Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EPIDEMIOLOGI DASAR

KASUS KLB PENYEBARAN VIRUS EBOLA DI AFRIKA BARAT

PADA TAHUN 2014

Disusun Guna Memenuhi Tugas Epidemiologi Dasar

Dosen: Daniel Happy Putra, S.KM, M.K.M

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Putri Syaikhu (20210306080)


2. Adhisty Citra Nuraisyah (20210306045)
3. Muhammad Wahyudin (20210306039)
4. Dandi Cahyadi (20220306076)

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TANGERANG

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Penelitian............................................................................................................2

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Riwayat Alamiah Virus Ebola........................................................................................3

B. Virus Ebola Sebagai Kejadian Luar Biasa......................................................................4

C. Proses Surveilans Epidemiologi Untuk Menentukan Kejadian Virus Ebola Ke Dalam


Kategori KLB/Wabah.............................................................................................................5

D. Entitas Yang Turut Andil Dalam Penyelesaian Kasus Virus Ebola...............................6

E. Dampak Dari Virus Ebola...............................................................................................6

F. Model Penularan dari Virus Ebola..................................................................................7

G. Model Penanggulangan dari Virus Ebola.......................................................................7

H. Trias Epidemiologi Virus Ebola......................................................................................8

I. Tingkat Kenaikan Virus Ebola Dari Tahun ke Tahun....................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

Daftar Pustaka........................................................................................................................12

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram penyebaran ebola....................................................................................8

Gambar 1. 2 Peningkatan Jumlah Kasus dan Angka Kematian Virus.......................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran


mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk
salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan
kematian akibat penyakit. Penyakit menular dapat berpindah satu tempat ke tempat yang
lain. Perpindahan ini bisa terjadi dengan sangat cepat sehingga berkembang menjadi
wabah atau endemis pada daerah tertentu. Penyakit virus ebola yang dikenal juga dengan
Ebola Haemorrhagic Fever (EHF) disebabkan oleh Virus Ebola (VE). Virus ini
merupakan penyebab penyakit menyerang yang menyebabkan gejala demam berdarah
yang sangat mematikan bagi manusia dan yang bukan (monyet/primata). Mengingat
virulensi yang tinggi bagi manusia, maka virus ini dimasukkan dalam biosafety level 4.

Pada Tahun 1976 wabah tersebut pertama kali terjadi di dekat lembah Sungai
Ebola Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo), Nzara dan Sudan Selatan, yang
disebabkan oleh virus RNA yang termasuk keluarga Filovirus. VE mempunyai lima
subtipe, yaitu Ebola Zaire, Sudan, Bundibugyo dan Ivory Coast, yang dapat menyebabkan
penyakit bagi manusia. Peralihan dari manusia ke manusia telah menjadi penyebab utama
wabah penyakit menular. Kontak dengan pasien yang sakit adalah faktor yang paling
penting dalam menentukan kebahayaan penyakit. Faktor kebahayaan yang lain dan terkait
dengan peralihan ini berasal dari bahan yang tercemar. EHF merupakan infeksi yang
parah, sekitar 80% menyebabkan kematian. Masa inkubasi berkisar antara 2−21 hari dan
ditandai dengan: demam mendadak, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, sakit tenggorokan,
dan kelemahan, diikuti dengan diare, muntah dan nyeri perut. Tanda infeksi termasuk:
ruam, mata merah dan cegukan, sedangkan yang harus diwaspadai adalah perdarahan.
Tidak ada pengobatan baku untuk EHF. World Health Organization (WHO) dengan
dibantu PBB serta beberapa negara-negara lain membentuk The United Nations Mission
for Ebola Emergency Responce (UNMEER) sebagai upaya WHO dalam menangani
Ebola di Afrika Barat. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih mendalam bagaimana sejauh ini perkembangan upaya dari World Health
Organization (WHO) dalam program UNMEER guna menangani Ebola di Afrika Barat.

Adapun alasan penulis memilih judul ini karena penulis melihat kasus yang terjadi
di dunia bukan sebagai kasus yang mudah di atasi secara sendiri. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk mengangkat judul tentang, maka penulis mengangkat judul tentang
“Penyebaran Virus Ebola Di Afrika Barat”

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Alamiah Virus Ebola


Virus Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 di dua lokasi yang terpisah,
yaitu Sudan dan Republik Demokratik Kongo (sebelumnya dikenal sebagai Zaire).
Wabah-wabah awal ini disebabkan oleh jenis-jenis virus Ebola yang berbeda, yaitu Virus
Ebola Sudan dan Virus Ebola Zaire. Penularan awal virus Ebola ke manusia diyakini
berasal dari hewan inang alaminya, seperti kelelawar buah dan primata. Kontak langsung
dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan hewan yang terinfeksi merupakan mekanisme
utama penularan dari hewan ke manusia. Setelah terjadi penularan ke manusia, virus
Ebola dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang
terinfeksi, seperti darah, saliva, air mata, cairan seksual, atau benda-benda yang
terkontaminasi. Wabah virus Ebola biasanya terjadi dalam bentuk kejadian terisolasi di
komunitas atau daerah yang terbatas.

Namun, dalam beberapa kasus, infeksi dapat menyebar secara cepat dan menjadi
wabah yang lebih luas. faktor yang dapat menyebabkan penyebaran dan perkembangan
wabah virus Ebola meliputi Virus Ebola menyebar melalui kontak langsung dengan
cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti melalui kontak dengan darah, muntahan, urine,
tinja, atau air mata mereka. Kontak dekat dengan individu yang terinfeksi, terutama
melalui perawatan medis yang tidak adekuat atau penguburan yang tidak aman, dapat
memfasilitasi penularan virus. Dalam beberapa kasus, ketidaktahuan atau kurangnya
kesadaran tentang virus Ebola dan cara penularannya dapat mempengaruhi respons awal
terhadap wabah. Kurangnya pengetahuan tentang praktik kesehatan yang aman, kebiasaan
perawatan medis yang buruk, atau kebiasaan tradisional yang berisiko juga dapat
menyebabkan penyebaran yang lebih luas.

B. Virus Ebola Sebagai Kejadian Luar Biasa


Virus Ebola dapat masuk ke dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) karena
memiliki karakteristik dan dampak yang signifikan pada kesehatan masyarakat. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa Virus Ebola dianggap sebagai KLB:

a. Tingkat Keparahan: Virus Ebola menyebabkan penyakit yang sangat parah,


dikenal sebagai demam Ebola. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti demam
tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala berat, mual, muntah, dan pendarahan.
Tingkat kematian akibat infeksi Ebola dapat sangat tinggi, mencapai angka
kematian yang signifikan dalam populasi yang terkena.

3
b. Tingkat Penularan: Virus Ebola memiliki potensi untuk menyebar dengan cepat
dan efisien melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan dari
individu yang terinfeksi. Selain itu, kontak dengan benda yang terkontaminasi
oleh cairan tubuh dari individu yang terinfeksi juga dapat menyebabkan
penularan. Ini dapat menyebabkan penyebaran yang luas dalam komunitas,
terutama jika tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat tidak diambil.

c. Dampak Kesehatan Masyarakat: Infeksi Ebola memiliki dampak yang signifikan


pada kesehatan masyarakat. Selain angka kematian yang tinggi, penyakit ini juga
dapat menyebabkan gangguan ekonomi dan sosial dalam suatu daerah. Sistem
kesehatan sering kali tertekan oleh kejadian Ebola, karena membutuhkan sumber
daya yang besar untuk mengisolasi kasus, memberikan perawatan medis yang
diperlukan, dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

d. Respons dan Pengendalian: Virus Ebola membutuhkan respons dan pengendalian


yang intensif dan terkoordinasi. Organisasi kesehatan, pemerintah, dan komunitas
internasional sering kali terlibat dalam upaya penanggulangan dan pengendalian
wabah Ebola. Hal ini melibatkan karantina kasus terinfeksi, pelacakan kontak,
vaksinasi jika tersedia, pemberian perawatan medis yang memadai, dan
peningkatan kesadaran masyarakat tentang tindakan pencegahan.

C. Proses Surveilans Epidemiologi Untuk Menentukan Kejadian Virus Ebola Ke


Dalam Kategori KLB/Wabah
Proses surveilans epidemiologi untuk menentukan kejadian Virus Ebola ke dalam
kategori KLB (Kejadian Luar Biasa) atau wabah melibatkan beberapa langkah penting.

Berikut adalah proses umum yang dilakukan:

a. Pengumpulan Data: Tim surveilans epidemiologi akan mengumpulkan data yang


relevan terkait kasus-kasus Virus Ebola. Ini termasuk informasi tentang kasus
yang terinfeksi, geografi penyebaran, waktu terjadinya kasus, karakteristik
demografis, riwayat perjalanan, dan kontak dengan kasus yang terinfeksi.

b. Pengevaluasian Kasus: Setelah data dikumpulkan, tim surveilans epidemiologi


akan melakukan evaluasi kasus secara individual. Mereka akan melihat apakah
kasus tersebut memenuhi kriteria diagnostik untuk Virus Ebola, seperti gejala
yang khas, riwayat perjalanan ke daerah endemis, atau kontak dengan kasus yang
dikonfirmasi.

c. Identifikasi Kasus Terkait: Selanjutnya, tim surveilans epidemiologi akan


mengidentifikasi kasus terkait atau kasus-kasus yang memiliki hubungan

8
epidemiologis dengan kasus konfirmasi Virus Ebola. Hal ini dilakukan untuk
melacak rantai penularan dan memahami pola penyebaran penyakit.

d. Analisis Data: Tim surveilans epidemiologi akan menganalisis data yang


dikumpulkan, termasuk jumlah kasus, waktu timbulnya gejala, geografi
penyebaran, dan karakteristik kasus. Analisis ini membantu mengidentifikasi pola
dan tren penyebaran Virus Ebola.

e. Verifikasi dan Konfirmasi: Proses verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa


kasus-kasus yang dilaporkan benar-benar terkait dengan Virus Ebola. Hal ini
dapat melibatkan konfirmasi laboratorium, di mana sampel dari kasus dicoba dan
diuji untuk mendeteksi keberadaan virus.

f. Penentuan KLB/Wabah: Berdasarkan analisis data dan evaluasi kasus, tim


surveilans epidemiologi akan memutuskan apakah kejadian Virus Ebola dapat
dikategorikan sebagai KLB atau wabah. Faktor yang dipertimbangkan termasuk
jumlah kasus yang dilaporkan, penyebaran geografis, kecepatan penularan, tingkat
keparahan penyakit, dan dampaknya pada masyarakat.

g. Pengendalian dan Respons: Setelah dikategorikan sebagai KLB atau wabah,


langkah-langkah pengendalian dan respons yang tepat akan diimplementasikan.
Ini termasuk isolasi kasus terkonfirmasi, karantina kontak erat, peningkatan
surveilans, edukasi masyarakat, kampanye vaksinasi (jika ada vaksin yang
tersedia), dan koordinasi dengan otoritas kesehatan nasional dan internasional.

Proses surveilans epidemiologi ini melibatkan kerjasama antara berbagai pihak,


termasuk tenaga kesehatan, otoritas kesehatan, laboratorium, dan organisasi internasional.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi dampak
kejadian Virus Ebola serta melindungi kesehatan masyarakat.

D. Entitas Yang Turut Andil Dalam Penyelesaian Kasus Virus Ebola

ORGANISASI
KESEHATAN
(WHO)

MILITER PEMERINTAH
AFRIKA BARAT

BADAN
TENAGA MEDIS MASYARAKAT
KESEHATAN
SUKARELAWAN LOKAL

MEDIA 9
Banyak pihak yang turut andil dalam penyelesaian kasus Ebola di Afrika Barat pada tahun
2014, termasuk:

1) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): WHO menjadi lembaga utama yang menangani
pandemi Ebola dari sudut pandang kesehatan. Mereka membantu pemerintah
setempat dalam membuat kebijakan dan membantu dalam penanganan pasien yang
terinfeksi Ebola.
2) Militer: Di beberapa negara, militer turut andil dalam menangani pandemi Ebola,
membantu dalam pendistribusian dan distribusi alat medis serta makanan dan logistik
lainnya.
3) Pemerintah negara-negara yang terdampak: Pemerintah-pemerintah yang terdampak
langsung oleh wabah Ebola, yaitu Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, berperan
penting dalam menangani pandemi. Mereka memimpin respons dan koordinasi
penanganan kasus Ebola
4) Badan-badan donor: Banyak organisasi dan badan bantuan internasional yang turut
andil dalam penanganan kasus Ebola, memberikan dukungan keuangan dan logistik
pada pemerintah setempat dan organisasi kesehatan.
5) Tenaga medis lokal dan internasional: Tenaga medis baik lokal maupun internasional
menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus Ebola. Mereka berjuang untuk
merawat pasien dan membatasi penyebaran virus.
6) Komunitas lokal: Peran masyarakat setempat menjadi penting dalam menangani
pandemi Ebola. Masyarakat ikut mengedukasi warga lainnya, membantu dalam
deteksi pasien yang terinfeksi, melakukan karantina mandiri, dan membantu
pemerintah setempat dalam percepatan penanganan pandemi.
7) Sukarelawan: Banyak sukarelawan yang memainkan peran penting dalam membantu
dalam penanganan kasus Ebola, baik dari segi logistik maupun medis.
8) Media: Media juga berperan penting dalam penyebaran informasi kepada masyarakat
mengenai upaya penanganan kasus Ebola dan pentingnya pencegahan penyebarannya

E. Dampak Dari Virus Ebola


Virus Ebola memiliki dampak yang signifikan terhadap individu, masyarakat, dan
ekonomi. Jika dilihat dari dampak kesehatan masyarakat yaitu Infeksi Virus Ebola dapat
menyebabkan penyakit yang parah dan sering kali berakibat fatal. Gejalanya meliputi
demam tinggi, mual, muntah, diare, pendarahan internal dan eksternal, serta kerusakan
organ yang serius. Tingkat kematian akibat Ebola dapat mencapai lebih dari 50% dan
bahkan lebih tinggi pada wabah yang parah. Dampak ini menimbulkan tekanan pada
sistem kesehatan dalam memberikan perawatan dan pengobatan yang adekuat kepada
pasien. Wabah Virus Ebola juga memiliki dampak sosial dan psikologis yang serius.

Penyebaran penyakit ini sering kali memunculkan ketakutan dan kepanikan di


masyarakat, terutama karena tingkat kematian yang tinggi dan gejala yang mengerikan.
Masyarakat mungkin mengalami stigmatisasi terhadap individu atau keluarga yang
terinfeksi. Selain itu, adanya karantina dan pembatasan sosial juga dapat mengganggu
kehidupan sehari-hari, kegiatan ekonomi, dan interaksi sosial.

9
Wabah Virus Ebola dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan pada suatu
wilayah atau negara. Aktivitas ekonomi seperti perdagangan, pariwisata, dan investasi
dapat terganggu akibat penurunan mobilitas dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh
wabah. Sistem kesehatan juga dapat terbebani secara finansial dan infrastruktur kesehatan
dapat terhambat, menghambat kemampuan untuk memberikan perawatan medis yang
memadai kepada pasien Ebola dan juga pasien dengan kondisi kesehatan lainnya.

F. Model Penularan dari Virus Ebola


Model penularan dari Virus Ebola melibatkan kontak langsung dengan darah,
cairan tubuh, atau jaringan dari individu yang terinfeksi atau dari hewan yang menjadi
reservoir alami virus tersebut. Penularan utama Virus Ebola terjadi melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh (seperti darah, air mata, air liur, lendir, air kemih, keringat,
dan sperma) dari individu yang terinfeksi. Kontak ini bisa terjadi melalui perawatan
langsung terhadap pasien Ebola, kontak dengan jenazah yang telah terinfeksi, atau
melalui kontak seksual dengan individu yang telah sembuh dari infeksi Ebola.

Virus Ebola dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Kelelawar dianggap sebagai
reservoir alami virus ini, dan manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung dengan
kelelawar atau konsumsi daging dari hewan yang terinfeksi. Primata nonmanusia, seperti
monyet dan simpanse, juga dapat menjadi sumber penularan kepada manusia. Virus ini
memerlukan kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi untuk
dapat menyebar. Dalam situasi wabah, penularan Virus Ebola dapat terjadi dalam
masyarakat melalui kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi, baik melalui kontak
langsung maupun tidak langsung dengan permukaan atau benda yang terkontaminasi oleh
cairan tubuh pasien Ebola. Misalnya, penularan dapat terjadi melalui penggunaan jarum
suntik yang tidak steril, perawatan yang tidak aman, atau kontak dengan barang-barang
yang terkontaminasi.

G. Model Penanggulangan dari Virus Ebola


Model Penanggulangan terhadap infeksi virus Ebola mencakup beberapa hal:

a. Isolasi pasien infeksi Ebola dari pasien lainnya


b. Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal
ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap kemungkinan infeksi,
serta membunuh dan membakar hewan dengan benar jika ditemukan menderita
penyakit tersebut. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian
pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna, begitu juga dengan
mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika berada di sekitar orang
yang menderita penyakit tersebut. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita
penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.

9
c. Menggunakan sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri yang lengkap, dalam
hal ini standard precautions (termasuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa pasien)

H. Trias Epidemiologi Virus Ebola


a. Agent : Virus Ebola merupakan agen penyebab wabah penyakit Ebola pada manusia.
Virus ini termasuk dalam keluarga Filoviridae dan memiliki beberapa spesies yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk spesies Zaire ebolavirus, Sudan
ebolavirus, Bundibugyo ebolavirus, Tai Forest ebolavirus, dan Reston ebolavirus.
Virus Ebola memiliki sifat patogenik yang tinggi dan dapat menyebabkan penyakit
yang parah dengan tingkat kematian yang signifikan.
b. Host : kelelawar diyakini sebagai sumber utama virus ini. Kelelawar memainkan
peran penting dalam siklus penularan alami dan menjaga kelangsungan hidup virus.
Tuan rumah yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala penyakit dan bertindak sebagai
pembawa virus.

c. Environment : dapat terinfeksi melalui kontak dengan bahan-bahan infeksius seperti


darah, cairan tubuh, atau jaringan dari individu yang terinfeksi. Penularan dari
manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang
terkontaminasi atau melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh
cairan tubuh pasien Ebola. Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien Ebola
berisiko tinggi terinfeksi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pasien yang
terinfeksi.

I. Tingkat Kenaikan Virus Ebola Dari Tahun ke Tahun

Gambar 1. 1 Diagram penyebaran ebola

Dilihat dari diagram berikut, dapat diketahui bahwa dari tahun ketahun virus
Ebola mengalami kenaikan yang signifikan, pada tahun 1976 puncak awal Ebola muncul,
kemudian mulai menurun di tahun 1977 dan muncul kembali di tahun 1979 dan terus
berkembang hingga tahun 2000. Kenaikan signifikan dari virus ini kembali terulang pada

9
tahun 2012 dengan muncul kenaikan yang cukup besar dibanding tahun 2006, padahal
pada tahun 2011 virus ini sempat mengalami penurunan jumlah penderita dan terus
meningkat dari tahun ketahun sampai dengan titik tertinggi di tahun 2014.

Dalam hal ini pemerintah Afrika Barat melalui menteri Afrika dan ahli kesehatan
melakukan pertemuan di Ghana guna mencari solusi yang tepat untuk menghentikan
wabah virus Ebola. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menjelaskan bahwa telah
banyak laporan tentang kasus Virus Ebola dan kasus tersebut terus meningkat setiap
tahunnya. Dari laporan WHO telah terjadi 759 kasus, termasuk 467 kematian, di Guinea,
Sierra Leone dan Liberia pada 30 Juni wabah ini dimulai pada bulan Maret 2014 yang
merupakan tahun dengan tingkat kasus tertinggi sekaligus terparah menurut WHO. WHO
juga menjelaskan bahwa virus Ebola ini dapat membunuh 90% lebih cepat kepada mereka
yang sudah terinfeksi. Wabah mematikan virus Ebola telah memicu kekhawatiran bahwa
virus pembunuh ini mampu menyebar dari Liberia ke daerah lain dan benua. Wabah
dimulai dari kasus di Guinea pada bulan Maret. Sejak itu, jumlah yang telah berkembang
menjadi 909 kasus yang dikonfirmasi dan 414 yang lain mungkin atau dicurigai di negara
itu, Sierra Leone dan Liberia dan Nigeria, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Beberapa 729 orang dari 1.323 infeksi Total dikonfirmasi dan mungkin telah meninggal,
laporan WHO pada 27 Juli 2014.

Sejarah wabah Ebola yang paling signifikan terjadi antara tahun 2013 hingga 2016
di Afrika Barat, terutama di negara-negara seperti Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.
Pada periode itu, tercatat lebih dari 28.000 kasus Ebola dan lebih dari 11.000 kematian.
Wabah tersebut menyebabkan perhatian global dan upaya besar dalam mengendalikan
penyebarannya. Setelah wabah tersebut, kasus-kasus Ebola secara umum telah menurun
dan dikendalikan melalui tindakan pencegahan dan intervensi medis. Namun, perlu
diingat bahwa virus Ebola masih ada di alam liar, dan ada kemungkinan wabah baru
dapat terjadi di masa depan. Untuk informasi terbaru tentang tingkat kenaikan virus Ebola
dan situasi terkini, saya sarankan Anda memeriksa sumber-sumber berita terpercaya
seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC).

9
Dalam gambar di atas di perlihatkan peningkatan jumlah kasus virus Ebola dan
tingkat kematian akibat Ebola dari 4 bulan terakhir yakni dari bulan Maret sampai dengan
Juli 2014. Liberia dengan jumlah kasus 107 kasus dengan 65 angka kematian, Sierra
Leone dengan 239 kasus dan 99 angka kematian, dan tertinggi adalah Wabah Ebola yang
terjadi pada tahun 2014 merupakan salah satu yang paling signifikan dalam sejarah
penyakit tersebut. Wabah tersebut terutama melanda tiga negara di Afrika Barat, yaitu
Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.

Wabah Ebola pertama kali terdeteksi pada tahun 1976 di wilayah yang sekarang
menjadi Republik Demokratik Kongo (sebelumnya dikenal sebagai Zaire) dan Sudan.
Pada tahun tersebut, dua wabah terpisah terjadi:

a. Sudan (sekarang Sudan Selatan): Wabah Ebola di Sudan pada tahun 1976 melanda
wilayah Nzara dan Yambuku. Diperkirakan terdapat sekitar 284 kasus dengan
angka kematian sekitar 151 orang. Angka kematian dalam wabah ini mencapai
lebih dari 50%.
b. Republik Demokratik Kongo (DRC): Wabah Ebola di DRC pada tahun 1976
melanda wilayah desa Yambuku, yang merupakan wabah yang terjadi hampir
bersamaan dengan wabah di Sudan. Diperkirakan terdapat sekitar 318 kasus
dengan angka kematian sekitar 280 orang. Angka kematian dalam wabah ini
mencapai lebih dari 88%.

Berikut ini adalah perkiraan jumlah kasus dan angka kematian selama wabah
Ebola pada tahun 2014:

a. Guinea: Diperkirakan terjadi sekitar 3.800 kasus dengan lebih dari 2.500
kematian.
b. Sierra Leone: Diperkirakan terjadi sekitar 14.000 kasus dengan lebih dari 3.900
kematian.
c. Liberia: Diperkirakan terjadi sekitar 10.000 kasus dengan lebih dari 4.800
kematian.

Total kasus yang tercatat pada tahun 2014 mencapai lebih dari 28.000 kasus
dengan lebih dari 11.000 kematian. Wabah ini menyebabkan kekhawatiran global dan
upaya besar dalam mengendalikan penyebarannya. Banyak organisasi dan negara-negara
terlibat dalam memberikan bantuan dan dukungan medis untuk memerangi wabah Ebola
tersebut. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini mungkin dapat berubah seiring dengan
perbaikan data dan informasi terbaru. Jika Anda ingin memperoleh informasi yang lebih
rinci atau data terkini tentang wabah Ebola pada tahun 2014, disarankan untuk mengacu
pada sumber-sumber resmi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).Guinea dengan 412 kasus dengan 303
angka kematian selama 4 bulan terakhir.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebaran virus Ebola di Afrika Barat pada tahun 2014-2016 merupakan wabah
yang signifikan dan mematikan. Wabah ini terutama terjadi di negara-negara seperti
Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, dengan sejumlah kecil kasus di negara-negara lain.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran virus Ebola meliputi kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, kelemahan sistem kesehatan
di wilayah tersebut, mobilitas penduduk yang tinggi, dan praktik tradisional yang
melibatkan kontak langsung dengan jenazah. Upaya penanggulangan wabah yang
dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi kesehatan internasional,
dan masyarakat internasional, telah berhasil dalam mengendalikan penyebaran virus
Ebola di Afrika Barat. Respons cepat, pemantauan intensif, karantina, isolasi, serta
edukasi dan kesadaran masyarakat berperan penting dalam mengurangi jumlah kasus dan
kematian.

Wabah Ebola di Afrika Barat telah mengilustrasikan pentingnya perluasan


kapasitas sistem kesehatan di negara-negara rentan, termasuk peningkatan akses terhadap
perawatan medis dan perlindungan kesehatan, pelatihan tenaga medis, serta pendidikan
masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Penyebaran virus
Ebola di Afrika Barat adalah peristiwa yang serius dan mengkhawatirkan, namun upaya
penanggulangan yang tepat waktu dan koordinasi yang baik dapat membatasi dampaknya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. (2017). Analisa Respon World Health Organization (Who) Terhadap Wabah Ebola
Di Liberia Tahun 2012-2014. Malang: eprints.umm.

Claire, M., Ranglad, D. R., Bollinger, L., & Jahrling, B. P. (2017). Animal Models of
Ebolavirus Infection. Pubdmed Central.

Dharma, A. (2017). Peran World Health Organization (Who) Dalam Menangani Epidemik
Virus Ebola Di Liberia Periode 2014-2015. Jakarta: Rama Repository.

Ilesanmi, O. S., Fawole, O., Nguku, P., Oladimeji, A., & Nwenyi, O. (2019). Evaluation of
Ebola virus disease surveillance system in Tonkolili District, Sierra Leone. The Pan
African Medical Journal.

Kaur, G., Sachdeva, s., Jha, D., & Sulania, A. (2017). Ebola virus disease in the light of
epidemiological triad. Tropical Journal of Medical Reasearch.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2014). Pedoman Pengendalian dan Pencegahan


Penyakit Virus Ebola. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.

Megananda, E., Cicik Alfiniyah, & Miswanto. (2021). Analisis kestabilan dan kontrol
optimal model matematika penyebaran penyakit Ebola dengan variabel kontrol berupa
karantina. Jambura Journal Of Biomathematics.

Rampengan, H. N. (2014). Infeksi Virus Ebola. Jurnal Biomedik Volume 6, Nomor 3, 137-
140.

Yanti, H. E., & Aryati. (2015). Penyakit Virus Ebola . Indonesian Journal Of Clinical
Pathology and Medical Laboratory.

6
11

Anda mungkin juga menyukai