
mencengkram dunia, dan selama imperialisme masih ada,
meskipun bentuk-bentuk dan caranya berubah-ubah. Inilah
fakta.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 130


Kita memohon bersama pada Allah agar apa yang kita
pahami tidak termasuk perbuatan sia-sia dan buruk yang
dianggap baik dan shohih. Di sini saya hanya menyandarkan
pada analisis-analisis yang bolehlah dikata dagelan dan
konyol tentang kecemasan-kecemasan yang tapi sangat masuk
akal. Ketakutan demi ketakutan yang muncul dalam benak
saya akhir-akhir ini adalah tentang perdamaian itu sendiri,
tentang propaganda cinta kasih yang ditakutkan palsu dan
menghina. Saya melihat kok fokus yang terlampau positif ini
telah berputar pada satu putaran cepat yang tak terkontrol
berupa inquisisi fakta dan pemakzulan terhadap penjajah.
Maksud saya seperti di awal telah dikatakan bahwa
penempatan fokus yang terlalu positif ini adalah perasaan
tanpa curiga di setiap komponen masyarakat, terhadap
negara-negara yang mengusung ideologi tertentu. Yang
karena pembiaran ini para bandit merasa puas tertawa karena
setiap tahun statistik hasil penjarahannya meningkat tajam.

Pada kenyataan saat ini, kita mendengar banyak


berseliweran opini sendu tentang kelirihan atas nama tuhan
padahal adalah ketakutan terancam dan kepasrahan yang
menyalahi takdir. Saya telah menemukan banyak opini bahwa
makar dan musuh biarlah Allah semata yang tahu dan
membalasnya, tanpa sedikit pun tergerak hati untuk
membesarkan bola mata melihat kedzaliman yang nampak.
Maka kiranya perlu bagi kita untuk membagi mana koridor
keyakinan dan mana koridor amal sholeh. Dalam memahami
makar, memanglah suatu kepastian bahwa yang bermakar

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 131


terhadap Allah, Allah sendiri yang akan membalasnya.
Namun dalam koridor pencegahan supaya penistaan terhadap
nilai kemanusiaan tidak terjadi, kita dituntut pula untuk
beramal sholeh yang tentunya harus nyambung dengan topik
masalah. Persis seperti pemahaman kita terhadap rezeki.
Dalam hal keyakinan bahwa rezeki itu datang dari Allah
adalah wajib kita yakini, namun untuk mendatangkan rizki itu
kita dituntut beramal soleh yang nyambung berupa mencari
nafkah yang halal. Maka demikian pula dalam melihat musuh
dan makar, kita tidak bisa hanya meyakini dengan pasrah
bahwa makar manusia akan dibalas oleh makar Allah yang
lebih pedih, dengan menafikan dan pura-pura tidak melihat
kedzaliman yang padahal peta konsepsi politik internasional
telah ada di depan kita untuk kita baca sebagai ladang amal
soleh yang harus kita garap.

Berangkat dari pemahaman ini, saya punya cerita


menarik. Semester tiga yang lalu saya mengadakan dialog
yang dihadiri beberapa gelintir mahasiswa saja. Ini
dilangsungkan untuk memperingati hari kebangkitan nasional
yang katanya peran pemuda sangat vital pada masa itu. Kita
telah melangsungkan pembicaraan panjang dalam membahas
peran pemuda dan membenturkannya dengan realitas
kekinian. Hantaman-hantaman kalimat menyakitkan yang
saya rasakan adalah kebisuan mahasiswa kini. Dan saya
sebagai salah satu peserta diskusi kemudian ikut andil
berbicara dalam forum bahwa kita sebagai mahasiswa
haruslah menata ulang kembali jalan yang ditempuh para

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 132


pendahulu berupa revolusi yang harus digulirkan ulang. Tiba-
tiba salah satu peserta diskusi yang telat datang menimpal
dengan tergesa. Ia menyatakan bahwa yang pertama harus
kita kaji adalah siapa musuh kita. Pada masa lalu musuh kita
semua sangat jelas, yaitu rejim tiran yang menyengsarakan,
sedang saat ini?. Kemudian menutup pembicaraan dengan
kalimat yang sebelumnya tak saya duga. Kurang lebih isinya
jangan asal revolusi, tentukan musuh dulu!. Kemudian
lepas itu ia pergi meninggalkan diskusi.

Ada perasaan sayang, dan juga sedikit dongkol. Bukan


terhadap peserta misterius dalam diskusi, namun terhadap
jawaban yang belum terlontarkan yang mengganjal nanggung.
Ini benar terjadi.

Dari sinilah saya tergerak untuk menulis berupa


penjelasan akan musuh yang sedikit sulit terdefinisi. Bahwa
karena kecanggihan penjajahan membuat kita harus memakai
kacamata yang lebih canggih pula.

Ada banyak fenomena yang harus kita waspadai


semodel kewaspadaan penjajahan yang dipahami sebagai
demokrasi, ataupun eksploitasi yang dimaknai pembangunan.
Dari fenomena yang harus kita waspadai ini saya melihat
bahwa hulu ledaknya terletak pada ideologi yang
menggerakkan aktifitas nista tersebut. Bahwa dengan makar
yang cantik negara yang mengemban ideologi kapitalisme
telah menebarkan benih kedamaian semu dan menghilangkan
kecemasan saat barang sendiri dijarah bandit. Bahwa dengan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 133
makar yang tersembunyi Negara yang mengemban ideologi
sosialis telah memberikan sinyal perang gerilya terhadap
Kapitalis. Bahwa dengan tidak ada Negara yang mengemban
ideologi Islam semakin membuat pedih luka yang diderita
para pengembannya.

Kita telah lama melupakan bahwa Negara yang


mengemban ideologi kapitalisme sejatinya mengancam
keberlangsungan kita, kita telah lupa bahwa sosialisme selalu
menghantui dalam geraknya, kita telah lupa bahwa kualifikasi
negara yang memegang ideologi dan yang tidak
mengembannya itu sangat berbeda. Dan kita terlalu peduli
mendengarkan suara-suara sumbing: Apa yang dapat kita
lakuakan dari dominasi negara adidaya, sedang kita ini lemah
tak berdaya?

Setidaknya saya berpendapat bahwa radikal itu


diperlukan. Bahwa jika ada yang menempeleng muka,
minimal jagalah rasa benci kita yang suci. Ceritakanlah
kepada keluarga, teman, dosen, professor, tokoh masyarakat,
pemuka agama, bila perlu ceritakan pula pada tentara, densus,
wakil rakyat, hingga presiden. Tentang landasan kebencian
kita, tentang begitu bisa terbacanya musuh kita, tentang
konsep yang kita tawarkan.

Sekarang ini kapitalisme menginjak kita dengan


manipulasi demokrasinya yang dalam kalimat Emha adalah
manipulasi lewat sihiran kata-kata, gambar, warna, dan bunyi,
ditelan oleh oleh egosentrisme dan kesepihakan, dipenjara
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 134
oleh ketidakmengertian, yang akhirnya dikonsumsi dan
diyakini sebagai kebenaran. Sedangkan hari ini di sekolah
negeri ini para pengajar mengajarkan pada anak-anak bangsa
yang lugu lagi suci tentang kebesaran peradaban mereka yang
agung, ide-ide mereka yang cerdas, idealismenya yang tinggi,
atau pun ketentraman yang indah, padahal itu semua
kebohongan total. Kemudian banyak di antara generasi kita
kagum pada bandit yang telah menjarah itu, tergila-gila oleh
hiburan vulgar yang dihasilkan, musik-musik yang dibuat,
dan ketololan tayangan berita yang mengkhawatirkan.

Ya, setidaknya kita harus memelihara rasa benci yang


suci, menjaganya tumbuh untuk dimiliki setiap anak bangsa.
meski tuduhan radikal, fundamentalisme, dan teroris
dituduhkan secara jelas pada kita. Yang kita sendiri kadang
tidak pernah mengerti dengan definisi tuduhan yang mereka
tujukan pada kita itu.

Soal prinsip persaudaraan kemanusiaan, sesungguhnya


ideologi Islam telah mengenal 14 abad lebih lama dari dari
PBB. Ideologi Islam telah lama mengamalkannya baik pada
para pengembannya maupun pada orang yang tidak
mengembannya. Namun ideologi Islam telah mengajarkan
kepada manusia bahwa kita mempunyai kewaiban untuk
memerangi orang yang melakukan agresi terhadap kita. Kita
jangan mempercayainya terlebih melakukan kenistaan berupa
syahdunya senggama bersama musuh. Seperti yang tertuang
dalam Al-Quran:

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 135


Allah hanya melarang kamu untuk bersahabat dengan orang-orang
memerangi kamu dalam agama, dan mengusir kamu dari kampung
halaman kamu, dan orang-orang yang membantu mengusir kamu
itu. Barangsiapa yang berteman dengan mereka, maka mereka ini
adalah orang yang aniyaya.

(Q.S. Al-Mumtahanah: 9)

Musuh kita telah jelas, dan bisa kita baca seberapa


banyak negara yang mengemban ideologi kapitalisme dan
sosialisme. Inilah yang harus kita ingat setiap hari bahwa
musuh kita telah jelas dan lugas.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 136


Bagian IV

MERENCANAKAN REVOLUSI

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 137


Percikan Api Itu Telah Ada

Senin, 25 Agustus 2014, Pukul 22.01 WIB saya dapat


sms dari adik angkatan,

Mas, di rumah lagi ribut. Masalah ISIS dan ana kebawa2, untuk
syabab di daerah ana kena semua

Spontan saya langsung menelpon, suara parau dia


cukup membuat saya sangat tertekan, dia bertutur bahwa
pukul 03.00 dini hari dijemput dari kost oleh ayahnya, kepala
desa, tokoh masyarakat untuk diklarifikasi Interpol. Semua
syabab pemalang kena ujarnya terbata-bata dan sangat lirih di
telepon.

Seketika air mata yang ditahan-tahan malah membuat


pikiran panas. Kali ini begitu se-sensitif inikah bicara Islam?
Saya mengingat-ngingat bagai mana anak ini tingkah lakunya,
perangainya, keinginannya. Adakah keterkaitan dengan ISIS
dan semacamnya? Atau Al-Qaeda? Teroris? Jauh panggang
dari api, saya kehabisan akal untuk mengait-ngaitkannya.
Tapi mengapa tiba-tiba ia diciduk? Yang paling menyakitkan
adalah sesudahnya bahwa ia dipaksa membuat surat
pernyataan untuk tidak melanjutkan kuliahnya dengan alasan
dalam masa pengawasan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 138


Di tempat yang lain ada pedagang es, tukang becak,
dan pemuda, yang mengalami hal serupa. Mereka diciduk
tanpa alasan yang jelas, kemudian dibebaskan tanpa ucapan
apapun dengan beban moral yang sudah tercedrai. Mereka
kebingungan dengan kesalahan apa yang telah dilakukannya.
Media menyorotnya, melambungkannya, menyimpan dalam
kolom di headline news, sehingga ketakutan demi ketakutan
yang diciptakan memberikan penegasan bahwa inilah saat-
saat kita tak boleh bicara ideologi Islam. Inilah saat di mana
kita tidak boleh bermimpi menjalankan kewajiban dalam
beragama secara utuh, Inilah saat-saat kita bungkam, diam,
dan cemas saja melihat penangkapan demi penangkapan yang
tak jelas alasannya.

Di tengah kelelahan mengurai kesemrawutan ini, masih


ada juga dikalangan manusia yang tidak jujur dalam
berbicara, yang tidak mau membaca berita, yang nyaman
dengan ketidakmengertian fakta, kemudian melacur pada
media yang tak mereka pahami tujuan-tujuannya. Dengan
kebodohannya itu lalu mengolok-ngolok dan berkata:
Benarlah apa yang dilakukan densus, terorisme harus
dimusnahkan, Islam tidak mengajarkan radikalisme.

Terorisme semodel apakah yang dimaksud?, hingga


anak lugu pun dianggap teroris?, hingga Al-Quran pun
dijadikan barang bukti?, hingga masyarakat yang tak mengeri
apa-apa dibiarkan terhipnotis menganggap keyakinan yang
sedang mereka anut adalah kesalahan?, hingga masjid-masjid

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 139


menjadi kosong?, hingga telunjuk yang diacungkan saat sholat
menjadi gamang untuk tegak?, hingga muncul kecemasan
yang mendalam?, hingga pada akhirnya saya berkesimpulan
tak terhinggalah kesintingan ini.

Sedangkan Noam Chomsky saat ini sudah menjadi


ibarat nabi bagi orang-orang kiri. Pergerakannya yang terus
menghantam Kapitalisme dengan teratur sudah melahirkan
anak didiknya masuk di roda pemerintahan. Sosialisme
tercium dan ia baik-baik saja.

Di lain kubu Obama selalu bersiap dengan


penggenjotan opini yang lebih masif, warisan dari Bush
tentang konsep war on terror nya sambil sesekali engkang
kaki mencomoti kekayaan alam di negara jajahannya.

Demikianlah kesintingan ada di mana-mana. Kalau


seandainya ideologi Islam tidak mempunyai suatu kekuatan
yang tersembunyi, yang sebenarnya mampu
membereskannya, maka Islam tidak akan tumbuh kembali.

Tetapi saat ini kita masih hidup. Saat ini para


pengembang ideologi ini masih bisa bicara. Kita tidak buta
dan tidak tuli bahwa pasang surut Islam itu mulai nampak ke
permukaan. Halangan-halangan yang digembor-gemborkan
imperialis barat dan invasi yang mulai dimunculkan bangsa
Simpanse memang telah sekuat tenaga mencoba menahannya.

Lalu kedepan apa yang akan terjadi?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 140


Jawabannya sudah diwakili Quthb dalah salah satu
catatannya:

Pasang itu akan terus naik. Bendungan-bendungan itu akan jebol.


Para Simpanse akan dihanyutkan ombak dan gelombang. Di waktu
itulah Islam akan sempurna. Bendera Islam akan berkibar tinggi.
Islam yang benar.Islam yang mengatur seluruh kehidupan.

Ya, Percikan ini hanyalah akan membuat para pengemban


Ideologi ini bersemangat.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 141


Pergerakan Tanpa Bayaran

M
enungulang pendapat Antonio Gramsci dalam
membagi secara analitis perbedaan kelas
masyarakat, antara masyarakat sipil dan politis, di
mana masyarakat sipil terbentuk dari afilasi-afilasi sukarela
yang lebih bersifat rasional dan tidak memaksa, seperti
keluarga, sekolah, dan kumpulan-kumpulan lain; sedangkan
masyarakat politis terbentuk dari pranata-pranata institusi
yang peranannya adalah dominasi langsung (teori hegemoni
budaya) sangatlah berguna bagi saya. Yang kemudian harus
kita pahami adalah bagaimana meletakkan kita sebagai
masyarakat politis yang tahu medan dan punya resistensi
untuk tak mudah dibodohi. Adalah sesungguhnya masyarakat
politis lahir dari pemahaman ideologi yang matang dan tidak
semata-mata lahir dari pemikiran yang mengikuti alur, yang
membebek dan membabibuta seperti taklidnya fans pada
idola.

Ada dua alasan mengapa revolusi itu menjadi penting


bagi mahasiswa. Pertama, sesungguhnya rakyat sebagai
masyarakat sipil tidak tahu menahu tentang segala macam
kerusakan yang terjadi, rakyat tidak pernah peduli dengan
kata fiskal, faktual, fluktuasi atau pun kapital, kapitalis, dan
kapitalisme. Mereka hanya hidup untuk ketenangan dan
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 142
kecukupan makan setiap harinya, jika tidak bisa membeli,
pilhannya adalah pinjam uang atau kredit barang. Sementara
penjagal dengan tidak sepengetahuannya selalu
mengacungkan arit dan parang di lehernya. Pun media masa,
mereka hanya memberitakan sepersekian persen fakta yang
ada, itu sudah ditambahi dengan kelacuran mereka dengan
para penguasa dan pemilik modal. Kedua, dari ketiadaan
masyarakat politis dari ideologi Islam, maka yang paling
berpeluang besar adalah generasi muda. Alasannya (1) dimensi
umur, di mana usia mahasiswa adalah usia produktif yang tak
akan terlalu merasa lelah dan encok ketika banyak beraktifitas,
(2) dimensi structural, yang mana mahasiswa masih
berkemungkinan terhadap independensi dan idealism yang
tinggi untuk memegang ideologi, (3) dimensi intelektual, yang
mana mahasiswa selalu identik dengan sebutan kaum
terpelajar/intelektual.

Maka tampuk revolusi seluruhnya adalah milik kita,


milik para pemuda yang menggunakan seluruh akal dan
kepekaannya terhadap realitas yang ada. Sebuah tanggung
jawab yang harus diemban penuh.

Penting untuk mendeklarasikan bahwa kita tidak


sedang khawatir dengan nasib perut kita, kita tidak sedang
berambisi untuk duduk memerintah dan menguasai, kita
tidak sedang mencari muka untuk popular. Tapi ini semata-
mata adalah konsekuensi logis dari keyakinan untuk
memuliakan manusia dan mengajaknya memegang ideologi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 143


Islam sebagai totalitas pijakan. Ini semua akan bermuara pada
kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang pantas bagi suatu
umat yang telah difirmankan Allah lewat alquran yang mulia:

Kamu adalah umat yang terbaik, yang dilahirkan Allah untuk


seluruh manusia

(Q.S.Ali Imran:110)

Wahai para mahasiswa, Orang-orang di segala tempat


bertanya tentang apa yang sedang kita teriakkan dan tak
hentinya kita perbincangkan ini, tentang konsep politik kita,
tentang kecenderungan kita. Banyak yang mencerca, tapi saat
ini lebih banyak yang menyambut dengan sambutan hangat.
Ketahuilah, bahwa sekarang ini seluruh pandangan
masyarakat sedang melabuhkan harapan besar pada kita,
disaat oprengan lawas media telah banyak berdusta. Kitalah
yang diharapkan rakyat sebagai satu-satunya generasi yang
sangat peduli dengan agamanya, dengan bangsanya, dan
dengan apa-apa yang menyangkut permasalahan sosial yang
menyebabkan kondisi sekarang kian mengenaskan. Kejelian
menganalisis kondisi faktual, kejelian merumuskan kondisi
ideal adalah aktifitas yang harus kita geluti tanpa bayaran.
Kita tak perlu muluk-muluk bicara angan yang sempit tentang
kecemasan kesejahteraan diri, yang sedang kita lakukan
adalah memberikan kesejahteraan pada manusia, alam
semesta, dan kehidupan itu sendiri. Kita harus bisa
menjelaskan kondisi faktual berupa krisis multidimensial;
ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, korupsi, dll, adalah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 144


buah dari sistem kehidupan kapitalisme-sekulerisme yang
menimbulkan pola hidup masyarakat kacau dan frustrasi
dengan jelas dan gamblang tanpa bayaran. Kita harus bisa
menghimpun dua ratus tujuh puluh juta warga Indonesia
untuk bersedia menerima ideologi Islam sebagai satu-satunya
pilihan terakhir, juga tanpa bayaran.

Maka semua hal yang kecil begitu pun hal yang besar
yang kita lakukan sebenarnya diperhatikan semua orang. Kita
tidak hidup untuk diri kita sendiri, tidak hanya hidup untuk
tanah air kita, tanah air yang kecil yaitu Indonesia ini.
Sekarang ini kita hidup di suatu alam yang tehampar luas
sekali, yang dalam sejarahnya yang silam adalah negara
adidaya yang menguasai 2/3 dunia, yaitu dunia Islam. Kita
tidak dibayar.

Masa depan itu adalah milik kita semua, milik Islam!,


dalam pertempuran yang menentukan apa yang akan terjadi.
Pertarungan pembebasan yang agung yang kita lakukan
untuk diterapkannya ideologi Islam di seluruh penjuru dunia.
Pertarungan yang sebagiannya sudah dilakukan di Suriah,
Libanon, Bangladesh, Malaysia dan di banyak tempat di atas
bumi ini. Perjuangan menentang para penjajah dengan segala
bentuk dan manifestasinya, baik ia datang dalam bentuk tank
baja, senapan, nuklir dan meriam, maupun dalam bentuk
persetujuan dan perjanjian atau dalam bentuk perkumpulan
dan kelompok-kelompok. Tapi ingatlah, kita tidak akan
pernah untuk ikut andil untuk gambling di meja judi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 145


demokrasi yang dijadikan alat kaum kapitalis untuk
merampok, dan demokrasi sesungguhnya tidak memiliki nilai
jelas tentang kebenaran.

Meskipun saat ini kita sangat susah membedakan mana


teroris, mana pahlawan, mana penjagal, dan mana pejuang,
namun bukankah kita telah lama tahu bahwa dulu pahlawan
kemerdekaan adalah para pemberontak sejati bagi portugis,
belanda, dan jepang? Bukakah kita tahu bahwa para pahlawan
dulu adalah para teroris radikal yang fanatik dengan
kemerdekaan dari penjajahan? Maka gelar untuk saat ini tidak
perlu ditakutkan. Tidak perlu dipikirkan dan tidak penting.
Suriah dan beberapa negara lain sekarang ini sedang
bertempur pada batas suatu perjuangan yang menentukan
dan telah pasti akan kita menangkan di masa depan. Kita
tentu sudah hafal bahwa Amerika tidak sendirian dalam
mencegat dan menghambat arus besar revolusi Islam. Di
belakang mereka sesungguhnya terdapat kekuatan yang lebih
besar, kekuatan negara-negara kapitalis, termasuk neo
imperialisme yang tidak tampak jelas batang hidungnya di
hadapan kita ini. Mereka bersekutu dan menyokong satu
sama lain dalam menghambat revolusi ini. Para penjajah barat
ini menyelundup ke dalam masyarakat dalam bentuk
perkumpulan, lembaga-lembaga LSM yang dibiayai secara
besar-besaran. Mereka juga memamerkan diri secara besar-
besaran dan sudah tentu mereka tidak akan peduli jika ada
yang bertanya dari mana datangnya kucuran dana yang
sedemikian besar itu; dari perampokan atau rizki yang halal?

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 146


Wahai para mahasiswa! Sekali lagi kewajiban kita
dalam perjuangan ini tidak bertepuk tangan hanya untuk
Indonesia, namun dari tanah air inilah kita bisa memulai.
Bukan hanya teriakkan dalam mengutuk Amerika dan Israel.
Bukan! Bukan itu kewajiban kita. Kewajiban kita semua lebih
besar dari itu semua. Kewajiban kita jauh melampaui batas-
batas yang digariskan. Kita dan kalian harus merobek seluruh
kepalsuan dan kebohongan ini. LSM dan lembaga-lembaga
lacur harus kita bongkar habis-habisan yang bekerja untuk
kepentingan para kaum kapitalis yang dibiayai dengan dana
yang sangat besar sekali, dan mereka bekerja tanpa rasa segan
dan malu. Kita harus mulai belajar menggali informasi
sebanyak-banyaknya, mulai membentuk poros-poros
kekuatan, bersatu untuk menyamakan persepsi dan melepas
belenggu kesukuan dan kefanatikan sempit dari golongan
mana kita berasal. Karena jika kita benturkan, tentunya asal
kita dari Allah semata, Tuhan yang maha pengasih, yang
dengan sifat ke-Maha-annya itu menciptakan kita lengkap
dengan aturan untuk membuat kita supaya tetap baik.

Kita melihat setiap harinya ratusan pemberitaan surat


kabar cetak maupun online dikonsumsi di setiap tempat. Kita
menyaksikan bagaimana berkicaunya televisi dalam
mendiskriditkan Islam. Maka kewajiban kita sebagai
mahasiswa yang di setiap kota jumlahnya ratusan ribu,
disetiap kampus jumlahnya sangat banyak sekali, haruslah
menjadi lidah penyampai ketegasan dan pembongkar makar
dari segala macam bentuk penistaan dan penjajahan dengan

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 147


tidak dibayar, dengan menawarkan konsep yang jelas dan
solusi yang pantas. Sekali lagi perlu diketahui kita tidak
dibayar!. Kewajiban kita adalah untuk menjadi rival; lawan
tanding yang sebanding dengan media masa sekuler yang
dikonsumsi masyarakat sangat besar sekali. Kewajiban kita
sebagai para pemuda yang berpendidikan, yang
menggunakan akal adalah membentuk rapat-rapat agenda
dan target, kajian-kajian analisis dan pemecahannya, dialog-
dialog yang lugas, yang kita bentuk di kampus-kampus, di
tempat-tempat kita ada.

Jangan kita kehilangan fokus, terbodohi oleh kalimat


kerja nyata ketika pergerakan kita hanya bicara dan digelari
para pembual dan pembacot ulung. Ya, saya melihat saat ini
arus gerakan berpindah haluan. Dari yang semula mahasiswa
murni berjuang untuk sebuah gagasan, lewat diskusi
intelektual, menjadi pengawal dari berbagai kebijakan, dan
sekuat-kuatnya menghimpun suatu gerakan besar, namun
yang sekarang terjadi adalah menjamurnya gerakan
mahasiswa yang berhaluan ke arah kegiatan amal, pembagian
sembako, dan aksi tanggap bencana.

Kita tidak sedang menghukumi benar atau tidaknya


suatu perbuatan, tapi kita berbicara bagaimana menentukan
skala prioritas untuk menentukan hal mana yang harus
pertama kita ambil. Karena hal baik akan menjadi percuma
ketika dilakukan pada saat yang tak tepat,dari sinilah skala
prioritas menentukan berarti atau tidaknya sebuah tindakan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 148


Dewasa ini, banyak yang terjebak oleh usungan kata
"kerja nyata" yang seolah telah berupaya menentramkan
sesama tapi tak peduli pada pongkol masalah yang
sebenarnya. Jika saya analogikan: ada suatu genangan air di
ruang tamu dikarenakan atap yang bocor, ternyata, solusi
yang diambil malah mengambil lap untuk menghilangkan
genangan. Apa tindakan ini benar? Tentu bodoh dan kurang
tepat! Solusi yang cemerlang adalah kita harus naik ke atas
atap, tergopoh menaiki tangga, dan membenarkan genteng
yang bolong. Secara otomatis ketika penyebab genangan telah
ditiadakan maka genangan tidak akan terciptakan, dan
bahkan bisa jadi genangan itu akan hilang dengan sendirinya.

Ini pula yang terjadi dilingkungan mahasiswa. Banyak


yang terjebak dalam tataran berpikir praktis, mereka
disibukkan dengan kegiatan amal, mencoba meninggikan sisi
perasaan dengan menghilangkan esensi manusia sebagai
makhluk yang mempunyai akal. Banyak dari kalangan kita
sibuk mencari dana untuk menuntaskan kemiskinan yang
padahal pihak yang memiskinkan tidak dihentikan. Bagi
mereka kerja nyata lebih utama dibanding berdialog,
berdiskusi, rembuk mencari solusi dan merumuskan kebaikan
untuk negeri. Janganlah tertipu oleh arus gerakan mahasiswa
amal yang hanya ingin lembut selembut coklat dalam
genyaman. Maka jelaskanlah pada mereka, raihlah simpati
mereka untuk bergabung bersama kita, dan lagi-lagi tanpa
bayaran.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 149


Pergerakan tanpa bayaran adalah hal yang niscaya ada,
ketika kita telah sadar akan pentingnya makna hidup. Lalu
imbasnya kita akan menyaksikan bagaimana keadaan
beberapa tahun ke depan bahwa masyarakat dan opini kita ini
semakin melambung dan membesar.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 150


Strategi Membangun Poros
Kekuatan

S
ebuah aktifitas yang mengarah pada perubahan
tentunya harus matang. Tidak hanya berbekal semangat
dan teriakan menggelora yang mudah luntur dan tak
membekas. Kita tidak menginginkan sebuah pergerakan yang
hanya bersifat kesungguhan semata tanpa memiliki suatu pola
pakem yang tangguh. Karena jika melihat dari sisi historis
pergerakan mahasiswa Indonesia banyak yang dulu bergerak
hanya berbekal semangat berupa nilai-nilai kemanusiaan,
kemudian setelah habis perbekalan itu mereka lelah, terhenti,
dan akhirnya mati. Kemudian muncul lagi gerakan
mahasiswa baru dengan semangat baru dan dengan orang-
orang baru. Berjalan dengan berbekal kesungguhan dan nilai-
nilai kemanusian, lambat laun lelah, terhenti, dan akhirnya
mati. Lingkaran kegagalan ini sangat wajar karena konsep
lemah, kesadaran yang lemah, dan langkah-langkah yang
lemah telah melandasinya sejak awal.

Sejarah mencatat bahwa Boedi Oetomo lahir pada 5


oktober 1908, merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan
intelektual. Kemudian bung hatta mendirikan perkumpulan
yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia pada tahun
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 151
1925. Sejarah terus berputar, berbagai macam pergerakan
timbul tenggelam setelahnya. Pasca 1945 muncul PPMI,
GMKI, PMKRI, GMNI, CGMNI, PMII, HMI, KAMMI, LMND
dan yang lainnya. Hiruk pikuk pergerakan mahasiswa dengan
tantangan yang dihadapi pada masanya memberikan
pengertian bagi kita bahwa saat ini adalah masa-masa kritis
menuju sekaratnya generasi muda ini. Kecemasan-kecemasan
yang dulu dicetuskan Daoed Yusuf dengan kebijakan NKK
dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 yang
mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan
akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena
dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim, saat
ini berevolusi lebih mengerikan lagi dengan adanya
pembatasan masa kuliah menjadi 14 semester dan lagi
menampar dengan munculnya kebijakan terbaru menjadi 10
semester.

Sebenarnya tidak terlalu penting berbicara hambatan. Yang


kemudian sangat penting adalah bagaimana merumuskan
pola gerak untuk mendobrak kebekuan. Berbagai macam
gerakan mahasiswa yang menginginkan perubahan ini, jika
dibawa pada analisis Taqiyuddin dalam bukunya Pembentukan
Partai Politik Islam adalah terletak pada aspek keorganisasian:

1. Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas pemikiran


yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga
muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 152


pemikiran tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan
tidak murni.
2. Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui metode
bagi penerapan pemikirannya. Bahkan pemikirannya
diterapkan dengan cara-cara yang menunjukan
ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan
kesimpangsiuran. Lebih dari itu metode gerakan-
gerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan
ketidakjelasan.
3. Gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang
yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran yang
benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar.
Bahkan mereka hanyalah orang yang berbekal
keinginan dan semangat belaka.
4. Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas gerakan
tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan
yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai
dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas
organisasi, dansejumlah slogan-slogan organisasi.

Soal para pengemban ideologi Islam yang tengah siap


dengan militansi dan keikhlasannya, kiranya tampak aneh
jika kemudian dalam aktifitasnya tidak mau masuk dalam
pergerakan dan meneguhkan independensi untuk tetap
berdiri sendiri layaknya Cowboy dan Superman. Pemahaman
tentang individualitas dalam bergerak dengan berasumsi
bahwa kesemrawutan yang bertumpuk, tak terduga, dan
problematis ini hanyalah bermula dari memperbaiki diri

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 153


sendiri, jika benar demikian ini akan mengundang resiko
ketololan dan kehancuran.

Kemudian persoalan lain yang terjadi dikalangan aktivis


pengemban ideologi Islam ini adalah banyak dikalangan kita
yang masih global dalam membicarakannya. Lebih parahnya
banyak yang gagal paham kemudian sekonyong-konyong
mencoba menginterpretasikan agar ideologi Islam sesuai
dengan situasi dan kondisi saat ini, memaksanya ideologi
islam agar cocok dengan peraturan-praturan selain Islam,
sehingga Islam seolah-olah sesuai dengan kondisi yang ada
pada saat ini. Bahwa kapitalisme ini bagian dari ideologi
Islam, bahwa demokrasi ini adalah sistem agung tertinggi
yang juga disetujui oleh ideologi Islam. Ini semua tidaklah
benar, kita hanya bisa menerka mungkin saja mereka
tercampuri istilah relevansi yang berawal dari hermeunetik.
Seperti ketidakmungkinan menggunakan Amadis of Gaul
untuk memahami Spanyol abad ke enam belas ataupun saat
ini, atau pun menggunakan Injil untuk mengetahui
keberlangsungan umat kristian saat ini. Tapi ideologi Islam
sangat berbeda. Ia tidak mengalami perubahan dari cara gerak
karena konsepnya yang khas, mendasar dan oentik dalam
kajiannya terhadap manusia, alam semesta, dan kehidupan,
karena memang Islam bukanlah ideologi sempalan. Ya, Islam
tidak main-main dengan metode pelaksanaan dalam
perjalanannya menerapakan pemikiran ke setiap sendi-sendi
kehidupan. Maka bagi para mahasiswa pengemban ideologi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 154


ini sangatlah perlu memahami perjalanan panjang kesuksesan
ideologi Islam dalam melahirkan peradaban mulia.

Secara mendasar, fase-fase penerapan Islam melewati tiga


tahapan.

1. Tahap pengkaderan para pengembannya,


2. Tahap berinteraksi dengan masyarakat,
3. Tahap penerapan Islam di setiap sendi kehidupan.

Persoalannya yang sering ditanyakan adalah


bagaimana bisa menarik titik temu antara tahap berinteraksi
dengan masyarakat dengan terciptanya penerapan ideologi
Islam secara totalitas, karena secara bersamaan pula kita
dituntut untuk tidak mengambil demokrasi secara penuh.
Sesuatu yang sangat mustahil pada saat ini.

Ini menjadi sangat mungkin jika kita melihat


bagaimana perjalanan nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke
Madinah. Penguasa Madinah saat itu lewat diplomasi yang
dilancarkan Musab bin Umair rela menyerahkan kekuasaan
penuh pada Rasulullah untuk diterapkannya Islam di
madinah, ketika melihat antusiasme masyarakat yang telah
banyak menginginkannya dan diplomasi Musab bin Umair
yang sangat meyakinkan. Hingga kemudian begitu nyatanya
ideologi islam mampu menyejahterakan dunia hingga 13 abad
lamanya.

Ya, bagi kita para mahasiswa kiranya kita mesti siapkan


kavling luas yang bisa menghubungkan tahap berinteraksi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 155
dengan masyarakat dengan tahap penerapan Islam di setiap
sendi kehidupan. Tentunya ini bisa kita raih dengan revolusi,
bukan dalam pemaknaan kudeta ataupun people power.
Revolusi di sini bisa kita dapatkan ketika gagasan telah
menembus kepala para pemegang kekuatan kemudian para
pemegang kekuatan tertinggi ini dengan sukarela
menyerahkan kekuasaan dan menggantinya total dengan
Islam.

Ini sangat mungkin dan logis, dengan resiko yang


sedikit dan tidak menimbulkan banyak darah.

Membaca peta kekinian dunia kampus

Pokok persoalan yang saya coba ketengahkan di sini


adalah bahwa realitas mahasiswa saat ini haruslah dipahami
betul sebagai langkah maju untuk mengatur bagaimana
strategi yang tepat dan langkah yang jitu. Bahwa bagaimana
penjajahan dalam dunia kampus mulai masuk pasca Daoed
Yusuf dengan kebijakan NKK yang mengarahkan mahasiswa
hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan
dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat
membahayakan posisi rezim. Kemudian saat ini berevolusi
lagi lewat penjajahan baru berupa pemikiran-pemikiran barat
yang terus disusupkan. Kita tidak sedang phobia dan anti
dengan pengetahuan barat dalam bidang riset dan teknologi,
namun di luar itu ada banyak gagasan-gagasan besar semisal
humanisme kosong, orientalisme, nasionalisme sempit,

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 156


sekulerisasi pendidikan, dan liberalisasi pendidikan begitu
mudah kentara dan menjalah bagai virus ebola.

Di samping itu pembiayaan pendidikan yang seolah-


olah karena beasiswa, kita dituntut untuk tidak bertindak
macam-macam menjadi momok menakutkan pula bagi
sebagian besar mahasiswa.

Ini sesungguhnya mudah untuk kita baca bahwa peta


kekinian kampus sejatinya masih bercokol kuat dominasi
pemikiran yang bertentangan dengan ideologi Islam dalam
hal kurikulum pembelajaran. Adapun dengan subjeknya,
berupa para mahasiswa, masihlah dipenuhi dengan
ketakutan-ketakutan yang terdefinisi sebagai ancaman masa
depan mereka.

Membentuk poros-poros kekuatan

Berawal dari satu orang, gagasan yang meresap di


dalam kepala manusia berkembang menjadi beberapa orang,
dari beberapa orang menjadi ratusan, dari ratusan menjadi
ribuan, dari ribuan menjadi puluhan ribu, dari puluhan ribu
menjadi ratusan ribu, dari ratusan ribu menjadi jutaan dan ini
jumlah yang cukup untuk meyakinkan militer bahwa rakyat
telah setuju dengan Islam. Karena pada dasarnya, kekuatan
tertinggi yang dipegang oleh militer cenderung masih netral
dan memihak pada rakyat jika memang itu adalah
kepentingan terbesar. Maka poros-poros kekuatan yang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 157


mahasiswa butuhkan adalah perangkap besar yang dibuat
untuk opini yang satu.

Ini semua bermula dari kajian kelompok-kelompok


halqah yang membahas ideologi Islam secara mendalam.
Tahap pengkaderan ini harus menggunakan langkah-langkah
yang rasional, bukan doktrin buta yang tidak memberikan
kepuasan akal dan ketenangan hati. Pengkaderan ini
sesungguhnya ruh utama dalam pergerakan. Dimulai dari
kelompok-kelompok halqah yang kecil ini terbentuklah sebuah
kepribadian Islam dikalangan para pengkajinya. Jika dirasa
telah cukup kuat pemikiran yang diemban, maka hadirkanlah
berbagai macam diskusi, talkshow, atau pun forum-forum
untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Jika perlu gunakan
setiap kesempatan dalam presentasi pembelajaran
susupkanlah pemahaman-pemahaman Islam di samping
pemikiran-pemikiran sekuler yang merajai.

Kita perlu dalam setiap pekannya massif mengadakan


berbagai kajian kontemporer baik itu fenomena sosial maupun
kebijakan pemerintah yang biadab untuk disebar luaskan
pada setiap mahasiswa. Forum-forum yang digencarkan,
opini-opini yang terus disebarluaskan lewat pamphlet, brosur,
bulletin, atau pun dunia maya, secara sengaja atau tidak akan
masuk dalam setiap benak mahasiswa yang membaca.
Afirmasikan, lakukan berulang-ulang, dan terus berulang
hingga kita lupa untuk keberapa kali kita melakukannya.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 158


Seruan kita adalah seruan yang jelas dan jelas, tidak
menimbulkan makna ambigu yang membingungkan. Seruan
kita adalah seruan yang jelas bahwa demokrasi itu batil dan
buruk, bahwa kapitalisme itu rusak dan sinting, bahwa
sekulerisme itu adalah kebodohan terbesar. Seruan kita adalah
seruan yang jelas, seruan yang tidak menimbulkan penafsiran
lain selain Islam yang menjadi solusi. Seruan kita adalah
seruan jelas yang bukan hanya moralitas. Seruan kita adalah
seruan yang jelas yang merekontruksi pemuda dengan
ideologisasi yang memuaskan. Seruan kita adalah seruan
yang jelas dengan ajakan untuk bergabung dengan
pergerakan, menawarkan kajian yang mencerahkan, dan
memunculkan letupan pergolakan yang mendasar. Seruan kita
adalah seruan yang jelas yang bergerak tidak semata-mata
karena semangat, tapi dikarenakan suatu transformasi
ideologi yang sudah mengakar dan tak akan hilang. Seruan
kita adalah seruan yang jelas yang tidak hanya berteriak
HIDUP MAHASISWA!.

Prinsip tanpa tanding yang kita gelorakan ini semata-


mata didasarkan pada dua landasan. Pertama adalah bahwa
kita menciptakan pribadi-pribadi tangguh yang siap menjadi
peluru untuk ditembakkan ke ulu hati musuh dengan proses
ideologisasi yang masuk akal. Kedua kita menciptakan
gerakan-gerakan yang dinamis, kuat dalam konsep, dan
massif dalam bergerak.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 159


Lalu terjunlah wahai para mahasiswa, isilah jalan-jalan,
kepunglah semua sudut dengan opini, acungkan tangan
pertanda menantang, teriakan lantunan pembebasan,
bersatulah, bergeraklah, tegakkan ideologi Islam!.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 160


Tahap Terakhir

S
udah lama saya bermimpi tentang kaum muda yang
bersemangat dalam melancarkan perlawanan terhadap
segala macam bentuk penjajahan. Sudah lama saya
menantikan detik-detik di mana pemuda mengambil langkah
yang bijak dalam setiap pergerakan.

Revolusi adalah jalan panjang yang harus ditempuh


setiap mahasiswa. Sudah sepatutnya para mahasiswa
merapat, mengasingkan diri dari segala macam pelacuran,
menghabiskan malam dengan dialog dan kajian keilmuan,
merumuskan strategi untuk pertempuran abadi, merancang
demonstrasi untuk meraih simpati, mengisi masjid, warung
kopi, dan tempat lainnya untuk mengambil microphone dan
berorasi menyalurkan gagasan dengan mantap. Dimana saja
untuk satu tujuan; terciptanya suasana kondusif di kalangan
masyarakat ketika Islam di terapkan.

Tahapan terakhir bagi romantisme jalan revolusi ini


adalah menunggu dengan perlawanan, menunggu dengan
doa panjang pada Allah, dan menunggu dalam kesabaran dan
kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan. Karena
perubahan itu tidak akan pernah disukai oleh orang-orang

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 161


yang lemah semangat dan akan dibenci oleh orang-orang
malas.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 162


Kebenaran itu sudah pasti, namun
nafsu dan egolah yang membantah

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 163


DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2012. Hakekat Berpikir. Pustaka


Thoriqul Izzah. Bogor. Cetakan ke-5

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2012. Nidzhomul Islam. HTI-Press.


Jakarta. Cetakan ke-10

Said, Edward. 1985. Orientalisme. Penerbit Pustaka. Bandung

Husaini, Adian. 2005. Penyesatan Opini. Gema Insani. Jakarta.


Cetakan ke-2

Gie, Soe Hok. 1989. Catatan Seorang Demonstran. LP3ES.


Jakarta. Cetakan ke-5

Siaw, Felix. 2012. Beyond the Inspiration. Khilafah Press. Bogor

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Pembentukan Partai Politik


Islam. HTI Press. Jakarta. Cetakan ke-4.

Gurley, John G. 1988. Challenger to Capitalism, Marx, Lenin, and


Mao. The Portable Standford. California

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Mafahim Hizbut Tahrir. HTI


press. Jakarta. Cetakan ke-6

Hitler, Adolf. 2007. Mein Kamfp. Narasi. Yogyakarta

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 164


Quthb, Sayyid. _____. Risalah fi uktil muslimah. ______. _____

Affandi, Hakimul Ikhwan. 2004. Akar Konflik Sepanjang Zaman,


elaborasi pemikiran Ibnu kholdun. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Abdurrahman, Hafidz. 1998. Diskursus Islam Politik dan


Spiritual. Al Azhar Press. Jakarta

Hermani, Nopriadi. 2014. The MODEL. SM Publishing.

Quthb, Sayyid. ____. Beberapa Studi Tentang Islam.____. _____

Esposito, John dkk. 2004. Islam, Kekuasaan Pemerintahan,


Doktrin Iman & Realitas Sosial. Inisiasi Press. Depok

Triono, Dwi Condro. 2012. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara.


Irtikaz. Yogyakarta. Cetakan ke-2

Sumber Internet:

http://Caknun.com/

http://Dakwahmedia.com/

http://Dw.de/

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 165


PROFIL PENULIS
Aab Elkarimi. Pemuda kelahiran
Sukabumi 18 Februari 1995 ini adalah
seorang mahasiswa di Universitas
Negeri Semarang angkatan 2012
Jurusan Teknik Sipil. Sebelumnya
penulis menamatkan pendidikan
tingkat menengah atas di SMKN 1
Sukabumi pada Jurusan Teknik
Gambar Bangunan.

Backgroundnya yang terlahir di dunia teknik, menghasilkan


tabiat yang tidak mau panjang lebar bicara mitos dan
ketidakpastian, penulis selalu menyenangi hal-hal berbau
strategi perancangan atau pun rekontruksi.

Selain kegiatan utamanya sebagai mahasiswa, penulis juga


menjadi salah satu pengkaji aktif ide-ide dari sebuah
organisasi internasional dalam bidang politik Islam, aktif juga
di Gerakan Mahasiswa Pembebasan dan BKLDK (Badan
Koordinasi Lembaga Dakwah kampus). Selain itu disela-sela
aktifitasnya penulis menjadi kontributor sebuah website
dakwah di dakwahmedia.com untuk tulisan bidang
kepemudaan.

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 166


Jika ingin lebih dekat dengan penulis bisa mengunjungi blog
pribadinya, http://aabelkarimi.blogspot.com, atau lewat Twitter:
@aab_elkarimi

Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 167


Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa | 168

Anda mungkin juga menyukai