Anda di halaman 1dari 35

Pengertian Keanekaragaman Makhluk Hidup

Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan
sifat yang dapat ditemukan pada makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat
hidup yang berbeda. Melalui pengamatan, kita dapat membedakan jenis-jenis makhluk hidup.
Pembedaan makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup,
tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan.

Di lingkungan sekitar, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai hewan
misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya. Berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga,
rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri
tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan
keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati adalah keanakaragaman makhluk hidup yang menunjukkan


keseluruhan variasi, gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman hayati
meliputi; variasi bentuk ukuran,warna, dan sifat- sifat lain dari makhluk hidup. Setiap
lingkungan memiliki keanekaragamannya masing-masing.

Keanekaragaman adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi. Dengan
adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman dari organisme dalam suatu
spesies. Jika kita mengamati sifat-sifat yang ada pada makhluk hidup baik itu hewan tumbuhan
maupun manusia akan terlihat adanya persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena adanya
sifat-sifat menurun dan adanya pengaruh lingkungan. Hewan, tumbuhan dan manusia juga
mempunyai variasi antara lain dalam bentuk, warna dan ukuran.

Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor
genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan
atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan
faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat
berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu
merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Secara garis besar,
keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :

Keanekaragaman gen

Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen) yang berasal
dari kedua induknya Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi
dalam satu jenis.
Keanekaragaman jenis (spesies)

Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Keanekaragaman


hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik
yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.

Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir.

Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Aktivitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya makhluk hidup memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

Bernafas

Semua makhluk hidup melakukan proses pernafasan. Bernafas adalah proses mengambil
udara (O2) dari luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh. Proses pernafasan pada
makhluk hidup berbeda-beda, tergantung pada jenis dan tempat hidupnya.

Bergerak

Bergerak merupakan ciri makhluk hidup. Gerak pada manusia dan hewan jelas tampak terlihat.
Untuk melakukan gerakan tersebut manusia dan hewan dibantu oleh alat gerak. Pada manusia,
misalnya tangan dan kaki. Sedangkan pada hewan, seperti sayap, sirip, kaki, dan lainnya.
Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan gerakan, tapi gerakannya tidak mudah
dilihat. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah menutupnya daun putri malu bila disentuh.
Gerakan pada tumbuhan disebabkan karena ada rangsangan dari luar.

Makan

Seluruh makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan yang dimakan harus mengandung
zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
dan mineral.

Iritabilitas
Salah satu ciri makhluk hidup adalah respons terhadap rangsangan. Kemampuan makhluk
hidup memberi tanggapan terhadap rangsangan disebut iritabilitas. Rangsangan dapat
disebabkan oleh faktor luar tubuh. Contohnya mata kita akan mengedip bila terkena cahaya
yang silau.

Tumbuh

Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya jika kamu menanam
biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut
kamu siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Pertumbuhan
merupakan pertambahan sel-sel tubuh, sehingga ukuran tubuh bertambah dan tidak bisa
mengecil kembali.

Berkembang Biak

Berkembang biak atau reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh
keturunan. Perkembangbiakan ini berguna untuk melestarikan jenisnya.

Adaptasi

Untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya, makhluk hidup harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Tempat hidup bagi makhluk hidup dapat melakukan aktivitasnya desebut habitat.

Memerlukan suhu tertentu

Semua makhluk hidup dapat bertahan pada suhu tertentu, ikan dapat hidup pada air yang
bersuhu antara 5° C – 30° C. Untuk jenis bakteri dapat bertahan sampai suhu 80° C,
sedangkan tumbuhan dapat hidup baik antara suhu 0° C – 43° C.

Ekskresi (Mengeluarkan Zat Sisa)

Zat sisa dari proses reproduksi harus dikeluarkan, jika tidak akan menimbulkan racun di dalam
tubuh. Zat sisa yang dikeluarkan bisa berupa cairan, gas, ataupun zat padat. Alat pengeluaran
zat sisa pada hewan atau manusia yaitu paru-paru mengeluarkan CO2, kulit mengeluarkan
keringat, dan ginjal mengeluarkan urine.

Keanekaragaman Hayati

Berdasarkan Tingkat Keragaman


Keanekaragaman makhluk hidup tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis,
keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini
saling berkaitan dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas)
yaitu keanekaragaman makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup menunjukkan adanya
berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai
tingkat jenis, tingkat gen, dan tingkat ekosistem.

1. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar
jenis (interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati daripada
keanekaragaman gen. Hal ini karena perbedaan antar spesies makhluk hidup dalam satu
marga lebih mencolok daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.

Misal tumbuhan kentang, tomat, dan terung. Ketiganya termasuk dalam genus yang sama yaitu
solanum. Namun, ketiganya mempunyai ciri-ciri fisik berbeda. Dalam populasi dikenal istilah
spesiasi. Spesiasi adalah proses terbentuknya spesies baru. Apabila terjadi spesiasi, jumlah
spesies dalam satu marga bertambah sehingga keanekaragaman jenis bertambah. Namun
keanekaragaman gen dalam spesies asal menjadi berkurang.

2. Keanekaragaman Gen

Setiap populasi mempunyai sifat genetik tertentu. Individu-individu sejenis ini mempunyai
kerangka dasar komponen genetis yang sama (kromosomnya sama tetapi memiliki komponen
faktor keturunan yang berbeda). Misalnya rasa manis dan asam pada mangga yang berwarna
kuning.

Keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi
memiliki gen yang tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut.
Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup.
Keanekaragaman gen mengakibatkan variasi antar individu sejenis.

Keanekaragaman gen pada manusia dapat terlihat pada perbedaan sifat antara lain warna
mata (biru, hitam, dan coklat), ukuran tubuh, warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning),
serta bentuk rambut (lurus, ikal, dan keriting). Keanekaragaman sifat tersebut diakibatkan oleh
pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut gen.
Gen adalah substansi terkecil atau unit dasar yang membangun faktor keturunan. Melalui gen
inilah sifat-sifat dari induk diwariskan kepada keturunannya. Perbedaan gen (variasi gen) pada
setiap makhluk hidup mengakibatkan sifat genotipe dan sifat fenotipe pada setiap makhluk
hidup menjadi berbeda. Keanekaragaman gen dapat terjadi akibat perkawinan antar makhluk
hidup sejenis (satu spesies). Keanekaragaman gen juga dapat terjadi secara buatan melalui
perkawinan silang. Keanekaragaman gen secara alami dan buatan dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.

3. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem merupakan satu kesatuan lingkungan yang melibatkan faktor biotik (makhluk hidup)
dan faktor abiotik (mineral, udara, air, tanah, dll.) yang berinteraksi satu sama lain. Indonesia
memiliki makhluk hidup yang bervariasi, sehingga ekosistem yang terbentuk juga beragam.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik ini
menimbulkan keserasian hidup di dalam ekosistem.

Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan letak geografis.


Perbedaan letak geografis ini mengakibatkan terjadinya perbedaan iklim. Pada iklim yang
berbeda pasti terdapat perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lama penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis tumbuhan (flora) dan
hewan (fauna) yang hidup di suatu daerah.

Indonesia memiliki kurang lebih 47 ekosistem alami yang berbeda mulai dari ekosistem salju
abadi sampai berbagai macam ekosistem hutan dataran rendah dan padang rumput. Ada juga
ekosistem danau, rawa, terumbu karang, dan hutan bakau.

https://www.gurupendidikan.co.id/keanekaragaman-makhluk-hidup/

Variasi Keanekaragaman Makhluk Hidup

Variasi adalah penampakan dari sifat tertentu yang menyebabkan satu organisme berbeda
dengan organisme lain dalam satu jenis. Variasi adalah hasil adaptasi makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Berikut ini dicantumkan beberapa gejala adaptasi:

Homolog
Dua organ (alat tubuh) dikatan homolog jika mereka mempunyai asal (secara embriologik) yang
sama. Misalnya alat gerak (ekstremitas) ikan paus dan kuda adalah homolog. Homologi ini
dipakai sebagai ukuran kekerabatan makhluk hidup.

Analogi

Dua organ dikatakan bila mereka menunjukkan fungsi yang sama. Misalnya, insang ikan dan
paru-paru kadal, fungsinya sama yaitu sebagai alat bernafas. Dua organ ini dikatakan
analog.Ada satu kaidah evolusi yang mengatakan bahwa kesamaan struktur dari makhluk hidup
yang bukan bersumber dari satu nenek moyang memiliki persamaan fungsi. Secara singkat
dapat dikatakan “persamaan struktur, persamaan fungsi”.

Homoplasi

Dua organ dikatakan homoplastik bila mereka memiliki persamaan bentuk walaupun asalnya
berbeda (tidak homolog). Gejala homoplastik adalah hasil (akibat) dari adaptasi terhadap
lingkungan hidupnya. Misalnya kaki belakang belalang dan kaki belakang kuda.

Transformasi

Dua organ atau lebih dikatakan menunjukkan gejala transformasi bila mereka adalah homolog
tetapi bentuk dan fungsinya berbeda. Misalnya, sirip depan ikan paus (untuk berenang dan
berbentuk dayung), sayap burung (untuk terbang dan berbentuk kipas), dan tangan manusia
(untuk memegang dan berbentuk tongkat).

Konvergensi

Dua atau lebih makhluk hidup dikatakan berkonvergensi bila mereka berbeda dalam jenis,
tetapi struktur atau bentuk badannya sangat mirip. Persamaan struktur ini adalah akibat dari
adaptasi dengan lingkungan hidupnya. Misalnya, amati dan bandingkan semua hewan laut,
yang bersama-sama hidup disuatu lautan. Bentuk tubuhnya sama semua seperti kapal selam.

Bandingkan bentuk tubuh: ikan hiu, ikan paus, anjing laut, semua ikan (pisces), dan lumba-
lumba. Semua bentuk tubuhnya streamline (seperti kapal selam). Artinya, ujung depan dan
ujung belakang lancip.

Divergensi
Adalah gejala yang menunjukkan struktur yang bervariasi, walaupun meraka sama-sama
berasal dari satu nenek moyang, satu sumber. Inipun adalah akibat dari adaptasi terhadap
lingkungannya. Perhatikan perbedaan struktur antara: kelelawar, ikan paus, lumba-lumba,
kanguru, dan sapi. Bentuk tubuhnya (struktur) sangat bervariasi (berbeda-beda) walaupun
mereka semua termasuk mamalia (hewan menyusui). Inilah yang disebut gejala divergensi.

Filogeni

Adalah sejarah perkembangan filum atau takson makhluk hidup (menggambarkan sejarah
keturunan atau silsilah semua makhluk hidup yang sekarang masih ada), misalnya variasi
struktur pada filogeni kuda.

Ontogeni

Adalah sejarah perkembangan satu individu. Misalnya variasi struktur pada ontogeni manusia.

Cara Mempelajari Keanekaragaman Makhluk Hidup

Lalu bagimana cara kita untuk dapat mempelajari banyaknya keanekaragaman makhluk hidup
di dunia ini ?? dalam hal ini untuk mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berjuta-juta
jenis makhluk hidup, para ilmuwan menerapkan sistem tertentu yaitu dengan menggunakan
klasifikasi makhluk hidup.

Andaikan suatu hari apabila anda menemukan “ suatu makhluk hidup ”, lalu bagaimana cara
nada untuk menggolongkan makhluk hidup tersebut ?? Termasuk jenis tumbuhan ataukah jenis
hewan ?? bagaimana cara anda untuk melakukannya ??

Penggolongan Sebagai Hewan

Apabila makhluk hidup tersebut anda golongkan sebagai hewan, maka untuk langkah pertama
yang bisa anda lakukan ialah dengan mengetahui terlebih dahulu yakni ciri-ciri yang bisa dilihat
dan diamati terlebih dahulu, misalnya seperti tingkah laku, penampilan, makanan, cara
berkembang biak dan lain sebagainya.

Penggolongan Sebagai Tumbuhan


Adapun bila makhluk hidup itu anda golongkan sebagai tumbuhan, coba ingat-ingat kembali
tentang ciri-ciri dari dunia tumbuhan seperti tempat tumbuh, batang, bentuk daun dan bagian-
bagian yang lainnya.

Selain itu untuk dapat membedakan antara golongan tumbuhan dan hewan bisa diamati dari
geraknya, hewan dapat bergerak bebas ( pindah tempat ) sedangkan tumbuhan hanya
bergerak di tempat. Untuk itulah perlu adanya klasifikasi makhluk hidup. Setelah begitu
mengetahui ciri-ciri dari makhluk hidup, tentunya sudah dapat mengetahui bahwa klasifikasi
merupakan suatu cara untuk pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu, seperti
contoh di atas.

Para ilmuwan mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan banyaknya persamaan dan


perbedaan baik morfologi, fisiologi maupun anatominya. Dengan demikian makin banyak
persamaan dikatakan makin dekat pula tali kekerabatannya. Dengan semakin berkembangnya
pengetahuan dan teknologi, maka makin maju pula para ilmuwan dalam mengelompokkan
makhluk hidup dan makin teliti serta terinci untuk mengamati perbedaan-perbedaan yang bisa
diungkap. Dalam menggolongkan makhluk hidup, maka kita tidak berhenti hanya sampai
pernyataan bahwa sesuatu tergolong tumbuhan atau hewan.

Penyebab Keanekaragaman Makhluk Hidup

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya keanekaragaman makhluk hidup adalah :

•Mutasi adalah peristiwa perubahan yang disebabkan oleh faktor internal seperti materi genetik
atau faktor lingkungan, seperti radiasi dan suhu.

•Rekombinasi adalah proses atau peristiwa yang berakibat terbentuknya kombinasi gen baru
pada kromosom. Individu baru dari reproduksi seksual akan memiliki faktor keturunan dari
kedua induknya.

Keanekaragaman Hayati di Indonesia

1. Keanekaragaman Flora di Indonesia

Keanekaragaman hayati flora yang dimiliki Indonesia mencapai 11% dari seluruh spesies flora
yang ada di bumi. Flora di Indonesia termasuk dalam kawasan flora Malesiana. Persebaran
jenis tumbuhan di Indonesia tidaklah merata. Hutan hujan tropis di Kalimantan merupakan
daerah yang mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang paling tinggi. Sumatra dan Papua
juga sangat kaya jensi tumbuhan. Adapun hutan di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan
Sunda mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang lebih rendah.
Hutan di daerah Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi.
Hutan ini didominasi oleh pepohonan dari famili Dipterocarpaceae, yaitu tumbuhan yang dapat
tumbuh tinggi dan batangnya berukuran besar sehingga membentuk kanopi hutan. Tumbuhan
yang termasuk famili Dipterocarpaceae di antaranya sebagai berikut:

•Keruing (Dipterocarpus sp.)

•Meranti (Shorea sp.)

•Ramin (Gonystylus bancanus)

•Pohon kapur (Dryobalanops aromatica)

Sebagian hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis. Hutan ini bercirikan adanya
pepohonan berkanopi rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang tumbuh memanjat).
Tumbuhan yang mendominasi hutan ini di antaranya sebagai berikut.

•Durian (Durio zibethinus)

•Mangga (Mangifera indica)

•Sukun (Artocarpus communis)

•Rotan (Calamus sp.)

Keempat jenis tumbuhan ini banyak tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Di Indonesia juga ada tumbuhan endemik. Tumbuhan endemik yaitu tumbuhan yang hanya ada
di daerah tertentu. Contoh tumbuhan endemik Indonesia yaitu Rafflesia. Rafflesia arnoldii
merupakan tumbuhan endemikn di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh. Flora terbagi menjadi
tiga bagian di antaranya sebagai berikut.

Flora Endemik, yang meliputi Rafflesia arnoldii, meranti, dan matoa (Pometia pinnata).

Flora Asli Indonesia, misal bunga melati.

Flora Langka, yang meliputi cendana (Santalum album), balam suntai (Palaquium walsurifolium),
sawo kecik, bayur (Pterospermum sp.), dan pohon damar.

2. Keanekaragaman Fauna di Indonesia


Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang melimpah. Indonesia memiliki 12% jenis
Mammalia dunia, 16% jenis Reptilia dan Amphibi dunia, serta 12% jenis burung dunia.
Meskipun demikian, persebaran fauna di Indonesia tidaklah merata.

Pada awalnya Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace.
Berdasarkan pengamatannya, pada tahun 1859 Wallace menetapkan dua wilayah utama
persebaran fauna dengan menggambar garis batas di sebelah timur Kalimantan dan Bali,
memisahkan fauna Indonesia bagian barat dan timur. Jadi, garis Wallace memisahkan daerah
Oriental (Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan daerah Australian yang meliputi Papua
dan pulau-pulau di sekitarnya.

Setelah Wallace membagi garis persebaran flora dan fauna di Indonesia, seorang ahli zoologi
bernama Weber juga melakukan penelitian tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia.
Menurut Weber, hewan- hewan di Sulawesi tidak dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai
fauna Australian. Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat seperti fauna Oriental. Weber
membuat sebuah garis khayal di sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara sampai
Kepulauan Aru, Nusa Tenggara.

Nilai dan Manfaat Keanekaragaman Hayati

Nilai Keanekaragaman Hayati

Nilai Ekonomi

Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan


devisa). Misal untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Contoh bahan
baku industri yaitu kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk
industri mebel, teh dan kopi untuk industri minuman, padi dan kedelai untuk industri makanan,
serta ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Contoh rempah-rempah yaitu lada, cengkeh, dan
pala. Contoh tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet.

Nilai Biologis

Keanekaragaman hayati memiliki nilai bilogis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup
termasuk manusia. Tumbuhan menghasilkan gas oksigen (O2) yang diperlukan oleh makhluk
hidup untuk pernapasan serta menghasilkan zat organik, misal biji, buah, dan umbi sebagai
bahan makanan makhluk hidup lain. Hewan dapat dijadikan bahan makanan dan bahan
sandang oleh manusia. Beberapa jasad renik digunakan dalam pembuatan makanan, misal
untuk membuat tempe, oncom, dan kecap. Nilai biologis penting lainnya yaitu sebagai sumber
plasma nutfah 12 (plasma benih).

Nilai Ekologis
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misal hutan
hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi
bumi.

a) Sebagai paru-paru bumi.

b) Dapat menjaga kestabilan iklim global.

Nilai Sosial

Keanekaragaman hayati dapat dikembangkan menjadi sarana rekreasi dan pariwisata. Contoh
tempat rekreasi dan pariwisata yang sekaligus menjadi kawasan pelestarian keanekaragaman
hayati adalah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Bandung.

Manfaat Keanekaragaman Hayati

Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan Contoh:

a) Padi sebagai bahan pangan.

b) Pohon jati sebagai baahn bangunan atau perumahan.

c) Mengkudu sebagai obat tradisional.

Sumber Pendapatan/Devisa Contoh:

a) Kayu, rotan, dan karet sebagai bahan baku industri.

b) Cendana dan rumput laut sebagai baahn baku kosmetik.

Sumber Plasma Nutfah

Di dalam hutan terdapat beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang mempunyai sifat unggul.
Oleh karena itu, hutan dikatakan sebagai sumber plasma nutfah/sumber gen.

Manfaat Ekologi

Selain berfungsi untuk menunjag kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki


peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem.

Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.

Manfaat Keindahan

Berbagai jenis tumbuhan dan hewan dapat memperindah lingkungan.14

Faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati

Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya keanekaragaman antara lain :

1. Faktor alam yaitu bencana alam (banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi
ataupun sunami). Peristiwa ini dapat menyadarkan manusia bahwa mereka memiliki tanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian keanekaragaman makhluk hidup.

2. Faktor manusia, dapat menyebabkan penurunan jumlah keanekaragaman misalnya :

Pembabatan hutan alam, untuk jalan raya, pabrik, perumahan dan sebagainya.

Penggunaan pestisida, insektisida dan sejenisnya yang tidak bertanggung jawab.

Pembuangan limbah industri yang sembarangan.

Perburuan hewan yang tidak bertanggung jawab Dalam perjalanan waktu ada kelompok
makhluk hidup yang mengalami peningkatan keanekaragaman, ada yang tetap, ada pula yang
berkurang keanekaragamannya.
Pengertian Makhluk Hidup

Makhluk hidup merupakan suatu organisme yang memiliki kemampuan untuk bernapas,
berpindah tempat, merespon perubahan diri dan lingkungannya. Makhluk hidup terbagi menjadi
tiga kelompok yang berbeda, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Dari ketiga jenis makhluk
hidup tersebut, kehidupan saling berinteraksi satu sama lain.

Contohnya adalah manusia selalu membutuhkan makanan yang bersumber dari hewan dan
juga tumbuhan. Sementara hewan juga memakan hewan lain atau tumbuhan lain untuk
bertahan hidup di lingkungannya.

Begitu juga dengan tumbuhan yang memerlukan energi dari alam di sekitarnya dengan cara
menghasilkan makanannya secara mandiri melalui proses fotosintesis.
Ciri & Karakteristik

Jika dilihat dari sudut pandang ilmu biologi, makhluk hidup atau organisme merupakan semua
individu yang memiliki ciri-ciri kehidupan. Ciri-ciri kehidupan suatu makhluk antara lain bernapas,
bergerak, peka terhadap rangsangan.

Selain itu, makhluk hidup juga pasti tumbuh dan berkembang, bereproduksi, memerlukan
makanan, mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya dan ekskresi.

1. Makhluk Hidup Mampu Bernapas

Pernapasan yang juga dikenal sebagai respirasi adalah suatu sistem biologis yang terdiri dari
organ dan struktur lain yang digunakan dalam proses pertukaran gas pada hewan dan
tumbuhan. Pertukaran gas ini berupa penarikan O2 atau oksigen dan pembuangan CO2 atau
karbon dioksida dalam tubuh suatu makhluk hidup.

Tiap-tiap makhluk hidup diketahui memiliki berbagai jenis organ untuk bernapas. Organ-organ
ini tergantung pada ukuran tubuh, habitat, dan riwayat evolusi makhluk hidup masing-masing.

Misalnya di daerah perairan, organisme ikan bernapas menggunakan insang. Namun di daerah
daratan sebagian besar makhluk hidup bernapas menggunakan paru-paru, seperti halnya
manusia, mamalia, dan burung. Sementara tumbuhan bernapas menggunakan stomata dan
lentisel.

2. Makhluk Hidup Mampu Bergerak

Makhluk hidup dipastikan selalu memiliki kemampuan untuk bergerak. Berdasarkan posisinya,
pergerakan makhluk hidup ini terbagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif. Sistem geraknya pun
dilakukan dengan alat yang berbeda-beda pula tergantung habitat dan evolusinya.

Seperti pada burung yang bergerak di udara menggunakan kedua sayapnya. Sementara itu,
tumbuhan melakukan gerakan pasif di tempatnya, tapi secara spesifik tetap ada pergerakan
naiknya zat-zat tanah menuju daun yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

Begitu juga dengan hewan seperti gurita yang bergerak menggunakan tentakel atau lintah yang
bergerak menggunakan otot perut.

3. Makhluk Hidup Peka Terhadap Rangsangan


Karakteristik lain dari makhluk hidup adalah kemampuan dalam merasakan berbagai
rangsangan atau iritabilitas. Rangsangan ini dapat diperoleh dari bentuk beragam, seperti suara,
gelombang cahaya, aroma, suhu, hingga sentuhan fisik.

Misalnya pada hewan, ayam jantan yang selalu berkokok di pagi hari, putri malu yang
menurunkan daunnya saat disentuh, atau tikus yang hidungnya sangat peka dalam mencium
aroma makanan.

4. Makhluk Hidup Membutuhkan Makanan

Untuk mempertahankan hidupnya, hampir semua makhluk hidup selalu memerlukan asupan
energi dan juga nutrisi dalam tubuhnya. Asupan energi dan nutrisi ini biasanya diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Misalnya pada tumbuhan yang memerlukan air dan juga
unsur hara untuk dijadikan bahan proses fotosintesis.

Sementara pada hewan, berdasarkan jenis makanannya dibagi menjadi karnivora, herbivor,
dan omnivora. Karnivora adalah istilah bagi hewan pemakan daging, herbivora untuk pemakan
tumbuhan dan omnivora pemakan segala.

5. Makhluk Hidup Tumbuh dan Berkembang

Jika dilihat secara fisik, makhluk hidup akan terus tumbuh besar seiring berjalannya waktu.
Perubahan ukuran ini terjadi karena bertambahnya volume jaringan dan sel tubuh.

Manusia dan hewan diketahui memiliki kerangka tulang yang terus mengalami pertumbuhan.
Proses pertumbuhan tulang di masa awal adalah proses penulangan primer di mana tulang
yang terbentuk adalah tulang rawan atau kartilago. Inilah yang menyebabkan tulang tersebut
terasa lunak.

Di bagian tengah tulang ada banyak sekali osteosit atau sel tulang yang bakal tumbuh menjadi
tulang sejati. Melalui proses inilah, makhluk hidup disebut melakukan pertumbuhannya.

Namun, definisi perkembangan pada tumbuhan cukup berbeda. Berkembang dalam hal ini
merupakan bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi alat-alat tubuh. Misalnya kecambah
akan berkembang menjadi daun, buah, dan juga akar sejati seiring berjalannya waktu.
6. Makhluk Hidup Bereproduksi

Makhluk hidup melakukan proses reproduksi untuk meneruskan generasinya. Proses


reproduksi ini dilakukan dengan berbagai cara, meliputi seksual ataupun aseksual.

Proses reproduksi seksual biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama. Sebab proses ini
memerlukan perkembangan alat reproduksi dan proses pencarian pasangan yang tepat.
Berbeda halnya dengan proses reproduksi aseksual yang hanya membutuhkan satu individu,
namun minim membawa variasi genetika.

Contoh proses aseksual pada hewan terjadi pada protozoa yang bereproduksi dengan cara
membelah diri atau bertunas seperti hydra. Sementara proses seksual terjadi pada monyet
yang melahirkan ataupun ikan yang bertelur meski hidup di dalam air.

Berbeda dengan tumbuhan yang melakukan proses reproduksi secara vegetatif dan generatif.
Untuk reproduksi vegetatif biasanya terjadi pada umbi-umbian. Sementara reproduksi generatif
adalah proses penyerbukan oleh alat kelamin jantan yang berupa benang sari pada alat
kelamin betina berupa putik. Sehingga proses reproduksi generatif lebih sering terjadi pada
tumbuhan yang memiliki bunga dan buah.

7. Makhluk Hidup Mampu Beradaptasi

Adaptasi adalah suatu kemampuan makhluk untuk bertahan hidup dengan cara menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Setiap makhluk hidup diketahui memiliki proses adaptasi yang
berbeda sesuai kemampuannya dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan tersebut.

Pada dasarnya, adaptasi yang dilakukan oleh sebagian besar makhluk hidup ini terbagi menjadi
tiga macam, yaitu bentuk tubuh atau morfologi, adaptasi proses metabolisme tubuh atau
fisiologi, dan yang terakhir adaptasi perilaku.

Contoh adaptasi morfologi bisa kita lihat pada bentuk paruh setiap burung. Begitu juga dengan
aneka bentuk gigi hewan yang berbeda-beda tergantung jenis makanan yang dikonsumsinya.

Sementara contoh adaptasi fisiologi bisa ditemukan pada hewan ruminansia seperti sapi,
kerbau, dan lembu yang memiliki enzim selulase untuk mencerna makanan di dalam tubuh. Tak
ketinggalan contoh adaptasi perilaku dari ikan paus yang bergerak menuju permukaan laut
untuk sekadar mengambil udara sebagai proses bernapas.

8. Makhluk Hidup Mengalami Ekskresi

Makhluk hidup yang selalu memerlukan makanan untuk bertahan hidup sehingga selalu
mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui sistem ekskresi. Contohnya adalah tumbuhan yang
pasti melepas oksigen. Kemudian pada hewan singa yang akan mengeluarkan air seni dan
feses dari tubuhnya sebagai bahan buangan yang tidak diperlukan oleh tubuh.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Klasifikasi makhluk hidup bisa diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengelompokkan makhluk hidup menjadi beberapa golongan atau unit yang lebih kecil.

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, alam semesta ini ternyata tidak hanya dihuni oleh
manusia saja, tapi juga ada jenis makhluk hidup lain yang memiliki hak hidup yang sama.
Jumlahnya pun tak terhitung karena terdiri dari beraneka jenis spesies yang berbeda.

Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu klasifikasi atau pengelompokan secara khusus agar kita
sebagai manusia juga bisa lebih mudah mengidentifikasi sekaligus mengingatnya.

Pengklasifikasian makhluk hidup ini berawal dari kegiatan yang dilakukan oleh seorang ahli
biologi bernama Carlous Linnaeus yang berasal dari Swedia. Saat itu, Carlous melakukan
klasifikasi pada makhluk hidup menjadi dua kelompok berbeda, yaitu dunia hewan dan dunia
tumbuhan. Namun seiring berjalannya waktu, pengelompokan ini menjadi semakin banyak dan
detail.

Jika dijelaskan lebih lanjut, tujuan dari klasifikasi makhluk hidup ini supaya memudahkan
manusia dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup di alam, mampu membedakan
makhluk hidup antara satu dan lainnya, serta menyederhanakan obyek pembelajaran.
Adapun urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi hingga terendah adalah sebagai
berikut:

Domain – Daerah

Kingdom – Kerajaan

Phylum atau Filum pada hewan, sementara Divisio pada tumbuhan

Classis – Kelas

Ordo – Bangsa

Familia – Suku

Genus – Marga

Spesies – Jenis

Untuk pengelompokannya sendiri dilakukan klasifikasi berdasarkan kingdom masing-masing.


Diketahui saat ini perkembangan klasifikasi makhluk hidup terbagi menjadi klasifikasi 2,3,4,5,
atau 6 kingdom.

baca juga: Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia - 3 Juli

1. Klasifikasi 2 Kingdom

Perlu diketahui, organisme bisa dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu klasifikasi
dunia tumbuhan dan dunia hewan sebagai berikut:

Kingdom plantae – Dunia Tumbuhan

Kingdom Plantae adalah semua organisme yang memiliki dinding sel dari bahan selulosa dan
juga memiliki klorofil. Dua komponen inilah yang memungkinkan mereka untuk melakukan
proses fotosintesis demi kelangsungan hidupnya di alam. Contohnya adalah ganggang, lumut,
tumbuhan paku, bakteri, dan jamur meski mereka tidak berklorofil.

Kingdom animalia – Dunia Hewan

Klasifikasi berikutnya adalah Kingdom Animalia yang berlaku untuk semua organisme tanpa
klorofil, dinding sel, dan memiliki kemampuan bergerak bebas. Contohnya adalah hewan
berongga (Coelenterata), cacing (Vermes), hewan bertulang belakang (Chordata), hewan
berpori (Porifera), hewan lunak (Mollusca), dan hewan bersel satu (Protozoa).

2. Klasifikasi 3 Kingdom

Pada klasifikasi makhluk hidup 3 kingdom, kelompok jamur yang ada pada kingdom 2
dipisahkan dan masuk ke dalam kelompok tumbuhan. Alasannya adalah karena jamur tidak
bisa menghasilkan makanan sendiri atau hererotrof seperti tumbuhan pada umumnya.

Selain itu, dinding sel jamur tidak terdiri dari bahan selulosa, tapi dari bahan kitin. Berikut adalah
penjelasan dari klasifikasi makhluk hidup 3 kingdom, yaitu:

Kingdom fungi – Dunia Jamur

Kingdom ini merupakan semua organisme yang mampu menghasilkan makanannya sendiri
dengan cara menyerap makanan dari makhluk hidup lain di sekitarnya.

Jamur dikenal sebagai salah satu organisme yang kerap mendapat makanan dari makhluk
hidup lain. Inilah yang membuatnya disebut sebagai parasit. Bahkan, ada pula jamur yang
sengaja menyerap makanan dari makhluk hidup lain yang telah mati (saprofit).

Ciri-cirinya adalah multiseluler, dinding sel terbuat dari bahan kitin, tidak berpigmen fotosintetik
sehingga cenderung heterotrofik dan eukariotik.

Kingdom plantae – Dunia Tumbuhan

Kingdom berikutnya adalah dunia tumbuhan yang meliputi semua organisme dengan
kemampuan menghasilkan makanannya sendiri (autotroph) melalui proses fotosintesis.

Kingdom animalia – Dunia Hewan

Dan yang terakhir adalah semua organisme yang mendapatkan makanannya dengan cara
memangsa makhluk hidup lain di sekitar habitatnya.

3. Klasifikasi 4 Kingdom
Perkembangan klasifikasi menjadi semakin lebih banyak setelah ditemukannya inti sel atau
nukleus. Dengan begitu, makhluk hidup terbagi lagi menjadi 4 klasifikasi yang berbeda, antara
lain:

Kingdom monera

Kingdom monera merupakan klasifikasi makhluk hidup yang tidak berselaput inti sehingga
disebut sebagai organisme prokariotik. Contohnya adalah bakteri atau ganggang biru-hijau.

Kingdom fungi

Kingdom fungi meliputi semua jenis jamur.

Kingdom plantae

Kingdom plantae terdiri dari semua tumbuhan ganggang, kecuali ganggang biru-hijau, lumut,
dan tumbuhan paku.

Kingdom animalia

Protozoa hingga chordate diklasifikasikan dalam kingdom animalia.

4. Klasifikasi 5 Kingdom

Berikut ini merupakan pembagian sistem klasifikasi 5 kingdom, yaitu:

Kingdom Monera

Kingdom Protista

Kingdom Fungi

Kingdom Animalia

Kingdom Plantae
6. Klasifikasi 6 Kingdom

Seperti halnya klasifikasi 5 kingdom, untuk klasifikasi 6 kingdom hanya ditambahkan satu jenis
klasifikasi lain, kingdom virus.

Sejarah Bumi

Sejarah Bumi berkaitan dengan perkembangan planet Bumi sejak terbentuk sampai
sekarang.[1][2] Hampir semua cabang ilmu alam telah berkontribusi pada pemahaman
peristiwa-peristiwa utama di Bumi yang sudah lampau. Usia Bumi ditaksir sepertiganya usia
alam semesta. Sejumlah perubahan biologis dan geologis besar telah terjadi sepanjang rentang
waktu tersebut.

Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar (4,54×109) tahun yang lalu melalui akresi dari nebula
matahari. Pelepasan gas vulkanik diduga menciptakan atmosfer tua yang nyaris tidak
beroksigen dan beracun bagi manusia dan sebagian besar makhluk hidup masa kini. Sebagian
besar permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan
benda angkasa lain. Sebuah tabrakan besar diduga menyebabkan kemiringan sumbu Bumi dan
menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan membentuk kerak padat dan
memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk kehidupan pertama muncul antara 2,8
dan 2,5 miliar tahun yang lalu. Kehidupan fotosintesis muncul sekitar 2 miliar tahun yang lalu,
nan memperkaya oksigen di atmosfer. Sebagian besar makhluk hidup masih berukuran kecil
dan mikroskopis, sampai akhirnya makhluk hidup multiseluler kompleks mulai lahir sekitar 580
juta tahun yang lalu. Pada periode Kambrium, Bumi mengalami diversifikasi filum besar-
besaran yang sangat cepat.

Perubahan biologis dan geologis terus terjadi di planet ini sejak terbentuk. Organisme terus
berevolusi, berubah menjadi bentuk baru atau punah seiring perubahan Bumi. Proses tektonik
lempeng memainkan peran penting dalam pembentukan lautan dan benua di Bumi, termasuk
kehidupan di dalamnya. Biosfer memiliki dampak besar terhadap atmosfer dan kondisi abiotik
lainnya di planet ini, seperti pembentukan lapisan ozon, proliferasi oksigen, dan penciptaan
tanah.

Kala geologi, dipadatkan dalam diagram berbentuk lingkaran jam yang menampilkan panjang
relatif kala sejarah Bumi. (keterangan: Mtl = Miliar tahun lalu, Jtl = Juta tahun lalu, s. = sekitar)

Skala waktu geologi

Sejarah Bumi diurutkan secara kronologis dalam tabel skala waktu geologi, yang dibagi menjadi
beberapa interval sesuai dengan analisis stratigrafi.[2][3] Skala waktu yang lengkap dapat
dilihat di artikel utama. Keempat garis waktu di bawah ini menunjukkan skala waktu geologi.
Garis waktu yang pertama menunjukkan keseluruhan waktu dari masa terbentuknya Bumi
sampai waktu sekarang. Skala waktu ini memampatkan eon terbaru. Skala waktu kedua
menunjukkan eon terbaru dengan skala yang diperluas. Namun skala waktu kedua ini juga
masih memampatkan era terbaru, yang dapat dilihat di skala ketiga. Karena Kuarter merupakan
periode yang sangat singkat dengan jangka waktu yang pendek, sehingga diperluas lagi di
skala waktu keempat.
Skala waktu kedua, ketiga, dan keempat merupakan subbagian dari skala waktu sebelumnya
yang ditunjukkan oleh tanda bintang. Alasan lain untuk memperluas skala keempat adalah,
Holosen (jangka waktu) terakhir terlalu kecil untuk dapat ditampilkan dengan jelas pada skala
waktu ketiga di sebelah kanan.

Asal Mula Kehidupan di Bumi

A. Macam-Macam Teori Tentang Asal-Usul Adanya Kehidupan Di Bumi Beserta Pencetus


Teori Tersebut :

Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:

1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)

2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio
spontanea)

3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)

4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)

5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)

a. Teori Generatio Spontanea

Disebut juga teori Abiogenesis pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno Aristoteles
(384-322 SM) yang berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih
terus bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil
membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami penemuan
Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis) memperkuat teori generatio
spontanea teori terbukti makhluk hidup berasal dari benda mati (jasad renik berasal dari air
bekas rendaman jerarni).

b. Evolusi Kimia

Menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi
halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.

c. Evolusi Biologi

Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi
yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet.
Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa
organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan
(koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid
sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap sebagai selaput sel primitif
yang memberi stabilitas pada koaservat.

B. Membedakan Dengan Jelas Teori Abiogenesis Dengan Biogenesis

1. Teori Abiogenesis

Teori yang dikemukakan Aristoteles ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari benda
tak hidup yang berlangsung secara spontan (generatio spontanea). Misalnya cacing dari tanah,
ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut oleh banyak orang selama beberapa abad.

Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara
spontan. Itu sebabnya, teori abiogenesis ini disebut juga generation spontanea. Bila pengertian
abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya menjadi: makhluk hidup
yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak hidup yang terjadinya secara spontan.

2. Teori Biogenesis

a. Francesco Redi

Redi merupakan orang pertama yang melakukan eksperimen untuk membantah teori
abiogenesis. Dia melakukan percobaan dengan menggunakan bahan daging segar yang
ditempatkan dalam labu dan diberi perlakuan tertentu.

· Labu I : diisi daging segar dan dibiarkan terbuka

· Labu II : diisi daging segar dan ditutup dengan kain kasa

· Labu III : diisi daging segar dan ditutup rapat

Ketiga labu diletakkan di tempat yang sama selama beberapa hari. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

· Labu I : dagingnya busuk, banyak terdapat belatung

· Labu II : dagingnya busuk, terdapat sedikit belatung

· Labu III : dagingnya tidak busuk, tidak terdapat belatung

Menurut Redi belatung yang terdapat pada daging berasal dari telur lalat. Labu ke III tidak
terdapat belatung karena tertutup rapat sehingga lalat tidak bisa masuk. Sayangnya, meskipun
tertutup rapat ternyata pada labu tersebut bisa muncul belatung. Ini disebabkan karena Redi
tidak melakukan sterilisasi daging pada disain percobaannya.

b. Lazzaro Spallanzani

Spallanzani juga melakukan percobaan untuk membantah teori abiogenesis, tetapi


menggunakan bahan kaldu. Disainnya sebagai berikut:
· Labu I : diisi kaldu lalu dipanaskan dan dibiarkan terbuka

· Labu II : diisi kaldu, lalu ditutup dengan gabus yang disegel dengan lilin, kemudian
dipanaskan

Setelah dingin kedua labu diletakkan di tempat yang sama. Beberapa hari kemudian hasilnya
sebagai berikut.

· Labu I : berubah busuk dan keruh, banyak mengandung mikroba (bakteri)

· Labu II : tetap jernih, tidak mengandung mikroba

Menurut Spallanzani mikroba yang tumbuh dan menyebabkan busuknya kaldu berasal dari
mikroba yang beraada di udara. Pendukung paham abiogenesis keberatan dengan disain
Spallanzani karena menurut anggapan mereka, labu yang tertutup menyebabkan gaya hidup
(elan vital) dari udara tidak dapat masuk, sehingga tidak memungkinkan munculnya makhluk
hidup (mikroba).

c. Louise Pasteur

Pasteur menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia menggunakan kaldu dalam labu
yang disumbat dengan gabus. Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan pipa berbentuk
leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Setelah dingin dibiarkan beberapa hari kemudian
diamati. Ternyata air kaldu tetap jernih dan tidak ditemukan mikroba.

Disain pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup dari
udara, tetapi ternyata tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu. Menurut Pasteur,
mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka tidak bisa masuk karena
terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan bila labu dimiringkan sedemikian rupa
sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan menyentuh ujung pipa, ternyata beberapa hari
kemudian menyebabkan busuknya kaldu.

Dengan demikian Pasteur telah membuktikan bahwa teori biogenesislah yang benar. Muncullah
ungkapan : omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo yang artinya: makhluk
hidup berasal dari telur, telur berasal dari makhluk hidup, makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup.

C. Menjelaskan Kembali Berbagai Macam Percobaan Yang Dilakukan Para Ilmuwan Pencetus
Teori Asal Mula Kehidupan Dibumi

a. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)

Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filsafat dan tokoh
ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati dan terjadi secara spontan (generatio spontanea). Beberapa ahli
penganut teori abiogenesis adalah John Needham, Antonie Van Leeuwenhoek, dan Van
Helmot. Kemudian pada abad ke-17 Antonie Van Leeuwenhoek berhasil menemukan
mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat
kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham
abiogenesis hasil pengamatan Antonie Van

b. Teori Biogenesis

Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Tokoh-tokoh
pendukung teori Abiogenesis antara lain Francesco Redi (Italia) Lazzaro Spallanzani ( Italia)
dan Louis Pasteur (Prancis), yaitu :

1. Percobaan Francesco Redi (1626-1698) menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples. Stoples I diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat. Stoples II diisi dengan sekerat
daging, ditutup dengan kain kasa. Stoples III disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap
terbuka. Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Stoples I pada daging ini
tidak ditemukan belatung . Stoples II pada daging terdapat sedikit belatung. Stoples III pada
daging terdapat banyak belatung. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi
menyimpulkan bahwa belatung yang terdapat pada daging di stoples II dan III bukan terbentuk
dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ketika
lalat tersebut hinggap disitu.

2. Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729-1799) menggunakan air kaldu atau air rebusan
daging dan dua buah labu. Percobaan Spallanzani sebagai berikut :

Labu I dan labu II diisi air kaldu, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Labu I dibiarkan tetap
terbuka. Labu II ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Kedua labu tersebut dibiarkan
selama ± 1 minggu. Hasil percobaannya adalah sebagai berikut. Labu I air kaldunya menjadi
keruh dan berbau busuk. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I banyak mengandung
mikroba. Sedangkan labu II air kaldunya tetap jernih. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh
serta baunya tidak enak (busuk). Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani
menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu
(benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah
terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air kaldu tersebut.

3. Percobaan Louis Pasteur (1822-1895) menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu
dengan pipa leher anggsa (berbentuk S). Langkah-langkah percobaan Pasteur sebagai berikut :

·- Langkah I labu disi air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Setelah itu pada
gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.

·- Langkah II labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari,
keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme, namun di bagian leher labu banyak terdapat debu dan partikel-partikel.
Langkah III labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme. Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah
terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan
tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat
pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme
yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat
berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan
mati pada saat pemanasan air kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai
kepermukaan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah
kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa
waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea,
yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah
paham Abiogenesis, dan munculah paham teori baru tentang awal mula makhluk hidup yang
dikenal dengan teori Biogenesis.

c. Teori Kreasi Khas (Special Creation)

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat
istimewa. Segala spesies makhluk hidup saat ini sudah ada sejak dahulu dan masing-masing
spesies diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana aadanya saat ini. Penganut teori adalah
Carolus Linnaeus.

d. Teori Kosmozoon

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan di dunia berasal dari angkasa atau datang dari meteor
yang jatuh dari angkasa luar (kosmos) ke bumi. Hal itu diperkuat dengan hasil analisis
peninggalan peradapan Inca. Pelopor teori ini adalah Arrhenius (1991).

e. Teori Kataklisma

Teori ini menyatakan bahwa segala spesies diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam
periode-periode, dimana antara periode satu dengan yang lain terjadi bencana. Bencana itu
menghancurkan spesies-spesies sebelumnya dan memunculkan pesies baru. Pelopor teori ini
adalah Cuvier.

f. Teori Evolusi Kimia

Teori ini dikemukakan oleh Harold Urey. Teori ini menyatakan bahwa asal-usul kehidupan
diawali dengan adanya senyawa organik di atmosfer yang berupa gas-gas seperti metana
(CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan amonia (NH3) yang bereaksi dengan bantuan energi
dari sinar kosmis dan kilatan listrik halilintar sehingga terbentuk asam amino yang merupakan
bahan dasar pembangunan kehidupan. Proses terbentuknya makhluk hidup menurut teori Urey
terdiri dari empat tahapan, yaitu :

1) Tersedianya uap air, metana, hidrogen, dan amonia dalam jumlah yang banyak di atmosfir
bumi.

2) Adanya energi yang besar yang berasal dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis
menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk senyawa organik yang lebih besar dan
kompleks.

3) Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana.

4) Zat hidup yang terbentuk berkembang menjadi sejenis organisme yang lebih kompleks
dalam waktu jutaan tahun.

g. Teori Evolusi Biologi

Teori evolusi biologi menyatakan bahwa mahluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi
molekul anorganik (evolusi kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan (sel).
Berdasarkan hasil percobaan Oparin, Haldane, dan Urey, asal usul kehidupan berasal dari
sintesis dan akumulasi monemer organik pada kondisi abiotik. Molekul yang dihasilkan secara
abiotik ini disebut protobion yang merupakan bentuk sel hidup awal yang belum mampu
bereproduksi tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya yang berbeda dari
lingkungan sekitarnya

Protobion inilah yang merupakan mahluk hidup pertama yang bersifat hetetrof primer yang
hidup secara anaerob. Sel mengalami perkembangan melalui evolusi dari bentuk yang paling
sederhana ke bentuk yang paling kompleks.

PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

Petrus Haryo Sabtono

Berbagai penelitian memperkirakan makhluk hidup pertama yang pernah hidup adalah dari
makhluk-makhluk kecil jenis mikroorganisme. Makhluk kecil bersel satu, seperti protozoa,
diyakini sebagai awal dari kehidupan yang ada seperti sekarang ini. Perkembangan bumi telah
mengalami berbagai babak. Para ahli membaginya menjadi empat babak perkembangan yaitu:
Zaman Azoikum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum.
Zaman Azoikum (Zaman Tertua)

Zaman ini berlangsung kurang lebih 2500 juta tahun. Bumi masih merupakan bola gas sangat
panas yang berputar pada porosnya.

Zaman Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tua)


Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Keadaan bumi belum stabil, iklim masih
berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan,
seperti makhluk bersel satu(mikro-organisme), hewan-hewan kecil yang tidak bertulang
punggung, jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput-rumputan. Adanya hewan dan tumbuhan
di bumi pada zaman ini diketahui dari sisa-sisanya yang telah membantu yang disebut fosil.
Zaman ini disebut juga zaman primer (zaman pertama).

Zaman Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)


Zaman ini terjadi sekitar 65 sampai 200 juta tahun yang lalu. Saat itu mulai muncul pohon-
pohon besar dan hewan yang hidup di darat. Iklim semakin membaik, curah hujan mulai
berkurang. Sungai-sungai besar dan danau banyak yang kering dan berlumpur. Ikan banyak
yang mati, tapi beberapa jenis dapat bertahan hidup. Ikan yang dapat bertahan hidup
mengalami perubahan hingga mereka dapat hidup di darat dan di air. Beberapa hewan amphibi
tumbuh menjadi besar sekali, bahkan besarnya ada yang melebihi seekor buaya. Bentuknya
berubah, sisiknya menjadi besar-besar. Telurnya berkulit keras seperti telur ayam. Mereka tidak
lagi bertelur di air, tetapi di darat. Itulah hewan reptil yang pertama. Beberapa jenis reptil pada
zaman prasejarah mirip hewan reptil sekarang. Reptil yang terbesar di antaranya Dinosaurus,
Brontosaurus, dan Tyrannosaurus. Dan Peteranodon, reptil terbang yang mempunyai sayap
lebih besar dari sayap burung dan mampu melayang berjam-jam di udara mencari makanan. Di
akhir zaman Mesozoikum hewan mamalia(hewan menyusui) sudah mulai ada. Zaman ini
dinamakan juga zaman sekunder (zaman kedua).
Tyrannosaurus

Zaman Neozoikum
Zaman ini berlangsung sekitar 65 juta tahun yang lalu. Zaman Neozoikum dibagi atas dua
zaman yaitu: Zaman Tersier dan Zaman Kwarter.

Zaman Tersier (Zaman Ketiga). Zaman ini dibagi menjadi beberapa masa, yaitu Paleosen,
Eosen, Oligosen, Miosen dan Pliosen. Makhluk primata (binatang menyusui seperti kera)
mulai nampak sejak zaman Paleosin. Orangutan mulai muncul pada masa Miosen. Di
akhir masa Miosen terjadi perubahan besar pada kulit bumi dan lingkungan alamnya.
Benua Afrika lepas dari benua Asia sehingga muncul Laut Merah. Daerah hutan di Afrika
Timur berubah menjadi sabana. Pada zaman Pliosen, yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu,
hidup hewan yang lebih besar dari pada gorilla yang disebut Giganthropus (kera manusia
raksasa). Giganthropus hidup berkelompok, hingga dapat berkembang biak dari Afrika ke
Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selain Giganthropus, pada masa yang sama hidup
makhluk lain yang disebut Australopithecus (manusia kera dari selatan). Di Kalimantan
Barat dari kala Eosen Akhir ditemukan fosil hewan vertebrata yaitu Anthrcotherium dan
Choeromous (sejenis babi purba) yang juga ditemukan di Asia Daratan. Penemuan ini
membuktikan bahwa pada kala Eosen akhir, Kalimantan Barat bergabung dengan daratan
Asia
Zaman Kwarter (Zaman Keempat). Zaman ini dimulai sekitar 600.000 tahun yang lalu.
Zaman ini dibagi menjadi dua kala, yaitu kala Pleistosen (Dilluvium) dan kala Hollosen
(Alluvium). Kala Pleistosen (Dilluvium). Pada masa ini mulai muncul manusia purba.
Keadaan alam pada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya dua zaman, yaitu
Zaman Glasial dan Zaman Interglasial. Zaman Glazial adalah zaman meluasnya lapisan
es di Kutub utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan
daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air laut
turun disertai dengan naiknya permukaan bumi di berbagai tempat. Zaman Interglasial
adalah zaman di antara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di Kutub Utara
mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi banjir besar di berbagai tempat
yang menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut dan selat. Pada kala Pleistosen ini
hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu bertahan hidup. Salah satunya Mammouth
(gajah berbulu tebal). Sedangkan hewan yang berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Garis
Wallace adalah garis antara selat Makassar dan Lombok yang merupakan batas antara
dua jalan penyeberangan binatang tersebut. Selain itu juga terjadi perpindahan manusia
purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Sinantrophus
pekinensis di Peking (China) yang sejenis dengan Pitecantrophus erectus dari Trinil,
Ngawi (Jawa Timur).
Kala Holosen (Alluvium)
Pada awal masa ini sebagian besar es di Kutub Utara sudah lenyap, sehingga permukaan
air laut naik lagi. Manusia purba lenyap, kemudian muncul manusia cerdas (Homo Sapiens)
seperti manusia sekarang.

Persebaran Makhluk Hidup

https://id.scribd.com/doc/137145734/Persebaran-Makhluk-Hidup
Daftar Pustaka keanekaragaman makhluk hidup:

Hermawan, Hendra. Buku Ajar Biologi Kelas X Semester 1. Surakarta: CITRA PUSTAKA.

Hidayat, Muhammad Luthfi dan Dewi Retnaningati. 2012. Biologi Kelas X Semester 2. Klaten:
PT Intan Pariwara.

www.pintarbiologi.com/2015/01/ciri-ciri-makhluk-hidup.html?m=1diakses pada 11 November


2015, pukul 14.30.

http://pandudharma.blogspot.co.id/2011/02/fungsi-tumbuhan.htmldiakses pada 20 Oktober


2015, pukul 10.00.

http://www.marioatha.com/2013/03/manfaat-hewantumbuhan-bagi-kehidupan.htmldiakses
pada 20 Oktober 2015, pukul 10.00.

https://www.gurupendidikan.co.id/keanekaragaman-makhluk-hidup/

https://rimbakita.com/makhluk-hidup/

Sumber deskripsi tentang makhluk hidup :

https://rimbakita.com/makhluk-hidup/

Daftar pustaka asal mula kehidupan di Bumi:

http://duniabaca.com/teori-teori-awal-mula-kehidupan-di-dunia.html

https://www.slideshare.net/Aziernadier/asal-mula-kehidupan-di-bumi-alamiah-dasar

https://intanayuda8.wordpress.com/2013/04/15/kehidupan-di-bumi-html/

http://xolovely24.blogspot.com/2017/04/asalmula-k-ehidupan-di-bu-mi-macam.html?m=1
Sumber perkembangan makhluk hidup :

https://abelpetrus.wordpress.com/history/prehistory/perkembangan-makhluk-hidup/

Sumber tentang persebaran makhluk hidup:

https://id.scribd.com/doc/137145734/Persebaran-Makhluk-Hidup

Anda mungkin juga menyukai