Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ANALISIS OBAT MAKANAN

DAN KOSMETIK

NAMA :MUHAMAD KHUDHORI


KELAS :5B FARMASI
NIM :174820103046
DOSEN PEMBIMBING :GERRY NUGRAHA S.Si,M.
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN
2019 - 2020
PENDAHULUAN
TUJUAN

 AGAR BISA MENGANALISIS DARI KETIGA CONTOH SETIAP OBAT DAN


KOSMETIK TIAP KANDUNGAN

DASAR TEORI

A. PENETAPAN KADAR TABLET RANITIDIN


Secara umum ada dua penggolongan obat yang dikenal dimasyarakat yaitu golongan obat
generik dan obat merek. Masyarakat akan memilih obat merek walaupun harganya lebih
mahal karena adanya anggapan bahwa obat merek lebih manjur dibandingkan obat
generik. Tidak hanya masyarakat awam, banyak tenaga kesehatan masih ragu dengan
khasiat obat generik. Padahal obat dengan bahan aktif yang sama akan memberikan efek
terapi yang sama didalam tubuh dipengaruhi oleh aspek bioavailabilitasnya (Raharjo,
2005). Ranitidin merupakan salah satu obat yang tersedia di apotek sebagai produk
generik maupun produk merek. Ranitidin merek oleh masyarakat juga sering dianggap
memiliki efek terapi yang lebih berkhasiat dibanding Ranitidin generik. Kadar obat di
dalam darah akan menunjukkan banyaknya obat yang akan berikatan dengan reseptor
hingga menimbulkan efek terapi (Raharjo, 2005).
Obat-obat merek sering kali dianggap lebih bermutu dibanding obat generik
meskipun semua obat yang beredar di Indonesia selalu dibawah pengawasan pemerintah.
Obat-obatan yang tidak memenuhi standar mutu tidak diizinkan untuk beredar. Perlu
dilakukan penilaian atas mutu obat generik untuk membuktikan bahwa obat generik
mempunyai kemanfaatan dan keamanan (Slamet.S.L et.al, 2005: 4). Oleh karena itu
untukmembandingkan mutu obat generik dan obat merek perlu dilakukan penetapan
kadar sehingga setelah mengetahui kadarnya masyarakat dapat memilih obat mana yang
akan digunakan.
Metode Spektrofotometri sebelumnya telah digunakan untuk penetapan kadar
Ranitidin pada sediaan tablet yang berisi Ranitidin dan Domperidon (Charde et al, 2006).
Pada penelitian ini akan dilakukan validasi metode tersebut pada sediaan tablet tunggal
Ranitidin dengan menggunakan metanol sebagai pelarut yang diharapkan nantinya dapat
digunakan untuk keperluan analisis Ranitidin dengan metode Spektrofotometri UVVis.
 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis Merk Shimadzu 1601, Neraca
analitik Shimadzu AY 220, alat-alat gelas, mortir dan stamper.
Bahan yang digunakan: Ranitidin baku (Kimia Farma), tablet
Ranitidin merek (Hexapharma, Interbat, Otto, Kalbe Farma, Dexa Medica),Tablet
Ranitidin generik (Dexa Medica,Phapros, Soho), metanol p.a (Merck®),
Aquabidestilata (Otsuka).
 Cara Kerja

1. Pembuatan larutan baku Ranitidin konsentrasi 1000 dan 100 ppm

Sebanyak 50 mg Ranitidin baku dimasukkan dalam labu takar 50 ml dan dilarutkan dengan
metanol sampai volumenya tepat 50 ml sehingga akan diperoleh konsentrasi 1000 μg/mL
(1000,0 ppm). Dari larutan baku konsentrasi 1000,0 ppm diambil 25 ml dan diencerkan dengan
metanol dalam labu takar 50 ml sampai tanda sehingga diperoleh konsentrasi 500,0 ppm.Dari
konsentrasi 1000,0 ppm dipipet 5 ml dan diencerkan dalam labu takar 50 ml sampai volumenya
tepat 50 ml sehingga diperoleh konsentrasi 100,0 ppm yang akan digunakan untuk pembuatan
seri konsentrasi. Penetapan panjang gelombang Maksimum Dari larutan baku Ranitidin 100,0
ppm dibuat larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan seri
konsentrasi. Larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm tersebut dikocok hingga homogen dan
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
200-400 nm.

2. Penetapan Kadar Sampel

Dua puluh tablet yang telah memenuhi keseragaman bobot kemudian digerus hingga halus dan
homogen. Sampel serbuk ditimbang setara dengan 50 mg Ranitidin, kemudian dilarutkan dengan
metanol hingga volumenya tepat 50 ml. Dari larutan tersebut kemudian dipipet 1 ml dan
diencerkan dengan metanol hingga volumenya tepat 10 ml dengan menggunakan labu takar 10
ml. Larutan diambil 1 ml lalu diencerkan dengan metanol sampai volumenya tepat 10 ml.
Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan operating time.
Penetapan kadar dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan dilakukan terhadap lima
sampel tablet Ranitidin merek dan tiga sampel tablet Ranitidin generik.

 Contoh kasus

Saat ini banyak masyarakat yang lebih memilih obat merk dibandingkan obar
generik. Mereka menganggap obat merk lebih berkhasiat dibanding obat generik.
Padahal obat dengan zat aktif yang sama akan memberikan efek terapi yang sama sesuai
kadarnya. Untuk itu perlu dilakukan penetapan kadar antara obat generik dan merk.
Metode Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk menetapkan kadar Ranitidin
dalam sediaan tablet. Metode ini didasarkan pada adanya gugus kromofor dan
auksokrom pada Ranitidin yang dapat memberikan absorbansi pada panjang gelombang
326 nm menggunakan pelarut metanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penetapan kadar Ranitidin dalam sediaan tablet dan uji validasinya menggunakan
metode analisis Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata
Ranitidin dari delapan sampel tablet Ranitidin yang diperoleh adalah 150,44 mg/tablet.

2.Vitamin B6

Vitamin B6 (piridoksin) diperlukan dalam beberapa proses metabolisme. Tubuh


membutuhkan vitamin B6 untuk reaksi lebih dari 100 enzim, perkembangan otak selama masa
kehamilan, serta fungsi kekebalan tubuh. Vitamin B6 juga berperan sebagai kofaktor dalam
reaksi enzimatis tubuh yang essensial. Pada orang dewasa kebutuhan vitamin B6 adalah 100
mg per hari, sedangkan pada anak usia 1 sampai 3 tahun 30 mg, anak usia 4 sampai tahun 40
mg, anak usia 9 sampai 13 tahun 60 mg dan pada remaja 14 tahun sampai 18 tahun 80 mg per
hari. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan anemia, ruam kulit, depresi serta system
kekebalan tubuh yang lemah. Vitamin B6 sering dikombinasikan dengan B12 sebagai vitamin
neurotropi. Kombinasi dengan vitamin B1 dan B12 akan mem serta mengoptimalkan s
menunjukkan pentingnya asupan vitamin B6 yang cukup pada tubuh (Mooney NIH, 2016)
Analisis vitamin B6 dalam sediaan multivitamin neurotropi yang simple, cepat serta
metode yang memiliki kriteria tersebut adalah spektrofotometer UV gelombang yang lebar
akan mampu mendapatkan panjang gelombang maksimal untuk analisis vitamin B6. Analisis
vitamin B6 menggunakan spektrofotometri UV Vis akan berlangsung cepat sehingga mampu
menghambat degradasi sehingga hasil analisis yang diperoleh akurat gelombang maksimal
tunggal untuk vitamin B6 akan mampu memisahkan dengan komponen lain yaitu vitamin B1
dan B6 meskipun ketiganya sama-sama larut dalam air. Hal ini juga menunjukkan bahwa
analisis vitamin B6 menggunakan spektrofo selektif hamilan, High Performance Liquid
Chromatography), GC ( rah et al., 2014, Vergara al., 2016). Uvlombang et al., 2012) vitamin
B1 dan sistem syaraf. Hal ini B6 dalam beberapa ), Gass Chromatography ., . neurotropik
membutuhkan metode murah. Salah satu -Vis. Rentan lombang akurat. Pemilihan panjang
spektrofometri UV Vis juga , 2012)..

 Alat
Alat adalah spektrofotometri UV stirer, labu ukur 10,0 ml, labu ukur 100,0 ml,
gelas beaker 100,0 ml, spatula, pipet ukur, kertas whattman
 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian serta sampel vitamin neurotropi
neurotropik merk C
 Cara kerja
 Pembuatan baku
kemudian dilarutkan menggunakan aquades 10,0 ml. Larutan ini distirer kemudian
disaring menggunakan kertas whattman. Membuat baku vitamin B6 100 ppm,
dengan cara dipipet 1,0 ml dari baku induk dilarutkan diaquades, kemudian
digunakan untuk menetapkan panjang gelombang maksimal.
 Pembuatan Kurva Baku
Vitamin B6 90 ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm dan 130 ppm dari baku induk
1000 ppm. Kemudian dilihat nilai abs antara seri kadar dengan nilai absorbansi
melalui regresi linier.
 Penetapan Kadar Vitamin B6 Dalam Sampel
Penetapan kadar vitamin B6 dalam sampel Hasil penetapan panjang gelombang
kurva baku vitamin B6 Hasil perhitungan kadar Penggunaan spektrofotometer UV
Analisis vitamin B6 menggunakan Neurotropik induk 1000 ppm absorbansinya.
Kurva baku dibuat neurotropik merk A, B dan C. ditimbang 20 tablet kemudian
dihitung bobo kemudian dihaluskan. Timbang sampel yang sudah menjadi serbuk
sesuai bobot rata tablet. Masukkan dalam labu ukur 100,0 ml tambah aquades
sampai batas. Stirer larutan tersebut kemudian sentrifuse. Hasil sentrifuse disaring
menggunakan k 1,0 ml larutan masukkan dalam labu ukur 10,0 ml, ditambah
aquades sampai batas. Kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometri UV
pada panjang gelombang maksimal. Catat nilai absorbansinya untuk dihitung
kadarnya menggunakan per diperoleh dari kurva baku.

 Contoh kasus
Analisis vitamin B6 dalam sediaan tablet multivitamin neurotropik membutuhkan
metode yang sederhana, cepat serta murah. Salah satu metode yang memiliki
kriteria tersebut adalah spektrofotometri UV-Vis. Analisis vitamin B6
menggunakan spektrofotometri UV Vis berlangsung cepat sehingga mampu
menghambat degradasi senyawa sehingga hasil analisis yang diperoleh lebih
akurat. Pemilihan panjang gelombang maksimal tunggal untuk vitamin B6 akan
mampu memisahkan dengan komponen vitamin B1 dan B6 meskipun ketiganya
sama-sama larut dalam air. Kondisi optimal analisis vitamin B6 pada sampel
vitamin neurotropik dengan metode spektrofotometri UV-Vis adalah pada panjang
gelombang 325 nm dengan menggunakan pelarut air. Hasil kurva kalibrasi pada
seri kadar 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm, 100 ppm, 110 ppm,120 ppm dan 130
ppm memiliki nilai r 0, 9965.
.
3.kosmetik lotion nipangin dan nipasol
Body lotion terdiri dari beberapa bahan penyusun, salah satunya adalah bahan
pengawet. Bahan pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dan melindungi body lotion dari kontaminasi sehinggaBody lotion terdiri dari beberapa
bahan penyusun, salah satunya adalah bahan pengawet. Bahan pengawet digunakan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan melindungi body lotion dari kontaminasi
sehingga Pada tahun 2004, penelitian terhadap 20 pasien kanker payudara, ditemukan
adanya residu nipagin dalam jaringan meskipun sama sekali tidak berpengaruh pada
aktivitas estrogenic. Konsentrasi nipagin yang digunakan dalam produk body lotion perlu
diperhatikan (Linda, 2011).
Efek samping umum nipagin pada kulit adalah iritasi, pemakaian produk body
lotion yang mengandung nipagin dalam jangka panjang menimbulkan reaksi alergi dan
inflamasi, menimbulkan lesi kulit hingga dermatitis. Bagi konsumen dengan kulit normal,
nipagin sebenarnya tidak menimbulkan reaksi alergi dan reaksi sensitasi, meskipun
demikian kasus alergi nipagin sudah banyak dilaporkan (Soni dkk., 2002).
Penetapan kadar nipagin dalam bedak tabor bayi secara KCKT (Kromatografi cair
kinerja tinggi) sebesar 0,22% (Endang dan Reslely, 2015). Penelitian kadar nipagin
dalam krim pemutih Placenta Whitening Cream secara spektrofotometri UV diperoleh
sebesar 0,08% (Pane, 2015). Meskipun banyak digunakan namun tidak sedikit produk
body lotion tanpa izin edar (TIE) yang beredar di pasaran dengan iming-iming harga
murah, terutama di pasar-pasar tradisional termasuk Kota Palu.
menghasilkan produk tanpa cacat. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa golongan ester paraben (metil, etil, propil dan butyl paraben)
sebagai bahan pengawet yang paling umum dan sering digunakan (Steinberg, 2006).
 Alat dan Bahan digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yakni: body lotion racikan atau tanpa
izin edar (TIE), Etanol 96% p.a (Merck®), metil paraben (Nipagin) BPFI (Baku
Pembanding Farmakope Indonesia), Toluen (Merck®), Asam Asetat Glasial
(Merck®), Lempeng silika gel 60 F254(Merck®), Metanol p.a (Merck®).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni: batang pengaduk, bejana elusi
(Camag®), alat-alat gelas (Pyrex®), Lampu UV (Camag®), kertas saring, lemari asam
(Esco®), timbangan analitik (Sartorius®).
 Cara Kerja
1. Penyiapan KLT
Disiapkan fase diam berupa silika gel GF254, tebal 0,25 mm. Kemudian disiapkan
fase gerak Toluen-Asam Asetat Glasial (80:20), dijenuhkan dengan kertas saring.
2. Penotolan Lempeng KLT
Lempeng KLT diberi garis batas atas 3 cm dan garis batas bawah 2 cm. Kemudian
diberi identitas sampel yang akan ditotol pada batas bawah dengan jarak antara titik
totolan 2 cm. Lmpeng KLT yang telah diberi identitas ditotol dengan larutan sampel
dan larutan baku. Setelah ditotol, lempeng KLT tersebut dimasukkan kedalam bejana
elusi berisi larutan toluen-asam asetat glasial (80:20). Kemudian dikeluarkan dari
bejana elusi setelah mencapai jarak rambat 15 cm. Lalu dikeringkan, setelah itu
diamati bercak nipagin pada lampu UV 254 nm.
3.Spektrofotometri UV VIS
Bercak sampel dan baku yang mempunyai nilai harga Rf, ditandai dan dikerok, dan
hasil kerokan bercak sampel dan baku dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml.
Setelah itu, dilarutkan dengan etanol 96% hingga tanda, kemudian dikocok dan
disaring. Dibuat larutan blanko dengan cara yang sama dari hasil kerokan lapis tipis
yang tidak ada bercak pada Rf yang sama sebanyak lebih kurang sama dengan kerokan
bercak. Kemudian larutan bercak sampel dan bercak baku masing-masing diukur pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 257 nm.
Pembuatan Larutan Baku Nipagin BPFI (Badan POM, 2001)
Ditimbang sebanyak 10 mg Nipagin (Metil Paraben). Kemudian dimasukkan kedalam
labu tentukur 10 ml. Ditambahkan etanol 96% sampai batas garis volume labu
tentukur.
Pembuatan Larutan Sampel (Badan POM, 2001)
Ditimbang sampel sebanyak 2,5 gram dengan 2 replikasi ditempat yang berbeda.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker 25 ml. Dilarutkan 2 ml etanol
96% dan diaduk. Setelah itu, dituangkan kedalam labu tentukur 10 ml, ditambahkan
lagi dengan etanol 96% sampai batas garis volume labu tentukur.
 Contoh kasus
Pada tahun 2004, penelitian terhadap 20 pasien kanker payudara, ditemukan adanya
residu nipagin dalam jaringan meskipun sama sekali tidak berpengaruh pada aktivitas
estrogenic. Konsentrasi nipagin yang digunakan dalam produk body lotion perlu
diperhatikan (Linda, 2011).
Penutup

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian penetapan kadar nipagin dalam sediaan body lotion secara
spektrofotometri ultraviolet, diketahui bahwa body lotion tanpa izin edar (TIE) yang
diuji mengandung nipagin masing-masing sampel pasar tradisional Masomba A1=
0,232%, A2= 0,229% dan B1= 0,124%, B2= 0,120%, pasar tradisional Manonda C1=
0,120%, C2= 0,117% dan D1= 0,267%, D2= 0,273% pasar Lasoani F1= 0,213%, dan
F2= 0,215%.
Metode Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk menetapan kadar tablet
Ranitidin merek dan generik menggunakan pelarut methanol. Hasil validasi analisis
yang dilakukan didapat akurasi metode dan presisi yang memenuhi persyaratan
validitas analisis dan diperoleh nilai lineraritas sebesar r = 0,9988 dengan batas deteksi
0,6 ppm dan batas kuantitasi 2,1 ppm. Terdapat perbedaan yang bermakna antara
kadar Ranitidin dalam tablet Ranitidin merek dan generik. Setelah dilakukan
perbandingan antar sampel dengan post hoc test diketahui 16 pasangan sampel yang
berbeda kadarnya secara bermakna, sedangkan 12 pasangan sampel kadarnya tidak
bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai