Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Umum Perilaku Kuda Dalam Perspektif Islam dan Sains

Yuni Safiraa, Syarif Hidayat Amrullahb

1
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
2
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Perilaku Hewan, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar
JL H.M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong Kec. Somba Opu Kab. Gowa Sulawesi Selatan, Kode Pos: 92118, Indonesia
Syarifhidayat.amrullah@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Kuda Kuda (Equus caballus) merupakan hewan mamalia yang termasuk
Islam
hewan ternak non ruminansia, mamalia ungulata atau hewan yang
Perilaku
Sains berkuku serta memiliki kekuatan dan kecerdasan yang tinggi. Kuda
termasuk kedalam family Equidae dengan Genus Equus. Seiring
perkembangan zaman, sekarang kuda mulai dijinakkan, dibudidayakan
dan kuda memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Kuda
telah disebutkan dalam Al-Quran baik secara langsung maupun tidak
langsung sebanyak 13 kali dalam 13 ayat dalam 7 surat. Secara langsung
yaitu dalam QS An-Nahl: 8 dan QS Al-Adiyat:1-5. Oleh karena itu, pada
ulasan ini berfokus pada hubungan perilaku kuda dalam konteks islam
dan sains. Secara sains, kuda merupakan hewan yang Tangguh dengan
kecepatan berlari yang cepat. Serta kuda memiliki banyak makna dalam
pandangan masyarakat baik itu kepercayaan, nilai, adat istiadat,
geografis dan latar belakang sejarah.

1. Pendahuluan
Kuda (Equus caballus) merupakan hewan mamalia yang termasuk hewan ternak non
ruminansia, mamalia ungulata atau hewan yang berkuku serta memiliki kekuatan dan
kecerdasan yang tinggi. Kuda termasuk kedalam family Equidae dengan Genus Equus. Kuda
(Equus caballus) dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk tubuh, ukuran dan
kegunannya. Kuda berdasarkan tempat perkembangbiakannya dibagi menjadi 5 macam
diantaranya kuda jerman, kuda eropa tengah, kuda eropa timur, kuda asia muka dan kuda
mongol.
Kuda adalah perkataan Sanskrit, sehingga diperkirakan pada permulaan tahun masehi
orang-orang berimigrasi ke Indonesia dengan membawa kuda dari India. Dalam berabad-abad
pertama tahun Masehi orang-orang Tionghoa berulang kali membawa kuda ke Indonesia,
begitu pula orang-orang islam dari India dating ke Indonesia sessudah orang Hindu. Sehingga,
kuda yang sekarang di Indonesia bukan hanya berasal dari Kuda Timur asli tetapi juga dari Cina
dan Mongol [1].
Kuda merupakan salah satu hewan yang diternakkan yang sangat dikenal dan digemari
oleh kalangan masyarakat. Seiring perkembangan zaman, sekarang kuda mulai dijinakkan,
dibudidayakan dan kuda memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena memiliki
kemampuan dalam membantu pekerjaan manusia sebagai alat pemuas kehidupan manusia yaitu
sebagai tenaaga kerja dan berperam sebagai sumber ekonomi bagi kalangan masyarakat [1].
Dapat digunakan sebagai hewan olahraga, hewan ternak, dan sebagai sarana transporasi [2].
Peternakan kuda diperkirakan sejak tahun 4500 SM, yang dibuktikan penggunaan kuda untuk
kepperluan manusia yang ditemukan sejak 2000 SM [1].

1
2. Kuda dalam Perspektif Islam
Kuda telah disebutkan dalam Al-Quran sebagai Al-Khail, yang telah disebutkan
sebanyak 5 kali dalam 5 ayat pada surat. Surat tersebut yaitu QS Ali-Imran:14, QS Al-Anfal:60,
QS Al-Nahl:8, QS Al-Hasr dan QS Al-Isra:64. Adapun ayat yang menyebutkan kuda secara
tidak langsung ada 8 ayat pada surat QS Shaad:31-33 dan QS Al-Adiyat:1-5. Adapun jumlah
keseluruhan yang menyebutkan kuda baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
berjumlah 13 kali dalam 13 ayat dalam 7 surat.
Allah telah menciptakan kuda sebagai hewan yang istimewa karena sebagai hewan yang
dapat ditunggangi dan sebagai perhiasan bagi manusia, seperti firman Allah SWT dalam QS
An-Nahl:8, yaitu:
َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ
‫والخيل وال ِبغال والح ِمير ِلتركبوها و ِزينةًۗويخلق ما لا تعلمون‬
“dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai untuk kamu tunggangi dan (menjadi)
perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui (QS. An-Nahl:8).

Allah SWT., telah menciptakan kuda sebagai bentuk kasih sayangnya kepada manusia,
yang dapat dijadiikan sebagai alat transportasi atau sebagai tunggangan untuk mempermudah
kegiatan manusi dan sebagai perhiasan yang indah dipandang. Selain itu, kuda juga telah
menjadi pemeran penting dalam berjihad. Hal tersebut, telah Allah SWT., gambarkan
ketangguhan kuda dimedan perang, yaitu:
َ ْ َ َْ َ ََ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْٰ
ۙ‫َوالع ِد ٰي ِت ض ْبحاۙ فال ُم ْو ِر ٰي ِت قدحاۙ فال ُم ِغ ْي ٰر ِت ص ْبحاۙ فاث ْرن ِب ٖه نقعاۙ ف َو َسط َن ِب ٖه ج ْمعا‬
“Demi kuda-kuda perang yang berlari kencang terengah-engah, yang memercikkan bunga api
(dengan entakan kakinya), yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi sehingga
menerbangkan debu, lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh”, (QS Al-Adiyat: 1-5).

Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan imam yang lainnya menjadikan QS An-Nahl:8
sebagai landasan dan dalil diharamkannya mengonsumsi daging kuda, karena Allah SWT.,
berfirman dalam surat tersebut bahwa kuda meruppakan hewan yang hewan tersebut sebagai
hewan tunggangan dan sebagai perhiasan, tidak untuk dikonsumsi oleh manusia. Adapun dalam
konteks Binatang yang diternakkan, Allah SWT., berfirman “dan sebagiannya kamu makan”.
Allah SWT., telah memperbolehkan mengonsumsi daging kuda dengan syarat dengan
penyembelihan yang sah atau islam.

3. Kuda dalam Perspektif Sains


Berdasarkan kajian etologi terkait tingkah laku hewan menyatakan bahwa kuda
merupakan hewan yang memilki kecepatan dalam berlari. Ini dikarenakan, kuda memiliki
tinggi pundak dan Panjang badan sehingga menjadi indikator dalam melakukan pergerakan
yang gesit. Tinggi pundak kuda yang baik akan memperoleh daya gerak yang tinggi serta daya
tahan sehingga kecepatannya akan semakin cepat, selain tinggi pundak, Panjang badan kuda
juga merupakan indikator dalam menentukan kecepatan lari kuda [2].
a) Tingkah laku Preherensi kuda
Pengaruh konsumsi sangat berkaitan dengan efek fisiologi, bentuk dan tekstur dari jenis
pakan, maupun suhu lingkungan. Proses preherensi dan mastikasi akan terjadi sekitar pukul
07.00-10.00 dan pukul 15.00-18.00 yang menunjukkan bahwa aktivitas makan baik itu
preherensi dan mastikasi terjadi pada pagi hari dan sore hari. sedangkan proses preherensi dan

2
mastikasi yang paling sedikit yaitu sekitar pukul 11.00-14.00. proses preherensi dan mustikasi
terjadi pada pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut merupakan zona thermal kuda
sehingga nafsu makan tidak terganggu oleh keadaan suhu lingkungan. Suhu thermal merupakan
suhu lingkungan yang normal sehingga sangat sesuai dengan waktu preherensi kuda. Kuda
memiliki termasuk hewan ruminansia maka secara fisiologis dalam kondisi lapar terjadi secara
kontinu dan pengososngan lambung dimalam hari dan akan berlangsung sejak waktu pertama
pemberian makanan yang terakhir yaitu dengan Panjang ±10 jam (a) [3].
b) Tingkah laku Mastikasi
Kuda (Equus caballus) jantan pada proses mastikasi terlihat jelas yaitu terlihat adanya
Gerakan rahang atas dan rahang bawah. Pakan akan digerus antara geraham atas dan gigi
geraham bawah untuk membuat pakan memilki ukuran yang lebih kecil sehingga mudah untuk
ditelan oleh kuda tersebut [3].
c) Tingkah laku Defekasi
Tingkah laku dari kuda sandalwood dimulai dengan mencium tempat kotoran kemudian
akan mengangkat ekornya, setelah itu mengeluarkan feses, mencium Kembali tempat feses, lalu
meninggalkan tempat defekasi. Bentuk dari defek kuda Sandelwood juga memiliki ragam yang
berbeda-beda yaitu lonjong, bulat dan menggumpal tidak beraturan. Perbedaan bentuk defek
kuda sandelwood tidak lain dipengaruhi oleh pakan yang telah dikonsumsi sebelumnya. Bentuk
feses yang lonjong dan bulat disebabkan karena pakan rumput yang dikonsumsi mengandung
konsentrat. Selain bentuk, warna feses yang baru dikeluarkan melalui anus akan memilki warna
hijau kecoklatan yang mengkilap (b). Pakan konsentrat sereal terdiri dari gandum, jagung,
produk dari tepung, sorgum dan dari produk padi serta produk non sereal yang terdiri dari gula
bit, rumput kering, kacang-kacangan [1] .
d) Tingkah laku kawin
Perkawinan merupakan faktor utama untuk memperbanyak keturunan yang besar bagi
para peternak. Tanda-tanda jika induk kuda birahi yaitu adanya kemerahan, bengkak pada alat
kelamin dan alat kelamin terasa hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang
menggelantung disekitar alat kelamin, dan adanya tingkah laku homoseks dan suara berisik
pada betina. Sifat homoseks meupakan keadaan dimana jika induk kuda berada diluar kendang
dengan beiam diri jika dinaiki oleh betina lain atau berusaha menaiki betina lain. Tetapi tanda
birahi tersebut kadang tidak dapat dilihat secara jelas atau bahkan tidak terlihat sama sekali.
Hal tersebut terjadi karena induk betina menderita birahi tenang dengan ditandainya ovulasi
pada ovarium, tanpa adanya gejala klinis yang jelas. Deteksi birahi tersebut dapat dilakukan
tiga kali sehari yaitu pada wakru pagi, siang hari dan menjelang malam [3].
e) Tingkah laku mendengar suara
kuda dengan vokalisasi manusia yang bervalensi positif dan negatif (masing-masing
tertawa dan menggeram) di tidak adanya semua isyarat emosional lainnya. Gairah emosional
didefinisikan sebagai keadaan internal, yang dipicu oleh rangsangan ekstrinsik atau intrinsik
tertentu [4]. Kuda ditemukan mengadopsi postur membeku lebih lama secara signifikan segera
setelah mendengar vokalisasi manusia negatif versus positif, menunjukkan bahwa suara negatif
mempromosikan perilaku kewaspadaan dan karena itu dapat dianggap lebih mengancam. Untuk
mendukung interpretasi ini, kuda mengangkat telinganya ke depan lebih lama dan melakukan
lebih sedikit gerakan telinga sebagai respons terhadap suara-suara negatif, yang selanjutnya
menunjukkan peningkatan kewaspadaan. Selain itu, kuda menunjukkan bias telinga
kanan/belahan kiri saat mendengarkan suara positif dibandingkan dengan suara negatif, yang
menunjukkan bahwa kuda menganggap tertawa lebih positif daripada menggeram [5].

3
4. Kuda berdasarkan Pandangan Masyarakat
Etnozoologi merupakan ilmu yang membahas tentang pandangan masyarakat yang
berkaitan dengan kepercayaan, nilai, adat istiadat, geografis dan latar belakang sejarah dari
hewan baik itu dari cara pemanfaatannya, pengetahuan, maupun pengelolaan hewan tersebut.
Penggunaan kuda (Equus caballus) pada beberapa daerah yang dilakukan sebagai rangka
menghargai dan mengenang jasa para pahlawan yang dimana telah berjuang pada masa
perlawanan. Pacuan kuda merupakan salah satu tradisi didaerah Aceh yang telah diadakan
setiap tahun dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia. Pacuan kuda merupakan
salah satu hiburan rakyat yang diselenggarakan sebelum Belanda masuk di Bumi Gayo. Pada
masa itu pacuan kuda diselenggarakan untuk merayakan masa selesai panen padi yang
bertepatan pada bulan Agustus. Pacuan kuda merupakan salah satu tradisi Aceh yang juga
merupakan budaya pacuan kuda [6].
Menurut pandangan masyarakat Bima, kuda sangat berkaitan dengan filosofi kehidupan
masyarakat Bima, dimana menandakan kesejahteraan dalam berkehidupan sosialbaik itu wei
mei taho (istri yang baik), uma ma taho (rumah yang baik), ma taho (tanah yang baik) dan jara
ma taho (kuda yang baik). Dimana filosofi tersebut dijaga untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat bima [7].

5. Kesimpulan
Kuda merupakan salah satu hewan yang telah disebutkan beberapa kali dalam Al-Quran
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kuda adalah hewan yang Allah ciptakan dengan
bebrapa keistimewaan karena dapat dijadikan sebagai perhiasan sebagai tunggangan juga dapat
dikonsumsi oleh manusia. Juga memiliki beragam perspektif atau pandangan masayarakat
terkait dengan kuda baik itu sebagai penanda kesejahteraan dalam suatu daerah, sebagai tradisi,
serta sebagi rangka mengingat para pahlawan yang telah berjihad pada masa perlawanan.

Daftar Pustaka
[1] I. P. Sampurna, “ILMU PETERNAKAN Ternak Besar,” J. Kedokt. Hewan, no. 1, pp.
1–8, 2018, [Online]. Available:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5890fad4d4323903a4ece0fde
ca701de.pdf
[2] G. F. Turangan, U. Paputungan, Z. Poli, and A. Lomboan, “Perbandingan Morfometrik
Kuda Di Kecamatan Tompaso Barat Dan Di Nusantara Polo Club Bogor Jawa Barat,”
Zootec, vol. 37, no. 2, p. 329, 2017, doi: 10.35792/zot.37.2.2017.16151.
[3] T. Laku Makan Kuda Sandelwood Jantan Dewasa Yang Dikandangkan di Desa
Kambuhapang Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur et al., “Feeding Behaviors of
Sandelwood Pony (Equus caballus) Adult Male Contained In Kambuhapang Village,
Lewa Subdistrict Sumba Timur District,” J. Kalwedo Sains (KASA). Maret, vol. 2, no. 1,
pp. 15–23, 2021.
[4] A. Safryghin, D. V. Hebesberger, and C. A. F. Wascher, “Testing for behavioral and
physiological responses of domestic horses (Equus caballus) across different contexts -
consistency over time and effects of context,” Front. Psychol., vol. 10, no. APR, pp. 1–
12, 2019, doi: 10.3389/fpsyg.2019.00849.
[5] A. V. Smith, L. Proops, K. Grounds, J. Wathan, S. K. Scott, and K. McComb,
“Domestic horses (Equus caballus) discriminate between negative and positive human
nonverbal vocalisations,” Sci. Rep., vol. 8, no. 1, pp. 1–8, 2018, doi: 10.1038/s41598-
018-30777-z.

4
[6] A. Prihandini and M. Umami, “STUDI ETNOZOOLOGI SEJARAH PENGGUNAAN
PATUNG KUDA (Equus caballus) SEBAGAI IKON KOTA KUNINGAN, JAWA
BARAT,” Borneo J. Biol. Educ., vol. 3, no. 2, pp. 67–78, 2021, doi:
10.35334/bjbe.v3i2.2123.
[7] Nurfitriani, S. Hidayatullah, H. Mahmudah, Zuhrah, and G. Sanusi, “Eksploitasi Anak
Pada Tradisi Pacuan Kuda Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif,” Fundam. J.
Ilm. Huk., vol. 12, no. 1, pp. 189–217, 2023, doi: 10.34304/jf.v12i1.102.

Anda mungkin juga menyukai