SISTEM KARDIOVASKULAR
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Kardiovaskular “ Penyakit
Jantung Koroner”.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem
keperawatan dewasa. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
kata Pengantar ......................................................................................................................................... 2
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................................. 4
A. Definisi ........................................................................................................................ 6
B. Klasifikasi.................................................................................................................... 6
C. Etiologi ........................................................................................................................ 7
D. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner ................................................................... 7
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 9
E. Patofisiologi ................................................................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 10
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 11
H. Komplikasi ................................................................................................................ 12
I. Pencegahan ................................................................................................................ 13
J. Pathway ..................................................................................................................... 14
Bab Iii Asuhan Keperawatan ............................................................................................................... 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner atau yang biasa disebut PJK merupakan salah satu
penyakit yang dapat menyebabkan kematian terbesar. Penyakit Jantung Koroner
disebabkan karena tidak sanggupnya jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
yang disebabkan karena penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah.Menurut
World Health Organization atau yang biasa disingkat WHO (2011) PJK adalah penyakit
penyebab kematian nomor satu secara global. Selain itu, menurut data WHO tahun
2012 dalam penelitian Bertalina (2017) jumlah penduduk dunia yang meninggal akibat
penyakit kardiovaskuler sebanyak 17,3 juta ditahun 2008. Sedangkan menurut WHO
(2013) di Asia Tenggara, Indonesia menepati urutan ke-4 setelah Negara Laos,
Kamboja, dan Filiphina yang memiliki angka PJK tertinggi.(1,2,3)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
menyatakan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia menurut diagnosis
dokter sebesar 0,5% atau sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter dan gejala yang sudah ada sebesar 1,5% atau sekitar 2.650.340 orang.. (4) Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Suchi dinyatakan bahwa Sumatera Barat dinyatakan
sebagai Provinsi dengan prevalensi PJK tertinggi ke-4 di Indonesia. Setiap tahunnya
terdapat 16 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 2001, 7,2 dari 16
juta kematian adalah akibat PJK. Menurut data WHO diprediksikan bahwa pada tahun
2020 akan terdapat 25 juta kematian penduduk dunia akibat penyakit kadiovaskular dan
separuhnya disebabkan oleh PJKangka kejadian jantung koroner.
Penyakit Jantung Koroner dapat disebabkan oleh berbagai faktor, ada faktor
yang dapat diubah dan ada juga yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah
meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah
meliputi kadar kolesterol, gaya hidup, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, merokok.
Kolesterol merupakan jenis lemak yang dibutuhkan oleh tubuh. Kolesterol
terbagi atas Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL), dan
Trigliserida. Jika dalam jumlah berlebih, kolesterol LDL membahayakan karena dapat
menimbulkan plak pada pembuluh darah. Plak ini dapat mengakibatkan penyumbatan
aliran darah ke otak dan ke jantung.Penyumbatan darah ke jantung inilah yang disebut
dengan Jantung Koroner. Seperti yang telah dijelaskan, kadar kolesterol yang tinggi
merupakan salah satu penyebab terjadinya PJK yang merupakan penyakit yang
menempati urutan tertinggi sebagai penyakit penyebab kematian di Indonesia (26,4%).
Asupan lemak sangat erat kaitannya dengan kadar kolesterol karena konsumsi
lemak yang tinggi terutama lemak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol plasma.
Diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari total kalori dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah sebanyak 1,9 mg/dl. Maka dari itu konsumsi
lemak yang berlebih cenderung meningkatkan profil lipid dalam darah dengan risiko
penumpukkan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rini 2015 yang menyatakan bahwa
4
lemak sangat berbahaya karena dapat manaikkan kadar LDL dan menurunkan kadar
HDL sehingga meningkatkan risiko terkena PJK.
selain itu, teori ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Waloya, dkk pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa konsumsi makanan berlemak
terutama yang mengandung kolesterol dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.
Namun hal ini hanya berkontribusi kecil apabila tidak didukung oleh faktor lainnya.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan energi. Semua kegiatan sehari-hari masuk kedalam aktivitas fisik
termasuk didalamnya kegiatan olahraga. Olahraga berperan dalam membantu
perbaikan penyakit jantung dan stroke dengan jalan penurunan tekanan darah,
peningkatan High Density Lipoprotein (HDL), penurunan LDL, memperbaiki aliran
darah, dan meningkatkan kapasitas kerja jantung. Latihan intesitas sedang yang
dilakukan dalam waktu yang relatif lama menyebabkan asam lemak digunakan sebagai
energi yang akan memperkecil peluang sintesis inti sterol, sehingga kolesterol tidak
terbentuk secara berlebihan. Menurut Soeharto dalam Hartini tahun 2015 menyatakan
bahwa olahraga yang dilakukan lebih dari 30 menit dapat membantu memecah lemak
dan kolesterol.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa olahraga dapat menurunkan
kadar kolesterol.
Selain itu Sugeha pada tahun 2013 juga menyatakan bahwa olahraga dapat
menurunkan kadar LDL kolesterol dan dapat meningkatkan HDL kolesterol.Pada
survey yang telah dilakukan pada pasien di RSUP M. Djamil Padang, ditemukan kadar
kolesterol yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa kadar kolesterol pada
populasi bervariasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
tempat tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengangkat
topik penelitian tentang “Hubungan Asupan Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan
Kadar Kolesterol pada Pasien Penyakit Jantung Koroner”.
A. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Penyakit Jantung Koroner ?
2. Apa yang dimaksud dengan Klarifikasi Penyakit Jantung Koroner?
3. Apa yang dimaksud dengan Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner?
4. Apa saja Faktor-Faktor yang beresiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner?
5. Apa Komplikasi dari Penyakit Jantung Koroner?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien Penyakit Jantung Koroner yang
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses
keperawatan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart Disease (CHD) atau
penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan penyakit yang disebabkan adanya
plak yang menumpuk di dalam arteri koroner sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan
yang mensuplai oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani, 2016). Penyakit jantung koroner
(PJK) terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner yang berimbas pada
otot jantung yang kekurangan darah sehinga terjadi gangguan fungsi jantung. PJK
merupakan akibat adanya penyumbatan pembuluh darah koroner (Putri, 2018).
Penyakit CAD terjadi akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner
oleh karena proses artherosklerosis. Pada proses atherosklerosis yang akan dialami usia
muda sampai usia lanjut akan terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner. Itu umum
dialami setiap orang. Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya infark,
tergantung dari individu masing-masing (Nurhidayat, 2011).
B. KLASIFIKASI
Menurut Helmanu, (2015) penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Chronic Stable Angina (Angina Piktoris stabil (APS)) Ini merupakan bentuk awal dari
penyakit jantung koroner yang berkaitan dengan berkurangnya aliran darah ke jantung
yang ditandai dengan rasa tidak nyaman didada atau nyeri dada, punggung, bahu,
rahang, atau lengan tanpa disertai kerusakan sel-sel pada jantung. Stress emosi atau
aktivitas fisik biasanya bisa menjadi pencetus APS namun itu bisa dihilangkan dengan
obat nitrat. Pada penderita ini gambar EKG tidak khas, melainkan suatu kelainan.
2. Acute Coronary Syndrome (ACS) Merupakan suatu sindrom klinis yang bervariasi.
ACS dibagi menjadi 3, yaitu :
• Unstable Angina (UA) atau Angina Piktoris Tidak Stabil (APTS) APTS meskipun
hampir sama namun ada perbedaan pada sifat nyeri dan patofisiologi dengan APS.
Sifat nyeri yang timbul semakin lebih berat dari sebelumnya atau semakin sering
muncul pada saat istirahat, nyeri pada dada yang timbul pertama kalinya, angina
piktoris dan prinzmental angina setelah serangan jantung (myocard infaction ).
Kadang akan terdapat kelainan dan kadang juga tidak pada gambaran EKG
penderita.
• Acute Non ST Elevasi Myocardinal Infarction (NSTEMI)
Ditandai dengan sel otot jantung seperti CKMB, CK, Trop T, dan lain-lain yang
didalamnya terdapat enzim yang keluar yang merupakan tanda terdapat kerusakan
pada sel otot jantung. Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada
penguatan ST elevasi yang baru pada gambran EKG.
• Acute ST Elevasi Myocardina Infarction (STEMI) Sudah ada kelainan pada
gambaran EKG berupa timbulnya Bundle Branch Block yang baru atau ST elevasi
baru. Kelainan ini hampir sama denagn NSTEMI.
6
C. ETIOLOGI
Menurut Pratiwi, (2011) penyebab terjadinya penyakit jantung koroner pada
perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya penyakit arteri
koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis adalah penimbunan jaringan
fibrosa dan lipid didalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen
pembuluh darah secara progresif. Akan membahayakan aliran darah miokardium
jika lumen menyempit karena resistensi terhadap aliran darah meningkat.
2. Trombosis
Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah pendarahan berlanjut pada
saat terjadi luka karena merupakan bagian dari mekanisme pertahan tubuh. Lama
kelamaan dinding pembuluh darah akan robek akibat dari pengerasan pembuluh
darah yang terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian
robek tersebut yang bersatu dengan kepingan-kepingan darah menjadi trombus.
Trombosis dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
7
PJK. Riwayat keturunan mempunyai risiko lebih besar untuk terkena PJK
dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat penyakit PJK dalam keluarga
(Andarmoyo, 2014).
2. Faktor yang dapat diubah (dikendalikan):
• Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit jantung
koroner. Tekanan darah tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan
sistem pembuluh darah dengan perlahan-lahan. Komplikasi yang terdapat pada
hipertensi esensial biasanya terjadi akibat perubahan struktur arteri dan arterial
sistemik, utamanya pada kasus yang tak terobati. Pada awalnya terjadi hipertropi
dari tunika media lalu hialinisasi setempat serta penebalan fibrosis dari tunika
intima lalu berakhir dengan terjadinya penyemepitan pembuluh darah.
• Hiperlipidemia
Kolestrol, fosfolipid, trigliserida, dan asam lemak yang merupakan bagian dari
lipid plasma berasal endogen dari sintesis lemak dan eksogen dari makanan.
Triglserida dan kolestrol merupakan 2 jenis lipid yang relatif mempunyai makna
klinis yang penting sehubungan dengan arteriogenesis. Lipid terikat pada
protein sabagai mekanisme transport dalam serum. Meningkatnya kolestrol
LDL sehubungan dengan peningkatan resiko koronaria, sementara tingginya
kadar kolestrol HDL berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri
koronaria.
• Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam peredaran darah, termasuk
PJK. Disebabkan oleh resistensi atau kekurangan hormon insulin yang
mengontrol penyebaran glukosa melalui aliran darah ke sel-sel diseluruh tubuh.
Diabetes meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk kolesterol tinggi.
Pada diabetes melitus timbul proses penebalan membran kapiler dan arteri
koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penelitian
menunjukkan penderita penyakit diabetes militus pada laki-laki mempunyai
resiko penyakit jantung koroner 50% lebih tinggi dari pada orang normal, dan
resikonya menjadi 2 kali lipat pada perempuan.
• Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan
oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat inhalasi
karbondioksida, menyebabkan takikardi, vasokonstruksi pembuluh darah
(elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan
pembuluh darah arteri), dan membuat sel-sel darah yang disebutplatelet menjadi
lebih lengket sehingga mempermudah terbentuknya gumpalan. Orang yang
merokok lebih dari satu bungkus perhari beresiko mengalami masalah kesehatan
khususnya gangguan jantung 2x lebih besar daripada mereka yang tidak
merokok (Muttaqin, 2009).
• Obesitas Obesitas
8
merupakan kelebihan jumlah lemak pada tubuh lebih dari 19% pada laki-laki
dan lebih dari 21% pada perempuan. Obesitas sering bebarengan dengan
diabetes melitus, dan hipertensi. Obesitas juga bisa meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL kolesterol. Penyakit jantung koroner resikonya akan
meningkat jika berat badan sudah tidak ideal. Kolesterol tinggi pada penderita
gemuk dapat ditrunkan dengan diet dan olahraga.
• Stres
Berdasarakan penelitian terdapat hubungan antara faktor stress psikologik
dengn penyakit jantung. Stress yang berkepanjangan akan meningkatkan
tekanan darah dan katekolamin dan dapat mengakibatkan terajdinya
penyempitan pembuluh darah arteri koroner.
• Kurang aktifitas fisik
Latihan Kadar HDL ( High Density Lipoprotein ) kolestrol dapat ditingkatkan
dan kolesterol koroner dapat diperbaiki dengan latihan fisik ( exercise ) sehingga
resiko penyakit jantung koroner dapat diturunkan. Latihan fisik bermanfaat
karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen menurunkan berat
badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol, membantu
menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan kesegaran jasmani.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, (2001) dalam Nurhidayat S.(2011) :
1. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai rasa terbakar, berat, mati rasa,
dapat menjalar kepundak kiri, leher, lengan, punggung atau rahang)
2. Denyut jantung lebih cepat
3. Pusing
4. Sesak nafas
5. Mual
6. Berdebar-debar
7. Kelemahan yang luar biasa
E. PATOFISIOLOGI
Menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun (2019) penyakit jantung koroner
biasanya disebabkan oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah (umur, jenis kelamin,
dan riwayat keluarga) dan faktor resiko yang bisa dirubah (hipertensi, hiperlipidemia,
diabetes melitus, merokok, obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik). Paling utama
penyebab penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklerosis disebabkan
oleh factor pemicu yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan fibrosa dan
lipoprotein menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah 14 lemak diangkut dengan
menempel pada protein yang disebut apoprotein. Keadaan hiperlipedemia dapat
merusak endotelium arteri. Mekanisme potensial lain cedera pembuluh darah
mencakup kelebihan tekanan darah dalam sistem arteri. Kerusakan endotel itu sendiri
9
dapat meningkatkan pelekatan dan agregasi trombosit serta menarik leukosit ke area
tersebut. Hal ini mengakibatkan Low Densitiy Lipoprotein (LDL) atau biasanya disebut
dengan lemak jahat yang ada dalam darah. Semakin banyak LDL yang menumpk maka
akan mengalami proses oksidasi.
Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapat pada arteri yang terangsang
dan menggangu aliran darah. Plak juga dapat menyebabkan ulkus penyebab
terbentuknya trombus, trombus akan terbentuk pada permukaan plak, dan penimbunan
lipid terus menerus yang dapat menyumbat pembuluh darah.
Lesi yang kaya lipid biasanya tidak stabil dan cenderung robek serta terbuka.
Apabila fibrosa pembungkus plak pecah (ruptur plak), maka akan menyebabkan debris
lipid terhanyut dalam aliran darah dan dapat menyumbat arteri serta kapiler di sebelah
distal plak yang pecah. Akibatnya otot jantung pada daerah tersebut mengalami
gangguan aliran darah dan bisa menimbulkan aliran oksigen ke otot jantung berkurang.
Peristiwa tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi iskemik sehingga hipoksia.
Mengakibatkan proses pada miokardium berpindah ke metabolisme anaerobik yang
menghasilkan asam laktat sehingga merangsang ujung saraf otot yang menyebabkan
nyeri.
Jaringan menjadi iskemik dan akhirnya mati (infark) disebabkan karena suplai
darah ke area miokardium terganggu. Ketika sel miokardium mati, sel hancur dan
melepaskan beberapa iso enzim jantung ke dalam sirkulasi. Kenaikan kadar kreatinin
kinase (creatinine kinase), serum dan troponin spesifik jantung adalah indikator infark
mioardium.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada PJK, yaitu :
1. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan LDL (≥ 130 mg/dL), HDL (pria ≤ 40 mg/dL, wanita ≤ 50
mg/dL), kolesterol total (≥ 200 mg/dL), dan trigliserida (≥ 150 mg/dL), CK (pria ≥
5-35 Ug/ml, wanita ≥5-25 Ug/ml), CKMB (≥ 10 U/L), troponin (≥ 0,16 Ug/L),
SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32 U/L), SGOT (pria ≥ 37 U/L, Wanita ≥ 31 U/L).
2. Elektrokardiogram (EKG) Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung
koroner yaitu terjadinya perubahan segmen ST yang diakibatkan oleh plak
aterosklerosis maka memicu terjadinya repolarisasi dini pada daerah yang terkena
infark atau iskemik. Hal tersebut mengakibatkan oklusi arteri koroner yang
mengambarkan ST elevasi pada jantung sehingga disebut STEMI. Penurunan
oksigen di jaringan jantung juga menghasilkan perubahan EKG termasuk depresi
segmen ST. dimana gelombang T menggalami peningkatan, dan amplitudo
gelombang 16 ST atau T yang menyamai atau melebihi amplitude gelombang QRS
(Sari, 2019).
3. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada dapat melihatada tidaknya pembesaran (kardiomegali ), menilai
ukuran jantung dan dapat meliat gambaran paru. Yang tidak dapat dilihat adalah
10
kelainan pada koroner. Dari ukuran jantung yang terlihat pada foto rontgen dapat
digunakan untuk penilaian seorang apakah sudah mengalami PJK lanjut.
4. Echocardiography
Untuk mengambil gambar dari jantung memerlukan pemeriksaan scanner
menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung berkontraksi serta melihat
bagian area mana saja yang berkontraksi lemah akibat suplai darahnya berhenti
(sumbatan arteri koroner).
5. Treadmill
Dengan menggunakan treadmill dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki dan 72% pada perempuan.
Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki yang terbukti cuma 84 orang.
6. Katerisasi Jantung
Pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengam memasukan semacam selang
seukuran lidi yang disebut kateter. Selang ini langsung dimasukkan ke pembuluh
nadi (arteri). Kemudian cairan kontras disuntikan sehingga akan mengisi pembuluh
koroner. Kemudian dapat dilihat adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan.
Hasil katerisasi ini akan dapat ditentukan untuk penanganan lebih lanjut, yaitu
cukup menggunakan obat saja atau intervensi yang dikenal dengan balon.
7. Angiography
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rutin dan aman. Cara langsung
memeriksa keadaan jantung yaitu dengan sinarX terhadap arteri koroner yang
dimasukan zat pewarna (dye) yang bisa direkam dengan sinar-X. Karena jantung
terus bergerak (berdenyut) maka dilakukan pengambilan gambar dengan video.
Untuk pengambilan gambar ini melakukan tindakan katerisasi jantung.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada PJK menurut LeMone, Priscilla, dkk (2019)yaitu
pengobatan farmakologi, non farmakologi dan revascularisasi miokardium. Perlu
diketahui bahwa tidak ada satupun cara pengobatan sifatnya menyembuhkan. Dengan
kata lain diperlukan modifikasi gaya hidup agar dapat mengatasi faktor penyebab yang
memicu terjadinya penyakit. Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi :
1. Pengobatan farmakologi
• Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama, digunakan untuk
mengatasi serangan angina dan mencegah angina. Karena nitrat mengurangi
kerja miokardium dan kebutuhan oksigen melalui dilatasi vena dan arteri yang
pada akhirnya mengurangi preload dan afterload. Selain itu juga dapat
memperbaiki suplai oksigen miokardium dengan mendilatasi pembuluh darah
kolateral dan mengurangi stenosis.
• Aspirin
Aspirin dosis rendah (80 hingga 325 mg/hari) seringkali diprogramkan untuk
mengurangi risiko agregasi trombosit dan pembenukan trombus.
11
• Penyekat beta (bloker)
Obat ini menghambat efek perangsang jantung norepinefrin dan epinefrin,
mencegah serangan angina dengan menurunkan frekuensi jantung,
kontraktilitas miokardium, dan tekanan darah sehingga menurunkan kebutuhan
oksigen miokardium.
• Antagonis kalsium
Obat ini mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan meningkatkan suplai
darah dan oksigen miokardium. Selain itu juga merupakan vasodilator koroner
kuat, secara efektif meningkatkan suplai oksigen.
• Anti kolesterol
Statin dapat menurunkan resiko komplikasi aterosklerosis sebesar 30% yang
terjadi pada pasien angina. Statin juga dapat berperan sebagai anti trombotik ,
anti inflamasi,dll.
2. Revaskularisasi miokardium
Aliran darah yang menuju miokardium setelah suatu lesi arterosklerotis pada
arteri koroner bisa diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan aliran dan bagian
yang tersumbat dengan suatu cangkok pintas atau dengan cara meningkatkan aliran
di dalam pembuluh yang mengalami sakit melalui pemisahan mekanik serta
kompresi atau pemakaian obat yang dapat merilisiskan lesi. Cangkok pintas ini
disebut dengan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Pembedahan untuk
penyakit jantung koroner melibatkan pembukaan vena atau arteri untuk
menciptakan sambungan antara aorta dan arteri koroner melewati obstruksi.
Kemudian memungkinkan darah untuk mengaliri bagian iskemik jantung.
Balon arteri koroner merupakan suatu teknik untuk membuka daerah sempit di
dalam lumen arteri coroner menggunakan sebuah balon halus yang dirancang
khusus. Apabila pada katerisasi jantung ditemukan adanya penyempitan yang
cukup signifikan misalnya sekitar 80%, maka dokter jantung biasanya menawarkan
dilakukannya balonisasi dan pemasangan stent. Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty (PTCA) merupakan istilah dari 20 balon arteri koroner yang
digunakan para kedokteran (Nurhidayat S, 2011).
3. Non Farmakologi
• Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
• Mengontrol faktor resiko yang menyebabkan terjadinya PJK, seperti pola
makan,dll.
• Melakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan musik dan relaksasi
dengan cara nafas dalam
• Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung
H. KOMPLIKASI
1. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi miokardium.
Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
12
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
(Wicaksono, 2019).
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada ventrikel kiri yang
di sebabkan oleh infark miokardium mengakibatkan gangguan berat pada perfusi
jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas (Nurhidayat S, 2011).
3. Edema Paru
Edema paru merupakan suatu cairan abnormal yang tertimbun pada paru baik dalam
alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang
karena tertimbun cairan, sehingga udara tidak bisa masuk maka terjadi hipoksia
berat (Wicaksono, 2019).
4. Pericarditis Akut
Pericarditis akut adalah penyakit yang biasa di sebut dengan peradangan pada
pericardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri dan dapat terjadi manifestasi
dari penyakit sistemik. Efek yang ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi
prikardinal yang memicu tamponade jantung (Wicaksono, 2019).
I. PENCEGAHAN
Menurut Brunner & Suddarth (2015), yaitu :
1. Pencegahan primordial, merupakan upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap PJK pada suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor
yang menjadi resiko PJK.
2. Pencegahan primer merupakan upaya awal pencegahan PJK. Dilakukan dengan
pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktorfaktor risiko PJK terutama pada
kelompok usia tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap
berkembangnya proses artherosklerosis secara dini, dengan demikian sasaranya
adalah kelompok usia muda.
3. Pencegah sekunder merupakan upaya pencegahan PJK yang pernah terjadi untuk
berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini diperlukan perubahan pola hidup
dan kepatuhan berobat bagi mereka yang pernah menderita PJK. Upaya
peningkatan ini bertujuan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik
dan menurunkan mortalitas.
4. Pencegan tersier merupakan upaya mencegahankomplikasi yang lebih berat atau
kematian.
13
J. PATHWAY
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama T.W
Jenis Kelamin Laki-Laki
Umur 64 Tahun
Status Perkawinan Kawin
Pekerjaan Pedagang
Agama Islam
Pendidikan Terakhir SMU
Alamat Jl.Wibawa mukti ,Kel.Jati Asih
Diagnosa Medis CHF Fc II
Keluhan Utama Sesak Nafas
Penyakit Sekarang Tn. W masuk RS.Sehat melalui IGD pada
tanggal 3 0 N o v e m b e r 2022 jam
08:05 wib datang , dengan keluhan sesak
nafas sejak 3 jam yang lalu di sertai dengan
nyeri dada yang tidak menjalar dan
keringat dingin, yang dirasakan saat
istirahat. Tampak lemah dan wajah pucat.
Hasil Pemeriksaan TTV : TD: 140/100
mmHg, Nadi: 108x/i, Pernafasan: 32x/i,
suhu: 37 °C. Keluarga mengatakan nafas
masih sesak, posisi semi fowler,
tampak lemah, pasien
terpasang alat pacu jantung (PTCA). Pasien
terpasang IVFD Nacl 0,9% 16 tts/i.
Terpasang O2 nasal kanul 5lt/menit. .
Riwayat Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan keluarga pasien , pasien
mempunyai riwayat hipertensi tidak
terkontrol. Sebelumnya Pasien adalah
perokok berat sehari habis 2 baungkus
rokok
B. PENGKAJIAN
15
2. Kesadaran Compos mentis
GCS 15
N : 115 X/menit
R : 38X/menit
S : 37°C
5. Pemeriksaan Fisikkepala Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi/luka danrambut
hitam, tidak mudah rontok
Hidung : hidung simetris, bersih, tidak ada polip dan tidakada iritasi,
terpasang O2 nasal kanul 5 lt/menit.
6. Pemeriksaan Leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada distensi
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7. Pemeriksaan Thorak : Sistem I: Simetris kiri dan kanan, tidakada tarikan dinding dada
pernapasan
Pa: Bunyi fremitus sama kiridan kanan
16
8. Pemeriksaan Jantung : Sistem I: Iktus cordis tidak terlihat
Kardiovaskular
Pa: Iktus kordis teraba 1 jarilateral RIC IV
dengan komposisi;nasi
I: simetris
A:Bising ususnormal ( 8 x/i)
Pa: Hepar tidak teraba
Pe: Tympani
10. Sistem Eliminas Sehat: pasien BAB 1-2 kali dalam perhari,
BAK
kateter,pasien mengatakan
17
11. Sistem Muskuloskeletaldan Atas: kulit kering, terpasang IVFD Nacl 0,9% 16tts/mnt pada tangan
Integumen sebelah kanan dan heparin 500 mg/50 cc nacl, CRT>3 detik,
akral teraba dingin, telapak tangan pucat, nadi teraba cepat
dan lemah(115x/i).
Kekuatan otot :
4444 4444
4444 4444
12. Istirahat dan tidur Sehat:pasien tidur 8 jam pada malam hari, kualitas tidur kadang
sering terbangun malamhari, dan tidur siang ± 2 jam/ hari.
Sakit:pasien susah tidur, pasien gelisah dan susah untuk tidur karena
sesak nafas pasien tidur malam kurang lebih 5 jam sering terbangun
dan tidur siang 4 jam sering terbangun.
13. Aktifitas dan Latihan Sehat: pasien mengatakan kadang jalan pagi1x seminggu. Sakit:
semua aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat.
14. Bekerja Sehat: pasien bekerja PNS, pasien banyak menghabiskan waktu
diluar rumah.
Sakit: pasien mengatakan selama sakit tidak bekerja dan semua
aktifitas dibantu keluarga
18
C. ANALISA DATA
DO :
1. Pasien tampak
pucat
2. Tanda tanda
vital
TD:
140/100mmHg
Nadi :
96x/menit
Pernafasan :
38x/menit
Suhu : 37°C
3. Hasil
laboratorium
Hb : 11,8 gr/dl
Hematokrit
49%
Trombosit
142,000/mm3
DO :
1. Pasien tampak
pucat
2. Pasien tampak
beraktifitas
dibantu oleh
perawat dan
keluarga
3. Tanda tanda
vital TD:
140/100mmHg
Nadi :
96x/menit
Pernafasan :
38x/menit
Suhu : 37°C
20
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
21
Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan
Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
DX 2 Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Pola nafas tidak tindakan keperawatan (I.01014)
efektif berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan hambatan diharapkan Pola nafas Observasi
upaya nafas(Nyeri membaik (L.01014) Monitor frekuensi, irama,
saat bernafas) kedalaman, dan upaya
ditandai dengan pola napas
nafas abnormal Monitor pola napas (seperti
(D.0005) bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik0
Monitor kemampuan batuk
efektif
Monitor adanya produksi
sputum
Monitor adanya sumbatan
jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
22
DX 3. Setelah dilakukan Manajemen Energi
Intoleransi aktivitas tindakan keperawatan (I. 05178)
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan ketidak diharapkan Toleransi Observasi
seimbangan antara aktfitas meningkat Identifkasi gangguan fungsi
suplai dan (L.05047) tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen kelelahan
ditandai dengan Monitor kelelahan fisik dan
pasien Lelah, TD: emosional
140/100mmhg,tidak Monitor pola dan jam tidur
nyamamn saat Monitor lokasi dan
beraktifitas ketidaknyamanan selama
(D.0056) melakukan aktivitas
Terapeutik
Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
23
F. CATATAN PERAWATAN
24
30/11/22 DX 2 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Jam Pola nafas tidak
14: 20 efektif berhubungan Observasi
dengan hambatan Monitor frekuensi, irama,
upaya nafas(Nyeri kedalaman, dan upaya napas
saat bernafas) Monitor pola napas (seperti
ditandai dengan pola bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
nafas abnormal Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
16:21 (D.0005) ataksik0
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan
napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
25
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
G. CATATAN PERKEMBANGAN
A:
Masalah belum teratasi,
tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
30/11/22 DX 2 S:
Jam Pola nafas tidak Pasien mengatakan masih
17:23 efektif berhubungan sesak
dengan hambatan O:
upaya nafas(Nyeri 4. Akral teraba dining
26
saat bernafas) 5. Konjungtiva anemis
ditandai dengan pola 6. Pernafasan 38x/mnt
nafas abnormal A:
(D.0005) Masalah belum teratasi,
tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
30/11/22 DX 3. S:
Intoleransi aktivitas 1. Pasien mengatakan badan
berhubungan terasa lemah
dengan ketidak 2. Pasien mengatakan di bantu
seimbangan antara oleh keluarga dan perawat
suplai dan dalam beraktifitas
kebutuhan oksigen
ditandai dengan O:
pasien Lelah, TD: 4. Pasien tampak pucat
140/100mmhg,tidak 5. Pasien tampak beraktifitas
nyamamn saat dibantu oleh perawat dan
beraktifitas keluarga
(D.0056) 6. Tanda tanda vital TD:
140/100mmHg
Nadi : 96x/menit
Pernafasan : 38x/menit
Suhu : 37°C
A:
Masalah belum teratasi,
tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
BAB IV
A. Jenis Penelitian
Dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan suatu keadaan atau peristiwa secara objektif. Penelitian ini
menggunakan desain studi kasus yaitu rancangan penelitian yang dilakukan
terhadap suatu permasalahan yang terdiri dari satu unit tunggal namun dianalisis
secara mendalam dan dilaporkan secara naratif. Penelitian ini mendeskripsikan
gambaran asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner dengan nyeri
akut.
27
B. Subjek Studi Kasus
Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit jantung
koroner dengan nyeri akut pada dua orang pasien (dua kasus) dengan masalah
keperawatan yang sama yaitu penyakit jantung koroner dengan nyeri akut selama 3
x 24 jam. Adapun kriteria inklusi dan ekskulsi subyek studi kasus ini, yaitu:
1. Kriteria inklusi dalam subjek studi kasus ini adalah :
a) Dokumen pasien yang terdiagnosis PJK dengan nyeri akut
b) Dokumen pasien yang dirawat inap minimal tiga hari di ruangan rumah
sakit dengan PJK
c) Dokumen pasien PJK yang usia pasienya > 30 tahun
2. Kriteria ekslusi dalam subjek studi kasus ini adalah :
Dokumen pasien dari lima tahun atau lebih yang tidak lengkap berkasnya
28
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
Lembar dokumentasi ini terdiri dari 16 pernyataan di pengkajian, 13
pernyataan di diagnosa keperawatan, sembilan pernyataan di perencanaan
keperawatan, sembilan pernyataan di implementasi keperawatan, dan empat
pernyataan di evaluasi keperawatan, lembar pernyataan bila ditemukan
diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, bila pernyataan didokumentasikan di
rekam medis dan diberi tanda“√” pada kolom “Tidak” bila tidak ditemukan
pernyataan tersebut. Ditulis pada kedua subjek pengumpulan data.
29
Keseimbangan antara beban dan manfaat ketika berpartisipasi dalam
penelitian. Setiap individu yang berpartisipasi dalam penelitian harus
diperlakukan sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing-masing
perbedaan perlakuan antara satu individu atau kelompok dengan lain dapat
dibenarkan bila dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan dapat diterima
oleh masyarakat.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umpo.ac.id/6166/3/BAB%202.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/487/4/BAB%20IV.pdf
http://scholar.unand.ac.id/39382/2/Bab%201.pdf
31