Anda di halaman 1dari 13

Makalah

AKAR: STRUKTUR SEKUNDER

Disusun Oleh :
Hermina Susana Ngutra ( 21 502 027 )
Gerfindo Y G Watugigir ( 18 502 042 )

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
kasihNya sehingga kami boleh menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai
bentuk syarat tugas dari Dosen Mata Kuliah.
Terimakasih kepada dosen Mata Kuliah atas Bimbingan dalam pembuatan
Makalah ini.
Kami menyadari masi banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini
untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini

Tondano 22 Maret 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

Bab I Pendahuluan................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

Bab II Pembahasan................................................................................................
A. Jenis Pertumbuhan Sekunder Yang Umum Terjadi...................................
B. Dikotil Basah..............................................................................................
C. Spesies Berkayu........................................................................................
D. Keragaman dalam Pertumbuhan Sekunder..............................................
E. Aspek Fisiologi Akar Tumbuhan................................................................

Bab II Penutup....................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Daftar Pustaka..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai


alatpencengkeram pada tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memilikibagian
pelindung berupa tudung akar yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkanasal
terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akarprimer
terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akaradventitif berkembang
dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluardari organ lain seperti dari daun
dan batang. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dangimnospermae, sistem perakaran
berupa akar tunggang yang memiliki satu akarpokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan
monokotil berupa akar serabut, yangberupa rambut dan berukuran relatif sama. Pada irisan
membujur akar akan terlihatbagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung
akar. Ujung akarditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke arah atas,
terdapatzona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem apikal dan turunannya
yangdisebut meristem primer. Menuju ke atas, zona pembelahan menyatu dengan
zonapemanjangan. Pada zona pemanjangan, sel-sel memanjang sampai sepuluh kalipanjang
semula, pemanjangan sel ini berguna untuk mendorong ujung akar (termasukmeristem) ke
depan. Semakin keatas , zona pemanjangan akan bergabung denganzona pematangan. Pada
zona pematangan, sel – sel jaringan akar menyelesaikan dan menyempurnakan
diferensiasinya.
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut akar
cabang. Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan dikotil. Pertumbuhan
sekunderdijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar
Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis pertumbuhan sekunder
2. Apa saja tumbuhan Dikotil Basah
3. Apa itu spesies Berkayu dalam pertumbuhan sekunder
4. Bagaimana fisiologi akar tumbuhan
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui jenis pertumbuhan sekunder
2. Untuk mengetahui tumbuhan apa saja yang tergolong diktil Basah
3. Untuk mengetahui spesies berkayu dalqm pertumbuhan sekunder
4. Untuk meengetahui fisiologi akar tumbuhan
BAB II
STRUKTUR SEKUNDER

A. Jenis Pertumbuhan Sekunder Yang Umum Terjadi.


Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut
akar cabang. Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan
dikotil. Pertumbuhan sekunder dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan
Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami
pertumbuhan sekunder.
Struktur akar sekunder
Apabila pertumbuhan sekunder dimulai, pertama timbul cambium di dalam
parenkim diantara jejaring xylem primer dan didalam floem primer. Cambium
akan membentuk xylem sekunder dan floem sekunder keluar. Kemudian,
cambium itu diperluas secara lateral karena diferensiasi inisial cambium didalam
perisikel sekeliling ujung jejaring xylem dan juga mulai membentuk tenunan
sekunder. Kemudian cambium membentuk daerah melingkar didalamnya
terdapat xylem sekunder yang secara menyeluruh menyelubungi xylem primer.
Floem primer dan endodermis biasanya hancur karena tekanan tenunan yang
tumbuh didalamnya.
Pada awalnya, kambium pembuluh berbentuk pita yang jumlahnya
tergantung tipe akar. Pada akar diark terdapat dua pita, pada akar triark terdapat
akar tiga pita, dan seterusnya. Sel perisiklus yang terdapat di luar daerah xilem
juga menjadi aktif seperti kambium. Selanjutnya, kambium melengkapi lingkaran
dengan xilem sebagai pusatnya. Penampang melintang kambium pada
perkembangan awal berbentuk oval, pada akar diark, segi tiga pada akar triark,
dan pada akar poliark membentuk segi banyak. Kambium berbatasan dengan
permukaan dalam floem yang berfungsi membentuk xilem sekunder ke arah
dalam dan fleom sekunder ke arah luar. Kambium menghasilkan xilem dan floem
dengan membelah perinkin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah
besar. Pembentukan periderm mengikuti pertumbuhan pembuluh sekunder. Sel
perisiklus terus membelah secara perinkin dan antiklin. Pembelahan perinklin
menyebabkan peningkatan jumlah lapisan perisiklus. Peningkatan ketebalan
jaringan pembuluh dan perisiklus menekan korteks ke arah luar sehingga korteks
menjadi pecah. Felogen di luar perisiklus akan membentuk felem ke arah luar
dan feloderm ke arah dalam. Pada akar tumbuhan menahun (perennial),
keaktifan kambium pembuluh dan felogen terus terjadi sepanjang tahun.
Perkembangan akar, seperti halnya pada batang, juga akan membentuk
ritidom. Pada tumbuhan Dikotil menerna, misalnya pada Medicago sativa, xilem
sekunder terdiri atas pembuluh dengan penebalan dinding menganak tangga dan
memata jala. Pembuluh ini juga mengandung serabut dan sel parenkim. Floem
berisi pembuluh dengan sel pengiring, serabut, dan sel parenklim. Floem di
bagian luar hanya berisi serabut dan parenkim; pembuluh yang tua akan rusak.
Floem akan menyatu dengan parenkim di dalam periderm kecuali apabila
terrdapat serabut. Gabus merupakan turunan felogen yang berfungsi sebagai
jaringan pelindung. Pertumbuhan sekunder pada berbagai tumbuhan Dikotil
menerna berbeda.
Pada akar tumbuhan berkayu, jaringan pembuluh biasanya mempunyai
banyak sel dengan dinding sekunder yang mengandung lignin. Akar
Gymnospermae mempunyai tipe tumbuhan sekunder yang sama dengan akar
tumbuhan Dicotyledoneae. Namun, terdapat perbedaan histologi antara akar
dan batang. Pada akar, takaran unsur dengan dinding sekunder berlignin lebih
kecil dibandingkan pada kayu dan kulit kayu, tetapi proporsi jaringan parenkim
lebih besar. Penelitian pada kayu Plantanus menunjukkan bahwa kayu dan akar
secara filogenetik lebih primitif daripada batang.

B. Dikotil Basah
Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan berbunga yang mempunyai biji
berkeping dua. Pada Tumbuhan dikotil bijinya dilindungi oleh daun buah atau
disebut karpel. Tumbuhan yang tergolong tumbuhan dikotil memiliki sepasang
daun lembaga atau kotiledon.
Adapun Struktur pada tumbuhan dikotil ini dikelompokan menjadi 3, yaitu
struktur pada daun dan struktur pada batang dan Akar.
Daun ialah bagian tumbuhan yang umumnya memiliki bentuk lembaran pipih
dan berwarna hijau.Tumbuhan yang berkayu biasanya berbatang keras, tebal
dan panjang. Permukaan batang yang tua akan terasa kasar dan terdapat lentisel
di bagian-bagian tertentu. Lentisel ini fungsinya sebagai tempat keluar masuknya
gas pada tumbuhan.
Akar merupakan organ tumbuhan yang letaknya berada di dalam tanah dan
memiliki fungsi menyerap air juga mineral dari tanah dan melekatkan ialah
sebagai pondasi agar tumbuhan tubuh tegak dan juga kokoh. Akar tersebut
berasal dari calon akar yang terdapat pada embrio. Berdasarkan ciri-ciri
tumbuhan Dikotil Secara umum tumbuhan dikotil dikenal dengan tumbuhan
yang berbatang kulit dan besar.
Akan tetapi Bayam memiliki sepasang kotiledon yang melekat pada embrio
dengan hipokotil. Kotiledon yang dimiliki bayam sudah berbentuk sejak biji
kemudian terbelah. Bayam memiliki akar tunggang dimana akarnya memiliki
kambium. Akar bayam juga tidak memiliki tudung akar. Bayam memiliki bunga
yang memiliki kelipatan 4 hingga 5. Bayam memiliki batang yang bercabang dan
memilik banyak ranting maupun dahan.
Bayam merupakan jenis tanaman dari genus Amaranthus yang banyak dikonumsi
pada bagian daun. Daun bayam memiliki bentuk yang menyirip. Bunga bayam
tersusun secara glomerulus (tukal) sehingga menjadi ciri bahwa bayam adalah
salah satu tanaman dikotil.
C. Spesies Berkayu
Tumbuhan berkayu merupakan tanaman perennial yang memiliki jaringan
vaskuler yaitu, jaringan pengangkut berupa floem dan xilem yang mengalami
pertumbuhan sekunder sehingga membentuk struktur kayu (Sucipto, 2009).
Xilem sekunder pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur yang sama dengan xilem
primer, tetapi serat xilem sekunder lebih banyak dan dapat ditembus secara
radial oleh jari-jari parenkimatik atau jari-jari pembuluh. Menurut jaringan
pembentuknya, xilem dan floem primer dibentuk oleh meristem apikal,
sedangkan xilem dan floem sekunder dibentuk oleh kambium pembuluh atau
meristem lateral. Pada tumbuhan Dikotil dan Gimnosperma, jaringan pembuluh
primer pada batang dan akar memiliki periode hidup yang pendek dan fungsinya
digantikan oleh jaringan pembuluh sekunder yang dihasilkan oleh kambium
(Fahn, 1991). Secara umum komposisi kimia kayu tersusun atas 60%-70%
selulosa dan hemiselulosa, serta 30-40% lignin yang memberikan topangan pada
tubuh tumbuhan. Sebagian besar tumbuhan berkayu membentuk lapisan baru
dari jaringan kayu tiap tahun, sehingga meningkatkan diameter batang pohon
dari tahun ke tahun (Onrizal, 2008).
Struktur Anatomi Kayu
Sel-sel penyusun kayu secara umum tersusun atas sel konduksi (ppenyalur
misalnya sel trakeid dan sel pembuluh, sel mekanik (penguat) misalnya sel
trakeid dan serat, serta sel penyimpan misalnya sel parenkim. Kayu atau xilem
sekunder memiliki dua unsur yang berlainan dalam orientasi sumbu
membujurnya yaitu, sistem vertikal dan sistem horizontal. Sistem vertikal terdiri
dari sel-sel trakeid, serat dan parenkim, sedangkan sistem horizontal terdiri atas
jari-jari xilem. Kayu dibedakan menjadi 2 yaitu kayu lunak (Softwood) dan kayu
keras :
1. Kayu Lunak (Softwood)
Kayu lunak berasal dari tumbuhan Gimnosperma dan memiliki struktur kayu
yang lebih sederhana dan homogen daripada kayu keras. Sel-sel kayu lunak
didominasi oleh sel trakeid (90% - 94%) dan sebagian kecil sel parenkim (Pandey,
1982; Iswanto, 2009).
Sistem vertikal kayu lunak terdiri dari sel-sel trakeid dan parenkim. Sel
trakeid (longitudinal tracheid) disebut juga trakeid serat karena memiliki ruang
noktah dan saluran yang panjang. Sel trakeid kayu lunak lebih panjang daripada
kayu keras berkisar antara 0.5mm sampai 11mm. Sel-sel trakeid yang terbentuk
pada akhir musim tumbuh membentuk dinding sel yang relatif lebih tebal. Oleh
karena itu xilem yang terbentuk pada akhir musim tumbuh terlihat lebih gelap
daripada xilem yang terbentuk pada awal musim tumbuh (Fahn,1991).
Sistem horizontal terdiri dari jari-jari (sel transversal) yang tersusun atas sel
parenkim (jari-jari homoseluler) dan sel trakeid (jari-jari heteroseluler). Jari-jari
pada kayu lunak sebagian besar uniseriat. Jari-jari trakeid memiliki noktah
terlindung, dinding sekunder berlignin dan tidak memiliki protoplas (Iswanto,
2008).
Kayu lunak tidak memiliki sel-sel pembuluh dalam kayunya dan fungsi
saluran air dan zat hara digantikan oleh serat. Tidak adanya pembuluh pada kayu
lunak memudahkan untuk membedakannya dari kayu keras secara makroskopik.
2. Kayu Keras (Hardwood)
Struktur penyusun kayu keras lebih kompleks daripada kayu lunak, bukan
hanya dari tipe sel-selnya tetapi juga bentuk, susunan, dan ukuran menunjukkan
variasi yang lebih beragam. Pada kayu keras, serat trakeid berbentuk panjang
langsing, dindingnya tebal oleh parenkim dan pembuluh. Sel serat trakeid pada
kayu keras juga lebih pendek daripada kayu lunak (Iswanto, 2008). Parenkim
terlihat lebih cerah daripada serat trakeid. Tipe parenkim pada kayu keras dibagi
menjadi dua yaitu, parenkim apotrakea (tidak berhubungan langsung dengan
pembuluh) dan paratrakea (berhubungan lansung dengan pembuluh) (Mandang
et al., 2008).
Pembuluh atau pori merupakan struktur sel pada kayu keras yang
berbentuk seperti tabung, dan ukuran diameternya lebih besar daripada serat.
Pada awal musim pertumbuhan pembuluh lebih besar daripada akhir musim.
Sebaran pembuluh terbagi menjadi dua yaitu, tersebar dan berkelompok. Noktah
adalah penghubung antara pembuluh. Noktah dibagi menjadi noktah sederhana
(simple pit), semiborder pit, dan berhalaman (border pit) (Fahn, 1991).
Saluran Gum interseluler pada kayu keras sama dengan saluran resin pada
kayu lunak. Saluran ini mengandung berbagai substansi misalnya resin, minyak,
gum, dan lendir.

D. Keragaman Dalam Pertumbuhan Sekunder


Senyawa metabolit sekunder pengendali patogen yang dihasilkan oleh mikroorganisme
merupakan salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai agen biokontrol. Salah satu
mikroorganisme yang banyak diteliti karena kemampuannya dalam mengendalikan patogen
tanaman adalah bakteri. Namun, produksi senyawa metabolit dari bakteri dalam beberapa
kasus masih perlu dioptimalisasi agar bisa dimanfaatkan. Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi produksi senyawa metabolit adalah faktor lingkungan, meliputi sumber
nutrisi, pH, ion logam, dan durasi kultur. Secara alami bakteri menghasilkan senyawa
metabolit sekunder dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, pengaruh faktor lingkungan harus
diperhatikan untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder sesuai jumlah yang
diinginkan (Masurekar, 2008; Stockwell et al., 2011).

Sumber nutrisi bagi bakteri tidak hanya berfungsi dalam pertumbuhan dan
perkembangan sel, namun juga berperan dalam produksi senyawa metabolit sekunder.
Sumber nutrisi yang penting adalah sumber karbon dan sumber nitrogen.

Sumber karbon sebagai pendukung pertumbuhan yang sering digunakan adalah


glukosa. Namun, glukosa diketahui dapat menurunkan nilai pH larutan, sehingga
pembentukkan senyawa metabolit dapat terganggu. Oleh karena itu, penambahan buffer
tertentu untuk menstabilkan pH perlu dilakukan untuk media yang mengandung glukosa.
Sumber nitrogen anorganik juga dapat menurunkan nilai pH media, sementara sumber
nitrogen organik dapat mempengaruhi hasil produk metabolit. Kualitas produk metabolit
dipengaruhi oleh nitrogen secara positif dan negatif sehingga sumber nitrogen yang
digunakan sebagai komposisi media kultur harus dipilih secara hati-hati dan tteliti.

Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh keberadaan unsur ion logam seperti
magnesium, tembaga, kobalt, molibdenum, mangan, kalsium, boron, seng, sulfat, dan
klorida. Beberapa dari ion logam tersebut mempengaruhi produksi antibiotik.

E. Aspek Fisiologi

Fisiologi berasal dari bahasa latin, physis berarti alam (nature) dan logos berarti ilmu.
Jadi dapat di artikan bahwa Fisiologi tumbuhan merupakan salah satu cabang biologi yang
mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhann yang
menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Laju proses metabolismeini di pengaruhi
oleh (dapat tergantung pada) faktor-faktor lingkungan mikro di sekitar tumbuhan tersebut.
Fisiologi tumbuhanjuga merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan
aktivitas tumbuhan dalam menjaga dan mengatur kehidupannya.Dapat di katakan juga
bahwa, Fisiologi tumbuhan merupakan ilmu yang membahas proses-proses yang terjadi di
dalam tubuh tumbuhan pada tingkatan molekuler dan seluluer.

Aspek kajian dalam fisiologi tumbuhan adalah fisika sel dan biofisika organ, fotosintesis,
transportasi hara dan hasil metabolisme, regulasi pertumbuhan dan perkembangan, dan
mekanisme respons terhadap rangsangan lingkungan. Organisme yang menjadi kajian
fisiologi tumbuhan adalah organisme dari kerajaan plantae, meliputi semua jenis tumbuhan,
dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tingg

Dengan mempelajari fisiologi tumbuhan, kita akan lebih dapat memahami bagaimana
sinar mataharidapat di manfaatkan oleh tumbuhan untuk menghasilkan karbohidrat dari
bahan baku anorganik berupa air dan karbondioksida, lalu mengapa tumbuhan
membutuhkan air, bagaimana biji berkecambah, mengapa tumbuhan layu ketika
kekeringan, dan berbagai macam gejala lainnya yang di tampakkan oleh tumbuhan, inilah
manfaat ilmu fisiologi tumbuhan.

Organisme yang menjadi sasaran dalam kajian fiologi tumbuhan meliputi semua jenis
tumbuhan, dari tumbuhan satu seperti bakteri maupun sampai tumbuhan tingkat tinggi.
Dan yang menjadi sasaran utama dalam kajian fisiologi tumbuhan adalah organisme dari
kelompok plantae, tumbuhan berdaun jarum (gymnospermae) dan tumbuhan
angiospermae, termasuklah pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kami dapat menegetahui lebih jelas akar sekunder pada dikotil dan monokotilPerbedaan
anatara Monokotil dan dikotil, monokotil yaitu Tidak mempunyai kambium veskuler,
pembuluh angkutnya tersebar, berkas pengangkut dibungkus oleh sarung berkas
pengangkut , memiliki epidermis yang tebal, mempunyai maristem interkalar,tidak
mempunyai jari-jari empelur. Sedangkan Dikotilmempunyai kambium veskuler, pembuluh
angkut teratur dalam susunan lingkaran atau berseling radial, tidak memiliki epidermis, tidak
mempunyai meristem interkalar, jari-jari empelur berupa derekan parenkim diantara berkas
pengangkut di batang.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A., 2001. Hutan dan Kehutanan.Kanisius.Yogyakarta.

Advinda, Linda. 2018. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : Deepublish.

Anggorowati, Sulastri.2010. Fisiologi Tumbuhan. Tanggerang Selatan,Pusat Penerbit


Universitas Terbuka.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Emanuel, A.P.1997. Biologi. Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega.


Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta : Fakultas
Pertanian UGM.

Pandey, B.P. 1982. Plant Anatomy. New Delhi: Ramnagar

Iswanto, A.H. 2008. Struktur Anatomi Kayu Daun Lebar (Hardwood) dan Kayu Daun
Jarum (Softwood). Karya Tulis. Medan: Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai