Dosen Pengampu:
Imam Bukhori Muslim, M.Pd.
Disusun Oleh
Rismatul hasanah (2003402081031)
Zulia Faiqoh (20034020810 )
Elok Ayu Mamdudah (2003402081038)
M. Thoriq Ichsan (2003402081018)
M. Khoirul Aftony (2003402081009)
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Histologi Daun Gymnospermae........................................................
2.2 Pekembangan Helai Daun.................................................................
2.3 Pengguguran Daun............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulam......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daun merupakan organ vegetatif tumbuhan yang berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, air dan
karbondioksida diubah menjadi glukosa dan oksigen, seperti pada reaksi berikut
ini,
6H2O + 6CO2 C6H12O6 + 6O2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Daun Pinus dan daunCycas tampak seperti kulit dan keras, sel
epidermisnya berdinding tebal, mempunyai kutikula lebal, dan stimatanya
tersembunyi dan terdapat pada permukaan abaksial daun. Mesofil terdiri atas
parenkim palisade dan parenkim spons sepertipada Angiospermae. Hiodermis
selapis (uniseriate) atau dua lapis (biseriate) terdapat diantara epidermis adaksial
(atas) dan parenkim palisade. Protoxilem diiringi oleh sedikit parenkim yang
terdapat pada sisi abaksial ( bawah ) dan metaxilem pada sisi adaksial. Xilem
Sekunder berkembang di dekat floem dari kambium yang terletak di antara dua
tipe jaringapembuluh. Tulang daun dikelilingi oleh endodermis. Di bawah floem
terdapat satu lapisan selparenkim transfusi.
Epidermis daun jarum (Conifer), misalnya Pinus dan Cedrus, terdiri atas
sel yangberdinding sangat tebal dan ditutupi oleh kutikula tebal. Stomata terdapat
pada semua sisidaun dan melengkung ke dalam (kriptofor). Hipodermis terdiri
atas sel parenkim yang mengandung ligni. Mesofil berasal dari sel parenkim. Sel
mesofil berisi kloroplas. Didalam mesofil juga terdapat saluran resin. Dibagian
tengah daun terdapat satu atau duabuah berkas pengangkut yang berdekatan.
Protoxilem terdapat pada sisi adaksial,sedangkan metaxilem pada sisi abaksial
dekat dengan floem. Berkas pengangkut dikelilingi oleh jaringan transfusi yang
terdiri atas trakeida dan sel parenkim hidup. Selparenkim berisi tanin, resisn, dan
kadang-kadang pada musim tertentu, juga berisi tepung.Trakeida yang dekat
dengan berkas pengangkut, berukuran panjang, sedangkan yang agakjauh
berbentuk seperti parenkim, berdinding relatif tipis, mengandung sedikit lignin
4
danbernoktah. Karena dinding yang tipis ini, sel tidak dapat menahan tekanan
turgol dari selhidup di sekitarnya sehingga rusak. Berkas pengangkut bersama
jaringan transfusi dikelilingi oleh selubung yang berdinding sel relatif tebal, yaitu
endodermis. Selendodermis tidak mempunyai pita Caspary. Semua dinding
antiklin berisi senyawapenutup tanpa zat gabus, tetapi mengandung banyak lignin.
Vakuola berisi banyak badan berbentuk bola. Pada dinding menjari (radial) dan
tangensial terdapat banyak noktah halaman. Sitoplasma berisi Retikulum
Endoplasma halus, gelembung, klorolas, dan badanlemak.G.
5
o Diferensiai awal
Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primodium daun menonjol dari
pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papila kecil atau
tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium,
yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari kambium batang.
o Perkembangan aksis daun
Pada kebanyakan Dikotil dan Gymnospermae, perkembangan aksis daun
mendahului helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordia menjadi bentuk
seperti kerucut yang runcing dengan sisi adaksial pipih (rata). Ujung kerucut
berfungsi sebagai meristem apikal, tetapi dalam spermatophyta , sel pada ujung
daun menunjukkan tanda histologi dari pemasakan yang relatif cepat. Pada
tumbuhan tertentu,dari tahap awal perkembangan ketika primordium masih
kurang dari 1 mm panjangnnya, peningkatan lebih lanjut terjadi karena
pembelahan dan pemanjangan sel yang berjarak dari ujung
primordium.pertembuhan ini disebut pertumbuhan intrkalar .pada daun
paku ,pertumbuhan apikalberlangsung dalam periode yang panjang bersama
dengan pertumbuhan interkalar dalam arah akropetal.
o Asal usul helai daun
Selama pemanjangan awal dan penebalan akis daun muda ,sel bagian tepi
adaksial terus membelah dengan cepat .pada daun yang sederhana terdapat dua
pita seperti sayap yang berkembang pada bagian tepi.inisial pinggiran adalah sel
lapisan paling luar pada tepi helai daun muda.pada angiospermae,biasanya inisial
ini membelah hanya ke arah antiklin dan penambahan sel baru terjadi ke arah
protoderm abaksial dan adaksial.pada monokotil tertentu dan sisik kuncup dari
rhododendron spp.terjadi pembelahan periklin pada hemiparasit eubrachion
ambiguum dari lorantacheae ,seluruh helai daun dihasilkan oleh inisial pinggiran
saja
Pada daun majemuk menjari dan menyirip,helai daun lateral berkembang dari
meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan
papila .pada tumbuhan lain,perkembangan helai daun ada yang terjadi secara
akropetal ataupun basipetal
o Histogenesis Jaringan Helai Daun
6
Pertuumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari
pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif awal. Pada Nicotiana tabacum,
pertumbuhan pinggiran terjadi terus menerus sampai pada bagian bawah helai
daun.sampai tahap ini,panjang daun mencapai beberapa sentimeter.pada daun
pisang cavendish,tulang daun pinggiran berdiferensiasi pada tahap awal
perkembangan primordium daun dan pertumbuhan pinggiran pada bagian helai
daun primordium berhenti. Setelah pertumbuhan pinggiran berhenti, pertumbuhan
lebih lanjut dari helai daun dilakukan oleh pembelahan sel helai daun.
Pembelahan secara antiklin membentuk lempeng meristem. Aktivitas lempeng
meristem menghasilkan peningkatan daerah permukaan, tetapi tidak terjadi
penebalan organ. Pada helai daun, sel meristem berlapis sehingga relatif mudah
untuk melacak asal usul epidermis, jaringan palisade dan spons, serta berkas
pengangkut.
Pertumbuhandaun dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan luar dan dalam. Jadi, bentuk daun pada bagian yang
berbeda pada tumbuhan yang sama dipedngaruhi oleh faktor dalam. Faktor luar
yang memengaruhi bentuk daun antara lain pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan
intensitas sinar.
7
lebih kecil daripada berkas pengangkut yang ada pada organ tumbuhan lainnya,
kemudian tidak ada jaringan penguat seperti kolenkim dan skelerenkim di zona
ini. Selain terdapat berkas pengangkut. Di zona ini pula terdapat sel–sel parenkim
yang berdinding tipis, pipih, mengandung tepung, dan sitoplasma yang kental.
Parenkim–parenkim tersebut terbentuk dari pembelahan antiklinal melewati
tangkai daun. Ketika daun akan gugur, lamela tengah diantara beberapa sel
tertentu di daerah distal zona absisi akan terurai. Terurainya bagian dinding sel
ini, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang antara daerah proksimal zona
absisi yang semakin membesar dengan daerah distal zona absisi yang terus
mengalami penuaan, dan akhirnya terjadilah pematahan pada pangkal tangkai
daun.
8
Pengaruh Nutrisi dalam Tumbuhan terhadap Pengguguran Daun
Gugurnya daun dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dalam tumbuhan.
Nutrisi ini biasanya berupa unsur–unsur hara mineral yang didapat dari dalam
tanah. Unsur–unsur hara yang mempengaruhi pengguguran daun diantaranya
nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan
Molibdenum (Mo). Nitrogen (N)
Unsur nitrogen merupakan komponen–komponen penyusun protein, klorofil,
hormon, enzim, asam nukleat dan senyawa – senyawa organik lainnya. Unsur N
akan membentuk asam – asam amino yang selanjutnya menjadi rantai protein.
Protein tersebut berperan dalam proses metabolisme sel. Apabila metabolisme sel
tidak berjalan maka jaringan akan mati (nekrosis), daun menjadi kering, dan
akhirnya daun gugur. Protein ada pula yang berperan dalam transport zat seperti
protein pada membran. Jika kekurangan unsur N pada protein membran maka
transport zat akan terhambat dan sel tidak dapat melakukan proses
metabolismenya Terhambatnya proses metabolisme tersebut tentu akan
berdampak kembali pada kerusakan dan kematian sel serta jaringan yang
kemudian disertai dengan gugurnya daun. Selain itu, sebagai komponen penyusun
klorofil, kurangnya unsur N menyebakan klorosis pada daun tua dan akhirnya
daun gugur. Unsur Nitrogen juga merupakan penyusun hormon auksin, sitokinin,
etilen, giberelin, dan asam absisat (ABA). Hormon yang berperan dalam
pengguguran daun diantaranya auksin, etilen, dan asam absisat (ABA).
o Œ Fosfor (P)
Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat, ATP dan
NADP. Asam nukleat tersebut menjadi penyusun RNA yang berperan dalam
sintesis protein, kemudian apabila protein tidak dihasilkan maka dapat berdampak
pada penuaan sel dan gugurnya daun. Fosfolipid terdapat pada membran plasma,
sehingga apabila kekurangan unsur P maka transport zat akan terhambat begitu
pula proses metabolisme sel yang akan berdampak pada kematian sel dan
jaringan. Jika jaringan mati, biasanya daun akan mengering dan kemudian gugur.
o Œ Kalium (K)
Unsur ini berperan serta dalam fotosintesis dan respirasi, dimana unsur ini
mengaktifkan enzim – enzim kedua reaksi tersebut. Sehingga apabila unsur ini
9
tidak ada maka enzim – enzim tersebut tidak aktif dan proses fotosintesis serta
respirasi tidak dapat berlangsung. Akibatnya daun mengalami nekrotik, kering,
dan mati karena tidak ada pasokan makanan dan energi. Kemudian daun mati dan
gugur.
o Œ Kalsium (Ca)
Unsur Ca berfungsi dalam sintesis pektin pada lamella tengah, sehingga apabila
kekurangan unsur ini dinding sel pada tangkai daun menjadi lebih mudah rapuh.
o Œ Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan penyusun klorofil dan berperan serta dalam reaksi – reaksi
metabolisme energi. Jika tumbuhan kekurangan Mg maka akan terjadi klorosis
dan nekrotik pada daun. Hal ini tentu akan berpengaruh pada rusaknya daun.
Daun–daun yang rusak ini kemudian akan digugurkan oleh tumbuhan.
Kekurangan Mg menyebabkan daun tidak dapat melakukan fotosintesis, makanan
tidak dapat dihasilkan dan proses metabolisme jadi terhambat. Selanjutnya
jaringan daun akan rusak (nekrotik).
o Œ Molibdenum (Mo)
Unsur ini berperan dalam sintesis hormon asam absisat (ABA). Ketika gugus
aldehid ABA dioksidasi menjadi gugus karboksil ABA dibutuhkan koenzim yang
mengandung unsure Mo. Jadi, secara tidak langsung unsur Mo berperan dalam
pensistesisan hormon ABA, dimana hormon ABA merupakan hormon yang juga
turut serta dalam menyebabkan pengguguran daun. Ketika daun akan mulai gugur
biasanya pasokan nitrogen, karbon, fosfor, magnesium yang ada pada daun akan
di pindahkan pada bagian lain tumbuhan dalam bentuk asam – asam amino
protein. Pemindahan ini bertujuan agar unsur – unsur tersebut tidak terbuang sia –
sia dan dapat dimanfaatkan kembali pada saat pembentukan daun – daun muda.
Unsur – unsur tersebut akan dipindahkan ke dalam vakuola sel – sel parenkim
akar, biji, dan bagian muda pada tumbuhan seperti tunas dan ujung pucuk.
Pengaruh Air dalam Tumbuhan terhadap Pengguguran Daun
10
Kekurangan air pada tumbuhan ternyata bisa berdampak pada pengguguran daun.
Ketika akar dan daun mengalami kekurangan air, akar akan membentuk banyak
ABA dan selanjutnya ABA tersebut akan ditransfer ke daun melaui xilem.
Hormon inilah yang juga menjadi penyebab gugurnya daun. Berhubungan
dengan proses fotosintesis, kurangnya CO2 di sel penutup menyebabkan terjadi
penimbunan ion K+ pada sel penutup. Hal tersebut akan menyebabkan potensial
osmotik pada sel penutup menjadi negatif. Akibatnya sel penutup akan menyerap
H2O dari sel penjaga dan stomata menjadi terbuka. Sebaliknya ketika sel mesofil
daun mengalami kekurangan air, sel tersebut akan mensitesis ABA. ABA
menyebabkan potensial osmotik di sel tetangga menjadi negatif, kemudian ion K+
dan H2O berpindah ke sel tetangga dan stomata menutup. Jadi, kekurangan air
pada daun menyebabkan disintesisnya ABA yang akan berperan dalam
pengguguran daun.
Pada saat musim kemarau tumbuhan akan menggugurkan daunnya. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi penguapan. Banyaknya daun pada tumbuhan akan
membuat semakin luasnya bidang penguapan pada daun. Oleh karena itu agar
tumbuhan tidak kehilangan air terlalu banyak maka bentuk antisipasinya adalah
dengan pengguguran daun. Adapun contoh tumbuhan yang menggugurkan
daunnya pada musim kemarau yaitu pohon jati. Pada musim panas, biasanya
tumbuhan yang tidak mampu bertahan akan mengalami stress. Stress tanaman
berhubungan erat dengan kekeringan, dimana ketika tanaman stress maka jalanya
pertumbuhan akan terganggu, termasuk tidak maksimalnya pengambilan air dari
dalam tanah. Menurunnya pengambilan air dari dalam tanah tentu membuat
terhambatnya kegiatan metabolisme pada daun dan akibatnya daun – daun
menjadi kuning/coklat dan kering (terbakar). Setelah itu daun – daun akan runtuh
atau gugur. Pada musim gugur, daun – daun tampak tidak berwarna hijau.
Perubahan warna daun – daun tersebut dikarenakan terhentinya produksi auksin
yang mengakibatkan penghambatan sirkulasi air dan unsur hara dari tanah.
Kurangnya kebutuhan akan kedua bahan tersebut menyebabkan kemunduran
fungsi klorofil sehingga muncullah zat – zat warna yang ada pada sel – sel daun,
misalnya karoten yang menyebabkan daun berwarna kuning. Pengaruh Hormon
dalam Tumbuhan terhadap Pengguguran Daun
11
Apabila kita tinjau dari pengaruh hormon dalam tumbuhan, ternyata gugurnya
daun dapat terjadi karena pengaruh hormon – hormon seperti asam absisat (ABA),
etilen, auksin, dan sitokinin.
Hormon ABA
Hormon ABA tidak berperan langsung dalam proses pengguguran daun namun
hormon ini bekerja secara tidak langsung, dimana ABA menyebabkan penuaan
pada sel–sel daun sebelum daun tersebut gugur. Hormon ABA dihasilkan di
dalam kloroplas dan plastid. Hormon ini mudah diangkut ke bagian–bagian
tumbuhan seperti akar dan daun. Efek dari hormon ini diantaranya menghambat
sintesis protein dan mengaktifkan serta menonaktifkan gen – gen tertentu dalam
transkripsi. Apabila gen – gen transkripsi tidak aktif maka sintesis protein tidak
akan berlangsung dan tidak ada protein yang dihasilkan. Akibatnya proses
metabolisme sel terganggu, kemudian sel maupun jaringan akan mengalami
kerusakan baik dan berujung kematian. Kematian jaringan ini tentu akan disertai
kerusakan daun dan gugurnya daun.
Hormon Etilen
Etilen adalah pemacu pengguguran daun yang paling besar. Hormon ini dapat
menyebabkan klorosis, pelayuan dan gugurnya daun. Banyaknya etilen pada daun
mengakibatkan peningkatan aktifitas enzim – enzim pengurai bagian dinding sel
pada zona absisi. Enzim – enzim ini selanjutnya akan menghidrolisis dinding sel
pada zona absisi, akhirnya terjadilah pematahan pada zona absisi.
Hormon Auksin
Hormon Sitokinin
12
Proses pengguguran daun biasanya didahului dengan penuaan (senescence).
Selama proses ini berlansung terjadi penyusutan struktur dan kerusakan membran
sel. Senescence disertai dengan hilangnya klorofil, RNA, protein, dan berbagai
enzim pada sel. Senescence juga dapat terjadi karena kurangnya pasokan sitokinin
ke daun. Sitokinin merupakan hormon yang berperan dalam penundaan penuaan.
Apabila pasokan sitokinin sedikit tentu saja proses penuaan tidak dapat ditunda,
selanjutnya pengguguran daun akan semakin cepat. Tipe senescence pada
tumbuhan terdiri dari beberapa tipe yaitu: œ overall senescence proses penuaan
ini terjadi pada seluruh bagian tumbuhan dan akibatnya akar serta bagian atas
tumbuhan mati. Œ top senescence proses penuaan ini terjadi pada bagian atas
tumbuhan di atas tanah œ deciduous senescence proses penuaan ini
mengakibatkan gugurnya semua daun pada tumbuhan œ progessive senescence
proses penuaan ini mengakibatkan gugurnya daun – daun yang berada di bagian
bawah saja atau hanya daun – daun yang tua.
Pengguguran daun juga melibatkan beberapa gerak pada tumbuhan seperti gerak
fototropisme dan gerak epinasti. Gerak fototropisme merupakan gerak yang
disebabkan oleh rangsangan berupa cahaya. Awalnya daun memiliki jumlah
auksin yang merata pada semua permukaan daun, namun ketika ada rangsang
cahaya yang mengenai bagian sekitar tangkai daun (daerah terang) maka auksin
pada tangkai daun dipindahkan ke tajuk daun (daerah gelap). Karena auksin
memiliki massa yang berat maka kondisi perpindahan auksin ke tajuk daun
menyebabkan tajuk daun rebah ke bawah. Hal ini tentu akan berhubungan dengan
adanya zona absisi pada daun, karena saat dinding sel – sel pada zona absisi
terurai maka akan semakin mudah daun lepas dari tangkainya. Kemudian
gugurnya daun juga dipengaruhi oleh gerak epinasti. Gerak ini berupa gerakan
membengkok ke bawah. Gerak ini terjadi pada tangkai daun tepatnya di zona
absisi. Epinasti tangkai daun terjadi akibat memanjangnya bagian atas sel – sel
parenkim pada zona absisi. Pemanjangan ini tentu disebabkan oleh adanya etilen
pada daerah tersebut. Dalam prosesnya, awalnya hormon etilen membuat daun
13
mengalami klorosis, kemudian meningkatnya penebalan batang/tangkai, pelayuan,
epinasti batang/tangkai, dan akhirnya pengguguran daun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk fotosintesis. Tipe
daun spermathophyta dielompokkan menjadi empat, yaitu berhelaian daun
(foliage leaves), katafil, hipsofil dan kotiledon. Jaringan daun memiliki banyak
persamaan dengan jaringan batang bedanya, pertumbuhan apikal daun lebih cepat
berhenti. Daun tersusun ats tiga tipe jaringan yaitu epidermis, mesofil, dan
jaringan pembuluh. pada epidermis terdapat stomata dan trikoma. Mesofil terdiri
atas jaringan parenkim palisade dan spons, yang mengandung klorofil dan
berfungsi untuk fotosintesis.
14
Daftar Pustaka
Mulyani , S . 2006 . Anatomi Tumbuhan . Yogyakarta : PT. Kansius
https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/pengguguran-daun-absisi/
15