DISUSUN OLEH :
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrahim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya yang senantiasa selalu menyertai seluruh tugas dan tanggung jawab, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam
Keperawatan. Meskipun masih banyak kesalahan dan masih sangat sederhana, tetapi kami telah
berusaha membuatnya semaksimal mungkin. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk melengkapi nilai tugas kelompok Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan sebagai bahan untuk presentasi.
Dan kami juga sering mendapatkan kendala-kendala dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saranyang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
sebagai acuan penyusun untuk bisa melangkah lebih maju lagi di masa depan. Akhir kata,
Penyusun berharap dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat untuk
semuanya.
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
Bab I
A.Latar Belakang............................................................................................................................4
B.Tujuan.........................................................................................................................................4
C.Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
Bab II.
A.Konsep Berduka..........................................................................................................................5
B.Teori-teori Berduka.....................................................................................................................5
C.Fase-fase Berduka.......................................................................................................................7
Bab III
Kesimpulan.....................................................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Duka tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku
seseorang. Duka cita adalah suatuproses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau
bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : menolak (denial), marah (anger),
tawar-menawar (bargaining),
depresi (depression), dan menerima (acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri dari
berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati dampak dan
efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung
tanpa batas waktu.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
PEMBAHASAN
A.Konsep berduka
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek
dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
B.Teori-teori berduka
4.Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
5.Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
B.Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1.Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti
itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
2.Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi
rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
3.Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
4.Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan
dan mulai memecahkan masalah.
5.Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
C.Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang
tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesed
ihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam
mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
D.Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1.Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2.Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan
kehilanganmereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3.Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani
hidup dengan kehidupan mereka.
1.Fase pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari
kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi,dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu
terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan
penyakitterminal, akan terus mencari informasi tambahan.Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah :
letih, lemah, pucat, diare,gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu
harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun
2.Fase marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataanterjadinya kehilangan Individu
menunjukkan rasa marah yang meningkat yangsering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya
sendiri. Tidak jarang iamenunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan,
menuduhdokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lainmuka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3.Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,maka ia akan maju ke fase tawar-
menawar dengan memohon kemurahan padaTuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “
kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh
keluargamaka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4.Fase depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadangsebagai pasien sangat penurut, tidak
mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala
fisik yangditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libidomanurun.
5.Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yangselalu berpusat kepada obyek
atau orang yang hilang akan mulai berkurang atauhilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannyaakan beralih kepada
obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju
yang ini tampak manis “ atau “apa yangdapat saya lakukan agar cepat sembuh”.Apabila individu dapat
memulai fase ini dan menerima dengan perasaandamai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta
mengatasi perasaankehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka iaakan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya
Seseorang yang berduka bisa ikhlas,sabar dan dapat menerima kenyataan dari dukanya itu sendiri . Jadi
jika seseorang sudah bisa ikhlas.sabar dan dapat menerima kenyataan dia akan merasa lebih tenang
Seseorang yang berduka dan terjebak pada tahapan depresi, akan merasa kesepian, sedih, dan penuh
penyesalan. Tidur akan terganggu, nafsu makan menurun, kehidupan sosial berubah, bahkan aktivitas lain
jadi terhambat karena suasana hati yang terus memburuk.
Bab III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalami, Ermawati. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta : CV. Trans Info Media.