Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
Batang Dikotil...........................................................................................................................4
Batang Monokotil....................................................................................................................6
Jaringan Gabus.........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut :
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai
bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-
buku inilah terdapat daun.
3. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau
heliotrop)
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya
rumput dan waktu batang masih muda.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pertambahan jaringan pembuluh sekunder mengubah bentuk bagian yang lebih tua pada
suatu batang.
Setelah meristem apikal memanjangkan suatu tunas, tubuh primer tumbuhan tunas
muda membuat perubahan dari pertumbuhan primer ke pertumbuhan sekunder dengan
membentuk kambium pembuluh dari sel-sel parenkima yang mampu merubah sel-sel itu
menjadi meristematik kembali. Meristem ini terbentuk dalam suatu lapisan antara xilem
primer dan floem primer dari masing-masing berkas pembuluh dan dalam lempemgan
jaringan dasar di antara berkas. Pita-pita meristematik di dalam berkas dan lempengan
pembuluh menyatu membentuk kambium pembuluh sebagai suatu silinder kontinu yang
tersusun dari sel-sel yang membelah di sekitar xilem primer dan empelur batang.
Lempengan jaringan xilem dan floem, yang sebagian besar terdiri dari paremkim,
berfungsi sebagai sarana sistem transpor radial air dan nutrien di dalam suatu batang
berkayu, serta untuk menyimpan pati dan cadangan makanan lainnya. Sementara
pertumbuhan sekunder barjalan terus-menerus selama bertahun-tahun, lapisan demi
lapisan xilem sekunder akan terakumulasi membentuk kayu. Kayu sebagian besar terdiri
dari trakeid, unusur pembuluh (pada angiosperma), dan serat. Sel-sel ini, mati pada
kematangan fungsional dan memiliki dinding tebal berlignin yang memberi kekerasan
dan kekutan pada kayu.
1. sel inisial menggelendong, yang selnya memanjang dan berujung runcing. Misalnya
pada batang Sequoia sempervires yang tua
2. sel inisial bersinar, yang selnya banyak dan lebih kecil dari inisial menggelendong
Kedua tipe sel inisial lebih besar pada batang yang tua dari pada batang yang
muda. Unsur yang berorientasi memanjang kedalam organ, seperti unsur trakea, serabut,
parenkim xylem, floem dan unsur lapisan berkembang dari sel inisial menggelendong.
Sel yang berorientasi mendatar dalam organ yang berkembang dari sel inisial jari-jari.
3
Batang Dikotil
Pada tumbuhan dikotil, selain terdapat jaringan meristem primer juga terdapat
jaringan meristem sekunder. Pertumbuhan sekunder terjadi pada jaringan meristem
sekunder berupa kambium gabus atau gabus. Fungsi kambium gabus adalah sebagai
perlindungan pada pertumbuhan sekunder yaitu pertumbuhan organ tumbuhan menjadi
bertambah besar ukurannya. Contoh tumbuhan yang melakukan pertumbuhan sekunder
adalah pohon jati. Pada awal pertumbuhan, kambium hanya terdapat pada jaringan ikat
pembuluh (vasis) yang disebut kambium intravaskuler atau kambium vasis, kambium ini
dapat tumbuh dengan arah yang berlawanan, yaitu yang tumbuh ke arah luar akan
menjadi xilem dan yang tumbuh kearah dalam akan membentuk floem. Selanjutnya pada
pertumbuhan sel jaringan parenkim yang berada di antara kambium intravaskuler akan
tumbuh dan berubah menjadi kambium baru yang disebut kambium intervaskuler.
Pada umumnya tumbuhan dikotil seperti pohon jati memiliki kulit batang pecah-
pecah atau rusak. Mengapa kulit batang tumbuhan dikotil seperti pohon jati tampak
pecah-pecah atau rusak? Kulit batang jati mengalami pecahpecah, karena adanya
aktivitas kambium yang membentuk jaringan xilem dan floem lebih cepat dari
pertumbuhan kulit, sehingga akan mengakibatkan jaringan kulit paling luar seperti
epidermis dan korteks menjadi rusak atau pecah-pecah. Untuk mencegah terjadinya
kerusakan kulit terluarnya lebih lanjut, maka jaringan yang berada di sebelah dalam kulit
membentuk jaringan pelindung dari kerusakan berupa kambium gabus atau felogen.
Felogen membentuk jaringan yang tumbuh ke arah dalam disebut feloderm yang
selselnya hidup sedangkan jaringan yang tumbuh ke arah luar disebut felem yang sel-
selnya mati. Sebenarnya apakah fungsi dari felogen itu? Felogen berfungsi sebagai
pelindung dari kerusakan sel-sel jaringan bagian dalam yang berada di bawah kulit.
4
Kerusakan dapat terjadi karena banyaknya ruang terbuka yang menyebabkan air dan
oksigen keluar masuk secara bebas.
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel.
Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami
pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk
dari kambium gabus.
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang
dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun
atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan
lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan Anguiospermae
mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan
Gymnospermae.
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel
atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem
dan floem.
5
Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks
dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang
menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak
ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang
Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi
pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline
sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Jaringan Gabus
Jaringan gabus merupakan jaringan yang tersusun dari sel-sel parenkim gabus.
Pada tumbuhan dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen dan
terletak disebelah bawah dari jaringan epidermis. Jaringan gabus yang dibentuk ke arah
dalam disebut feloderm yang merupakan sel-sel hidup, sedangkan sel gabus yang
dibentuk ke arah luar disebut felem dan merupakan sel-sel mati, dengan bentuk sel kotak,
dinding selnya mengalami penebalan oleh suberin, serta bersifat impermeabel (tidak
tembus air ).
Fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak
kehilangan banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil,
jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan jaringan gabus
6
ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut feloderm, ke arah luar berupa sel-sel
mati yang disebut felem.
7
periderm. Dengan cara ini terbentuklah batang yang tersusun dari berkas-berkas yang
terletak bersama kurang lebih menyerupaitali-tali pilinan.
2) Pada Bauhinia langsdorffiana, cambium menjadi beberapa bagian. Parenkima xylem
dan floem berkembang pesat, sehingga berkas pengangkut pecah.
8
Pada batang Bougenvillea, dan anggota Nyctaginaceae lainnya (misal Mirabilis)
beberapa cambium muncul berturut-turut dengan arah sentrifugal. Setiap cambium ini
menghasilkan xylem dan jaringan penghubung (konjugatif) kearah dalam, dan floem serta
jaringan penghubung kea rah luar. Jaringan yang dihasilkan menimbulkan tampilan
lingkaran-lingkaran bekas vascular konsentris yang terbenam dalam jaringan
penghubung.
Anggota Nyctaginaceae yang berupa herba seperti Mirabilis dan Bouganvillea
yang berkayu mempunyai struktur anatomis yang merik karena tumbuhan ini
menunjukan pertumbuhan sekunder yang menyimpang dalam penebalan sumbu. Tipe
pertumbuhan sekunder dalam penebalan yang anomal terjadi oleh perkembangan
lingkaran-lingkaran berkas vascular kolateral secara berturut-turut. Pada tumbuhan herba
suku ini berkas-berkas vascular tetap tenggelam dalam jaringan dasar parenkimastis
sedangkan pada jenis yang berkayu (misal Bougainvillea) dalam jaringan dasar sedikit
prosenkimatis dan berlignin. Kedua tipe jaringan ini berkembang dari cambium yang
berurutan. Pada jenis yang berkayu tidak terjadi diferensiasi yang jelas antara xylem dan
jaringan konjugatif sehingga kadang-kadang pada irisan melintang sumbu, floem tampak
pada bentuk pulau-pulau. Pada kasus tertentu lainnya, pita-pita mirip jejari empulur juga
terlihat dalam jaringan konjugatif.
9
menghasilkan sel-sel floem kearah dalam periode pendek, sebagai pengganti
pembentukan sel-sel xylem. Setelah periode waktu pendek itu, cambium kembali lagi
berfungsi normal yaitu menghasilkan sel-sel xylem kearah dalam. Dengan demikian
kearah dalam cambium membentuk floem sekunder yang tersebar dalam xylem sekunder.
Proses demikian itu terjadi berulang kali, dan terjadilah pulau-pulau floem sekunder
didalam xylem sekunder.
10
7. Kehadiran floem Intersilar
Floem intersilar disebut juga floem dalam, tampil dalam bentuk benang-benang.
Asal usul floem dalam pada sebagian besar tumbuhan adalah primer. Sel-sel floem dalam
seperti yang terdapat pada floem luar keculai bahwa serabut sedikit, dan buluh tapis serta
sel pengiring muncul dalam kelompok kecil, dikelilingi parenkim.
Floem dalam berkembang setelah perkembangan floem luar. Berkas vascular
disebut bikolateral, karena kehadiran floem dalam. Floem dalam terdapat pada 28 suku
tumbuahan dikotil, diantaranya ialah Aslepindaceae, Convolvulaceae, Punicaceae,
Loganiaceae dll.
11
BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
1. Pertumbuhan batang sekunder merupakan hasil dari keaktifan cambium pembuluh
yang membelah secara terus –menerus sehingga jumlahnya meningkat.
2. Jaringan gabus merupakan jaringan yang tersusun dari sel-sel parenkim gabus yang
ada dibawah epidermis
3. Anomali pada batang berasal dari:
a. Pertumbuhan sekunder yang tidak normal pada tumbuhan dikotil.
1) Posisi cambium yang abnormal.
2) Aktivitas abnormal dari cambium yang posisinya normal,
3) Pembentukan cambium asesoris dari aktivitasnya.
4) Cambium di luat stele.
5) Floem diantara xylem.
b. Xylem yang tidak mempunyai trakea.
c. Berkas vaskuler tersebar pada tumbuhan dikotil.
d. Kehadiran berkas floem dan xilem yang khusus.
e. Kehadiran berkas vascular meduler.
f. Berkas vaskuler yang terdapat pada korteks.
g. Kehadiran floem intraxilar.
h. Berkas vascular tersusun sebagai lingkaran pada tumbuhan monokotil.
i. Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan monokotil.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/227467696/Pertumbuhan-Sekunder-Batang
13