Anda di halaman 1dari 9

Frequently Asked

Questions (FAQ)
PENYAKIT VIRUS EBOLA
Update: 4 Oktober 2022

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Kementerian Kesehatan RI
2022
1

1.Apa itu Penyakit Virus Ebola (PVE)?


Penyakit yang kerap dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD)
atau Ebola Haemorrhagic Fever (EHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Ebola (termasuk dalam famili filovirus).
Hingga saat ini, dari enam genus virus Ebola penyebab PVE, baru
dilaporkan empat genus yang mengakibatkan PVE pada manusia,
yakni Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Tai Forest ebolavirus,
dan Bundibugyo ebolavirus

2. Apakah Penyakit Virus Ebola (PVE) merupakan


penyakit baru?
Tidak, virus Ebola pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di
dua tempat secara bersamaan yakni di Yambuku (sebuah desa
yang terletak tidak jauh dari Sungai Ebola, Republik Demokratik
Kongo) dan Nzara, Sudan Selatan. PVE pernah menimbulkan
beberapa kejadian wabah dan wabah di Afrika bagian Barat
dengan kasus pertama pada Maret 2014 merupakan wabah
terbesar dan paling kompleks sejak pertama kali diidentifikasi.
Negara yang mengalami dampak terparah dari wabah saat itu
ialah Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

WHO pernah menyatakan PVE sebagai Public Health Emergency


of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) akibat timbulnya
wabah PVE di Republik Demokratik Kongo pada 17 Juni 2019
namun telah dideklarasikan berakhir pada 26 Juni 2020.
3. Bagaimana situasi terkini persebaran Penyakit Virus
Ebola (PVE) di dunia?
Sejak tahun 2014 hingga saat ini, telah dilaporkan sebanyak
32.486 kasus PVE dengan 13.812 kematian (CFR: 42,52%) yang
tersebar pada berbagai negara di dunia baik di wilayah Afrika,
Amerika, maupun Eropa. Lima negara dengan pelaporan tertinggi
kasus PVE sejak tahun 2014 adalah Sierra Leone (14.124 kasus),
Liberia (10.678 kasus), Guinea (3.837 kasus), Republik Demokratik
Kongo (3.758 kasus), dan Uganda (52 kasus).

Saat ini, wabah PVE sedang terjadi di negara Uganda sejak


deklarasi resmi oleh otoritas kesehatan Uganda pada 20
September 2022. Wabah PVE ini disebabkan oleh Sudan
ebolavirus dan terhitung hingga 28 September 2022, telah
dilaporkan sebanyak 49 kasus PVE (31 kasus konfirmasi dan 18
kasus probable) dengan 24 kematian (6 kasus konfirmasi dan 18
kasus probable) [CFR di antara kasus konfirmasi: 19,4%].

Pada wabah PVE di Uganda ini, WHO menilai risiko penyebaran


PVE tergolong tinggi pada tingkat nasional karena belum adanya
vaksinasi yang teruji efektif terhadap Sudan ebolavirus,
investigasi aasal mula kasus yang masih berjalan, serta kasus
terkonfirmasi PVE yang meninggal dimakamkan secara tradisional
dan melibatkan orang dalam jumlah besar. Namun WHO menilai
risiko rendah pada tingkat regional dan global.

2
3

4. Bagaimana situasi Penyakit Ebola Virus (PVE) di


Indonesia?
Hingga saat ini, belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi PVE di
Indonesia dan di negara sekitar Indonesia sehingga risiko
Indonesia sebagai episenter pandemi PVE rendah. Selain itu,
risiko importasi PVE rendah bagi Indonesia, karena meskipun
mobilitas ke negara terjangkit tinggi, episenter atau daerah yang
dilaporkan adanya kasus PVE di negara terjangkit termasuk
daerah terpencil dan sulit dijangkau.

5. Apa saja gejala dan tanda seseorang terkena Penyakit


Ebola Virus (PVE)?

Seseorang yang tertular virus Ebola mula-mula akan mengalami


demam yang tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah,
diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan
yang tidak biasa. Dalam beberapa kasus, perdarahan dalam dan
luar dapat terjadi 5-7 hari setelah gejala pertama terjadi

Semua orang yang terinfeksi virus Ebola akan mengalami


kesulitan pembekuan darah. Pada 40-50% kasus terjadi
perdarahan dari selaput mulut, hidung, tenggorokan, dan dari
bekas lubang suntikan. Hal tersebut mengakibatkan seseorang
yang terkena PVE akan mengalami muntah darah, batuk darah,
dan berak darah.
6. Berapa lama waktu seseorang akan timbul gejala
setelah terpapar virus Ebola?
Waktu timbulnya gejala (masa inkubasi) bersifat variatif atau
berbeda pada setiap orang. Umumnya seseorang akan timbul
gejala 2-21 hari setelah terpapar virus Ebola.

7. Bagaimana seseorang dapat tertular virus Ebola?


Virus Ebola dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya
(termasuk urin, saliva/air liur, keringat, feses/tinja, bekas
muntahan, ASI, dan cairan semen/sperma) dari manusia baik
masih hidup atau sudah meninggal yang terinfeksi virus Ebola.
Virus Ebola dapat masuk melalui kulit yang terluka atau membran
mukosa yang tidak terlindungi seperti mata, hidung, dan mulut.

Selain itu, virus ini juga dapat menyebar melalui alat-alat seperti
pakaian, tempat tidur dan perlengkapannya, jarum suntik, infus,
serta alat medis yang telah terkontaminasi dengan darah atau
cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi virus Ebola.

4
5

8. Siapakah orang yang berisiko tertular virus Ebola?


Kelompok yang berisiko tertular virus Ebola adalah keluarga,
teman, rekan kerja, dan petugas medis yang merawat pasien yang
terkena PVE. Virus ini juga dapat tersebar dengan cepat di rumah
sakit.

Selain itu, seseorang dengan riwayat perjalanan atau berkegiatan


di daerah/negara terjangkit, seseorang yang tidak divaksin saat
bepergian ke daerah endemis, dan tenaga kesehatan yang tidak
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi virus Ebola
saat penanganan kasus PVE juga memiliki risiko tertular virus
Ebola.

9. Apakah saya bisa tertular PVE melalui hewan?


Hewan bisa menjadi pembawa virus karena virus Ebola mampu
memperbanyak diri di hampir semua sel inang, khususnya
kelelawar seperti codot dan kalong yang termasuk jenis kelelawar
besar.

Temuan di Afrika menyatakan bahwa sebagian besar jenis hewan


ini membawa berbagai virus, termasuk virus Ebola, di dalam
tubuhnya. Namun tidak seperti manusia, kelelawan kebal
terhadap infeksi virus Ebola.

Potensi penularan dari hewan kepada manusia dapat terjadi


melalui daging kelelawar pembawa virus yang dijadikan bahan
makanan manusia.
10. Bagaimana cara mengetahui atau mengonfirmasi
seseorang terinfeksi virus Ebola?
Diagnosis PVE dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
yang meliputi antibody-capture enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA), tes deteksi antigen-capture, serum neutralization,
reverse-trancriptase polymerase chain reaction (RT-PCR),
electron microcopy, dan isolasi virus dengan kultur sel.

11. Apakah sudah ada pengobatan terhadap Penyakit


Virus Ebola (PVE)?

Seseorang yang terkonfirmasi PVE dapat dilakukan terapi suportif


dan pengobatan terhadap gejala spesifik. Pengobatan untuk PVE
telah dikembangkan dan diuji sewaktu kejadian wabah PVE di
Republik Demokratik Kongo pada 2018-2020.

Dua monoklonal antibodi (Inmazeb dan Ebanga) telah disetujui


oleh US Food and Drug Administration pada akhir 2020 sebagai
pengobatan terhadap infeksi strain Zaire ebolavirus pada dewasa
dan anak.

12. Bagaimana cara mencegah terpapar virus Ebola?


Pencegahan terhadap paparan virus Ebola dilakukan utamanya
melalui upaya menghindari kontak langsung dengan penderita
maupun jenazah penderita PVE. Selain itu dapat dilakukan upaya
pencegahan sebagai berikut:
Menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuai SOP

6
7

Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan tindakan


medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius, dan setelah
kontak dengan lingkungan pasien
Melakukan vaksinasi bila hendak bepergian ke daerah/negara
terjangkit PVE
Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan
jaringan tubuh penderita PVE dengan sangat hati-hati dan
sesuai dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi.

13. Apakah sudah ada vaksin untuk mencegah


terpapar virus Ebola?
Sampai saat ini, telah dikembangkan vaksinasi dengan nama
"Ervebo vaccine" yang sudah teruji efektif dalam melindungi
masyarakat terhadap strain Zaire ebolavirus.

SUMBER:
WHO Fact Sheet about Ebola Virus Disease
(https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ebola-
virus-disease)
CDC Information about Ebola (Ebola Virus Disease)
(https://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html)
WHO African Region's News: Uganda Defines Priorities and
Needs in Its Ebola Response Plan
(https://www.afro.who.int/countries/uganda/news/uganda-
defines-priorities-and-needs-its-ebola-response-plan)
2022

Anda mungkin juga menyukai