Anda di halaman 1dari 35

MARCELINO SUPIT

TUGAS UAS

MATERI 1 PENGERTIAN & KONSEP DASAR BIODIVERSITAS

Biodiversitas atau lebih sering dikenal sebagai “keanekaragaman hayati” merujuk kepada
Convention on Biological Diversity (CBD) di Rio de Janeiro, Brazil (1993), merupakan
variabilitas di antara makhluk hidup yang berasal dari semua sumber, termasuk darat, laut dan
ekosistem perairan lainnya, dan semua kompleksitas ekologi dari masing-masingnya yang
meliputi keanekaragaman di dalam spesies (pada tingkat genetik), antar spesies dan ekosistem.

Keanekaragaman hayati atau keanekaragaman makhluk hidup berasal dari berbagai sumber
dalam suatu ekosistem. Ekosistem adalah sekumpulan organisme baik tanaman maupun hewan
yang saling berinteraksi satu sama lain juga dengan lingkungan di sekitarnya.

KONSEP DASAR BIODIVERSITAS

Keanekaragaman hayati (Biodiversity) dapat dikatakan sebagai suatu variasi atau perbedaan
yang ada pada organisme-organisme hidup dan lingkungan ekologi. Karena adanya variasi maka
sering dikatakan sebagai jumlah jenis yang ada . Maka semakin besar jumlah jenis, semakin
tinggi tingkat keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati juga dapat dikatakan sebagai suatu wilayah yang mencakup semua jenis
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme dengan ekosistimnya dimana mereka merupakan bagian
yang tidak terpisahkan, jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies dan gen yang saling berkaitan.
Namun ini semua, menurut Burhenne sebenarnya menyangkut 3 hal yang penting yaitu sebagai
berikut :

● Keanekaragaman spesies
Terbentuk oleh adanya tambahan konten yang mengatur sifat dari kebakaan dengan lingkungan
terhadap anggota jenis yang sama dalam hal ini memiliki kerangka dasar, komponen genetik
khususnya kromosom yang sama.

● Keanekaragaman ekosistem

Berikut suatu kesatuan lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik, faktor fisik (iklim, tanah
dan udara) dan faktor kimia (keasaman) yang saling berinteraksi.

● Keanekaragaman genetik

Setiap kerangka dasar komponen yang tersusun dari faktor kebakaan keturunan. Satu faktor
pengatur kebakaan disebut gen, suatu lingkungan yang memuat tumbuhan yang sudah
didomestikasi.

MATERI 2 BIODIVERSITAS TINGKAT GEN

Pengertian Keanekaragaman Tingkat Genetik


Keanekaragaman gen merupakan variasi genetik dalam satu spesies. Tingkat tersebut timbul
karena setiap individu mempunyai bentuk gen yang khas. Gen adalah mateti dalam kromosom
makhluk hidup yang mengendalikan sifat organisme. Gen pada setiap individu meskipun
perangkat dasar penyusunannya sama tapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-
masing induknya. Penyebab terjadinya gen adanya perkawinan antara dua individu makhluk
hidup sejenis dari kedua induk. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat
gen yang berasal dari kedua induk. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut
akan menyebabkan keanakaragaman individu dalam satu spesies berupa varietes-varietes secara
alami atau buatan. Keanekaragaman tingkatan ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam
suatu spesies makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat
dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi penampakan, baik anatomi
ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya berbeda, maka penampakannya pun
akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara keseluruhan.. Keanekaragaman ini cukup mudah
dikenali dengan ciri-ciri yang memiliki variasi, nama ilmiah yang sama, serta perbedaan
morfologi yang tidak terlalu mencolok. Biasanya, keanekaragaman hayati tingkat gen disebut
sebagai varietas.

Beberapa contoh antara lain:

variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor

variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu,


Bumiayu, dan sebagainya

variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder,


anjing kampung, dan sebagainya

variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa


canina

Keanekaragaman Tingkat Gen

Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis ( fenotif ) adalah faktor gen ( genotif )
dan faktor lingkungan ( environment ), sehingga dapat dituliskan rumus berikut  :

F=G+L

F =  fenotip (sifat  yang tampak)

G =  genotif (sifat yang tidak tampak – dalam gen)


L =  lingkungan.
Jika Genotip berubah karena suatu hal ( misalnya mutasi) atau lingkungan  berubah maka akan
terjadi perubahan di Fenotip.

MATERI 3 BIODIVERSITAS TINGKAT SPESIES/POPULASI

Keanekaragaman Tingkat Individu/Spesies (Jenis)


Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil
(mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk hidup
tersebut merupakan satu spesies.
Keanekaragaman hayati tingkat spesies ini menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang
terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia
yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan:


 Tingkat genus: Genus Citrus misalnya pada Jeruk bali (Citrus maxima), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), dan jeruk manis (Citrus nobilis). Juga Genus Musa pada Pisang buah (Musa
paradisiaca) dan pisang serat (Musa textilis).
 Tingkat family dibagi menjadi Famili Poaceae pada padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays),
dan alang-alang (Imperata cylindrical), dan Famili Zingiberaceae pada kunyit (Curcuma
domestica) dan jahe (Zingiber officinalis).
Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan:
 Tingkat genus dibagi menjadi Genus Felis dan Genus Bos. Genus Felis, diantaranya kucing
leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis
chaus) dan Genus Bos pada sapi berpunuk (Bos indicus), sapi potong dan perah di Eropa
(Bos Taurus), dan sapi asli Indonesia (Bos sondaicus).
 Tingkat family, dibagi menjadi Famili Bovidae pada sapi (Bos) dan kerbau (Bubalus) dan
Famili Canidae: Serigala (Canis) dan rubah (Lycalopex).

MATERI 4 BIODIVERSITAS EKOSISTEM

Pengertian Biodiversitas Ekosistem


Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik). Keanekaragaman
ekosistem adalah keanekaragaman habitat, komunitas biotik dan proses ekologi di biosfer
(daratan) atau lautan. Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik,  lingkungan kimia,
tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini
sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk
hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai
keanekaragaman tingkat ekosistem.

Lingkungan hidup meliputi komponen biotek dan komponen abiotik. Komponen biotek
meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu hingga makhluk hidup bersel
banyak yang dapat dilihat langsung. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air,
tanah, dan kelembaban. Kedua komponen tersebut sangat beragam dan bervariasi.

Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara,
suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik
menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya
keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan
organisasi kehidupan di tempat tersebut.

Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan
hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan
lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik menimbulkan keserasian
hidup di dalam suatu ekosistem. Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang
menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.

Manfaat serta peranan Biodiversitas Ekosistem

Seperti yang kita ketahui bahwa ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Jadi, makhluk hidup tidak dapat hidup sendiri karena
membutuhkan makhluk lain dalam menjalankan hidupnya. Misalnya pada manusia, manusia
memerlukan hewan dan tumbuhan dalam menjalankan hidupnya. Tanpa adanya tumbuhan
dan hewan, manusia tidak dapat bertahan hidup atau mengalami kelaparan. Begitu juga
hewan, tanpa adanya tumbuhan maka hewan tidak dapat memperoleh makanan untuk
mempertahankan hidupnya. Selain itu, tanpa adanya lingkungan maka makhluk hidup tidak
dapat mempertahankan hidupnya, karena lingkungan merupakan tempat tinggal dari makhluk
hidup.

MATERI 5 PENGUKURAN BIODIVERSITAS

Diversitas dapat diartikan sebagai perbedaan, ketidaksamaan, atau bahkan beragam, sedangkan
vegetasi sendiri adalah sekumpulan tanaman atau tumbuhan yang hidup dalam habitat tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa diversitas vegetasi adalah keberagaman sekumpulan tumbuhan
atau tanaman dalam habitat tertentu

Analisis Vegetasi

Dalam melakukan analisis vegetasi bahwa vegetasi yang dijadikan sampel pengukuran dapat
dilakukan dalam dua ketentuan pokok yaitu:

1. Pengukuran terhadap habitusnya yaitu vegetasi yang diukur berdasarkan perawakan-nya,


meliputi:

a Golongan herba (tanaman pendek, berbatang basah) contohnya; rumput-rumputan (Gramineae)


dan golongan teki (Cyperacea).

b Golongan semak (schrubs), yaitu tanaman berkayu dengan ketinggian 0,1 – 3 m,

c Golongan pohon, yaitu tumbuhan berkayu, tumbuh tegak dengan ketinggian > 3 m

2. Pengukuran terhadap tingkat kelas pertumbuhan:

a. Pohon ( trees ) : kelas tumbuhan yang memiliki diameter batang > 35 cm.

b. Tihang ( pole) : kelas tumbuhan dengan diameter batang 25 – 35 cm.

c. Pancang atau belta ( sapling) : kelas tumbuhan dengan diameter batang 10- 25 cm.

d. Anakan atau semai (seedling) : kelas tumbuhan dengan diameter batang < 10 cm
Metode Analisis Vegetasi

Banyak metode yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi kuantitatif mengenai struktur
dan komposisi dari masyarakat tumbuhan. Tetapi secara garis besarnya pengukuran dan
pengambilan contoh atau analisis vegetasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:

1. Metode petak contoh (plot) atau area (kuadrat)

2. Metode tanpa petak contoh (plot-less method)

Diversitas dapat diartikan sebagai perbedaan, ketidaksamaan, atau bahkan beragam, sedangkan
vegetasi sendiri adalah sekumpulan hewan yang hidup dalam habitat tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa diversitas vegetasi adalah keberagaman sekumpulan hewan dalam
habitat tertentu

Analisis Satwa

Adapun parameter yang perlu dicatat terhadap analisis satwa yang akan terkena dampak adalah
menyangkut : Jenisnya, kemelimpahan, kondisi habitat, pola penyebaran, pola migrasi, satwa
yang dilindungi, kepadatan populasi, nilai penting satwa (segi ekonomi, agama, budaya ), dan
peri kehidupan hewan penting. Sedangkan teknik pengumpulan data di lapangan dapat dilakukan
dengan cara inventarisasi (pengamatan langsung) maupun dengan sensus terhadap jenis –jenis
yang akan terkena dampak langsung dan tidak langsung.

Metode Analisis Satwa

Adapun metode yang bisa diterapkan dalam analisis fauna adalah:

1. Inventarisasi

Metode inventarisasi dapat diterapkan dengan dua cara yaitu : dengan cara langsung (menjumpai
langsung di lapangan) dan cara tidak langsung. Sesuai dengan karakter hewan yang mudah
berpindah-pindah sehingga metode inventarisasi yang lebih cocok diterapkan adalah sistem
inventarisasi tidak langsung. Beberapa parameter yang bisa dicatat dengan cara tidak langsung
meliputi: jejak, kotoran, bagian-bagian, suara dan bunyi satwa, tanda-tanda habitat, bau-bauan
yang ditinggalkan dan adanya sarang.
Adapun metode yang bisa diterapkan dalam analisis fauna adalah:

2. Sensus

Sensus ini dapat diterapkan dengan beberapa cara yaitu:

a. Mendengarkan suara (call count)

b. Mengenali jejak ( tract count)

c. Dengan penghalauan (Drive census)

d. Metode transek (line transect method)

e. Metode hitung kelompok

f. Metode penandaan, lepas dan tangkap kembali (capture, mark, release, recapture method).

MATERI 6 DIVERSITAS DAN SISTEMATIKA

DIVERSITAS

Keanekaragaman (diversitas) merupakan suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk
kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
gen, spesies tumbuhan dan hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi
dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Keanekaragaman (diversitas) adalah istilah
untuk menunjukkan variasi atau variabilitas makhluk hidup. Keanekaragaman yang tinggi dari
suatu sumberdaya tidak akan selamanya terkait dengan keunggulan baik kuantitatif maupun
kualitatif. Keanekaragaman jenis dapat menunjukkan jenis pada seluruh ekosistem dan
keanekaragaman jenis juga dapat sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu
komunitas.

Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua makhluk hidup di


bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk keanekaragaman genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati itu
sendiri terdiri atas tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu:
• • Keanekaragaman spesies, yaitu keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi,
termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan
yang bersel banyak atau multiseluler).

• • Keanekaragaman genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara
populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara individuindividu dalam satu
populasi.

• • Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya


dengan lingkungan fisik (ekosistem) masingmasing.

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BESERTA CONTOHNYA


Aturan penamaan makhluk hidup berdasarkan sistem tata nama ganda adalah sebagai berikut.
1. Nama ilmiah makhluk hidup terdiri atas dua kata, kata pertama menunjukkan genus, kata
kedua menunjukkan spesies.
2. Kata pertama diawali huruf besar, kata kedua diawali huruf kecil.
3. Penulisannya dengan dicetak miring atau digaris bawahi.

Carolus Linneaus membagi makhluk hidup ke dalam dua kelompok besar, yaitu dunia hewan
(animalia) dan dunia tumbuhan (plantae).
o Dunia hewan : Kingdom – filum – classis – ordo – familia – genus – spesies
o Dunia tumbuhan : Kingdom – divisi – classis – ordo – familia –genus – spesies
Sedangkan Robert H. Whittaker membagi makhluk hidup dalam lima kingdom (kerajaan).
1. Monera : Monera merupakan makhluk hidup bersel satu (monoseluler), tidak memiliki
membran inti (prokariotik), berkembang biak dengan membelah diri. Contoh : bakteri
dan ganggang hijau biru

2. Protista : Protista adalah makhluk hidup bersel satu (monoseluler), memiliki membran inti
(eukariotik), memiliki ciri-ciri seperti hewan (dapat bergerak) dan seperti tumbuhan (memiliki
klorofil). Contoh : protozoa dan alga.
Berdasar alat gerak, protozoa dibagi empat:
(1) rhizopoda (hewan berkaki semu), 14
(2) flagellate (bulu cambuk),
(3) ciliate (bulu getar),
(4) sporozoa (berspora

3. Fungi (Jamur) : Fungi (jamur) terdiri satu sel dan banyak sel, tubuh tersusun atas benang-
benang halus (hifa), berkembang biak dengan spora, memiliki rizoid untuk menempel dan
menyerap makanan. Berdasarkan bentuknya: jamur ganggang (jamur tempe), jamur benar/sejati
(kamur merang, jamur kuping, jamur pada roti/sisa makanan).

4. Plantae (Tumbuhan)
Terdiri atas lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji (biji terbuka dan biji tertutup).
➢ Lumut
Tumbuh di tempat lembab. Memiliki akar, batang, dan daun tidak sejati, memiliki rizoid (untuk
menempel), mengalami dua pergiliran keturunan (metagenesis). Lumut dibedakan menjadi dua
kelas: lumut hati (hepaticeae) dan lumut daun (musci).

5. Animalia (Hewan) : Kingdom animalia dibagi menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan ada atau
tidak adanya tulang belakang (vertebrata).

MATERI 7
BIOINDIKATOR, INTRUKSI DAN SPESIES INVASIVE SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP BIODIVERSITAS

Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indikator, bio artinya mahluk hidup seperti
hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indikator artinya variable yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Jadi bioindikator adalah komponen
biotik (mahluk hidup) yang dijadikan sebagai indikator. Bioindikator merupakan organisme atau
komunitas yang memberi informasi tentang kualitas suatu lingkungan. Bioindikator dapat dibagi
menjadi dua, yaitu bioindikator pasif dan bioindikator aktif. Bioindikator pasif adalah suatu
spesies organisme, penghuni asli di suatu habitat, yang mampu menunjukkan adanya perubahan
yang dapat diukur (misalnya perilaku, kematian, morfologi) pada lingkungan yang berubah di
biotop (detektor). Bioindikator aktif adalah suatu spesies organisme yang memiliki sensitivitas
tinggi terhadap polutan, yang mana spesies organisme ini umumnya diintroduksikan ke suatu
habitat untuk mengetahui dan memberi peringatan dini terjadinya polusi.
Pada suatu penelitian yang dilakukan di Sungai Kaligarang, bioindikator dalam penelitian
tersebut yaitu keanekaragaman spesies ikan. Keanekaragaman spesies ikan dapat menunjukkan
tingkat kompleksitas dan kestabilan dari komunitas ikan tersebut. Indeks keanekaragaman biasa
digunakan untuk mengukur kondisi suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman merupakan nilai
untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berkaitan erat dengan jumlah spesies dalam
komunitas.
Pengaruh kegiatan dari manusia atau faktor alami lain yang dapat mengubah kualitas dan kondisi
perairan sungai akan berdampak pada kehidupan ikan. Perubahan kualitas air baik sifat fisika
atau kimia dapat mempengaruhi keberadaan komunitas ikan. Keadaan ini mengakibatkan
perubahan keanekaragaman spesies ikan yang terdapat pada komunitas ikan serta ekosistem di
sungai dari waktu ke waktu.

Keanekaragaman ikan juga ditentukan oleh karakteristik habitat perairan. Karakteristik habitat di
sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai. Tingkat keanekaragaman ikan yang
tinggi menunjukkan kualitas ekosistem perairan yang tinggi, sehingga tingkat keanekaragaman
ikan dapat digunakan sebagai indikator untuk memperkirakan kualitas air dan tingkat
pencemaran yang ada di perairan.
Keanekaragaman spesies ikan dalam ekosistem sungai dapat dijadikan sebagai indikator kualitas
perairan sungai. Keanekaragaman spesies yang tinggi mengindikasikan keadaan sungai dalam
kondisi stabil dan sebaliknya, jika keanekaragaman jenis dalam ekosistem sungai rendah
mengindikasikan bahwa sungai dalam keadaan yang tidak stabil.

1. Indikator lingkungan, merupakan organisme atau kelompok populasi yang peka akan adanya
lingkungan rusak, tercemar atau mengalami perubahan kondisi. Indikator lingkungan dibagi lagi
menjadi 5, yaitu sentinels, detektor, eksploiter, akumulator, dan bioassay organisme.
2. Indikator ekologis, merupakan takson atau kelompok yang peka akan adanya tekanan terhadap
lingkungan, mengindikasikan dampak tekanan terhadap makhluk hidup dan respon diwakili oleh
sampel takson di habitat itu.
3. Indikator keanekaragaman hayati, merupakan kelompok takson atau fungsional
mengindikasikan beberapa ukuran keanekaragaman atau kekayaan jenis, kekayaan sifat, dan
status endemisitas takson di atasnya pada habitat tertentu. Indikator biodiversitas dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok referensi, kelompok kunci dan kelompok focal.
Berdasarkan fungsinya, menurut Setiawan (2008) bioindikator dapat dibedakan dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Indikator (kehadiran dan absensinya menyimpulkan tentang permasalahan lingkungan, secara
kuantitatif jarang).
2. Spesies uji (tanggapannya mengindikasikan tentang permasalah yang luas, spesies uji
umumnya memiliki standarisasi yang tinggi),
3. Monitor (menyediakan bukti akan adanya perubahan, kesimpulan kuantitatif biasanya
mungkin melalui kalibrasi). Monitor terdiri dari monitor aktif yang tersedia dengan cepat di
alam) dan monitor pasif (organisme monitor yang di introduksi).
Berdasarkan status makhluk hidupnya, bioindikator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fitoindikator. Penerapan fitoindikator memiliki beberapa manfaat, yaitu:

(a) menunjukkan adanya paparan polutan,


(b) memudahkan identifikasi racun,
(c) menjadi indikator early warning (peringatan dini) rusaknya lingkungan,
(d) menjadi early indicator (indikator dini) pemulihan lingkungan, dan
(e) melengkapi data analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
2. Zooindikator

Menurut Parmar et al (2016) berdasarkan pengaruh yang dapat dirasakan organisme, bioindikator
dibagi menjadi empat:
1. Bioindikator Polusi. Bioindikator polusi merupakan spesies yang diketahui sensitif terhadap
polusi atau mampu mendeteksi adanya polutan.

2. Bioindikator Lingkungan. Bioindikator lingkungan merupakan spesies atau kelompok spesies


yang merespon secara prediktif terhadap gangguan atau perubahan lingkungan (misalnya
sentinel, detektor, penghisap, akumulator, dan organisme bioassay). Sistem indikator lingkungan
adalah serangkaian indikator yang bertujuan untuk mendiagnosis keadaan lingkungan untuk
pembuatan kebijakan lingkungan.

3. Bioindikator Ekologi. Bioindikator ekologi merupakan spesies yang diketahui sensitif


terhadap fragmentasi habitat atau tekanan lainnya. Spesies ini mampu mendeteksi perubahan
dalam di lingkungan alami dan dampaknya. Tanggapan indikator mewakili komunitas.

4. Bioindikator Keanekaragaman hayati. Kekayaan spesies dari takson indikator digunakan


sebagai indikator untuk kekayaan spesies suatu komunitas. Namun, definisi tersebut telah
diperluas menjadi “parameter keanekaragaman hayati yang terukur”, termasuk misalnya
kekayaan spesies, endemisme, parameter genetik, parameter khusus populasi, dan parameter
lanskap.

Berbagai jenis bioindikator dapat dijelaskan dari perspektif berbeda. Menurut tujuan bioindikasi,
tiga jenis bioindikator dijelaskan perbedaannya, yaitu:
1. Indikator kepatuhan. Indikator kepatuhan, misalnya atribut populasi ikan diukur pada tingkat
populasi, komunitas atau ekosistem, dan difokuskan pada isu-isu seperti keberlanjutan populasi
atau masyarakat secara keseluruhan.
2. Indikator diagnostik. Indikator diagnostik dan peringatan dini diukur pada tingkat individu
atau suborganisme (biomarker).
3. Indikator peringatan dini. Indikator peringatan dini berfokus pada tanggapan cepat dan sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Akumulasi bioindikator (misalnya kerang, lumut) dibedakan
dari efek toksik bioindikator, dengan efek yang dipelajari pada tingkat organisasi biologis yang
berbeda.
5
Menurut Odum (1993), pedoman mengenai makhluk yang dapat digunakan sebagai bioindikator,
yaitu:
1. Spesies steno (kisaran toleransinya sempit) lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan
dengan spesies yang euri (kisaran toleransinya luas).
2. Spesies yang dewasa lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan dengan yang masih
muda.
3. Sebelum mempercayai penampakan mahluk sebagai indikator ekologis, maka terlebih dahulu
harus ada bukti yang cukup bahwa suatu faktor yang dipermasalahkan memang benar dapat
membatasi.
4. Banyak hubungan diantara jenis, populasi, dan seluruh komunitas seringkali memberikan
indikator yang lebih dapat dipercaya daripada satu jenis yang tunggal karena integrasi keadaan
yang lebih baik dicerminkan oleh keseluruhan daripada oleh sebagian.
Juliantara (2011) menyatakan bahwa bioindikator yang dapat digunakan untuk memantau
keadaan polusi di suatu tempat sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kisaran toleransi yang sempit
terhadap perubahan lingkungan.
2. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kebiasaan hidup menetap di suatu
tempat atau pemencarannya terbatas.
3. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator mudah dilakukan pengambilan sampel dan
merupakan organisme yang umum dijumpai di lokasi pengamatan.
4. Akumulasi dari polutan tidak mengakibatkan kematian pada organisme yang dijadikan sebagai
bioindikator.
5. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator lebih disukai yang berumur panjang, sehingga
dapat diperoleh individu contoh dari berbagai stadium atau dari berbagai tingkatan umur.
Selain itu, menurut Juliantara (2011) beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk
menggunakan suatu jenis organisme sebagai bioindikator adalah:
6
1. Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahui.
2. Sejarah alamiahnya diketahui
3. Siap dan mudah disurvei dan dimanipulasi
4. Taksa yang lebih tinggi terdistribusi secara luas pada berbagai tipe habitat
5. Taksa yang lebih rendah spesialis dan sensitif terhadap perubahan habitat
6. Pola keanekaragaman mengambarkan atau terkait dengan taksa lainnya yang berkerabat atau
tidak.
7. Memiliki potensi ekonomi yang penting.

MATERI 8 PERUBAHAN IKLIM DAN BIODEVERSITAS


Dalam pengertian lain; keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman semua jenis
tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme), serta proses ekosistem dan ekologis dimana
mereka menjadi bagiannya (UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNCBD).
Keanekaragaman genetik (di dalam jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik sebagai
pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan
dengan keragaman organisme atau jenis yang mempunyai ekspresi genetis tertentu.
Sementara itu, keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat
berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor
abiotik dan biotik lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan
fauna.
Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat menyebabkan perubahan iklim
global. Perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang,
antara 50 – 100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak
yang sangat besar pada kehidupan mahluk hidup. Dampak yang terjadi antara lain: mencairnya
es dikutub selatan, pergeseran musim, dan peningkatan permukaan air laut.
Dampak tersebut memberikan pengaruh terhadap kelangsungan mahluk hidup. Mencairnya es
dikutub , terutama sekitar Greenland dapat meningkatkan volume air di laut yang menyebabkan
terjadi menambahan tinggi permukaan laut diseluruh dunia. Pada abad ke-20 telah terjadi
kenaikan permukaan air laut 20-25 cm. Apabila separuh es Greenland dan Antartika meleleh
maka terjadi kenaikan permukaan air laut rata-rata setinggi 6-7 meter. Kenaikan permukaan air
dapat menyebabkan terendamnya daratan yang merupakan habitat mahluk hidup. Perubahan
iklim global sebagai penyebab terjadinya penurunan biodiversitas masih bersifat kontroversial
untuk saat ini. Kontroversial yang terjadi merupakan suatu pertanyaan apakah benar perubahan
iklim merupakan penyebab utama penurunan biodiversitas? Ada beberapa fakta yang
disampaikan oleh Al Gore pada bukunya Earth in The Balance tentang pengaruh perubahan
iklim terhadap biodiversitas antara lain:
1. Terjadinya perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan iklim di hutan Amazon. Awan
yang biasanya diatas hutan Amazon selalu Hitam menunjukan bahwa intensitas hujan sangat
tinggi, akan tetapi sekarang intensitas hujan berkurang ditandai dengan awan yang berada diatas
hutan Amazon menjadi terang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah burung
di hutan Amazon. Akan tetapi hubungan antara hilangnya beberapa spesies burung apakah ada
berhubungan langsung dengan berkurangnya curah hujan masih dipertanyakan.

2. Naiknya suhu laut menyebabkan terjadinya kematian terumbu karang. Memang dibeberapa
tempat terumbu karang mengalami kamatian, akan tetapi kematianterumbu karang lebih banyak
disebabkan eksploitasi yang berlebihan oleh manusia seperti penggunaan bom ikan.

3. Terjadinya penurunan biodiversitas yang eksponensial sejak terjadinya revolusi industri dan
berbanding lurus dengan pertambahan populasi manusia. Hal tersebut sangat erat sekali dengan
eksploitasi seperti diburu atau habitatnya berubah untuk menjadi pemukiman dan pertanian,
bukan karena perubahan iklim. Fakta-fakta di atas merupakan beberapa contoh saja, mengenai
pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas yang masih kontroversial. Untuk membahas
kontrovesi ini penulis mencoba membahas dalam tulisan ini.

Dampak perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati


Tingkat perubahan iklim sekarang melebihi semua variasi alami dalam 1000 tahun terakhir.
Debat tentang iklim perubahan telah sekarang mencapai suatu langkah dimana kebanyakan
ilmuwan menerima bahwa, emisi gas rumah kaca mengakibatkan perubahan iklim yang
berdampak berbagai sendi-sendi
kehidupan. Salah satu sendi kehidupan yang vital dan terancam oleh adanya perubahan iklim ini
adalah keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan ekosistem. Biodiversitas sangat berkaitan erat
dengan perubahan iklim.
Perubahan iklim berpengaruh
terhadap perubahan keanekaragaman hayati dan ekosistem baik langsung maupun tidak
langsung. 1. Dampak langsung perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati : Pada bagian
ini akan dibahas tentang dampak langsung perubahan iklim yang paling berpengaruh terhadap
keanekaragaman hayati :
a) Spesies ranges (cakupan jenis) Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur dan curah
hujan. Hal ini mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan diri, terutama spesies
yang mempunyai kisaran toleransi yang rendah terhadap fluktuasi suhu.

b) Perubahan fenologi Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran dalam siklus yang
reproduksi dan pertumbuhan dari jenis-jenis organisme, sebagai contoh migrasi burung terjadi
lebih awal dan menyebabkan proses reproduksi terganggu karena telur tidak dapat dibuahi.
Perubahan iklim juga dapat mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit, sehingga akan
terjadi wabah penyakit.

c) Perubahan interaksi antar spesies Dampak yang iklim perubahan akan berakibat pada interaksi
antar spesies semakin kompleks (predation, kompetisi, penyerbukan dan penyakit). Hal itu
membuat ekosistem tidak berfungsi secara ideal.

d) Laju kepunahan Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak hidup itu sendiri muncul. Beberapa
juta spesies yang ada sekarang ini merupakan spesies yang berhasil bertahan dari kurang lebih
setengah milyar spesies yang diduga pernah ada. Kepunahan merupakan proses alami yang
terjadi secara alami. Spesies telah berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. Kita dapat
memahami ini melalui catatan fosil. Tetapi, sekarang spesies menjadi punah dengan laju yang
lebih tinggi daripada

MATERI 9 BIODIVERSITASFAUNASULAWESI

BiodiversitasFaunaDiSulawesi
Selainjenis-jenissatwaberkuku(ungulata),Sulawesimerupakanhabitatalam
kuskusberuang(Ailuropsursinus),kuskustalaud(A.melanotis),kuskus
tembung/kuskuskerdilsulawesi(Strigocuscuscelebensis),danmusangsulawesi
(Macrogalidiamusschenbroekii).Pulauinijugadihuniolehdelapanspesiesmonyetdari
genusMacaca,yaitumonyetyaki(Macacanigra),monyetdihe(M.nigrescens),monyet
dige(M.hecki),monyetfonti(M.togeanus),monyetboti(M.tonkeana),monyetdare(M.
maura),monyetdigo(M.ochreata),danmonyetbuton(M.brunnescens).Namunjumlah
spesiesmonyettersebutadayangmenganggapbeberapaspesiestersebut(dihe,dige,
fonti,danbutun)merupakansubspesies(Fooden1969).
Suatuhalyanglebihmenakjubkanlagidalam halkeanekaragamanhayatiSulawesi,
yaitubanyaknyajumlahspesiestarsius.Dari14spesiestarsiusdunia,13spesies
terdapatdiIndonesia;dandari13spesiestarsiusdiIndonesiaitu,12spesiesterdapatdi
Sulawesidanpulau-pulaukecildisekitarnya.Halinimenunjukkanbagaimana
pentingnyaekosistem hutandiSulawesidalam halmenjagakelangsunganhidup
spesiestersebut.
Selainmamalia,terdapatjenisburungdarisukuMegapodidaeyaitumaleo
senkawor(Macrocephalonmaleo).Karakteristikspesiesmaleoinisangatistimewa,
salahsatunyayaituukurantelurnyayanghampirlimakalilebihbesardariukurantelur
ayam kampungbiasa.Terdapattonjolanbesardibagianbelakangkepalayangsalah
satufungsinyaadalahmendeteksipanasbumi,karenaburunginitidakmengerami
telurnyamelainkantelurditimbunditanahataupasirdenganbantuanpanasbumiuntuk
penetasannya.Setiapmendengarkataburungmaleo,makapastiingatanakantertuju
keSulawesi,menandakanbahwaburunginijugaidentikdenganPulauSulawesi.
Sulawesijugamerupakanhabitatberbagaijenisburunglangkaparuhbengkokyaitu
kakatua-keciljambul-kuning(Cacatuasulphurea).HutanhujantropisSulawesijuga
menjadihabitatpentingbagiduajenisburungdarisukuBucerotidaeyaitujulang
sulawesi(Rhyticeroscassidix)dankangkarengsulawesi(Penelopidesexarhatus).
Untukjenisburungpemangsaterdapatelangsulawesi(Nisaetuslanceolatus)yang
memperkayakhasanahkeanekaragamanhayatipulautersebut.Julangsulawesidan
kangkarengsulawesiadalahspesieskunci,keduanyaberperanpentingdalam
menyebarkanbuahdanbijiberbagaijenistumbuhanterutamaberbagaijenisberingin
(Ficusspp.).Buahberinginmenjadimakananutamajulangsulawesidankangkareng
sulawesi.Demikianjugadenganelangsulawesiyangberfungsisebagaipemangsa
puncak(toppredator),menjadipengendalipopulasiberbagaijenismamaliakecil,reptil,
ulardanburunglain,sehinggapopulasialam menjadisehatdanberadadalam
keseimbanganalami.

C.FaunaSulawesi
 AnoaDataraRendah
Suku:Bovidae
NamaLatin:BubalusdepressicornisH.Smith,1827
NamaInggris:LowlandAnoa
NamaLokal:Anuang,Anoadataranrendah,Kaduemeeto(Tolaki)
Identifikasi:
•Secarataksonomi,anoatermasukdalam genuskerbau,Bubalus,namunbentuktubuh
sertaarahtumbuhtanduklebihmenyerupaisapipadaumumnya,genusBos.
•Tanduktumbuhluruskeatasarahagakkebelakang,berbedadengantandukkerbau
yangumumnyatumbuhkearahsampingkemudianagakmelengkungkeatas.
•Warnarambutdarihitam kecokelatansampaihitam legam,rambutlebihjarangpada
individudewasa.
•Anoamerupakanspesieskerbauyangpalingkecilukurantubuhnya
•Panjangekormencapailututkakibelakang.
•Tinggibahuberkisar70–110cm.
•Beratbadandewasaberkisar80–100kg(kadangmencapai120–130kg)
•Telingaberbentukoval(lonjong),bagianujungmeruncing,bagiandalam berwarna
terang(putihkecokelatan),terdapatnoktahputihdidauntelingasebelahdalam.
•Ujunghidungberwarnahitam.
•Kadangterdapatwarnaputihpadabagianbawahleherberbentuksetengahlingkaran
ataubulansabit(whitecrescent),sertakadangterdapattitikputih(whitespot)di
sampingpipi.
•Bentukpangkaltandukmendekatibentuksegitiga,membesardipangkaltandukdan
semakinmengecildanmeruncingkearahujung.
•Potonganmelingkarpangkaltanduktidakbulatseperticincinataumodelsilinder,
tetapiagakpipihataudepressed(darisukukatainilahnamaspesiesanoadataran
rendahberasalBubalusdepressicornis).
•Terdapatgaris-garismelingkarmenyerupaicincin(wrinkled)daripangkalsampai
sekitarpertengahanpanjangtanduk.
•Panjangtandukdapatmencapai35cm (palingpanjangtercatat37cm diNatural
HistoryMuseum Paris),tetapiumumnyaberkisar20–30cm.
Habitat:
•Anoadapatdijumpaimulaidarihutanmangrove,hutanpantaisampaihutan
pegunungan,padaketinggiansekitar2500–3000m dpl.
•Anoadataranrendahmenghunihutandataranrendahpadaketinggian0–1000m dpl,
sedangkananoagununglebihseringdijumpaipadaketinggianlebihdari1000m dpl.
Namunpembagianketinggiantempattidaklahmutlak,karenaseringjugaanoagunung
dijumpaipadahabitatdibawah1000m dpl,bahkanseringdijumpaidihutanpantai
mencarimineral.
•Selainhutanprimer,anoadapatdijumpaidihutansekunderdanhutanyang
berbatasandengankebununtukmencarimakan,namunsatwainiakanselalu
menjadikanhutanprimersebagaitempatberlindungtetapnya(cover).
•Anoaseringmengunjungisumberairpanasdansumberairmineralataubelerang.
 BabiRusa
Suku:Suidae
NamaLatin:Babyrousacelebensis,B.togeanensis,B.babyrussa,B.bolabatuensis
Linnaeus,1758
NamaInggris:Babirusa
NamaLokal:Bekewila(Tolaki),Fafuboti(Kep.Sula),BoeTamarari(Napu),Kolroatan
(Tolitoli)
Identifikasi:
•Babirusajantanmemilikiduataringbesar(panjangnyamencapai300mm)yang
menembuskulitmoncongnyalalumencuatbengkokkebelakangsampaididepan
matanya.
•Padabetinataringinilebihpendekataubahkantidaktumbuhmencuatkeluarseperti
padajantan.
•Babirusamempunyaipanjangtubuhdarikepaladanbadannyamencapai877–1065
mm,panjangekor273–305mm,panjangtelapakkakibelakang194–202mm,dan
panjangtengkorak255–299mm.
•Badannyamemanjang,punggungagakmelengkung,kepalaagakkecil,kakipanjang
danrampingtetapikuat,ekortipisdanmenggantungkebawahsertawarnatelinga
kehitam-hitaman.
•Rambuttersebarhalusdanpendekdisepanjangtulangbelakangdanpadaujungekor
letakrambut-rambuttersebutsedikitberdekatansehinggabentukekormenyerupai
kuas.
•Kulittebal,keras,kasardengankeriput-keriputpadamuka,sekelilingtelingadanpada
leher.
•Babirusajantandapatdikenalijugadarikeberadaanskrotum yangcukupbesar,
sedangkanbabirusabetinamemilikivulva.
 KuskusBeruangSulawesi
Suku:Phalangeridae
NamaLatin:AiluropsursinusTemminck,1824
NamaInggris:SulawesiBearCuscus
NamaLokal:Kuse,Kuhe(Tolaki)
Identifikasi:
•Kuskusberuangsulawesibiasajugadisebutkuskussulawesi.
•Kuskusberuangsulawesiukurantubuhnyahampirsepertikucingataubahkanbisa
lebihbesar.
•Panjangbadandankepalaadalah56cm,panjangekornya54cm danberatnyadapat
mencapai8kg.
•Warnatubuhjantandanbetinatidakadaperbedaan.
•Panjangekorhampirsamapanjangdenganpanjangtubuh,bagianekorditumbuhi
rambutdaripangkalsampailebihdarisetengahpanjangtotalekor,sisaujungekoryang
tidakditumbuhirambutberwarnahitam,ujungekorinisangatkuatdandapatdigunakan
untukbergelantunganataumelilitbatangdahanpohonsaatmencarimakandandapat
digunakansebagaialatuntukmenggantungyangmenahanseluruhbebantubuhdengan
posisikepaladibawahsaatmencarimakandipohon.
•Dauntelingapendekhampirtidakterlihatkarenatersembunyidibawahrambut-rambut
kepala,bagianluardandalam telingaberambut.
•Warnadasartubuhbagianatasadalahhitam pucatdenganrambutbagianpunggung
berwarnacokelatkehitaman,beberaparambutbagiantubuhlainberwarnakuning
kecokelatanataulebihpucat.
 MusangSulawesi
Suku:Viverridae
NamaLatin:MacrogalidiamusschenbroekiiSchlegel,1877
NamaInggris:SulawesiPalm Civet
NamaLokal:Tingkalung,Cingkalung(Bugis),Hulaku(Kaili,Kulawi)
Identifikasi:
•Musangsulawesimemilikipanjangtubuh650–715mm.
•Panjangekor445–540mm.
•Beratantara3,8–6,1kg.
•Warnatubuhdidominasiwarnacokelatdanwarnatubuhbagianbawahpucatdengan
bintik-bintikcokelattipisdisisidanpunggungbawah.
•Rambutpendektetapitumbuhmeratadiseluruhtubuh.
•Polawarnarambutpadaekorseperticincin,kakirelatifpendek.
•Moncongditumbuhikumis.
•Ukurandewasabisamencapaiukuranseekoranjingdewasa.
•DapatdibedakandariduaspesiesmusanglainnyayangadadiSulawesiyang
merupakanspesiesintroduksi,ParadoxurushermaphroditusandViverratangalunga,
dariwarnarambut,badancokelatekoryanglebihpanjang.
•Rambutpendek,cokelatkeabuandenganwarnayanglebihgelappadabagian
belakang.
•Terdapatlingkarandenganpolagelapdanterangdisepanjangekor.
•Kepaladanmoncongagakruncing.
•Telingabulatdantegak.
•Saatmencaripakandanberkomunikasidenganpasanganatauindividulain,sering
mengeluarkansuaraagakmelengkingdanmelolongdengannadapiiiu......piiu......piiuu,
secaraberulangkali.
 MonyetYaki
Suku:Cercopithecidae
NamaLatin:MacacanigraDesmarest,1822
NamaInggris:CelebesBlackMacaque
NamaLokal:Yaki(Tonsea,Bacan),Wolai(Tondano),Bolai(Mongondow)
Identifikasi:
•Panjangtubuhnya445–600mm danpanjangekornya20mm.
•Berattubuhantara7–15kg.
•Yakimempunyaiciri-ciritubuhyangmudahdibedakandenganjenislainnya.
•Rambutyangmenutupiseluruhtubuhberwarnahitam kelam,namunbagianbelakang
ataupunggungdanpahawarnanyalebihterangdibandingkanpadabagianlain.
•Wajahnyajugaberwarnahitam dantidakditumbuhirambut.Kepalamempunyaijambul
yangmerupakancirikhasdarimonyetSulawesiini.
•Warnatubuhpadamonyetbetinadanmonyetmudasedikitpucat,biladibandingkan
denganjantandewasa.
•Bantalankawinpadatunggingnyaberbentukginjaldanberwarnakuning.
•MoncongnyajauhlebihmenonjoldibandingkandenganmonyetSulawesilainnya.
 Maleo
Suku:Megapodiidae
NamaLatin:MacrocephalonmaleoMuller,1846
NamaInggris:Maleo
NamaLokal:Senkawor,Tuanggoi,Panua,MamoaMolo
Identifikasi:
•Ukurantubuhmaleotidaklebihbesardariayam hutan,denganberatkuranglebih3kg
danpanjangdariparuhsampaiekor50–55cm.Ukuranantarajantandanbetinasama
sehinggadarijauhrelatifsulitmembedakanantarajeniskelamin.
•Bulusayapberwarnahitam (panjang±25cm),panjangsayap±18cm,panjangleher±
14cm;panjangparuh±3,5cm;panjangkepala±3cm;lebarmata±1,5cm;panjang
leher±17cm.
•Kakimaleokuatdanbesaryangdipergunakanmenggalilubanguntukkeperluan
bertelur,panjangkaki±25cm,jari-jaricakarsekitar5–8cm.
•Panjangparuh±3,5cm;panjangkepala±3cm;lebarmata±1,5cm.
•Pasanganmaleodapatdibedakanjantandanbetinadariwarnabuludibagiandada.
Jantanlebihkemerahandaripadabetina.Namunjikamaleosendiri-sendiriagaksulit
dibedakan,karenawarnakemerahandidadainijugabervariasi.
•Maleojantandanbetinajugadapatdibedakandariperbedaanwarnabuludibagian
dada,buludadamaleojantanberwarnaagakkemerahmerahansedangkanpadabetina
berwarnaabu-abu.
•Padabagiankepalaterdapatmahkotayangdisebutkapsetiyangberfungsimengukur
temperaturketikaburungmaleomenggalilubanguntukpeletakantelur.
•Biladibandingkanantarapanjangdanbobottubuhdenganlebarsayap,makasayap
burungmaleotidakidealuntukmelakukanpenerbanganyangbaik,halinilahyang
menyebabkanbunyikepakansayapburungmaleosangatkerasterdengarsaatterbang.
C.UpayaPelestarian
 Tidakberburuhewansembarangan
 Melindungihewan-hewanlangka
 Membudidayakanhewanlangka
 Mencarialternatifpemanfaatanhewan-hewanlangkadenganmenciptakan
penggantibahansintetis.
Pemerintahjugabertanggungjawabuntukmelindungihewan-hewanlangkadi
Indonesia.Pemerintahtelahmelakukanbeberapalangkahuntukmencegahkepunahan
hewan-hewanlangka.Berikutbeberapadiantaranya:
 Membuatsuakamargasatwa
 Membuatcagaralam
 Inseminasibuatan
 Membuatkebunbinatang
 Penangkaran.

MATERI 10 BIODIVERSITAS FLORA SULAWESI

Secara umum keanekaragaman flora di Indonesia dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
1. Dilintasi oleh garis ekuator yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis dan hanya memiliki
dua musim yaitu hujan dan kemarau.
2. Terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia yang menjadi pusat persebaran biota.
Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan Indonesia memiliki banyak jenis hutan. Berikut
merupakan jenis-jenis hutan di antaranya :

1. Hutan hujan tropis, umumnya terdapat di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Memiliki
curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan hutan bersifat lembab. Contoh tumbuhan yang
berasal dari hutan hujan tropis yaitu pohon rotan, pohon damar, pohon eboni, dan pohon meranti.
2. Hutan musim, umumnya terdapat di wilayah Pulau Jawa. Hutan musim memiliki karakteristik
unik yaitu menggugurkan daunnya di musim kemarau dan akan tumbuh lagi di musim hujan.
Memiliki curah hujan yang tidak terlalu tinggi sehingga bersifat tidak lembab. Contoh tumbuhan
yang berasal dari hutan musim yaitu pohon jati dan pohon cemara.
3. Stepa, merupakan padang rumput kering. Umumnya banyak ditemukan di wilayah Nusa
Tenggara atau wilayah yang memiliki masa kemarau panjang.
4. Sabana, merupakan padang rumput yang diisi oleh pohon-pohon dengan jenis pendek. Umumnya
banyak ditemukan di wilayah Aceh dan Madura yang cenderung beriklim kering dan memiliki
intensitas hujan rendah.
Berdasarkan pendekatan biogeografi, keanekaragaman flora di Indonesia dibedakan menjadi tiga
kelompok yang didasarkan pada garis Wallace dan garis Lydekker yaitu wilayah flora barat,
tengah, dan timur.

1. Keanekaragaman Flora di Wilayah Barat

Wilayah ini meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Flora di wilayah barat cenderung
heterogen atau terdiri dari beragam jenis dan spesies. Flora di wilayah ini memiliki karakteristik,
antara lain :

 a) Memiliki banyak kawasan hutan bakau


 b) Ketinggian pohon hingga 60 meter
 c) Curah hujan yang tinggi menyebabkan hutan selalu hijau setiap tahunnya
 d) Terdiri atas banyak tumbuhan jenis meranti dan berbagai jenis rotan
 e) Terdiri atas jenis tumbuhan dengan ciri kayu yang teksturnya sangat keras dan kuat. Misalnya
kayu jati, mahoni, meranti dan lainnya.
Contoh flora endemik wilayah barat yaitu Raflesia arnoldi

2. Keanekaragaman Flora di Wilayah Tengah

Wilayah ini meliputi Sulawesi dan Nusa Tenggara. Flora di wilayah tengah cenderung homogen
yang terdiri dari satu jenis tumbuhan saja. Wilayah tengah didominasi oleh sabana dan stepa.
Contoh flora endemik wilayah tengah yaitu eboni (Diospyros celebica) di Sulawesi Tengah dan
gaharu (Aquilaria microcarpa) yang terdapat di Nusa Tenggara Barat.

3. Keanekaragaman Flora di Wilayah Timur

Wilayah ini meliputi Maluku dan Papua. Flora di wilayah timur memiliki kemiripan dengan
wilayah Australia. Flora di wilayah ini memiliki karakteristik :

 a) Terdapat banyak semak belukar


 b) Banyak terdapat tumbuhan matoa dan tumbuhan sagu
 c) Hanya sedikit tumbuhan jenis meranti yang tumbuh
Contoh flora endemik wilayah timur yaitu matoa (Pometia pinnata).

Dapat terlihat bahwa flora di Indonesia memiliki keanekaragaman berdasarkan ruangnya. Flora
di wilayah barat, berbeda dengan di wilayah tengah dan timur. Keanekaragaman flora
dipengaruhi oleh iklim tropis Indonesia dan letaknya yang berada di antara Benua Asia dan
Benua Australia sebagai pusat persebaran biota.

MATERI 11 BIODIVERSITAS FUNGI SULAWESI

Biodiversitas fungi sangat penting bagi siapa saja yang mengumpulkan dan/atau memantau
jamur apa pun. Jamur adalah komponen penting dari hampir semua ekosistem dan berdampak
pada kesehatan maupun ekonomi. Biodiversitas fungi sebagai sumber daya yang luar biasa dan
mendasar untuk mempelajari keanekaragaman hayati organisme. Materi yang dipelajari
mencakup segala sesuatu mulai dari apa itu jamur, hingga memelihara dan mengatur koleksi
studi permanen dengan database terkait; dari protokol pengambilan sampel jamur sejenis mold
hingga serangga yang terkait dengannya; dari jamur yang tumbuh pada dan pada hewan maupun
tumbuhan. materi tersebut disusun baik secara ekologis maupun dengan metode pengambilan
sampel, bukan berdasarkan kelompok taksonomi untuk kemudahan penggunaan. Jamur adalah
salah satu organisme terpenting di dunia karena memiliki peran penting dalam fungsi ekosistem
dan memiliki efek luas, baik positif maupun negatif, pada manusia dan aktivitas yang
berhubungan dengan manusia. Ada sekitar 1,5 juta spesies jamur. Kombinasi spesies jamur dan
kelimpahannya dalam suatu ekosistem sering digunakan sebagai indikator kesehatan ekosistem
dan sebagai indikator efek polusi dan rencana pengelolaan dan penggunaan yang berbeda.
Biodiversitas fungi juga mencakup inventarisasi dan pemantauan jamur, termasuk protokol
pengambilan sampel standar serta informasi tentang desain studi, pengawetan sampel, dan
analisis data.

CIRI-CIRI UMUM JAMUR

Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum
fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan
organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.

1. Struktur Tubuh

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada
pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter,
contohnyojamur kayu.

Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.

2. Cara Makan dan Habitat Jamur

Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak
memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh
dari lingkungannya.

a. Parasit obligat

merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak
dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

b. Parasit fakultatif

adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit
jika tidak mendapatkan inang yang cocok.

c. Saprofit

merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit
menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh.
Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh
hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung

menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya.

Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes.

3. Pertumbuhan dan Reproduksi

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual,
jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya
uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual.

Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora
akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami
terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap
kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing
induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion
atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya
inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

4. Peranan Jamur

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun
yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai
berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.

b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe
dan oncom.

c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti,

dan bir.

d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.

e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.

Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang
merugikan, antara lain sebagai berikut.

a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.

b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.

c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.

d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.

e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.

f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

MATERI 12 KONSERVASI BIODIVERSITAS

PENGERTIAN BIODIVERSITAS
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan
yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut
skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini
merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan
dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai
ukuran kesehatan sistem biologis.

PENGERTIAN KONSERVASI

Konservasi alam adalah filsafat moral dan gerakan konservasi yang berfokus pada
perlindungan spesies dari kepunahan, pemeliharaan dan pemulihan habitat, peningkatan jasa
ekosistem, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Istilah konservasi ada sejak tahun 1940an dengan terbitnya buku dari pakar Cornell
University. Dalam buku tersebut ide konservasi dituliskan sebagai pemanfaatan lingkungan
secara bijaksana untuk kepentingan manusia (Gustafson et al., 1947 dalam Brewer, 1994).
Secara lebih detail dituliskan sebagai pemanfaatan sumberdaya, pengaturannya agar sisanya
dapat digunakan bagi generasi mendatang, restorasi, dan pengelolaan sumberdaya terbarukan
secara hati-hati, termasuk pembuatan rencana penggunaannya untuk kepentingan manusia,
secara abadi dan kegunaan sepenuhnya. Mulai tahun tersebut konservasi lebih ditujukan untuk
konservasi tanah, kepentingan pengelolaan satwa liar dan ikan, serta pengelolaan hutan.

Dua puluh tahun kemudian, pakar lingkungan lebih memahami bahwa kerusakan yang
ada dikarenakan oleh problem besar di dunia, yaitu degradasi bumi oleh manusia. Pada tahun
1980an saat biologi konservasi menjadi satu cabang ilmu yang terpisah, ditandai dengan
terbitnya buku Conservation Biology – an Evolutionary-Ecological Perspective, dengan editor
Michael Soule dan Bruce Wilcox (1987). Biologi konservasi lebih menekankan atas perlunya
mengkonservasi spesies dan habitat, dua hal yang utama menjadi orientasi para pakar lingkungan
yang humanistik. Biologi konservasi lebih fokus pada gambaran besar ekologi suatu ekosistem,
bukan pada sumberdaya hayati sebagai komoditas, juga studi mutakhir tentang ekologi populasi,
genetika, sampai modelling. Karena sebelumnya manajemen satwa liar lebih dilihat untuk
industri penangkapan hewan, sedang kehutanan lebih pada industri kayunya (Brewer, 1994).

Tujuan biologi konservasi adalah menyiapkan prinsip dan alat untuk melestarikan
keragaman biologi (Soule, 1985). Kegiatan konservasi difokuskan pada keragaman ekosistem,
keragaman species, dan keragaman genetik. Konservasi ekosistem dapat disamakan dengan
istilah konservasi in situ, sedangkan konservasi species di luar habitatnya disebut konservasi ex
situ. Perencanaan dalam konservasi dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu: pendekatan
habitat atau ekosistem dan pendekatan species (Groombridge, 1992).

Konservasi dengan pendekatan tipe habitat atau ekosistem

Konservasi dengan pendekatan habitat (wilayah terproteksi, misalnya kawasan suaka


alam, taman nasional) berupaya agar contoh yang mewakili tipe habitat dan ekosistem dipelihara
dengan baik, sehingga species yang tinggal di dalam habitat tersebut akan terpelihara.
Perlindungan terhadap kawasan konservasi ini di bawah Undang-Undang No 5 tahun 1990, dan
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait. Cara konservasi semacam ini sangat
sederhana karena tidak memerlukan pengetahuan tentang status dan distribusi species, akan
tetapi sulit diketahui kecukupan habitat bagi populasi yang berstatus ‘rare’ ataupun populasi
yang benar-benar sudah terancam. Di Indonesia terdapat sekitar 50 Taman Nasional, baik untuk
ekosistem pegunungan, dataran rendah, lahan basah, maupun laut.

Konservasi dengan pendekatan species

Penyelamatan species prioritas, umumnya yang berstatus species langka yang kritis oleh IUCN,
misalnya badak, komodo dan orang utan, untuk hewan langka, serta bunga bangkai untuk
tumbuhan; dilakukan melaui penciptaan habitat yang sesuai untuk keperluan pelestariannya.
Konservasi untuk hal ini biasanya dilakukan pengelolaan dengan cara in situ dan ex situ, karena
sangat diperlukan dukungan perencanaan konservasi yang terpadu dan memerlukan studi
mendasar yang cermat.

Konservasi in situ untuk tumbuhan dan tanaman pangan

Konservasi untuk jenis tumbuhan, salah satu cara yang dilakukan adalah perlindungan in situ
terhadap habitat, dan melakukan kontrol terhadap penggunaan lahan di sekitarnya. Di sebagian
besar daerah terproteksi, baik Taman Nasional maupun cagar alam, maka berbagai tumbuhan
yang berada di lingkungan zona inti secara tidak langsung akan terkonservasikan secara in situ.

Konservasi ex situ untuk tumbuhan

Konservasi tumbuhan secara ex situ dilakukan di berbagai Kebun Raya, baik skala kecil maupun
skala yang cukup besar. Di Indonesia, kebun raya yang berkembang dengan tujuan konservasi
lebih banyak berada di Pulau Jawa, dan umumnya digabungkan dengan area wisata, misalnya
Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Purwodadi.

Anda mungkin juga menyukai