VIROLOGI
Disusun Oleh:
MARCELINO SUPIT
18 502 022
Makalah ini belum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi
sempurna. Namun, adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca untuk memahami seputar kambium pembuluh.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis serta pembaca dan
umumnya bagi masyarakat luas.
Marcelino Supit
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
a. EBOLA
Penyakit virus ebola (PVE) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola,
yang merupakan anggota keluarga filovirus. Penyakit ini dikenal dengan Ebola
Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima
macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus
(BDBV), Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai
Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
Virus ebola pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di dua tempat secara
simultan yakni di Yambuku, sebuah desa tidak jauh dari sungai ebola di Republik
Demokratik Kongo dan di Nzara, Sudan Selatan. Wabah di Afrika Barat (kasus
pertama pada Maret 2014) adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak virus
ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Negara yang terkena dampak
paling parah yakni, Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Enam negara di Afrika
Barat yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) yaitu Liberia, Guinea, Sierra
Leone, Nigeria, Sinegal, dan Mali dengan jumlah 28.652 kasus, dan 11.325
kematian, dengan total kematian/total kasus 39,52% (data WHO per 10 Juni
2016). Berdasarkan hal tersebut WHO menyatakan penyakit virus Ebola sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Kemudian ditemukan beberapa kasus kluster yang sumber penularannya dari
survivor Ebola baik di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Penularan tersebut
diketahui karena adanya kontak dengan cairan tubuh survivor.
Gejala
Gejala penyakit virus ebola ini didahului oleh demam yang tiba-tiba, sakit kepala,
nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan
perdarahan yang tidak biasa. Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar
dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita
yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput
mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-
50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak
darah. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 21 hari.
Penularan
Virus Ebola ini menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk feses,
saliva, urine, bekas muntahan dan sperma) dari hewan atau manusia yang
terinfeksi Ebola. Virus ini dapat masuk ke tubuh orang lain melalui kulit yang
terluka atau melalui membrane mukosa yang tidak terlindungi seperti mata,
hidung dan mulut. Virus ini juga dapat menyebar melalui jarum suntik dan infus
yang telah terkontaminasi. Kelompok yang paling berisiko adalah keluarga,
teman, rekan kerja dan petugas medis. Misalnya, mereka yang merawat pasien
yang terkena virus Ebola beresiko tertular. Di rumah sakit, virus ini juga bisa
tersebar dengan cepat. Selain itu, penularan juga bisa terjadi jika pelayat
menyentuh jenazah sosok yang meninggal karena Ebola. Binatang juga bisa
menjadi pembawa virus. Virus ini mampu memperbanyak diri di hampir
semua sel inang. Khususnya kelelawar mampu menularkan virus tersebut. Codot
dan kalong termasuk jenis kelelawar besar. Di Afrika, sebagian besar jenis hewan
ini membawa virus di dalam tubuhnya, termasuk di antaranya virus Ebola. Tidak
seperti manusia, kelelawar kebal terhadap virus-virus tersebut. Karena sering
dijadikan bahan makanan, virus yang terdapat pada daging kelelawar dapat
dengan mudah menjangkiti manusia.
b. SARS
Severe acute respiratory syndrome atau SARS adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Gejala awalnya mirip
dengan influenza, namun dapat memburuk dengan cepat.
SARS pertama kali ditemukan di Guangdong, China, pada tahun 2002 dan baru
teridentifikasi di awal tahun 2003. Penyakit ini kemudian menyebar dengan cepat
ke berbagai negara.
SARS merupakan penyakit menular. Penularan SARS terjadi saat seseorang tidak
sengaja menghirup percikan air liur yang dikeluarkan oleh penderita SARS saat
bersin atau batuk.
Menurut laporan yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003, ada sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia yang terkena SARS dan 774
orang di antaranya meninggal dunia.
Penyebab SARS
SARS disebabkan oleh salah satu jenis coronavirus yang dikenal dengan SARS-
associated coronavirus (SARS-CoV). Coronavirus merupakan kelompok virus
yang bisa menginfeksi saluran pernapasan. Saat terinfeksi virus ini, biasanya akan
terjadi gangguan pernapasan mulai dari ringan sampai berat.
Virus SARS dapat menginfeksi manusia melalui berbagai cara, antara lain:
Tidak sengaja menghirup percikan ludah penderita SARS yang batuk atau
bersin
Menyentuh mulut, mata, atau hidung dengan tangan yang sudah terpapar
percikan ludah penderita SARS
Berbagi penggunaan alat makan dan minum dengan penderita SARS
Gejala SARS
Gejala SARS biasanya muncul 2–10 hari setelah seseorang terinfeksi virus SARS-
CoV, tapi bisa juga baru muncul 14 hari setelahnya. Gejala infeksi virus ini bisa
bervariasi pada tiap orang, namun secara umum akan muncul gejala berupa:
Demam
Batuk
Sesak napas
Nafsu makan menurun
Tubuh mudah lelah
Menggigil
Sakit kepala
Nyeri otot
Diare
Mual
Muntah
Gejala SARS mirip dengan gejala flu, tapi dapat memburuk dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, SARS akan berkembang menjadi pneumonia, yaitu
peradangan pada kantong udara di dalam paru-paru. Kondisi ini juga rentan
menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen di sel dan jaringan tubuh).
c. MERS
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah suatu subtipe baru dari virus
corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus
corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan
maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan
kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma
(common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/ Severe
Acute Respiratory Syndrome).
Virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012,
namun kasus yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab
Saudi pada September 2012. Sampai saat ini, semua kasus MERS berhubungan
dengan riwayat perjalanan menuju, atau menetap, di negara-negara sekitar
Semenanjung Arab. KLB MERS terbesar yang terjadi di luar Semenanjung Arab,
terjadi di Republik Korea Selatan pada 2015. KLB tersebut berhubungan dengan
pelaku perjalanan yang kembali dari Semenanjung Arab.
Penularan
Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran
pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum
diketahui dengan pasti.
Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar terjadi
di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti
merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari
hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi
reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan
MERS di masyarakat.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat
diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi). Hal
tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi
penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat
melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau
bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
d. FLU
Flu adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan menyebar
dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009). Flu
sendiri merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi
komplikasi dengan penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh
sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap berat
ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola hidup
seseorang (BPOM, 2006).
Gejala
Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya
kering), sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair.
Kebanyakan orang dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu kurang lebih
satu minggu tanpa membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu inkubasi
yaitu dari saat mulai terpapar virus sampai munculnya gejala kurang lebih dua
hari (Abelson, 2009). Pada masa inkubasi virus tubuh belum merasakan gejala
apapun. Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai dirasakan dan berlangsung
terus-menerus kurang lebih selama satu minggu. Hal ini akan memicu kerja dari
sistem imun tubuh yang kemudian setelah kurang lebih satu minggu tubuh akan
mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar sembuh dari influenza
(Spickler, 2009). Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di
atas 65 tahun, atau orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis
pada hati, paru-paru, ginjal, jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus,
atau orang yang sistem imunnya rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang
sulit untuk membedakan flu dan salesma pada tahap awal infeksi ini, namun flu
dapat diidentifikasi dengan adanya demam mendadak dan rasa lelah atau lemas
(Spickler, 2009).
Polio
Ensefalitis
Meningitis
Rabies
Pada penyakit rabies, virus dapat menular melalui gigitan hewan yang terinfeksi
virus rabies, baik hewan liar maupun hewan peliharaan. Beberapa jenis hewan
yang dapat menularkan infeksi rabies adalah kucing, anjing, kelelawar, sapi, dan
kambing.
Ebola
Demam berdarah
Demam kuning
Demam Lassa
Demam Marburg
Infeksi virus pada sistem kekebalan tubuh
Virus juga dapat menginfeksi sistem kekebalan tubuh, salah satunya
adalah human immunodeficiency virus (HIV).
HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, yang bila tidak segera
ditangani dapat berkembang menjadi AIDS. AIDS (acquired immune deficiency
syndrome) adalah stadium akhir dari HIV yang melemahkan daya tahan tubuh.
HIV/AIDS termasuk infeksi virus yang dapat menular melalui hubungan seks,
berbagi jarum suntik, dan transfusi darah. Virus ini bisa menyebar dari ibu hamil
ke janin yang dikandungnya, atau kepada bayi melalui proses melahirkan dan
menyusui.
KESIMPULAN
Virus adalah organisme yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari
bakteri. Ukurannya sangat kecil, yaitu sekitar 20-30 milimikron.Virus bisa
menginfeksi makhluk hidup. Mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, jamur,
bahkan bakteri. Virus memiliki variasi dalam segi ukuran, bentuk, maupun
komposisi kimiawinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/penyakit-virus-ebola-pve-evd
https://www.alodokter.com/sars
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-
syndrome-mers
https://www.halodoc.com/kesehatan/mers
http://eprints.ums.ac.id/24209/2/BAB_1.pdf
https://prodiaohi.co.id/apa-itu-influenza
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Virus/molfiles/
konten5.html