Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JARINGAN PENGANGKUT
DI

OLEH :

1. CUT RISKA WATI


2. MIA ROSALINA
3. MUHILAL YUSUF
4. RAISA KAMILA

DOSEN PENGAMPU : RESMILA DEWAI, S.Si.,M.Sc


PROGRAM STUDI D3 FARMASI DAN S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ASSYIFA ACEH
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah yang maha kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jaringan Pengangkut.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Botani.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia
untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada ibu Resmila Dewai, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing makalah di mata
kuliah botani Stikes Asyyifa Aceh, yang telah memberikan masukan yang
berguna dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis lainnya.

Banda Aceh, 15 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
2.1 Xylem.......................................................................................................... 3
2.2 Floem.......................................................................................................... 6
2.3 Xylem.......................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP..................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya tubuh tumbuhan tersusun atas banyak sel. Sel-sel itu terdapat
pada tempat tertentu dan membentuk jaringan. Dimana jaringan adalah
sekumpulan sel-sel yang mempunyai struktur yang sama dan mengerjakan fungsi
yang sama.
Berdasarkan tahap perkembangan jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat
dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya jaringan pengangkut. Dimana
kita ketahui bahwa jaringan pengangkut dibagi atas dua yaitu Xilem dan Floem.
Dimana Xilem sering disebut jaringan tapis yang fungsinya mengangkut unsur
hara yang diserap oleh akar ke daun yang selanjutnya akan diproses di daun
sebagai proses fotosintesi. Sedangkan Floem sering juga disebut sebagai sel
penggiring tugasnya menggiring nutrien atau zat-zat makanan hasil dari proses
fotosistesis tersebut ke seluruh organ tumbuhan tersebut.
Jaringan penguat terbentuk dari sel-sel yang kedudukan atau letaknya
membentang menurut arah pengangkutannya. Kedudukan yang demikian tampak
seperti untaian atau rantai sel.
Tumbuhan yang mempunyai jaringan pengangkut di sebut tumbuhan
vaskular, termasuk di dalam pteridophyta dan spermatophyta. Dari kedua bagian
berkas pengangkut itu, xilem mempunyai struktur yang lebih tegar sehingga
dapat utuh sewaktu berubah menjadi fosil dan dapat dipakai sebagai bahan
identifikasi bagi tumbuhan jenis vaskular. Jaringan pengangkut atau berkas
vaskuler juga merupakan jaringan yang berperan untuk mengangkut air dan unsur
hara dari akar sampai daun, serta mengangkut hasil fotosintesis dari daun
keseluruh bagian tubuh tumbuhan.
Xilem dan floem berkembang dengan diferensiasi dari prokambium.
Prokambium dibentuk oleh promeristem pucuk. Xilem dan floem yang dihasilkan
oleh prokambium disebut xilem primer dan floem primer. Xilem primer terdiri
dari protoxilem dan metaxilem. Sedangkan floem primer terdiri dari protofloem
dan metafloem.
Dalam perkembangannya xilem dan floem dibentuk oleh kambium
pembuluh disebut xilem sekunder dan floem sekunder. Xilem tumbuh kearah
dalam membentuk kayu dan floem tumbuh ke arah luar membentuk kulit kayu.
Lingkaran tumbuh adalah lapisan yang menunjukkan pertumbuhan /
pembentukan kayu yang berurutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Xylem

Gambar 1. Xylem dan floem

Pada dasarnya xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri dari


beberapa tipe sel yang berbeda baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran transfor air, dengan
penebalan dinding yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai
penguat/penyokong. Xylem juga dapat mempunyai serabut sklerenkim sebagai
jaringan penguat, serta sel sel parenkim yang hidup dan berfngsi dalam berbagai
kegiatan metabolisme.
Pada awalnya xilem merupakan hasil aktivitas meristem apikal lewat
pembentukan prokambium. Xilem yang terbentuk dari prokambium di namakan
xilem premier. Bila tumbuhan ini setelah pertumbuhan premiernya lengkap ;
kemudian membentuk jaringan sekunder sebagai hasil aktivitas kambium, maka
xilem yang terbentuk itu dinamakan xilem sekunder. Meskipun xilem primer dan
xilem sekunder itu agak berbeda bentuknya tetapi keduanya akan berbaur pada
pertumbuhan selanjutnya.
Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan
perkembangan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem) dengan
xilem yang dibentuk kemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki tempat yang
khasdalam struktur jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan tingkat tinggi,
protoxilem batang letaknya paling dekat dengan empulur (ditengan disebut xilem
endarch) sedangkan diakar letaknya disebelah metaxilem (disebut exarch).
Unsur-unsur penyusun xilem yang utama adalah :

A. Trakeid dan trakea


Trakeid merupakan unsur xilem yang lebih primitip di dinding trakea karena
tumbuhan anggota pteridophyta, gymnospermae dan spermatophyta fosilnya
hanya mempunyai trakeid, trakea di anggap berasal dari trakeid. Keduanya dalam
keadaan dewasa berbentuk bulat panjang, Berdinding sekunder terdiri dari lignin
dan tidak mengandung kloroplas. Perbedaan pokok antara trakeid dengan
trakea adalah bahwa pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang -
lubang)sedangkan pada trakea ujung - ujungnya penuh lubang - lubang.
Transportasi air dan zat hara dalam trakea dapat berlangsung antara sel yang
satu dengan sel yang lain secara bebas lewat perforasi, sedang dalam trakeid
peristiwa itu berlangsung lewat noktah antara sel-selnya. Sel-sel pembentuk trakea
tersusun sedemikian sehingga merupakan deretan memanjang (ujung bertemu
ujung) dan perofasi pada ujung sel itu sangat sempurna atau bahkan dinding
selnya hilang sehingga membentuk pipa panjang. Setelah terbentuk pipa ini,
dinding yang tidak mengalami perofasi mengadakan penebalan sekunder.

Gambar 2. Trakeid pada xylem


B. Serabut xylem
Serabut ini strukturnya serupa serabut sklerenkim meskipun asalnya dari
trakeid yang berdeffinisi lebih lanjut dengan dinding yang tebal dan noktah
sederhana. serabut dan trakeid saling melekat sehingga sulit di pisahkan, tetapi
umumnya sel yang berbentuserbut lebih panjang dari trakeid karena ujungnya
yang runcing dapat masuk di antara sel-sel sewaktu memanjang. Serabut xilem
terlihat jelas dan pada xilem yang hanya terdiri dari trakeid, serabut itu tidak jelas
adanya.

Gambar 3. Serabut pada xylem

C. Parenkin xylem
Seperti halnya parenkim di tempat lain, sel-sel ini merupakan sel hidup,
terdapat pada xilem primer maupun sekunder.
Gambar 4. Parenkim pada xylem
Pada xilem sekunder,pada xilem sekunder, parenkim itu berasal dari
kambium yang berbentuk fusifrom atau bentuk sel jari - jari, sehingga di peroleh
sel-sel yang sumbu panjangnya mengikuti arah jari - jari organ.
Sel-sel parenkim ini mengandung berbagai senyawa umumnya tepung /lipid
karena parenkim berfungsi penimbun cadangan makanan.

2.2 Floem
Floem juga merupakan jaringan kompleks, terdiri dari beberapa unsur
dengan tipe yang berbeda yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim serabut,
dan sklereid. Kadang - kadang ada sel atau jaringan sekretori yang bergabung di
dalamnya, misal kelenjar getah. Fungsi floem sebagai jaringan translokasi bahan
organik (asimilat) yang terutama berisi karbohidrat. Dalam jumlah kecil di
temukan juga asam amino dan hormon.
Seperti halnya pada xilem, floem berasal dari perkembangan kambium di
sebut ploem primer dan yang merupakan hasil perkembangan kambium disebut
floem sekunder. Perlu di ketahui bahwa floem dan xilem yang struktur dan
fungsinya berbeda itu pada pertumbuhan sekundernya berasal sel yang sama.
Meskipun pada mulanya berkas-berkas floem letaknya terpisah, tetapi pada
perkembangan selanjutnya akan membentuk kesatuan sistem karna saling
beranastromosis (membentuk anyaman).

A. Pembuluh
Unsur penyusun pembuluh terdiri dari dua bentuk yaitu sel tapisan yang
merupakan sel tunggal dan bentuknya memanjang, dengan bidang tapisan terletak
di samping atau ujung sel, terdapat pada tumbuhan pyteridophyta dan
gymnospermae. Bentuk kedua adalah buluh tapisan, terdapat pada angiospermae,
berupa berkas sel-sel memanjang yang masing - masing merupakan bagian dari
buluh itu dan di hubungkan oleh satu atau lebih bidang tapisan biasanya terletak
di ujung sel.
Sifat khas unsur pembuluh adalah adanya bidang tapisan pada dinding
selnya, serta terdapatnya modifikasi protoplas yaitu tanpa nukleus. Bidang tapisan
itu merupakan sekelompok lubang-lubang yang membatasi dua sel yang
berdampingan dan dihubungkan oleh benang- benang plasma yang terdapat di
dalam lubang-lubang tapisan itu (semacam plasmodesma pada saluran noktah).
Lubang - lubang tapisan itu biasanya di lapisi oleh kalose yaitu semacam polimer
glukosa,sehingga lubangnya menjadi kecil. Kalose ini akan menipis (sehingga
lubangnya membesar) bila pembuluh sedang aktif menyalurkan asimilat.
Jumlah bidang tapisan yang terdapat pada pembuluh berbeda-beda
tergantung pada jenis tumbuhannya. Selain itu besarnya lubang tapisan juga
bervariasi, umumnya yang besar terdapat di ujung sel.

Gambar 5. Pembuluh pada floem

Dinding sel unsur penyusun pembuluh adalah selulosa, tidak pernah


dijumpai penebalan lignin. Nukleus tidak terdapat pada sel yang dewasa, dan
hilangnya nukleus itu terjadi pada saat diferensiasi. Pada awalnya sel pembuluh
serupa sel prokambium yang lain, mempunyai banyak vakuola dan intinya tegas.
Kemudian inti itu mengalami disintegrasi kedalam plasma dan plasma tersebut
kemudian membentuk benang-benang menjajar sejajar sumbu sel dan bersambung
dengan plasma sel sambungannya dilunang tapisan. Pada tumbuhan
Dicotyledoneae pembuluh-pembuluh ini biasanya terisi lendir dari protein.

B. Sel pengiring
Sel-sel pembuluh pada dikotyledoneae dan monokotylledoneae biasanya
diikuti oleh sel parenkim khusus yang di sebut sel pengiring. Sel itu terbentuk dari
sel induk yang sama dengan sel pembuluh. Sel induk itu membelah satu atau dua
kali secara memanjang serta tidak sama besar , menghasilkan sel pembuluh yang
besar dan sel pengiring yang kecil.
Dinding bersama antar sel pengiring dan sel pembuluh biasanya tipis, penuh
dengan plasmodesmata. Berbeda dengan sel pembuluh,sel pengiring ini teta
mempunyai nukleus pada waktu dewasa. Sel pengiring tidak di jumpai pada
tumbuhan gymnospermae dan pteridophyta dan juga tidak ada protofloem
dicotyledoneae.

C. Parenkim floem
Selain terdiri dari pembuluh dan sel pengiring, floem juga mengandung
sejumlah sel parenkim yang fungsinya serupa sel parenkim lainnya, misalnya
sebagai penimbun lemak dan tepung. Sel parenkim ini secara fungsional
berintegrasi dengan sel pengiring. Bentuk sel parenkim ini memanjang dan sumbu
panjangnya sejajar dengan sumbu berkas pengangkut.
Seperti halnya pada parenkim xilem, floem sekunder juga mempunyai dua
macam bentuk parenkim sesuai dengan bentuk sel kambium yang
membentuknya(fusifrom atau jari-jari). Pada saat floem masih aktif, sel parenkim
ini tidak mengalami pembelahan dinding. Kemudian bila floem itu tidak
berfungsi lagi, parenkim ini akan merubah menjadi sklerenkim atau
menjadi felogen.

D. Serabut
Serabut floem terdapat baik pada floem primmer maupun sekunder. Serabut
ini segera membentuk dinding sekunder setelah selesai pertumbuhan
memanjangnya. Umumnya penebalan itu berupa lignin, ada yang selulosa. Noktah
yang terjadi sederhana. Serabut ini berfungsi sebagai penguat sejak awal, atau
terjadi dari parenkim floem setelah sel pembuluh tidak berfungsi lagi.
Gambar 6. Bagian-bagian pada floem

2.3 Berkas Pengangkut


Sifat khas jaringan pengangkut ialah bahwa jarang sekali xilemkat dan
floem berada di tempat terpisah. Biasanya keduanya membentuk gabungan yang
di sebut berkas pengangkut. Masing-masing berkas pengangkut ini merupakan
bagian dari seluruh sistem jaringan pengangkut dan dan bukan merupakan satuan
struktural saja. Pada sumbuh organ, berkas ini membentuk koloni/baris atau
berlekatan atau sama lain membentuk silinder.

Dalam berkas pengangkut, letas xilem dan floem berdampingan sedemikian


rupa menurut aturan tertentu, atas dasar letak xilem terhadap floem dan sebaliknya
serta ada tidaknya kambium, berkas pengangkut di bagi menjadi beberapa tipe
yaitu:
1. Berkas Pengangkut Kolateral
Floem dan xilem letaknya berdampingan, umumnya floem di sebelah luar
xilem. Bentuk pengangkut ini ada dua tipe, yaitu :
a. Kolateral tertutup bila xilem dan floem berdampngan langsung dan
berkas itu dikelilingi oleh serabut. Misalnya pada batang graminae
b. Kolateral terbuka : bila antara xilem dan floem terdapat kambium ini
kearah dalam membentuk xilem sekunder dan kearah luar membentuk
floem sekunder ,umumnya terdapat pada batang dicotyledoneae.

Gambar 7. Macam-macam berkas pengangkut kolateral

2. Berkas Pengangkut Bikolateral


Pada dasarnya serupa kolateral (xylem dan floem berdampingan) tetapi di
sisi dalam xilem terdapat lagi floem, jadi urutanmya: floem dalam , xilem ,
kambium dan floem luar. Terdapat pada batang beberapa keluarga tumbuhan
dicotyledoneae misalnya cucurbitaceae, solanaceae.

Gambar 8. Berkas pengangkut bikolateral

3. Berkas Pengangkut Konsentris


Xilem mengelilingi atau membungkus floem atau sebaliknya. Bentuk ini juga di
bagi 2 tipe yaitu:
a. Konsentris amfikibral : bila floem mengelilingi xilem, terdapat
misalnya pada batang tumbuhan pteridophyta.
b. Konsentris amfivasal : bila xilem mengelilingi floem, terdapat
pada batang tumbuhan monocotyledoneae yang berkambium misalnya

agave, aloe.

Gambar 9. Macam-macam berkas pengangkut konsentris

4. Berkas Pengangkut Radial


Xilem dan floem tidak membentuk berkas yang sesungguhnya, karena
meskipun xilem dan floem berdampingan tetapi berbeda pada jari-jari tubuh yang
berbeda dipisahkan oleh jaringan dasar sehingga dapat disebut tersusun radial.
Susunan seperti ini hanya terdapat pada akar sewaktu xilem dan floem berada
dalam keadan primer.
Gambar 10. Berkas pengangkut radial

BAB III
KESIMPULAN

Didalam tubuh tumbuhan terdapat banyak jaringan yang menyusun tiap


organ yang memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda. Salah satu dari
jaringan itu berupa jaringan pengangkut, dimana jaringan pengangkut merupakan
jaringan yang ada pada tida organ penting pada daun yaitu, akar batang dan daun.
Jaringan pengangkut merupakan jaringan yang fungsinya mengangkut sari-sari
makanan yang diperlukan tubuh tumbuhan baik itu yang akan di proses dalam
proses fotosintetis maupun hasil dari proses fotosintesis.
Sari makanan tersebut akan diangkut oleh dua jenis pengangkut pada
jatingan pengangkut yaitu, xilem dan floen yang keduanya memiliki fungsi yang
berbeda. Dimana fungsi dari xilem adalah mengangkut unsur hara yang diserap
ileh organ akar dari dalam tanah dan membawanya ke daun untuk selanjutnya di
proses dalam proses fotosintesis sedangkan floem memiliki fungsi mengangkut
zat makanan tumbuhan hasil dari fotosintetis tersebut keseluruh tubuh tumbuhan.
Tipe berkas pengangkut ada beberapa yaitu tipe kolateral yang mana xilem
dan floem terletak saling berdampingan, tipe konsentris adalah tipe xilem
mengelilingi floem atau floem mengelilingi xilem dan tipe radial dimana xilem
dan floem terletak pada garis jari-jari lingkaran yang letaknya bergantian.
Sedangkan yang dimaksud dengan tanaman anomali adalah tanaman yang berkas
pengangkutnya memiliki bentuk yang lain dari pada yang sering dijumpai pada
jenis tanaman yang sama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Edel, Anton. 2000. Pintar biologi. Jakarta: Gita media


2. Sutriyan, Yayan.Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan.
Jakarta: Rineka Cipta hal. 192- 219
3. Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai