Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh:

GERFINDO WATUGIGIR (18 502 042)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
KEBUMIAN
JURUSAN BIOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas izin-Nya kami dapat menulis makalah ini dan menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada


seluruh pihak, khususnya dosen mata kuliah yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini serta kepada orang tua dan teman-teman yang telah
mendukung kami.

Makalah ini belum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi
sempurna.

Tondano, 13 September 2022


Penulis

Kelompok 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Manusia, sejak permulaanya di Bumi sudah hidup dari dengan lingkunganya.


Segala kebutuhan manusia masih dapat dipenuhi dengan sumber daya alam di
sekitarnya, dan semasih bumi memproses secara alamiah buangan/sisa yang
diperlukan manusia tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan pada lingkungan.
Namun, sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan perkembangan teknologi
manusia, tampak masalah lingkungan menjadi semakin memprihatinkan. Masalah
lingkungan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat
hubungannya dengan masalah kependudukan dalam konteks penduduk dan
pembangunan (Ananta, 1992; Mantra,2001; Moertopo, 1992). Dalam hal ini,
kerusakan lingkungan tidak hanya sebagai akibat dari bertambahnya penduduk
serta meningkatnya kebutuhan hidup. Terdapat proses lain yang menyertai yang
menyebabkan menipisnya sumber daya alam menjadi jauh lebih parah.

Semakin meluasnya masalah lingkungan menyebabkan isu, perhatian, dan


aktivitas lingkungan mulai diperkenalkan secara meluas sejak dasa warsa 1960-
an. Puncaknya adalah pada dasa warsa 1970-an, yaitu dengan digelarnya The
United Nation Conference on Human Environment di Stockholm oleh PBB pada
tanggal 5 s/d 16 Juni 1972 (Sumaatmadja, 2001). Implementasi dari resolusi
Stockholm adalah dibentuknya badan khusus yang membidangi permasalahan
lingkungan oleh PBB yang dikenal dengan United Nations Environmental
Programs (UNEP) yang bermarkas di Nairobi, Kenya (Soemarwoto, 1982).
PEMBAHASAN

1. Sejarah perkembangan PKLH serta tujuannya

Mengenai PKLH, sebelum tahun 1984 dikenal dua program, yaitu Pendidikan
Kependudukan dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendidikan Kependudukan
dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 1970,
dilatarbelakangi kekhawatiran global tentang pertumbuhan penduduk yang tidak
dapat diimbangi dengan pertumbuhan kebutuhan hidup. Sebagai proses
pendidikan, Pendidikan Kependudukan ditekankan pada informasi masalah
kependudukan dengan tujuan mengubah sikap mental masyarakat ke arah hal-hal
yang positif dalam menanggulangi masalah kependudukan (Sumaatmadja, 2001).
Dalam hal ini, sasaran utama Pendidikan Kependudukan adalah mengubah sikap
dan perilaku terhadap masalah reproduksi dan persebaran penduduk secara
rasional dan bertanggung jawab.

Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program yang dicanangkan oleh


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai tahun 1981. International
Union for Conservation of Nature and Nature Resources (IUCN) memberikan
batasan Pendidikan Lingkungan Hidup (dalam Sumaatmadja, 2001) sebagai
berikut. “Environmental education is a process of recogniting values and
clarifying concepts in order to develop the skills and attitudes that are necessary to
understand and appreciate the interrelations among man, his culture and his
biophysical surrounding. Environment education is also entails practise in
dicision-making, and the self-formulation of code of behaviour about the issues
concerning environmental quality”

Dalam batasan itu tersirat bahwa sasaran utama dari Pendidikan Lingkungan
Hidup diletakkan pada upaya mengembangkan sikap dan perilaku yang bermakna
(rasional dan bertanggung jawab) terhadap masalah pengelolaan sumber daya
alam. Tujuan utama dari dua program tersebut memang tampak berbeda, namun,
secara implisit pada dasarnya kedua program tersebut adalah sama, yaitu
ditujukan untuk menunjang terbinanya kualitas hidup penduduk secara lebih baik.
Kedua program tersebut juga memiliki objek kajian yang sama, yaitu dinamika
penduduk dan integrasi perilakunya (manusia) terhadap lingkungan sosial,
ekonomi dan fisiknya. Persamaan lainnya juga tampak dari pendekatan
pelaksanaannya, yaitu sama-sama menggunakan pendekatan multidisiplin dengan
mengintegrasikan fakta, konsep, prinsip dan teori kependudukan dan lingkungan
hidup ke dalam berbagai studi yang relevan. 

Karena kesamaan itulah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, LIPI dan


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menginisiasi
lokakarya (semiloka) yang diadakan pada bulan Juli dan Oktober 1983 dan
Januari 1984. program, yaitu Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan, yang
kemudian dikenal dengan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Menurut hasil semiloka tersebut, Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan
Hidup adalah suatu program kependidikan untuk membina anak didik agar
memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta
bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dan
lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan. Sasaran akhir dari Pendidikan
Kependudukan Dan Lingkungan Hidup adalah terbentuknya Warga Negara
Indonesia yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, yaitu yang
dalam tingkah laku sosial, ekonomi, politik dan budayanya berpandangan
progresif terhadap masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup menuju
kehidupan keluarga dan masyarakat yang serasi seimbang dalam hubungannya
dengan Tuhan, lingkungan sosial dan lingkungan hidupnya (Kastama,1996).
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup sebagai program pendidikan, pada dasarnya bertujuan
membentuk sikap dan perilaku manusia agar bereproduksi secara rasional,
memelihara lingkungan hidup, dan bertanggung jawab terhadap kualitas
kehidupan sekarang dan masa mendatang melalui proses pendidikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan


Hidup diajarkan di semua jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal,
mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Pendekatan yang digunakan
dalam mengimplementasikan Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
di perguruan tinggi cukup bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan
monolitik, baik sebagai mata kuliah wajib maupun sebagai mata kuliah
kekhususan di program studi. Ada juga yang menggunakan pendekatan integratif,
di samping juga ada yang tidak mencanangkannya sebagai mata kuliah. 

Di LPTK, dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI Nomor 0193/U/1976,


Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup menjadi mata kuliah wajib
yang berdiri sendiri (monolitik) dan termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU). Perrtimbangan yang melandasinya adalah, sebagai lembaga
yang menghasilkan tenaga kependidikan (calon guru), seorang lulusan LPTK
harus memiliki kemampuan untuk mengajarkan Pendidikan Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup secara terintegrasi di sekolah pada mata pelajaran yang
dijarkan. 

Namun, dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI Nomor 0212/DJ/Kep/ 1983


tentang Kurikulum Inti Program Sarjana dan Program Diploma Bidang
Kependidikan, yang tidak menjadikan PKLH mata kuliah wajib yang berdiri
sendiri di LPTK, berbagai variasi muncul dalam mengimplementasikan materi
PKLH di LPTK. Ada yang menjadikan Pendidikan Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup sebagai mata kuliah yang diajarkan secara monolitik dengan
memasukkannya ke dalam kelompok MKDU. Ada yang memasukkan Pendidikan
Kependudukan Dan Lingkungan Hidup kedalam Mata Kuliah Kekhususan
Program Studi, seperti terlihat di IKIP Negeri Singaraja (namun, hanya di Jurusan
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, dan PPKn). Di samping itu, ada juga
LPTK yang tidak mengajarkannya secara monolitik, tetapi menyajikannya secara
integratif, dengan mengintegrasikan PPendidikan Kependudukan Dan Lingkungan
Hidup ke dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (dalam kelompok MKDU).

Terlepas dari variasi pengimpelementasian Pendidikan Kependudukan Dan


Lingkungan Hidup tersebut, keberadaan PKLH secara monolitik di perguruan
tinggi perlu dipertahankan, khususnya di LPTK (Kastama,1996). Sebagai calon
guru, mahasiswa LPTK dituntut mempunyai persepsi yang mantap tentang
kemungkinan adanya dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali atau tentang adanya interaksi negatif dengan lingkungan hidupnya, di
samping karena kependudukan dan lingkungan hidup menjadi hal yang mendasar
sebagai penjabaran ketentuan GBHN, terutama dalam membentuk sikap dan
perilaku generasi muda berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup. 

Berarti, secara pedagogis, implementasi Pendidikan Kependudukan Dan


Lingkungan Hidup dalam pembelajaran menuntut guru tidak hanya sekadar
mampu menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh perilaku manusia, yang bahan-bahannya dapat diambil dari
guntingan-guntingan koran atau yang sejenisnya. Dalam hal ini, seorang guru
dituntut mampu menyadari keberadaan siswanya terkait dengan lingkungan
tempat mereka berada dan mampu menstimulasi sasaran didik untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku yang mengandung etika lingkungan
(Sumaatmadja, 2001). Sikap dan perilaku tersebut ditumbuhkan dengan mengajak
anak didik menyadari makna lingkungan baginya dan memahami keterkaitannya
dengan penduduk. Di samping itu, sikap dan perilaku yang berwawasan
kependudukan dan lingkungan hidup juga perlu dimiliki dan ditunjukkan oleh
seorang guru untuk dapat diteladani oleh siswanya. Berarti, untuk dapat
melakukan pengintegrasian Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup ke
dalam mata pelajarannya, pemahaman seorang guru tentang Pendidikan
Kependudukan Dan Lingkungan Hidup menjadi mutlak, di samping kemampuan
merespon dan keteladanannya sebagai pencinta dan pelestari lingkungan.

2. Pendidikan dan PKLH


Telah dikemukakan di atas bahwa PKLH di sekolah diimplementasikan
menggunakan pendekatan integratif. Hasil monitoring dan supervisi Depdikbud
terhadap Pendidikan Kependudukan yang diimplementasikan secara integratif di
sekolah memperlihatkan adanya beberapa hambatan (Kastama, 1996). Salah
satunya adalah sulitnya guru mengintegrasikan materi Pendidikan Kependudukan
ke dalam bidang studi atau mata pelajarannya, walaupun GBPP sudah disiapkan.

Implementasi PKLH secara integratif di sekolah terlihat memudahkan dan


memperlancar pelaksanaan PKLH karena jumlah dosen dan guru yang dipandang
turut mengambil bagian tanggung jawab dalam melaksanakan program PKLH
menjadi cukup banyak. Namun, tanggung jawab yang diemban oleh dosen dan
guru bersangkutan menjadi berkurang. Sementara, dosen dan guru dituntut
perhatian dan kemampuannya secara konprehensif menyeluruh, di samping
kemampuan dasar yang dapat menjamin pelaksanaan tugasnya sesuai dengan
tujuan pendidikan (Sumaatmadja, 2001). Berkurangnya tanggung jawab pengajar
merupakan konsekuensi logis dari penerapan pendekatan integratif karena PKLH
hanyalah materi titipan pada mata kuliah atau mata pelajaran yang menjadi tugas
pokok dosen dan guru yang bersangkutan.

Di samping itu, implementasi PKLH dengan pendekatan integratifnya terlihat


tidak akan menambah beban waktu efektif suatu mata pelajaran. Namun, dosen
dan guru akan kesulitan mengalokasikan waktu pada PKLH karena untuk mata
kuliah dan mata pelajaran pokoknya saja waktu yang disediakan sudah
sedemikian ketat, sehingga sulit untuk menambahkan pokok bahasan yang
dititipkan dari PKLH. Kenyataan tersebut tentu berimplikasi pada pencapaian
tujuan kurikuler PKLH itu sendiri.

3. Hubungan PKLH, Program Keluarga Berencana, dan Sasaran


Pendidikan
Program keluarga berencana secara umum mempunyai tujuan untuk turut
menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat melalui usaha
menurunkan tingkat kelahiran. Diharapkan melalui program KB terdapat kenaikan
taraf hidup bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.
Terdapat dua cara yang dipergunakan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN)
Demi mencapai tujuan program keluarga berencana antara lain melalui
kegiatan bimbingan yang mampu diterima keluarga kecil dalam masyarakat
melalui PKLH. Sasaran umum dan factor-faktor yang menentukan adalah melalui
empat taraf dan empat tahap, yaitu:
a. Taraf dan tahap pengetahuan dan pembahasan;
b. Taraf dan tahap penilaian dan pertimbangan;
c. Taraf dan tahap pengambilan keputusan;
d. Taraf dan tahap respon atau tindakan.
Taraf dan tahap rumusan sasaran umum PKLH berlaku bagi pendidikan di
sekolah maupun di luar sekolah.

4. Peranan Perguruan Tinggi dalam PKLH


Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
pengembangan implementasi PKLH, sebagai berikut :
a. Perguruan tinggi sebagai lembaga penelitian akan sangat menguntungkan
bagi perbaikan pelaksanaan terutama teknis edukatif dari pengajaran
PKLH.
b. Perguruan tinggi sebagai pelopor pembaruan yang rasional, sangat
diharapkan pemikiran-pemikiran itu tidak terpisah dari masyarakat
sekitarnya. Perguruan tinggi melalui mahasiswa dan para pendidiknya
adalah merupakan pembawa inovasi-inovasi bagi masyarakat.
c. Perguruan tinggi sebagai lembaga pengabdian masyarakat, melalui kuliah
kerja nyata dapat menyampaikan ide-ide langsung kepada masyarakat,
khususnya masyarakat yang rawan bagi program keluarga berencana,
transmigrasi, dan lingkungan hidup.
d. Perguruan tinggi sebagai pendidik calon pemimpin bangsa, diharapkan
melalui bangku kuliah sudah dapat ditanamkan sikap yang dibutuhkan
dalam pembangunan.
e. Khusus perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan, dapat
mencetak guru sebagai guru, guru mebawa misi pendidikan kependudukan
dan lingkungan hidup di mana pun kesempatan yang ada.
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) adalah suatu


program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki
pengertian kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab
tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam
berbagai askep kehidupan manusia.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kaitannya
dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam.
Pendidikan berusaha mengubah tingkah laku siswa dalam berpikir dan bertingkah
laku.
PKLH dilaksanakan pada semua tingkat dan lingkungan sekolah untuk
membentuk rasa tanggung jawab atas keadaan lingkungan, serta bagaimana
memantau, memelihara, dan memperbaiki lingkungan.
PKLH mempunyai misi dalam upaya pendewasaan seseorang, yang dalam
hal ini adalah peserta didik agar berperilaku yang rasional dan bertanggung jawab
tentang masalah kependudukan dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1992. “Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan” dalam


Warta Demografi Tahun XXII Nomor 9. September 1992. Jakarta :
LD-FEUI.
Depdikbud RI. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas.
Jakarta : Depdikbud.
Kastama, Emo.1996. Pengantar Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH). Jakarta : Depdikbud RI.
Mantra, Ida Bagoes, 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Putaka
Pelajar.
Moertopo, Soegeng. 1992. “Pembangunan Berlanjut Berwawasan
Lingkungan” dalam Seminar Nasional Kualitas SDM dan
Pembangunan Berwawasan Lingkungan, 28-29 April 1992.
Yogyakarta : PAU - UGM .
Munir, Rozy. 1996. “Pengantar PKLH”. Makalah disampaikan dalam
Pelatihan PKLH Tingkat Nasional di Jakarta.
Nasution, S.1982. Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Penerbit Jemmars
Rideng, I Made. 1997. “Pelaksanaan PKLH di SMU di Kabupaten
Buleleng”. Dalam Aneka Widya No.1 TH.XXX Januari 1997.
Singaraja : STKIP Singaraja.
Salam, Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu
Mendidik). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soemarwoto, Otto. 1982. “Pengelolaan Lingkungan”, Kertas Kerja dalam
Kursus AMDAL 2-17 Februari 1982. Kerjasama Kantor Menteri
Negara Pengawasan Lingkungan Hidup dengan Lembaga Ekologi
UNPAD Bandung,
Sumaatmadja, Nursid, 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta :
PT.Aksara.

Anda mungkin juga menyukai