JARINGAN PENGANGKUT
DI
OLEH :
Puji syukur atas rahmat Allah yang maha kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jaringan Pengangkut.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Botani.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia
untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada ibu Resmila Dewai, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing makalah di mata
kuliah botani Stikes Asyyifa Aceh, yang telah memberikan masukan yang
berguna dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis lainnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
2.1 Xylem.......................................................................................................... 3
2.2 Floem.......................................................................................................... 6
2.3 Xylem.......................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP..................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya tubuh tumbuhan tersusun atas banyak sel. Sel-sel itu terdapat
pada tempat tertentu dan membentuk jaringan. Dimana jaringan adalah
sekumpulan sel-sel yang mempunyai struktur yang sama dan mengerjakan fungsi
yang sama.
Berdasarkan tahap perkembangan jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat
dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya jaringan pengangkut. Dimana
kita ketahui bahwa jaringan pengangkut dibagi atas dua yaitu Xilem dan Floem.
Dimana Xilem sering disebut jaringan tapis yang fungsinya mengangkut unsur
hara yang diserap oleh akar ke daun yang selanjutnya akan diproses di daun
sebagai proses fotosintesi. Sedangkan Floem sering juga disebut sebagai sel
penggiring tugasnya menggiring nutrien atau zat-zat makanan hasil dari proses
fotosistesis tersebut ke seluruh organ tumbuhan tersebut.
Jaringan penguat terbentuk dari sel-sel yang kedudukan atau letaknya
membentang menurut arah pengangkutannya. Kedudukan yang demikian tampak
seperti untaian atau rantai sel.
Tumbuhan yang mempunyai jaringan pengangkut di sebut tumbuhan
vaskular, termasuk di dalam pteridophyta dan spermatophyta. Dari kedua bagian
berkas pengangkut itu, xilem mempunyai struktur yang lebih tegar sehingga
dapat utuh sewaktu berubah menjadi fosil dan dapat dipakai sebagai bahan
identifikasi bagi tumbuhan jenis vaskular. Jaringan pengangkut atau berkas
vaskuler juga merupakan jaringan yang berperan untuk mengangkut air dan unsur
hara dari akar sampai daun, serta mengangkut hasil fotosintesis dari daun
keseluruh bagian tubuh tumbuhan.
Xilem dan floem berkembang dengan diferensiasi dari prokambium.
Prokambium dibentuk oleh promeristem pucuk. Xilem dan floem yang dihasilkan
oleh prokambium disebut xilem primer dan floem primer. Xilem primer terdiri
dari protoxilem dan metaxilem. Sedangkan floem primer terdiri dari protofloem
dan metafloem.
Dalam perkembangannya xilem dan floem dibentuk oleh kambium
pembuluh disebut xilem sekunder dan floem sekunder. Xilem tumbuh kearah
dalam membentuk kayu dan floem tumbuh ke arah luar membentuk kulit kayu.
Lingkaran tumbuh adalah lapisan yang menunjukkan pertumbuhan /
pembentukan kayu yang berurutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Xylem
C. Parenkin xylem
Seperti halnya parenkim di tempat lain, sel-sel ini merupakan sel hidup,
terdapat pada xilem primer maupun sekunder.
Gambar 4. Parenkim pada xylem
Pada xilem sekunder,pada xilem sekunder, parenkim itu berasal dari
kambium yang berbentuk fusifrom atau bentuk sel jari - jari, sehingga di peroleh
sel-sel yang sumbu panjangnya mengikuti arah jari - jari organ.
Sel-sel parenkim ini mengandung berbagai senyawa umumnya tepung /lipid
karena parenkim berfungsi penimbun cadangan makanan.
2.2 Floem
Floem juga merupakan jaringan kompleks, terdiri dari beberapa unsur
dengan tipe yang berbeda yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim serabut,
dan sklereid. Kadang - kadang ada sel atau jaringan sekretori yang bergabung di
dalamnya, misal kelenjar getah. Fungsi floem sebagai jaringan translokasi bahan
organik (asimilat) yang terutama berisi karbohidrat. Dalam jumlah kecil di
temukan juga asam amino dan hormon.
Seperti halnya pada xilem, floem berasal dari perkembangan kambium di
sebut ploem primer dan yang merupakan hasil perkembangan kambium disebut
floem sekunder. Perlu di ketahui bahwa floem dan xilem yang struktur dan
fungsinya berbeda itu pada pertumbuhan sekundernya berasal sel yang sama.
Meskipun pada mulanya berkas-berkas floem letaknya terpisah, tetapi pada
perkembangan selanjutnya akan membentuk kesatuan sistem karna saling
beranastromosis (membentuk anyaman).
A. Pembuluh
Unsur penyusun pembuluh terdiri dari dua bentuk yaitu sel tapisan yang
merupakan sel tunggal dan bentuknya memanjang, dengan bidang tapisan terletak
di samping atau ujung sel, terdapat pada tumbuhan pyteridophyta dan
gymnospermae. Bentuk kedua adalah buluh tapisan, terdapat pada angiospermae,
berupa berkas sel-sel memanjang yang masing - masing merupakan bagian dari
buluh itu dan di hubungkan oleh satu atau lebih bidang tapisan biasanya terletak
di ujung sel.
Sifat khas unsur pembuluh adalah adanya bidang tapisan pada dinding
selnya, serta terdapatnya modifikasi protoplas yaitu tanpa nukleus. Bidang tapisan
itu merupakan sekelompok lubang-lubang yang membatasi dua sel yang
berdampingan dan dihubungkan oleh benang- benang plasma yang terdapat di
dalam lubang-lubang tapisan itu (semacam plasmodesma pada saluran noktah).
Lubang - lubang tapisan itu biasanya di lapisi oleh kalose yaitu semacam polimer
glukosa,sehingga lubangnya menjadi kecil. Kalose ini akan menipis (sehingga
lubangnya membesar) bila pembuluh sedang aktif menyalurkan asimilat.
Jumlah bidang tapisan yang terdapat pada pembuluh berbeda-beda
tergantung pada jenis tumbuhannya. Selain itu besarnya lubang tapisan juga
bervariasi, umumnya yang besar terdapat di ujung sel.
B. Sel pengiring
Sel-sel pembuluh pada dikotyledoneae dan monokotylledoneae biasanya
diikuti oleh sel parenkim khusus yang di sebut sel pengiring. Sel itu terbentuk dari
sel induk yang sama dengan sel pembuluh. Sel induk itu membelah satu atau dua
kali secara memanjang serta tidak sama besar , menghasilkan sel pembuluh yang
besar dan sel pengiring yang kecil.
Dinding bersama antar sel pengiring dan sel pembuluh biasanya tipis, penuh
dengan plasmodesmata. Berbeda dengan sel pembuluh,sel pengiring ini teta
mempunyai nukleus pada waktu dewasa. Sel pengiring tidak di jumpai pada
tumbuhan gymnospermae dan pteridophyta dan juga tidak ada protofloem
dicotyledoneae.
C. Parenkim floem
Selain terdiri dari pembuluh dan sel pengiring, floem juga mengandung
sejumlah sel parenkim yang fungsinya serupa sel parenkim lainnya, misalnya
sebagai penimbun lemak dan tepung. Sel parenkim ini secara fungsional
berintegrasi dengan sel pengiring. Bentuk sel parenkim ini memanjang dan sumbu
panjangnya sejajar dengan sumbu berkas pengangkut.
Seperti halnya pada parenkim xilem, floem sekunder juga mempunyai dua
macam bentuk parenkim sesuai dengan bentuk sel kambium yang
membentuknya(fusifrom atau jari-jari). Pada saat floem masih aktif, sel parenkim
ini tidak mengalami pembelahan dinding. Kemudian bila floem itu tidak
berfungsi lagi, parenkim ini akan merubah menjadi sklerenkim atau
menjadi felogen.
D. Serabut
Serabut floem terdapat baik pada floem primmer maupun sekunder. Serabut
ini segera membentuk dinding sekunder setelah selesai pertumbuhan
memanjangnya. Umumnya penebalan itu berupa lignin, ada yang selulosa. Noktah
yang terjadi sederhana. Serabut ini berfungsi sebagai penguat sejak awal, atau
terjadi dari parenkim floem setelah sel pembuluh tidak berfungsi lagi.
Gambar 6. Bagian-bagian pada floem
agave, aloe.
BAB III
KESIMPULAN