Anda di halaman 1dari 17

TUGAS SA FITOFARMASI

“Cabe Rawit (Capsicum Frutescens L.)”

Oleh:

DEWI GAYATRI W.

102210101057

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2015
1. PENDAHULUAN
Komponen nutraceutical kimia berasal dari sumber tanaman pangan, dan memberikan
manfaat obat untuk kesehatan jangka panjang. Contoh bahan kimia nutraceutical termasuk
capsaicin, antioksidan dan fitokimia. Produk nutraceutical yang dianggap sebagai obat
alternatif selama bertahun-tahun. Nutraceuticals telah menjadi suplemen utama untuk diet.
Penelitian mulai menunjukkan bukti bahwa bahan kimia ini ditemukan dalam makanan efektif
sebagai bahan kimia farmasi aktif. Salah satu tanaman tradisional yang memiliki begitu
banyak efek farmakologi adalah buah cabai (Capsicum sp). Di seluruh dunia dikenal lima
jenis Capsicum sp, yaitu C. annuum, C. frutescens, C. chinense, C.baccatum, C. pubescens,
sedangkan di Indonesia hanya dikenal 2 varietas, C. annuum dikenal sebagai cabai merah,
paprika, gendot sampai cabai keriting, dan C. frutescens (rawit). Bentuk dan warna variasi C.
annuum mirip dengan C. frutescens. Studi penelitian fokus dalam komponen yang berbeda
pada berbagai Capsicum sp. dan efeknya pada ekologi pertumbuhan tanaman cabai, bahkan
laporan keamanan capsaicin dan capsicum telah terdaftar di Int. J. Toksikologi (Musfiroh,
2013).
Capsicum Frutescens adalah spesies cabai yang kadang-kadang dianggap sebagai
bagian dari spesies Capsicum annuum. kultivar Capsicum frutescens dapat menjadi tanaman
tahunan tahunan atau berumur pendek. Bunganya berwarna putih dengan mahkota kuning
kehijauan putih atau kehijauan, dan penyerbukan dibantu oleh serangga atau menyerbuk
sendiri. tanaman biasanya tumbuh tegak; kerucut ellipsoid berbentuk lanceoloid. biasanya
sangat kecil dan tajam, tumbuh panjang 10-20 milimeter (0,39-0,79) dan diameter 3-7
milimeter (0,12-0,28). Buah biasanya tumbuh kuning pucat dan pada saat matang berwarna
merah terang, tetapi juga bisa menjadi warna lain. C. frutescens memiliki berbagai bentuk
yang lebih kecil dibandingkan dengan spesies Capsicum lain, mungkin karena kurangnya
perawatan oleh manusia. Baru-baru ini, C. frutescens telah dibiakkan untuk menghasilkan
strain hias, karena jumlah yang besar dari paprika dan tumbuh tegak dalam pola pematangan
bervariasi.
Buah cabai memiliki rasa panas yang berasal dari senyawa capsaicinoid yang asam
amida dari vanilinamine dan asam lemak rantai bercabang pada C9 dan C11. Capsaicinoid
terdiri dari capsaicin, dihydrocapsaicin, homocapsaicin, dan homodihydro-capsaicin. 69%
dari Capsaicinoid adalah capsaicin, yang merupakan senyawa penanda dan merangsang
pertumbuhan rambut. Capsaicin bertanggung jawab dalam rasa kepahitan buah cabai,
sehingga rasa cabai merah lebih panas daripada cabai hijau, karena isi capsaicin dari cabe
merah dua atau tiga kali lipat lebih dari hijau buah cabai.
Capsaicin, bahan utama yang bertanggung jawab untuk rasa panas cabai paprika,
adalah alkaloid (capsaicinoid) yang ditemukan dalam famili capsicum, termasuk Capsicum
frutescens L. Capsaisinoids, capsaicin dan dihydrocapsaicin sekitar 90% menimbulkan rasa
kepedasan. Capsaicin telah digunakan sebagai analgesik topical terhadap nyeri rheumatoid
arthritis dan inflamasi.
Capsaicin tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik seperti
diklorometana, kloroform, eter. Capsaicinoid telah diambil dari buah cabai (Capsicum
frutescens L.) dengan diklorometana ekstraksi pelarut dengan menggunakan metode ekstraksi
refluks. Kandungan capsaicinoid ditentukan dari ekstrak dengan menggunakan TLC
Densitometri. Hal ini juga diketahui bahwa vesikel yang digunakan dalam formulasi topikal
memiliki pengaruh besar dalam tingkat permeasi obat di kulit. Berdasarkan sifat capsaicinoid
tersebut, dalam studi ini ekstrak cabai digunakan dalam bentuk sediaan emulgel. Untuk
mendapatkan efek analgesik optimal capsaisinoid dalam ekstrak cabai, harus mampu
menembus kulit. Bentuk sediaan topikal dipilih untuk penggunaan ekstrak sejak capsaisinoid
dapat juga diserap melalui kulit dan sebagai alternatif untuk mengatasi first pass metabolism.
Pemilihan bentuk sediaan farmasi yang sesuai adalah salah satu cara untuk meningkatkan
penyerapan bahan aktif farmasi (API) melalui kulit (Effionora, 2014).
Analisis senyawa marker Capsicum sp. telah dilakukan hingga berkali-kali karena efek
farmakologis. Penelitian analisis kuantitatif capsaicin pada ekstrak etanol di varietas
Capsicum sp. perlu dilakukan untuk menentukan berbagai buah cabai terbaik sebagai bahan
baku untuk memproduksi capsaicin. Ekstrak etanol memiliki campuran senyawa capsaicinoid.
salah satu metode yang dapat memisahkan dan mengidentifikasi senyawa dalam campuran
adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi (Effionora, 2014).
Emulgel adalah jenis emulsi minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o),
yang dicampur dengan basis gel. Emulgel dapat menggunakan pembawa obat hidrofobik,
seperti capcaisinoid, dan nyaman digunakan dan mudah untuk dicuci. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengukur kemampuan penetrasi capsaicinoid yang mengandung dalam
ekstrak cabai sebagai senyawa aktif dari emulgel melalui kulit perut Spraque-Dawley sebagai
membran difusi (Effionora, 2014).
a. Kandungan Buah Cabe
Buah cabai memiliki rasa panas yang berasal dari senyawa capsaicinoid yang
mengandung asam amida dari vanilinamine dan asam lemak rantai bercabang C9 dan
C11. Capsaicinoid terdiri dari capsaicin, dihydrocapsaicin, homocapsaicin, dan homodihydro-
capsaicin. 69% dari capsaicinoid adalah capsaicin, yang merupakan senyawa penanda dan
merangsang pertumbuhan rambut. Capsaicin bertindak dalam rasa pahit dalam buah cabai,
sehingga cabai merah rasa lebih panas daripada cabai hijau, karena isi capsaicin dari cabe
merah dua atau tiga kali lipat lebih dari hijau buah cabai.
b. Manfaat
Cabe rawit banyak digunakan dan terkenal lebih sebagai bumbu, ditambahkan dalam
makanan segar, kering, halus, dan tanah (untuk Cayenne dan kari), dan sebagai bahan utama
atau bahan tambahan dalam saus. Sumber rasa pedas adalah capsaicinoid, terutama capsaicin,
yang berkisar dari 600 sampai 13.000 ppm dalam buah-buahan (Center for New Crops and
Plant Products.. 2002). Buah adalah sumber yang sangat banyak vitamin A dan C (Bosland
dan Botava 2000). Bahan aktif capsaicin dalam spray, digunakan secara luas untuk
perlindungan dan pertahanan dari gigitan serangga. Cabe warna merah memiliki banyak
manfaat untuk aplikasi obat. Beberapa yang banyak digunakan adalah sebagai salep untuk
meredakan otot, sendi, dan sakit gigi, untuk mengobati batuk, asma, dan sakit tenggorokan,
sebagai stimulan, dan untuk mengobati sakit perut, mabuk laut, dan perut kembung. Zaman
dahulu, bahkan digunakan sebagai alat untuk penyiksaan (Bentley dan Trimer 1880, Bosland
dan Votava 2000, Center for New Crops and Plant Products 2002, Gardenguides.com 2002).

2. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi tanaman cabai :


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies :Capsicum frutescens L. (Musfiroh, 2013)

Anatomi Tanaman cabe


a. Akar Tanaman cabe
Perakaran tanaman cabe merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama
(primer) dan akar laterl (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier).
Panjang akar primer berkisar 35–50 cm. Akar lateral menyebar dengan panjang berkisar 35–
45 cm.
b. Batang Tanaman cabe
Batang utama tanaman cabe tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30 – 40 cm, dan
diameter batang sekitar 1,5 – 3,0 cm. Batang utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan.
Pada budidaya cabe intensif pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur
30 – 40 hari setelah tanam (HST). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang
dimulai pada umur 10 – 15 HST. Namun pada budidaya cabe intensif, tunas-tunas baru itu
haru dirempel.
Dilihat dari pertumbuhannya, pertambahan panjang tanaman cabe diakibatkan oleh
pertumbuhan kuncup secara terus-menerus. Pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan
simpodial. Cabang primer akan membentuk percabangan sekunder dan cabang sekunder
membentuk percabangan tersier terus- menerus. Pada budidaya cabe secara intensif akan
terbentuk sekitar 11 – 17 percabangan pada satu periode pembungaan.
c. Daun tanaman cabe
Daun tanaman cabe berwarna hijau muda sampai gelap. Daun ditopang oleh tangkai
daun. Tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun tanaman cabe besar
adalah lonjong dengan ujung daun meruncing.
d. Bunga dan buah cabe
Seperti umumnya famili Solanaceae, bunga tanaman cabe berbentuk terompet
(hyporcrateriformis). Bunga tanaman cabe tergolong bunga yang lengkap (completus) karena
terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corrola), benang sari (stamen), dan putik
(pistillium). Alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik) pada tanaman
cabe terletak dalam satu bunga sehingga disebut berkelamin dua (hermaphroditus). Bunga
cabe tumbuh di percabangan (ketiak daun), terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna hijau
dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih.
Tangkai putik berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning kehijauan. Dalam
satu bunga terdapat satu putik dan enam benang sari. Tangkai sari berwarna putih dengan
kepala sari berwarna biru keunguan. Setelah penyerbukan akan terjadi pembuahan. Pada saat
pembentukan buah, mahkota bunga rontok tetapi kelopak bunga tetap menempel pada buah.
Bentuk buah bervariasi, tergantung pada varietasnya.
Ekologi dan penyebaran
Berasal dari Amerika di daerah tropic. Tumbuh di Pulau Jawa dan daerah lainnya di
Indonesia. Di Jawa tumbuh di daratan rendah hingga pegunungan, pada ketinggian tempat 0,5
m sampai 1.250 m di atas permukaan laut. Sering ditanam orang atau tumbuh liar di tepi
tegalan, di pekuburan, di desa dan di hutan yang terbuka (Anonim, 1979).

3. BUDIDAYA CABE RAWIT

Tindakan budidaya suatu jenis tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil panen yang
tinggi dan berkualitas. Kadar bahan aktif pada tanaman sangat mungkin untuk dapat
diinduksi, dimanipulasi, dirubah atau ditingkatkan baik melalui cara budidaya maupun
penanganan pasca panen yang baik dan benar. Cabe rawit dapat ditanam baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi, pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanah yang
cocok untuk tanaman ini adalah tanah yang subur dan gembur , cukup mengandung bahan
organik,humus dan tersedia saluran pembuangan air yang baik. Berikut adalah syarat
budidaya tanaman cabe rawit (Capsicum Frutescens) :
a. Iklim
Cabai adalah tanaman yang tumbuh baik di wilayah tropis dan subtropik yang hangat
dan lembab dan suhu 200 ºC sampai 250 ºC. Kelembaban rendah dalam tanah selama
pengembangan bunga dan pembentukan buah menyebabkan tunas tidak berbunga dan buah
rontok. Curah hujan yang berlebihan merugikan tanaman, karena membawa defoliasi dan
tanaman dapat membusuk. Sebagai tanaman hujan, tumbuh di daerah yang menerima curah
hujan tahunan 25-30 inci.
b. Pengolahan Tanah
Cabe dapat tumbuh di semua jenis tanah lembut tapi berpasir - lempung, lempung liat
dan tanah lempung yang paling cocok, tanah harus dikeringkan dengan baik dan diangin-
anginkan dengan baik. Tanah asam tidak cocok untuk budidaya cabai.
Tanah harus dibajak dan dicangkul cukup dalam. Maksud pencangkulan tanah adalah
untuk membalik tanah dan menggemburkan tanah. Tanah liat walaupun sudah dicangkul
atau dibajak menjadi gembur, cangkul lebih dalam (30-40 cm) dan diberi pupuk organis,
misalnya kompos atau pupuk kandang dan dapat ditambahkan pasir. Tanah disiapkan dengan
2-3 ploughings dan gumpalan dihancurkan setelah membajak. Kompos atau FYM @ 150-200
kwintal harus tersebar dan dicampur dengan baik di tanah setidaknya 15-20 hari sebelum
disemai. Pada membajak terakhir 0. HC @ 8-10 kg per hektar Aldrin atau Heftaf @ 10-15 kg
per hektar harus diterapkan pada tanah untuk melindungi tanaman dari semut putih dan hama
tanah lainnya. Bila pupuk organis jumlahnya terbatas, maka pemberiannya cukup pada jarak
60 x 60 cm. Pupuk organik, pasir dan tanah dicampur merata. Pupuk organik selain
menggemburkan tanah juga dapat menambah unsur hara. Pupuk organik yang diberikan
sebaiknya sudah matang atau sudah menjadi tanah. Pupuk yang mentah biasanya masih panas
sehingga dapat menyebabkan tanaman cabe menjadi layu dan mati.
c. Pembuatan Bedengan
Bedengan dapat dibuat dengan ukuran lebar sekitar 90, 100 atau 125 cm dengan
melihat kondisi tanah. Tinggi bedengan sekitar 20-30 cm, tergantung keadaan lahan, kalau
lahan sering tergenang air pada waktu musim hujan maka bedengan dipertinggi. Jarak antar
bedengan sekitar 40-5- cm atau dapat dipersempit menjadi 30-35 cm.
d. Pupuk Dasar
Pada waktu menanam cabe, tanah harus tersedia unsur hara yang cukup, maka
bedengan yang telah dipersiapkan dapat diberi pupuk organik berupa pupuk kandang yang
sudah matang. Pupuk tersebut dapat disebarkan ke seluruh permukaan bedengan atau hanya
ditempat tanaman cabe akan ditanam. Selain itu dapat ditambahkan pula pupuk SP 36 100 kg
perhektar untuk menambah unsur P sedangkan pupuk lainnya dapat diberikan kemudian.
e. Pembibitan
Biji cabe rawit harus disemaikan lebih dulu sebelum ditanam. Untuk mempercepat
pertumbuhannya, biji cabe sebaiknya direndam dahulu dalam air selama 24 jam sebelum
ditanam. Perlu diperhatikan bahwa biji cabe yang baik adalah biji yang betul-betul masak dan
kering. Cara menyemai biji cabe bermacam-macam, ada yang menggunakan kotak pesemaian,
pesemaian di lapangan, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll. Tanah
yang digunakan untuk pesemaian menggunakan tanah yang subur dan bebas dari gangguan
hama dan penyakit. Pesemaian sebaiknya menggunakan atap dari daun rebu, daun kelapa
maupun daunan lainnya agar suasana menjadi lebih lembab dan tanaman tidak terkena sinar
matahari langsung. Atap dapat dibuka atau ditutup menurut keperluan. Kalau pagi sampai
jam 10.00 atap dibuka, kemudian sesudah panas lebih dari jam 10.00 atap ditutup kembali.
f. Penanaman
Bibit cabe dapat dipindahkan setelah tumbuh setinggi kira-kira 15 cm di pesemaian.
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 90 cm. Pada saat pengambilan semai di
lapangan atau semai kotak dapat menggunakan solet yang ditusukan dengan cara miring dan
diangkat keatas sehingga semai akan terangkat ke atas. Tempat yang akan ditanami semai
dibuat lubang sedalam akar tunggang. Setelah ditanam segera disiram dan diberi penutup
pelepah pisang atau daun-daunan supaya tidak layu. Bila semai berasal dari kantung plastik,
maka kantong plastik harus disobek lebih dulu pelan-pelan sehingga media tanahnya tidak
pecah. Kalau media tanam pecah ada kemungkinan tanaman akan menjadi layu.Bila plastik
tidak disobek lebih dulu, di kemudian hari akar akan melingkar tidak dapat berkembang.
Setelah bibit cabe ditanam sebaiknya segera disiram air untuk menjaga kelembaban dalam
tanah dan kelembaban tanaman.
g. Penyiraman, drainase dan mulsa
Cabe tumbuh pada curah hujan dan irigasi tanaman yang baik. Irigasi pertama
diberikan setelah tanam dan irigasi selanjutnya diberi selang 5-7 hari tergantung cuaca dan
kondisi tanah selama musim panas dan musim hujan dan setelah 10 sampai 15 hari di musim
dingin. Pemeliharaan kelembaban tanah yang seragam sangat penting untuk mencegah mekar
.dan buah tetes. Irigasi saat kelembaban tanah tinggi dapat meningkatkan hasil tanaman, tetapi
jumlah buah tidak terpengaruh. Penurunan bunga dalam cabai adalah masalah besar dan
tergantung pada suhu tinggi, ketersediaan air rendah,dan intensitas cahaya.Bunga atau kuncup
bunga dapat dipotong dalam 1 hari (12 jam) dan suhu tinggi (28 °C). Penyemprotan cabai
dengan Planofix (NAA) pada 10 ppm pada tahap inisiasi bunga dan 15 hari kemudian (puncak
berbunga) mengurangi penurunan bunga dan meningkatkan set buah.
Tanaman cabe sebaiknya sering disiram terutama pada saat musim kemarau karena
tanahnya cepat kering. Tanaman yang terlalu lama kekeringan maka pertumbuhannya akan
kerdil. Untuk menghindari kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan maupun dari
jerami padi, Mulsa dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk organik sehingga
menambah kesuburan tanah. Jika menanam cabe pada musim hujan diusahakan jangan
sampai tergenang air. Bila tanaman cabe terlalu lama tergenang air, akar-akarnya dapat
menjadi busuk, daun mudah rontok dan akhirnya tanaman mati.
h. Penyiangan
Bila di lahan banyak gulma maka harus segera disiangi agar tidak menjadi pesaing
bagi tanaman cabai untuk mendapatkan unsur hara. Jika dalam jangka waktu lama gulma
tidak segera disiang, tanaman cabe akan menjadi kurus dan kerdil. Namun pencabutan gulma
perlu dilakukan hati-hati agar tidak merusak tanaman cabenya. Untuk mengurangi munculnya
gulma dapat juga menggunakan herbisida sebelum bibit cabe ditanam.
i. Penggemburan
Tanah yang terlalu padat harus digemburkan dengan cara dicangkul (didangir). Tanah
yang gembur peredaran udaranya menjadi lebih baik, sehingga perakaran menjadi lebih
sehat. Pada waktu menggemburkan tanah harus hati-hati, jangan terlalu dalam sebab jika
terlalu dalam dapat merusak perakaran. Akar yang luka tau putus juga mudah terkena infeksi
sehingga tanaman menjadi sakit dan mati.
j. Pemupukan
Tanaman cabe yang telah ditanam sekitar satu minggu dapat segera dipupuk dengan
pupuk N, K atau campuran urea dan KCl sebanyak 2 gram setiap tanaman. Pupuk SP 36 tidak
perlu diberikan lagi karena sudah diberikan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar. Pada
waktu melakukan pemupukan tidak boleh mengenai batang karena akan merusak batang.
Pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu dipupuk lagi sebanyak 5 gram per pohon.
Penggunaan pupuk daun maupun zat perangsang tumbuhan dapat diberikan sesuai dosis
anjuran dalam label kemasan.
k. Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman cabe banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah dan lainnya,
serta penyakit seperti antraknosa, layu bakteri, layu fusarium, bercak daun cercospora, busuk
buah , daun keriting. Adapun beberapa gejala dan pengendaliannya sebagai berikut:
 Kutu daun Aphis gossypii
Kutu daun terdapat dimana-mana dan makan segala macam tanaman. Kutu daun
menyerang daun yang masih muda dan tunas muda. Daun muda yang dihisap pertumbuhan
tidak normal, kerdil berkerut dan keriting. Kutu apis ini dapat menularkan penyakit virus,
daun menjadi keriting.
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman terserang sedikit
yaitu dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan secara kimia dapat menggunakan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran. Atau dapat juga dilakukan pengendalian biologi
dengan menggunakan predator seperti kumbang macan. Dapat pula menggunakan kertas
aluminium yang dapat memantulkan sinar matahari ke balik (bawah) daun tempat hama
bersembunyi.
 Thrips tabacci
Thrips menyerang hampir semua tanaman misal cabe, tomat, sayuran daun, kentang,
tembakau dll. Thrips menghisap cairan pada permukaan daun dan bekasnya berwarna putih
seperti perak. Bila serangan hebat akan terdapat banyak bercak dan warna daun menjadi putih.
Daun yang diserang hama ini akan menggulung, bentuknya tidak normal dan menjadi
keriting. Karena thrips menjadi vektor virus, maka seringkali kelihatan ada mosaik pada daun
yang diserang hingga pertumbuhan menjadi kerdil, daun sempit mengecil dan keriting.
Thrips pada umumnya bersembunyi dibalik daun sambil menghisap cairan.
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman terserang sedikit
yaitu dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan secara kimia dapat menggunakan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran. Atau dapat juga dilakukan pengendalian biologi
dengan menggunakan predator seperti kumbang macan. Dapat pula menggunakan kertas
aluminium yang dapat memantulkan sinar matahari ke balik (bawah) daun tempat hama
bersembunyi.
 Lalat buah Dacus dorsalis
Buah cabe yang diserang lalat ini bentuknya menjadi kurang menarik dan ada
benjolan. Buah cabe akhirnya terkena cendawan sehingga menjadi busuk. Buah cabe yang
terserang sering dikira terserang penyakit. Untuk membuktikannya sebaiknya buah dibelah
dan bila terdapat larva kecil putih berarti diserang lalat buah. Pengendalian dengan
menggunakan sex pheromon seperti metil eugenol untuk memikat lalat jantan. Kalau lalat
jantan berkurang maka keturunannya juga akan berkurang.
 Antraknosa
Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsicci yang tersebar dimana ada
pertanaman cabe. Penyakit ini bisa timbul di lapangan atau pada buah yang sudah dipanen.
Mula –mula pada buah yang sudah masak terdapat bercak kecil cekung kebasahan yang
berkembang sangat cepat dan terdapat jaringan cendawan berwarna hitam. Buah berubah
menjadi busuk lunak, berwarna merah kemudian menjadi coklat muda seperti jerami.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara biji didesinfiksi menggunakan thiram 0,2
% (Benlate), dan jangan menanam biji dari buah yang sakit serta dapat menggunakan
fungisida berbahan aktif mankozeb, propineb dan zineb.
 Daun keriting cabe
Daun cabe yang terserang menjadi keriting dan warnanya menguning, bila serangan
hebat pertumbuhan menjadi kerdil. Tanaman cabe yang terserang ruas-ruasnya menjadi
pendek, daun menjadi kecil dan tepi daun melengkung ke atas. Penyakit ini banyak
menyerang di musim kemarau. Cabe yang telah terserang tanaman ini harus dicabut dan
dibakar, gulma harus dibersihkan dan dapat diberikan insektisida sistemik secara rutin dengan
dosis anjuran sebelum tanaman terserang.

4. Persyaratan Simplisia Capsicum Frutescens


 Mikroskopik
Kulit buah. Epidermis luar terdiri dari selapis sel berbentuk polygonal, pipih kearah
tangensial, dinding tangensial luar sangat tebal dan bergaris. Sel epidermis ini berisi tetes-
tetes minyak berwarna kuning kemerahan. Hipodermis terdiri dari sel-sel kolenkimatik, tebal
sampai 7 lapis sel, dinding sel putih kekuningan, berisi tetes minyak berwarna kuning
kemerahan. Parenkim mesokarp terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal,
dinding tipis berisi tetes minyak berwarna kuning kemerahan; diantara sel parenkim terdapat
berkas pembuluh bikolateral. Lapisan sel besar terdiri dari 1 atau 2 lapis sel berbentuk
polygonal, dinding tipis, lumen lebar dan jernih, tidak terdapat tetes minyak. Epidermis dalam
terdiri dari selapis sel berdinding tipis dan berdinding tebal; sel epidermis yang berdinding
tipis berisi tetes-tetes minyak yang berwarna kuning kemerahan, sedang sel epidermis yang
berdinding tebal terdapat di bawah sel besar, dinding bernoktah, serta menyerupai sel batu
yang pada pengamatan tangensial tampak berkelompok, bentuk memanjang atau membundar
dengan dinding berkelok-kelok, lumen agak lebar, tidak berisi tets minyak; kutikula bagian
dalam tipis.
 Makroskopik.
Buah berbentuk bulat panjang, lurus atau bengkok, ujung meruncing, pangkal lebih
lebar daripada ujung, panjang 2 cm sampai 6 cm, lebar 0,5 cm sampai 0,8 cm, permukaan luar
licin mengkilap pada keadaan segar dan berkerut dalam keadaan kering; buah berongga,
bagian pangkal beruang 2 sedang bagia ujung beruang 1; warna merah kekuningan, merah
sampai merah tua. Dinding buah liat, sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm. Gagang buah
relative panjang, berukuran lebih kurang ¾ sampai 2 kali panjang buah, ramping, warna hijau
kehitaman. Kelopak berbentuk lonceng, terdiri dari 5 helai daun kelopak yang berlekatan satu
sama lain, warna hijau kehitaman. Biji banyak, relative besar, bentuk bundar atau segitiga
pipih, garis tengah lebih kurang 3 mm, warna kuning, terlepas atau melekat pada plasenta.
 Serbuk
Warna coklat kemerahan, rasa sangat pedas, bau merangsang. Fragmen pengenal
adalah fragmen tangensial epidermis luar, dinding bernoktah; fragmen epidermis dalam
berdinding tebal yang menyerupai sel batu terlihat tangensial; fragmen pembuluh kayu
bernoktah atau dengan penebalan tangga dan spiral; fragmen hipodermis; fragmen serabut
sklerenkim sangat sedikit (Anonim,1979).

5. Pembuatan Simplisia
a. Panen
Tanaman cabe rawit dapat dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan sesudah disemai.
Panenan berikutnya dapat dilakukan 1-2 minggu tergantung dari kesehatan dan kesuburan
tanaman. Untuk tanaman cabe rawit bila dirawat dengan baik dapat mencapai umur 1-2
tahun, apabila selalu diadakan pemangkasan dan pemupukan kembali setelah tanaman
dipanen. Pemupukan kembali dapat memberikan pupuk organik seperti kompos maupun
pupuk kandang yang sudah menjadi tanah.
Cabe dipotong hati-hati atau dipetik dengan tangan, bunga dan batang dipangkas
dengan gunting atau pisau. Untuk menghindari kerusakan bahu buah dan cabang, hal ini dapat
menyebabkan busuk karena bakteri. Cabe dipilih pada tahap primer dewasa atau sekunder.
Hal ini memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam panen dibandingkan dengan sebagian
besar tanaman. Panen pada interval 7-21 hari tergantung pada musim dan kebutuhan untuk
memilih. Pemanenan pada 14-hari interval memberikan hasil yang baik dan kualitas.
Pilih capsicum pada tahap primer dewasa (biasanya hijau), ketika mereka tegas,
dengan dinding tebal dan hijau gelap. Jika memilih terlalu dini, cabe memiliki dinding tipis
dan cenderung layu. Jika diinginkan, capsicum dapat dibiarkan pada tanaman tahap sekunder
(biasanya merah) sebelum panen. Hasil dapat berkurang 25-50 %, tetapi harga buah pada
tahap sekunder biasanya lebih tinggi daripada buah tahap utama. Cabe disimpan dengan suhu
sekitar 4 oC dengan kelembaban 95-98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada 10 oC masih
dalam keadaan baik sampai 16 hari.
b. Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan warna merah, masih
kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah sakit atau rusak (busuk).
c. Pengkelasan (klasifikasi)
Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih buah-buah cabai yang
panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu matang.
d. Pembersihan
Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah), kemudian dicuci bersih
dan tangkainya dibuang.
e. Pengeringan
Pengawetan dalam keadaan segar waktunya tidak akan lama, tetapi kalu dikeringkan
waktu simpan bisa lama. Cabe yang akan dikeringkan harus dipilih yng berkualitas baik,
tangkai dibuang dan kemudian cabe dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas
beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin.Selanjutnya
ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua. Kemudian
dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan buah cabe dapat menggunakan pemanas. Di dalam
ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberpa lapis untuk meletakkan cabe. Lapisan cabe
jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapa memakai
lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang berbentuk seperti almari dan bagian
dalam diberi lapisan seng. Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi
lubang, di atas pemans ada para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi yang
yang penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari. Suhu
dalam almari diatur lebih kurang 60oC, jangan terlalu panas dengan mengatur ventilasi.
Apabila telah melebihi 60 oC maka lubang ventilasi dibuka lebar. Supaya cabe keringnya
merata maka para-para bisa diubah letaknya, misal yang atas di pindah ke bawah demikian
sebaliknya. Banyaknya para-para tergantung besar kecilnya almari dan jarak antar para-para
sekitar 15-20 cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap 3 jam.
Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua hari buah cabe akan kering. Buah
cabe dianggap kering bila kandungan airnya tinggal 8 %. Dalam keadaan demikian buah cabe
dapat disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam
wadah kedap udara. Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan
untuk campuran saos dan cabe bubuk.
f. Kemasan Cabe
Sebelum buah cabe digunakan sebaiknya dilakukan seleksi dengan memisahkan buah
cabe yang bagus dan yang jelek kualitasnya. Cabe-cabe tersebut harus dikemas dengan baik
agar tidak rusak. Dengan kemasan yang baik tentu akan menambah beaya namun kerusakan
akan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan masih lebih tinggi.
Buah cabe dapat dikemas dengan kantung plastik yang telah diberi lubang-lubang
kecil dengan jarak anat lubang sekitar 5-10 cm . setiap kantung plastik dapat diisi cabe
dengan berat 0,5 kg; 1 kg; 1,5 kg atau 2 kg. Selanjutnya kantung plastik diletakkan pada
wadah yang dibuat dari bambu atau kardus. Ukuran wadah sebaiknya tidak terlalu besar yaitu
antara 10 x 25 x 25 cm sampai 35 x 50 x 40 cm. Setiap sisi wadah diberi lubang dengan garis
tengah 1 cm dan jarak antar lubang 10 cm.
g. Tempat penyimpanan
Dinginkan buah dengan pendinginan udara atau dengan pendinginan vakum. Simpan
pada 7-10 °C dan 90-95 persen kelembaban relatif untuk sampai tiga minggu. Buah yang akan
disimpan untuk beberapa waktu tidak harus disimpan dengan buah seperti tomat dan apel
yang akan mengeluarkan gas ethylene dan mengurangi umur penyimpanan. Buah hijau
memiliki waktu penyimpanan terpanjang.

6. Formulasi Capsicum Frutescens dan ekstraksi untuk sediaan emulgel dan gel
a. Persiapan ekstrak buah cabe
Ekstrak dibuat dengan metode refluks pada sejumlah serbuk buah cabe dengan
diklorometana sebagai pelarut. Ekstrak itu kemudian disaring dan residunya dicuci dengan
diklorometana. Filtrate dikumpulkan dan diuapkan untuk menghilangkan pelarut dengan
menggunakan vakum rotary evaporator dan oven sampai diperoleh ekstrak. Ekstrak yang
diperoleh digunakan sebagai bahan aktif dalam emulgel dan formulasi gel. Metode pemisahan
isi dalam ekstrak itu dilakukan oleh TLC Densytometry (Camag, Swiss) menggunakan n-
heksan: diklorometana: asetat glasial (7: 2,5: 0,5). Identifikasi komponen dugaan capsaicin
dilakukan dengan cara membandingkannya dengan standar. Diklorometana adalah racun
majemuk, sehingga untuk mengetahui residu dalam ekstrak diukur dengan Gas
Chromatography.
b. Persiapan Ekstrak buah Cabe untuk Emulgel
Emulgel dibuat dalam dua langkah. Langkah pertama emulsi dibuat dari minyak
dalam air dan dasar gel. Langkah kedua dicampur emulsi dan basis gel.
Fase minyak emulsi dibuat dengan melarutkan Span 20, ekstrak buah cabe dan BHT
dalam minyak zaitun, sedangkan fase air dibuat oleh melarutkan Tween 60 dalam air suling.
Setiap fase dipanaskan pada suhu 70-75 °C, dan mentol dilarutkan dalam etanol 96%
kemudian dicampur ke dalam propilen glikol. Setelah masing-masing fase mencapai suhu
sekitar 70-75 °C, fase minyak ditambahkan ke fase air diikuti dengan penambahan campuran
menthol-etanol-propilen glikol. Kemudian, campuran diaduk menggunakan homogenizer
dengan kecepatan 2500 rpm sampai suhu kamar dan membentuk emulsi. Setelah itu emulsi
dicampur sedikit demi sedikit ke dalam basis gel yang terdiri dari 2% karbomer menggunakan
pengadukan homogenizer dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit atau sampai massa
homogen emulgel terbentuk, perbandingan antara emulsi dan basis gel adalah 6: 4.
c. Membuat Gel dengan ekstrak cabe sebagai bahan aktif
Gel dibuat dengan dispersi karbomer dalam air suling sambil diaduk sampai benar-
benar terdispersi. Natrium hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam air suling dan kemudian
ditambahkan ke basis gel karbomer dengan stirrer kecepatan 1.500 rpm diaduk sampai basis
gel kental terbentuk. Menthol dilarutkan dalam etanol 96% kemudian dicampur dengan
propylene glikol. Campuran ditambahkan ke basis gel, kemudian diaduk dengan kecepatan
500 rpm sampai homogen. Setelah massa gel terbentuk, ekstrak buah dingin ditambahkan ke
dalam gel dengan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.
d. Evaluasi Emulgel dan Gel
 Evaluasi fisik emulgel dan gel
Evaluasi produk meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, konsistensi,
diameter rata tetesan, stabilitas fisik pada suhu rendah (4 ± 2 °C), suhu kamar (28 ± 2 °C), dan
suhu tinggi (40 ± 2 °C) selama 8 minggu dengan interval waktu 2 minggu setiap observasi,
cycling test, dan uji mekanis.
 Permeasi kulit secara in vitro
Percobaan permeasi secara in vitro ditentukan dengan menggunakan sel difusi Franz.
Kulit abdoment betina Spraque-Dawley (umur 2-3 bulan) dipasang pada kompartemen
reseptor dengan sisi menghadap ke atas ke dalam kompartemen donor dan dermal dengan sisi
menghadap ke bawah ke reseptor. Larutan air yang terdiri dari etanol 96% - pH penyangga
fosfat pH 7.4 (EPB) 13,0 ml, digunakan sebagai media reseptor. Kompartemen donor sel diisi
dengan 1-2 gram ekstrak cabai. daerah difusi sel yang tersedia adalah 1,52 cm2 menggunakan
tebal membran 0,6 ± 0,1 mm. Sel difusi Franz digunakan untuk mengukur penetrasi
kemampuan capsaicinoid. Area sel difusi adalah 1,52 cm2. Fase reseptor sel dipertahankan
pada suhu 37 °C dan diaduk oleh pengaduk magnet pada kecepatan 300 rpm. Pada interval
yang tepat, 0,5 ml aliquot dari media reseptor diambil dan segera diganti oleh volume yang
sama larutan reseptor yang baru. Sampel dianalisis dengan menggunakan KLT densitometer
pada panjang gelombang 281,0 nm. Setiap formulasi dengan replikasi tiga kali.
Berikut adalah formulasi gel dan emulgel yang mengandung ekstrak buah cabai rawit :
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Bailey, L.H. 1941. The standard cyclopedia of horticulture. Vol. 1. The MacMillan Co. New
York, NY. 1,200 p.

Bentley, R. and H. Trimer. 1880. Medicinal plants. Vol. 3. J.&A. Churchill, London. p. 147-
227.
Bosland, P.W. and E.J. Votava. 2000. Peppers: Vegetable and spice capsicums. CABI
Publishing, Oxon, UK and New York. 204 p.
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Cabai rawit dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.

Center for New Crops and Plant Products. 2002. Capsicum pepper. Purdue University. http://
hort.purdue.edu/newcrop/med-aro/factsheets/CAPSICUM_PEPPER.html. 2 p.
Chigoziri, Ekhuemelo., Ebenezer Jonathan Ekefan. 2013. Seed borne fungi of Chilli Pepper
(Capsicum frutescens) from pepper producing areas of Benue State, Nigeria.
Agriculture And Biology Journal Of North America. ISSN Print: 2151-7517, ISSN
Online: 2151-7525, doi:10.5251/abjna.2013.4.4.370.374.
Dagnoko, Sokona et al. 2013. Overview of pepper (Capsicum spp.) breeding in West Africa.
African Journal of Agricultural Research. Vol. 8(13), pp. 1108-1114, 11 April, 2013.
DOI: 10.5897/AJAR2012.1758.
Effionora, Anwar., Delly Ramadon, Harmita. Formulation and Evaluation of Gel and
Emulgel of Chili Extract (Capsicum Frutescens L.) as Topical Dosage Forms.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. ISSN- 0975-1491
Vol 6, Suppl 3, 2014.
Gardenguides.com. 2002. Cayenne. http://www.gardenguides.com/herbs/cayenne.htm. 4p.
Liogier, H.A. 1995. Descriptive flora of Puerto Rico and Adjacent Islands. Vol. 4. Editorial de
la Universidad de Puerto Rico, San Juan, PR.617 p
Pracaya. 1994. Bertanam Lombok. Kanisius. Yogyakarta.

Prajnanta, F.2001. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Cetakan ke 4. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Musfiroh, Ida., Mutakin Mutakin, Treesye Angelina, Muchtaridi Muchtaridi. Capsaicin Level
of Various Capsicum Fruits. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. ISSN- 0975-1491.Vol 5, Issue 1, 2013.
Nwachukwu C.U.,Mbagwu F.N., Onyeji A.N. 2007. Morphological And Leaf Epiderma l fe
atures of Capsicum Annum and Capsicum frutescens solanaceae. Nature and Science,
5( 3)

Anda mungkin juga menyukai