Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

VARISES ESOFAGUS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,
Pencernaan, Perkemihan, Dan Imunologi

Dosen Pembimbing : Sugesti Aliftitah, S.Kep., Ns. M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Moh. Nopil 720621428

2. Nurul Qamaril Agustin 720621402

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, pencernaan, perkemihan, dan
imunologi ini dengan judul “ Varises Esofagus”
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Endokrin, pencernaan, perkemihan, dan imunologi yaitu Ibu Sugesti Aliftitah, S.Kep.,
Ns. M.Kep untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Kami juga tak lupa mengucapkan
terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Disusun agar para mahasiswa bisa memahami tentang “Varises Esofagus dalam
makalah ini. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya.
Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya.

Sumenep, 18 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................................i


Daftar isi ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusa Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Varises Esofagus..................................................................................2


1. Varises Esofagus.......................................................................................................2
2. Etiologi......................................................................................................................2
3. Tanda dan Gejala......................................................................................................3
4. Patofisiologis.............................................................................................................4
5. Pathway.....................................................................................................................7
6. Prognosis...................................................................................................................8
7. Penatalaksanaan........................................................................................................8
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VARISES ESOFAGUS............................10
1. Pengkajian..................................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................12

3. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VARISES ESOFAGUS............13

1. Ilustrasi Kasus............................................................................................................13
2. Format Asuhan Keperawatan.....................................................................................14

4. PENUTUP......................................................................................................................

1. Kesimpulam................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Varises merupakan pembuluh darah balik yang mengalami pelebaran. Kita bisa
melihat varises di bawah kulit kita. Bentuknya biasanya memanjang dan menonjol,
menyerupai bentuk kabel yang agak panjang. Pembuluh darah tersebut berwarna biru
gelap bahkan cenderung ungu karena kadar oksigennya sedikit.
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esofagus terjadi jika aliran
darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan lain, yaitu ke pembuluh
darah di esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah.
Varises tidak hanya timbul di kaki tapi juga pada bagian lainnya seperti vulva
(bibir vagina), testis pada lelaki, anus yang berujung pada ambien dan juga daerah
kerongkongan. Meskipun urat-urat halus ini tidak berbahaya namun seringkali
menimbulkan masalah dengan penampilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian varises esofagus?
2. Apa etiologi dari varises esofagus?
3. Bagaimana tanda dan gejala varises esofagus?
4. Bagaimana patofisiologi dari varises esofagus?
5. Bagaimana Penatalaksanaan pada varises esofagus ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan varises esofagus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,
Pencernaan, Perkemihan, Dan Imunologi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian,etiologi dan dampak yang ditimbulkan
dari varises esophagus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Varises Esofagus


1) Pengertian

Varises esofagus adalah terjadinya distensi vena submukosa yang


diproyeksikan ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan hipertensi
portal.Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan aliran darah portal lebih dari 10
mmHg yang menetap, sedangkan tekanan dalam keadaan normal sekitar 5 –10
mmHg. Hipertensi portal paling sering disebabkan oleh sirosis hati. Sekitar 50%
pasien dengan sirosis hati akan terbentuk varises esofagus, dan sepertiga pasien
dengan varises akan terjadi perdarahan yang serius dari varisesnya dalam hidupnya.
(Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana).

2) Etiologi

Varises esofagus disebabkan oleh hipertensi portal, yakni kondisi saat tekanan
darah tinggi pada vena portal yang membawa darah ke hati. Tekanan tersebut akan
menyebabkan darah mengalir ke pembuluh darah lain yang berukuran lebih kecil
yang tidak mampu menampung darah dalam jumlah banyak, sehingga pembuluh
darah menjadi pecah.

Varises terjadi ketika katup vena melemah atau rusak dan dinding vena
menjadi renggang yang menyebabkan aliran darah menuju hati terhalang oleh
penggumpalan atau jaringan parut pada hati. Penyumbatan inilah yang memicu
adanya aliran darah ke pembuluh darah yang berukuran kecil di sekitarnya.

Berbagai penyakit terlibat dalam aliran darah vena porta dan menghasilkan
peningkatan tekanan vena porta sehingga membentuk varises esophagus. Penyebab
peningkatan vena porta bisa diklasifikasikan berdasarkan prehepatik, intrahepatic
dan posthepatic. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)

Prehepatik Intrahepatik Pascahepatik


 Trombosis vena  Fibrisis hepatik  Sindroma Budd-
plenik kongenital Chiari
 Trombosis vena  Hipertensi portal  Trombosis vena
porta idiopatik kava inferior
 Kompresi  Tuberkulosis  Perikarditis
ekstrinsik pada  Schistosomiasis konstriktif
vena porta  Sirosis bilier primer  Penyakit hati
 Sirosis alkoholik venooklusif
 Sirosis virus hepatitis B
 Sirosis virus hepatitis C
 Penyakit wilson
 Defisiensi antitripsin
alfa-1
 Hepatitis aktif kronis
 Hepatitis fulminan

Tabel 1 : Etiologi hipertensi portal

Menurut Karina dalam Yestria Elfatma dkk tentang “Gambaran


Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis”
mendapatkan varises esofagus sebagai komplikasi tersering yang terjadi yaitu
sebanyak 44 dari 67 kasus sirosis hepatis.

Menurut kepustakaan, sekitar 50% pasien dengan sirosis hepatis akan


mengalami varises dan frekuensi varises esofagus sekitar 30%-70% dari
keseluruhan varises (Block B et al dalam Yestria Elfatma dkk, 2013)

3) Tanda dan Gejala

Varises esofagus biasanya baru memberikan gejala apabila varises


sudah pecah dengan timbulnya hematemesis atau melena. Semakin tinggi
derajat varises esofagus maka semakin tinggi juga kemungkinan untuk
terjadinya perdarahan, sehingga akan lebih banyak penderita yang ditemukan
dengan varises esofagus stadium berat.( Kusumobroto OH dalam Yestria
Elfatma dkk,2013)Bila telah ditegakkan diagnosis sirosis hendaknya
dilakukan skrining diagnosis melalui pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi (EGD) yang merupakan standar baku emas
untuk menentukan ada tidaknya varises esofagus.(Azer dan Katz, 2010 dalam
Netiana)
Namun Lichtenstein DR et al dan Spiegel BM et al dalam penelitian
Andreas Karatzas et al “Νon-invasive screening for esophageal varices in
patients with liver cirrhosis” menyebutkan kerugian dari EGD termasuk
komplikasi yang terkait dengan endoskopi, terutama kebutuhan sedasi
intravena dan biaya yang relatif tinggi. Karena itu, efektivitas skrining
dengan endoskopi ini bila ditinjau dari segi biaya masih merupakan
kontroversi. Maka untuk keadaan tertentu disarankan menggunakan
gambaran klinis dan hasil laboratorium guna membantu memprediksi pasien
yang cenderung mempunyai ukuran varises yang besar.

Pada tahun 2011, Cherian et al menyimpulkan bahwa jumlah


trombosit yang rendah, Child-Pugh B dan C, serta diameter limpa dapat
digunakan sebagai prediktor untuk diagnosis varises esofagus. Pada tahun
2010, Sarangapani et al juga melakukan penelitian untuk menilai varises
esofagus yang berukuran besar melalui beberapa parameter non-invasif.
Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa trombositopenia, ukuran limpa
yang besar, ukuran vena portal dan rasio trombosit dengan diameter limpa
merupakan prediktor kuat keberadaan varises esofagus. Pada tahun 2007,
Miro juga memperoleh hasil penelitian bahwa jumlah trombosit, diameter
vena portal, besar limpa dan Klasifikasi Child-Pugh memiliki korelasi dengan
derajat varises esofagus.

Pada tahun 2011, Budiyasa et al melakukan penelitian untuk


mengetahui hubungan kadar albumin serum dengan derajat varises esofagus.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan
antara derajat varises esofagus dengan kadar albumin serum. Kadar
albumin serum juga dapat digunakan sebagai prediktor derajat varises
esofagus. (Vella Paraditha dkk, 2012)
Perdarahan varises didiagnosis atas dasar ditemukannya satu dari
penemuan pada endoskopi, yaitu tampak adanya perdarahan aktif, white
nipple, bekuan darah pada varises. Sedangkan adanya red wale markings atau
cherry red spots yang menandakan baru saja mengeluarkan darah atau
adanya risiko akan terjadinya perdarahan.(Azer dan Katz, 2010 dalam
Netiana)
4) Patofisiologis
Sirosis merupakan fase akhir dari penyakit hati kronis yang paling
sering menimbulkan hipertensi portal.Tekanan vena porta merupakan hasil
dari tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran darah pada portal bed.Pada
sirosis, tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran porta keduanya sama-
sama meningkat.(Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Hipertensi portal menyebabkan pembentukan kolateral portosistemik
secara perlahan dan membesar hingga menghubungkan sirkulasi sistemik ke
sistem vena porta. Hal ini menyebabkan pleksus vena submukosa melebar di
esofagus distal. Pecahnya varises akan menyebabkan perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Perdarahan varises merupakan salah satu
komplikasi yang harus diwaspadai karena memiliki angka kematian hingga
20% dalam waktu enam minggu setelah episode perdarahan.
Bila ada obstruksi aliran darah vena porta, apapun penyebabnya, akan
mengakibatkan naiknya tekanan vena porta. Tekanan vena porta yang tinggi
merupakan penyebab dari terbentuknya kolateral portosistemik, meskipun
faktor lain seperti angiogenesis yang aktif dapat juga menjadi penyebab.
Walaupun demikian, adanya kolateral ini tidak dapat menurunkan hipertensi
portal karena adanya tahanan yang tinggi dan peningkatan aliran vena
porta.Kolateral portosistemik ini dibentuk oleh pembukaan dan dilatasi
saluran vaskuler yang menghubungkan sistem vena porta dan vena kava
superior dan inferior. Aliran kolateral melalui pleksus vena-vena esofagus
menyebabkan pembentukan varises esofagus yang menghubungkan aliran
darah antara vena porta dan vena kava. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Pleksus vena esofagus menerima darah dari vena gastrika sinistra,
cabang-cabang vena esofagus, vena gastrika short/brevis (melalui vena
splenika), dan akan mengalirkan darah ke vena azigos dan hemiazigos.
Sedangkan vena gastrika sinistra menerima aliran darah dari vena porta yang
terhambat masuk ke hepar. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Sistem vena porta tidak mempunyai katup, sehingga tahanan pada
setiap level antara sisi kanan jantung dan pembuluh darah splenika akan
menimbulkan aliran darah yang retrograde dan transmisi tekanan yang
meningkat. Anastomosis yang menghubungkan vena porta dengan sirkulasi
sistemik dapat membesar agar aliran darah dapat menghindari (bypass)
tempat yang obstruksi sehingga dapat secara langsung masuk dalam sirkulasi
sistemik. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Hipertensi portal paling baik diukur secara tidak langsung dengan
menggunakan wedge hepatic venous pressure (WHVP). Perbedaan tekanan
antara sirkulasi porta dan sistemik (hepatic venous pressure gradient,HVPG)
sebesar 10-12 mmHg diperlukan untuk terbentuknya varises. HVPG yang
normal adalah sekitar 5-10 mmHg.Pengukuran tunggal berguna untuk
menentukan prognosis dari sirosis yang kompensata, sedangkan pengukuran
ulang berguna untuk memonitoring respon terapi obat-obatan dan presifitas
penyakit hati.(Wilson, 2002)
Bila tekanan pada dinding vaskuler sangat tinggi dapat terjadi
pecahnya varises. Kemungkinan pecahnya varises dan terjadinya perdarahan
akan meningkat sebanding dengan meningkatnya ukuran atau diameter
varises dan meningkatnya tekanan varises, yang juga sebanding dengan
HVPG. Sebaliknya, tidak terjadi perdarahan varises jika HVPG di bawah 12
mmHg. Risiko perdarahan ulang menurun secara bermakna dengan adanya
penurunan dari HVPG lebih dari 20% dari baseline. Pasien dengan
penurunan HVPG sampai <12 mmHg, atau paling sedikit 20% dari baseline,
mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk terjadi perdarahan varises
berulang, dan juga mempunyai risiko yang lebih rendah untuk terjadi asites,
peritonitis bakterial dan kematian. (Wilson, 2002)
5) Pathway
Sering minum alkohol

Sirosis hepatis

Disfungsi hati

Tejadi percabangan pembuluh darah


dan gangguan aliran vena porta

Peningkatan resistensi
aliran darah melalui hati

Aliran darah yang keluar melalui


vena hepatika menurun

Aliran darah masuk meningkat

Beban sistem portal meningkat

Hipertensi portal

Tekanan pembuluh darah esofagus


dan lambung meningkat
Darah mengalir pada
pembuluh yang lebih kecil
Varises esofagus
Pembuluh tidak mampu menampung darah
Produksi albumin menurun Terjadi perdarahan di
saluran cerna bagian atas Pembuluh darah pecah
Air didalam tubuh tidak bisa
diserap Hematemesis Melena
Resiko perdarahan
Terjadi kelebihan cairan
Asites
Edema di kaki
Kadar Hb turun

Hipervolemia

Resiko perfusi
gastrointestinal tidak
efektif
6) Prognosis
Pada pasien dengan varises esofagus, sekitar 30% akan mengalami
perdarahan pada tahun pertama setelah didiagnosis. Angka kematian akibat
episode perdarahan tergantung pada tingkat keparahan penyakit hati yang
mendasari. (Dite, 2007)
Kematian yang disebabkan karena perdarahan berkisar antara
<10% pada pasien sirosis dengan klasifikasi Child-Pugh A yang kompensata
sampai >70% pada pasien sirosis dengan Child-Pugh C. Risiko terjadinya
perdarahan ulang tinggi mencapai 80% dalam 1 tahun (Dite, 2007)
Pada pasien dengan HVPG >20% mmHg dalam 24 jam pada
perdarahan varises, bila dibandingkan dengan pasien yang tekanannya lebih
rendah, mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya risiko
perdarahan ulang dalam minggu pertama atau gagal mengontrol perdarahan,
dan mempunyai mortalitas yang lebih tinggi dalam 1 tahun. (Dite, 2007)
Pada pasien yang tidak diterapi sekitar 60% akan terjadi perdarahan
ulang yang berlanjut dalam 1-2 tahun. (Dite, 2007)

7) Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan perdarahan gastrointestinal adalah stabilisasi
pada hemodinamik, meminimalkan komplikasi dan mempersiapkan terapi
yang efektif untuk mengontol perdarahan. Resusitasi awal harus dengan
cairan intravena dan produk darah, serta penting perlindungan pada saluran
nafas. Setelah dicapai hemodinamik yang stabil, namun bila perdarahan terus
berlanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat sumber
perdarahan, dan untuk identifikasi kemungkinan pilihan terapi seperti
skleroterapi, injeksi epineprin atau elektrokauter. (Azer dan Katz, 2010 dalam
Netiana)
1) Terapi Farmakologi
Prinsip pemberian farmakoterapi adalah menurunkan tekanan
vena porta dan intravena. Hanya ada dua farmakoterapi yang
direkomendasikan untuk pentatalaksanaa perdarahan varises esofagus
yaitu: vasopresin dan terlipresin. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)

Vasopresin adalah vasokonstriktor kuat yang efektif menurunkan


tekanan portal dengan menurunkan aliran darah portal yang
menyebabkan vasokonstriksi splanknik. Penatalaksanaan dengan obat
vasoaktif sebaiknya mulai diberikan saat datang kerumah sakit pada
pasien dengan hipertensi portal dan dicurigai adanya perdarahan
varises. Tujuan pemberian farmakoterapi adalah untuk menurunkan
tekanan portal, yang berhubungan erat dengan tekanan varises. Terapi
ini rasional bila tekanan portal yang tinggi ( > 20 mmHg) dengan
prognosis yang kurang baik. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)

2). Terapi Endoskopi

Terapi endoskopi dilakukan pada kasus perdarahan varises,


terutama dalam upaya mencapai homeostasis. Temuan endoskopi juga
berguna sebagai indikator prognosis risiko perdarahan ulang. Teknik
endoskopi yang digunakan mencapai homeostasis adalah dengan
memutus aliran darah kolateral dengan cepat seperti ligasi atau
skleroterapi karena trombosis. Endoskopi dapat dilakukan pada pasien
dengan varises esofagus sebelum perdarahan pertama terjadi, saat
perdarahan berlangsung dan setelah perdarahan pertama terjadi. (Azer
dan Katz, 2010 dalam Netiana)

3). Transjugular Intrahepatic Portosistemic Shunt (TIPS)

Merupakan cara untuk menurunkan tahanan aliran porta dengan


cara shunt (memotong) aliran melalui hati. Prinsipnya adalah
menghubungkan vena hepatikdengan cabang vena porta intrahepatik.
Puncture needle di masukkan ke dalam vena hepatik kanan melalui
kateter jugular. Selanjutnya cabang vena porta intra hepatik ditusuk,
lubang tersebut dilebarkan kemudian di fiksasi dengan expanding stent.
Hal ini merupakan cara lain terakhir pada perdarahan yang tidak
berhentii atau gagal denganfarmakoterapi, ligasi atau skleroterapi. (Azer
dan Katz, 2010 dalam Netiana)

4). Operasi

Prinsipnya adalah melakukan pembedahan pada anastomosis


portosistemik. Tindakan ini tidak praktis pada situasi kegawatdaruratan
dan mempunyai angka mortalitas sangat tinggi dibandingkan dengan TIPS.
(Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
2. KonsepAsuhan keperawatan pada Pasien Dengan Varises Esafagus

A. Pengkajian

Menurut Mutaqin Arif dan Kumala Sari (2011), Pengkajian pada


pasien dengan varises esofagus, meliputi pengkajian anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pengkajian diagnostik. Pada pengkajian anamnesis, keluhan utama
pada pasien varises esofagus bervariasi sesuai dengan manifestasi klinik yang
terjadi akibat dari varises esofagus yang mempengaruhi sistem organ.

Pada varises esofagus tanpa perdarahan biasanya keluhan masih umum,


tetapi biasanya juga mendapatkan keluhan ketidaknyamanan abdomen, mual,
muntah, serta anoreksia atau keram otot-otot abdomen. Pada pasien varises
esofagus dengan perdarahan, keluhan utama yang sering ditemukan adalah
hematemesis dan melena.

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan untuk menggali permasalahan


pada pasien varises esofagus. Pada riwayat kesehatan didapatkan adanya
keluhan utama yaitu lemah, malaise, penurunan berat badan, perubahan pada
urin menjadi ikterik atau menjadi gelap, gatal- gatal (biasanya berhubungan
dengan obstruksi kantung empedu atau sirosis hati), edema atau asites, dan
impotensi atau gangguan seksual.

Pengkajian riwayat keluarga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya


hubungan penyakit wilson pada generasi terdahulu (Azer, 2009). Pengkajian
psikososial didapatkan adanya kecemasan akan kondisi penyakit dan pada
beberapa pasien perlu mendapat pemenuhaninformasi kesehatan.

Pada pemerikasaan fisik, perawat memulai dengan pemeriksaan


keadaan umum dan tingkat kesadaran, khususnya apabila ada riwayat
hematemesis-melenamasif. Pemeriksaan TTV merupakan pemeriksaan
penting yang harus dilakukan pada saat penemuan pertama kali. Hipotensi
dan brakardia biasa didapatkan. Hal ini untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
syok hipovolemik akibat perdarahan masif.Pada kondisi kronis biasanya
didapatkan pasien terlihat kurus dan penurunan berat badan.

Pemeriksaan fokus pada varises esofagus adalah:


1) Inspeksi
Pasien biasanya terlihat pucat (berhubungan dengan pengeluaran
darah dari intravaskular secara progresif), ikterus (berhubungan dengan
kegagalan fungsi hati), sianosis (akibat penurunan saturasi oksigen).
Peningkatan frekuensi napas dan usaha bernapas. Ketidaknyaman pada
abdomen, ekspresi nyeri pada saat palpasi ringan abdomen, edema,
asites, hematemesis, melena. Periksa adanya distensi vena abdominal.
Didapatkan adanya perubahan urine menjadi kuning tua (ikterik) atau
menjadi gelap dan dan atrofi dari testis (Azer,2009). Pada pemeriksaan
rektal, lihat adanya perubahan warna feses menjadi lebih gelap
menandakan perdarahan saluran gastroentestinal atas.
2) Auskultasi
Peningkatan peristaltik usus.
3) Perkusi
Nyeri ketuk abdomen.
4) Palpasi
Nyeri tekan abdomen region hipokondrium kanan dan kiri atau dibawah
iga (Azer,2009). Didapatkan adanya pembesaran kelenjar parotis(yang
didapat pada pasien disertai alkoholisme dan malnutrisi), pembesaran
limpa (splenomegali).
B. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perdarahan b.d pembuluh darah pecah di esofagus
b) Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b.d perut membesar dan pecahnya
pembuluh darah
c) Hipervolemia b.d adanya edema karena kekurangan albumin
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN VARISES ESOFAGUS

1. Ilustrasi Kasus
Seorang laki-laki umur 35 tahun suku Bali dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan
perut membesar sejak kurang lebih 1 minggu sebelum MRS. Perutnya membesar dirasakan
seperti ada cairan didalamnya tanpa disertasi rasa nyeri. Pasien juga mengeluh mual diserta
muntah sejak 1 bulan sebelum MRS. Mual dirasakan bertambah apabila terlambat makan atau
setelah makan. Pasien juga mengeluh muntah darah 3 jam sebelum MRS dengan volume ½ gelas
sampai 1 gelas tiap muntah. Pasien juga mengeluh berak berwarna hitam dan encer seperti ampas
kopi sejak 1 minggu sebelum MRS.
Pasien mengeluh sering kencing sejak melakukan pengobatan di RS. Sebelumnya 2
hari pasien tidak kencing sama sekali. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun sejak 1 bulan
sebelum MRS. Pasien juga mengatakan lemas pada seluruh tubuh yang dirasakan kurang lebih 4
bulan yang lalu dan munculnya tidak menentu serta tidak berkurang dengan istirahat. Berat badan
pasien dikatakan bertambah cepat dan dikatakan lebih cepat lagi apabila minum banyak. Keluhan
mata kuning sebelumnya ada. Bengkak pada kaki tidak disertai nyeri. Penderita mempunyai
riwayat kencing keluar batu sekitar 3,5 bulan yang lalu. Pasien merupakan pengguna aktif
alkohol.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukosit 9,7 K/ul, eritrosit 2,27 M/ul,
hemoglobin 7,68 g/dl, hematokrit 23,4, MCV 103 fL, MCH 31,9 pg, MCHC 32,8 g/dl, trombosit
409 k/ul. Pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil BUN 35 mg/dl, total protein 6,2 g/dl,
Albumin 1,9 g/dl. Pemeriksaan HbsAg dan anti HCV didapatkan hasil negatif. Pada pemeriksaan
rontgen thorax PA diperoleh kesan thorax normal, dan BOF diperoleh kesan sirosis hepatis
dengan hipertensi portal. Pada pemeriksaan EGD (esofago Gastro Duodenoskopi) didapatkan
hasil varises esofagus.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. S
No. RM :-
Tempat Tanggal Lahir : Bali, 17 Maret 1980
Umur : 42 tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : S1 Manajemen
Alamat : Desa Panglipuran, Kubu, Bangli
Pekerjaan : Manajer Bank
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Suku Bali
Diagnosa Medis : Varises Esofagus
Tanggal Masuk RS : 20 April 2021
Tanggal Pengkajian : 23 April 2021
Sumber Informasi : Keluarga pasien

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 07 januari 1987
Umur : 35 Tahun
Agama : Hindu
Alamat : Pabian Kota, Sumenep
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Istri

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Muntah darah
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sejak 1 minggu sebelum MRS
perutnya membesar. Pasien juga mengeluh panas sejak 3 hari sebelum MRS dan sempat
turun dengan obaat penurun panas namun kemudian panas lagi. Pasien juga mengeluh
mual diserta muntah sejak 1 bulan sebelum MRS. Pasien juga mengeluh muntah darah 3
jam sebelum MRS dan mengeluh sering kencing sejak melakukan pengobatan di RS.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun sejak 1 bulan sebelum MRS. Keluhan mata
kuning sebelumnya ada.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mempunyai riwayat kencing keluar batu sekitar
3,5 bulan yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan
5. Genogram :

D. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Istri pasien mengatakan pasien sempat panas tinggi, dan turun dengan obat penurun panas
kemudian naik lagi
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien makan 3 kali sehari 1 piring tiap kali makan dengan menu yang beraneka ragam
Selama sakit :
Pasien makan 2-3 kali sehari kuranglebih ¼ sampai ½ piring tiap kali makan dengan
menu yang beraneka ragam
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAK: 8 X/hari dengan warna kuning terang
BAB: 4-5 X seminggu
Selama sakit
BAK: Dua hari sebelumnya tidak kencing sama sekali. Sejak dirawat di RS menjadi
sering kencing dengan frekuensi 10-15 X /hari.
BAB: Frekuensi 5 X seminggu dengan warna hitam
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM 
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur 
Kemampuan makan/minum 
Kemampuan toileting 
Kemampuan Mandi 
Kemampuan berpindah 
Kemampuan berpakaian 

Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
6-7 jam/hari
Selama sakit :
5 jam/hari
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien merespon saat berintraksi dan kemampuan bebicara pelan
7. Konsep diri
a. Identitas Diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya laki-laki harus dapat bekerja
terhadap tanggung jawabnya
b. Gambaran Diri : Pasien merasa mampu dengan tanggung jawab sebagai manager
bank dan kepala rumah tangga
c. Ideal Diri : Pasien mengharap sembuh dan dapat beraktivitas seperti dahulu
d. Harga Diri : hubungana pasien dengan keluarrga dan masyarakat baik
e. Peran Diri : Pasien mampu berperan baik sebagai kepala rumah tangga dan manager
di sebuah bank
8. Sexual dan Reproduksi
Sebelum sakit :
Kebutuhan sexual lancar dan reproduksiya
Selama sakit :
Kebutuhan sexual terbatas
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit :
Pasien sangat baik dalam menjalankan pekerjaannya sebagai manager bank dan kepala
keluarga
Selama sakit :
Pasien mudah emosi karena stress memikirkan penyakitnya
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit :
Pasien dapat mengatasi masalah dengan baik
Selama sakit :
Pasien mudah mengalami stress dan sulit menyelesaikan stress dengan baik
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit :
Pasien melaksanakan kewajiban sebagai umat hindu
Selama sakit :
Aktivitas ibadah pasien terbatas
E. Pemeriksaan Fisik
1 Tingkat Kesadaran : Compos mentis GCS : E4V5M6
2 TTV : S : 38,1°C N : 84X/mnt TD : 100/60mmHg
RR :20X/mnt
3 Kepala : Simetris (+) Nyeri (-)
4 Mata, Telinga, Hidung :
Mata : Simetris (+) benjolan (-) sklera Ikterus (+) Anemia (+)
Kornea jernih, Palpebra normal, iris pupil bulat dan reguler,
Reflek pupil psitive isoko, lensa jernih, tensi okuli normal.
Hidung : Bentuk Pesek, Simetris (+) pendarahan (-) pernafasan
cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normal (+) Simetris (+)
Pendengaran baik : telinga bersih Nyeri tekan (-) peradangan
(-)
5 Mulut : mukosa bibir (pucat) Gusi Merah muda, bibir kering
6 Leher : Simetris, pembesaran klenjar : Klenjar tiroid (-) klenjar
getah bening (-) nyeri tekan (-)
7 Dada/Thoraks :
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, ditemukan adanya spider nevi
Palpasi : vokal fremitus normal pad kedua paru
Perkusi : didapatkan sonor pada kedua paru
Auskultasi : suara napas tipe vesikuler, tidak ada rhonki dan tidak ada
wheezing pada kedua paru.
8 Abdomen
Inspeksi : perut yang membesar dan tidak ditemukan caput medussae
dan kolateral.
Palpasi : asites
Perkusi : undulasi
Auskultasi : bising usus (+) normal
9 Genetalia : Bersih, Lesi (-) benjolan (-)
10 Ekstremitas :
Inspeksi : warna kulit tangan dan kaki normal
Palpasi : terdapat edema pada kedua kaki. Pada kedua tangan
didapatkan eritema palmaris
11 Kulit : Normal
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukosit 9,7 K/ul, eritrosit 2,27 M/ul, hemoglobin
7,68 g/dl, hematokrit 23,4, MCV 103 fL, MCH 31,9 pg, MCHC 32,8 g/dl, trombosit 409 k/ul.
Pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil BUN 35 mg/dl, total protein 6,2 g/dl, Albumin 1,9
g/dl. Pemeriksaan HbsAg dan anti HCV didapatkan hasil negatif. Pada pemeriksaan rontgen
thorax PA diperoleh kesan thorax normal, dan BOF diperoleh kesan sirosis hepatis dengan
hipertensi portal. Pada pemeriksaan EGD (esofago Gastro Duodenoskopi) didapatkan hasil
varises esofagus.
G. Therapy
Terapi yang dberikan pada pasien yaitu IVFD NACL 0,9% 12 tetes permenit, diet lunak
rendah garam cukup protein, vitamin K 3x 1 tablet, transfusi albumin sampai dengan 2,5 g/dl
H. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: Resiko perdarahan b.d Darah tinggi pada vena
 Muntah darah pembuluh darah pecah portal
DO: di esofagus
 Varises di esofagus pecah Darah mengalir pada
pembuluh yang lebih
 Mengalami sirosis hepatis
kecil
 Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan perdarahan
Tidak mampu
 Proses keganasan
menampung darah

Pembuluh darah pecah

Resiko perdarahan
DS: Resiko perfusi Tekanan darah tinggi
 Muntah darah gastrointestinal tidak pada vena portal yang
DO: efektif b.d disfungsi hati membawa darah ke hati
 Disfungsi hati (mata kuning)
Aliran darah menuju
 Adanya varises di esofagus
hati terhalang oleh
 Terdapat trauma abdomen
penggumpalan atau
jaringan parut pada hati

Hati menjadi disfungsi

Pembesaran perut
Resiko perfusi
gastrointestinal tidak
efektif
DS:- Hipervolemia b.d Sirosis hati semakin
DO: adanya edema karena berat
 Adanya edema di kaki ginjal menahan garam
 Berat badan meningkat dalam dan air dalam tubuh Tubuh melakukan

waktu singkat kompensasi

 Kadar hb turun (Hb: 7,8 g/dl)


Terjadi kekurangan
 Intake lebih banyak dari output
albumin

Terjadi edema

Hipervolemia

I. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Resiko perdarahan b.d pembuluh darah pecah di esofagus
2. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b.d perut membesar dan pecahnya
pembuluh darah
3. Hipervolemia b.d adanya edema karena kekurangan albumin
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Nursing Care Plan)
HARI/
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TGL
23 April Resiko perdarahan b.d pembuluh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan pendarahan
2021 darah pecah di esofagus keperawatan selama 1 x 24 jam 1.Observasi - Mengetahui tanda

diharapkan tingkat perdarahan - Monitor tanda dan gejala dan gejala

menurun hasil dengan kriteria: perdarahan perdarahan

1. Hematemesis menurun - Monitor nilai hemoglobin - Mengetahui nilai

2. Pendarahan anus menurun 2.Terapeutik hemogloblin

3. Hemogloblin membaik - Pertahankan bed rest - Mengurangi resiko


4. Hematokrit membaik selama perdarahan muntah darah
5. Tekanan darah membaik - Batasi tindakan invasif, - Menghindari resiko

jika perlu tindakan

- Gunakan kasur pencegah - Mencegah dekubitus

dekubitus
- Berupaya agar pasie
3.Edukasi
paham
- Jelaskan tanda dan gejala
- Mengurangi resiko
perdarahan
penggunaan
- Anjurkan menghindari
- Mencukupi nutrisi
aspirin
didalam tubuh
- Anjurkan meningkatkan

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


asupan makanan dan - Menangani dengan
vitamin K segera
- Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
4.Kolaborasi
- Mengontrol rasa
- Kolaborasi pemberian obat
ingin muntah
pengontrol perdarahan,
- Mengurangi resiko
jika perlu
anemia
- Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
23 April Resiko perfusi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Konseling Nutrisi
2021 tidak efektif b.d disfungsi hati keperawatan selama 1x24 jam 1.Observasi
- Mengetahui
diharapkan perfusi gastrointestinal - Identifikasi kebiasaan
kebiasaan dan
meningkat mendapatkan hasil makan dan perilaku makan
perilaku makan
dengan kriteria: yang akan diubah
1. Nafsu makan meningkat - Monitor intake dan output
- Mengetahui
2. Muntah menurun cairan, nilai hemoglobin,
seberapa besar
3. Asites menurun tekanan darah, kenaikan
intake output, nilai
berat badan
hb, TD, kenaikan
2.Terapeutik
BB
- Bina hubungan terapeutik
- Gunakan standar nutrisi - Memperbaiki

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


sesuai program diet dalam hubungan terapeutik
mengevaluasi kecukupan - Memprogramkan
asupan makanan diet agar tertata
- Pertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi
- Memeprtimbangkan
pemenuhan kebutuhan gizi
faktor yang
3.Edukasi
mempengaruhi
- Informasikan perlunya
pemenuhan
modifikasi diet
kebutuhan gizi
- Jelaskan program gizi dan
persepsi pasien terhadap
- Bisa merubah pola
diet yang diprogramkan
diet
4.Kolaborasi
- Rujuk pada ahli gizi - Pasien mengetahui
program gizi
- Agar lebih
terprogram
23 April Hipervolemia b.d adanya edema Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipervolemia
2021 karena kekurangan albumin keperawatan diharapkan 1.Observasi
- Mengetahui adanya
keseimbangan cairan meningkat - Periksa tanda dan gejala
edema
dengan kriteria: hipervolemia (edema)
- Mengetahui
1. Asupan cairan meningkat - Identifikasi penyebab
penyebab
Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep
2. Asupan makanan cukup hipervolemia hipervolemia
meningkat - Monitor intake dan output - Mengetahui nilai
3. Edema menurun cairan intake dan output
4. Asites menurun - Monitor tanda - Mengetahui jika ada
5. Tekanan darah membaik hemokonsentrasi (BUN, yang tidak normal
hematokrit) - Mengetahui jika ada
- Monitor peningkatan yang tidak normal
tekanan onkotik plasma
(kadar protein dan - Mengetahui

albumin meningkat) perubahan yang

2.Terapeutik terjadi

- Timbang BB setiap hari - Mengurangi kinerja

pada waktu yang sama ginjal

- Batasi asupan cairan dan - Agar pasien nyaman

garam
- Agar cepat ditangani
- Tinggikan kepala tempar
tidur 30-40°
- Agar lebih
3.Edukasi
diprogramkan
- Anjurkan melapor jika
- Untuk membiasakan
haluaran urin <0,5
diri
mL/Kg/jam dalam 6 jam
- Melapor jika BB
- Melancarkan urin

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


bertambah >1kg sehari
- Ajarkan cara membatasi
cairan
4.Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.S
Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep
No. RM : .............................................................
Umur : 42 tahun
Dx Medis : Varises Esofagus

Hari/Tgl Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/Nama Evaluasi TTD/Nama

24 April Resiko perdarahan b.d pembuluh darah 11.40 Pencegahan pendarahan S: Pasien mengatakan keluhan
2021 pecah di esofagus WIB 1. Observasi muntah darah mulai berkurang
- Memonitor tanda dan O: Nilai Hb sebelum
gejala perdarahan pengobatan: 7,68 g/dl. Nilai Hb
- Memonitor nilai saat pengobatan: 9,8 g/dl
hemoglobin A: Pembuluh darah pecah di
2. Terapeutik esofagus
- Mempertahankan bed P: Intervensi no 1 dan 4 tetap
rest selama perdarahan dilanjutkan
- Membatasi tindakan
invasif, jika perlu
- Menggunakan kasur
pencegah dekubitus
3. Edukasi
- Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Menganjurkan
menghindari aspirin

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


- Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Menganjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian obat
pengontrol perdarahan,
jika perlu
- Mengkolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
24 April Resiko perfusi gastrointestinal tidak Konseling Nutrisi S: Pasien mengatakan perutnya
2021 efektif b.d perut membesar dan 1. Observasi tidak tambah membesar
pecahnya pembuluh darah - Mengidentifikasi O: Adanya asites
kebiasaan makan dan Hemoglobin 9,8 g/dl, tekanan
perilaku makan yang darah 110/60 mmHg, berat
akan diubah badan 64kg
- Memonitor intake dan A: Kekurangan albumin
output cairan, nilai P: Intervensi no 2 dan 4 tetap

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


hemoglobin, tekanan dilanjutkan
darah, kenaikan berat
badan
2. Terapeutik
- Membina hubungan
terapeutik
- Menggunakan standar
nutrisi sesuai program
diet dalam
mengevaluasi
kecukupan asupan
makanan
- Mempertimbangkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan
gizi
3. Edukasi
- Menginformasikan
perlunya modifikasi diet
- Menjelaskan program
gizi dan persepsi pasien

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


terhadap diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Merujuk pada ahli gizi
24 April Hipervolemia b.d adanya edema karena Manajemen hipervolemia S: Pasien mengatakan kakinya
2021 ginjal menahan garam dan air dalam Observasi masih bengkak
tubuh - Memeriksa tanda dan O: Hematokrit 28,7.
gejala hipervolemia Pemeriksaan kimia darah
(edema) didapatkan hasil BUN 35
- Mengidentifikasi mg/dl, total protein 6,2 g/dl,
penyebab hipervolemia Albumin 1,9 g/dl, ureum 62,1,
- Memonitor intake dan globulin 4,5 mg/dl, Na 139,9
output cairan dan K 5,64.
- Memonitor tanda A: Hipervolemia
hemokonsentrasi (BUN, P: intervensi 1 dan 2 tetap
hematokrit) dilanjutkan
- Memonitor peningkatan
tekanan onkotik plasma
(kadar protein dan
albumin meningkat)
Terapeutik
- Menimbang BB setiap

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


hari pada waktu yang
sama
- Membatasi asupan
cairan dan garam
- Meninggikan kepala
tempar tidur 30-40°
Edukasi
- Menganjurkan melapor
jika haluaran urin <0,5
mL/Kg/jam dalam 6
jam
- Melaporkan jika BB
bertambah >1kg sehari
- mengajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian diuretik

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Varises esofagus adalah terjadinya distensi vena submukosa yang
diproyeksikan ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan hipertensi portal.
Varises terjadi ketika katup vena melemah atau rusak dan dinding vena menjadi
renggang yang menyebabkan aliran darah menuju hati terhalang oleh
penggumpalan atau jaringan parut pada hati. Penyumbatan inilah yang memicu
adanya aliran darah ke pembuluh darah yang berukuran kecil di sekitarnya. Varises
esofagus biasanya baru memberikan gejala apabila varises sudah pecah dengan
timbulnya hematemesis atau melena.

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep


DAFTAR PUSTAKA

Andreas Karatzas et al.(2018). Νon-invasive screening for esophageal varices in patients with
liver cirrhosis: National Center for Biotechnology Information. Dalam U.S. National
Library of Medicine [online]. Volume 31. 10 halaman. Tersedia
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5924853/ [9 Agustus 2020, 12.00 PM]

Desy Aprilia,dkk. 2019. “Asuhan Keperawatan Varises Esofagus”. Makalah untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah KMMB

Netiana, SN Juniati. 2017. “Varises Esofagus”. Referat. Surabaya: Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Yestria Elfatma,dkk. (2017). Gambaran Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis
Hepatis: Jurnal Kesehatan Andalas. Volume 6. 6 halaman.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/721/577 [9 Agustus 2020, 10.39
AM]

Vella Paraditha, dkk. (2016). Gambaran Kadar Trombosit, Besar Limpa dan Kadar Albumin
Serum pada Pasien Sirosis Hati dengan Varises Esofagus: Jurnal Kesehatan Andalas.
Volume 5. 7 halaman. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/601/487. [9
Agustus 2020, 11.10]

Prodi Ners FIK UNIJA Sumenep

Anda mungkin juga menyukai