KEJANG DEMAM
1 Pengertian (Definisi) Kejang demam adalah kondisi kejang yang diikuti demam dengan suhu
. lebih 38 derajat celsius tanpa disertai dengan penyakit di luar jaringan
otak
2 Assesmen Keperawatan 1. Tingkat kesadaran
. 2. Aktivitas, tanda kejang : jenis kejang, kedasaran, lama kejang,
frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang,
kelemahan.
3. Pola eliminasi : adanya diare
4. Nutrisi : muntah
5. Bio, spiko, social, spiritual, dan budaya
3 Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia
. 2. Risiko perfusi cerebral tidak afektif
3. Risiko cidera
4. Risiko aspirasi
4 Kriteria Evaluasi 1. Hipertermia
. Ekspektasi: termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
a. menggigil menurun
b. kulit merah menurun
c. kejang menurun
d. suhu tubuh membaik
4. Risiko aspirasi
Ekspektasi tingkat aspirasi menurun, dengan kriteria hasil :
a. tingkat kesadaran meningkat
b. kemampuan menelan meningkat
c. akumulasi sekret menurun
5 Intervensi Keperawatan 1. Hipertermia
. Manajemen hipertermia Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermi (misal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor haluaran urine
b. Terapeutik
1) Longgarkan atau lepaskan pakaian
2) Berikan cairan oral
3) Berikan oksigen jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian elektrolit dan intravena
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif
Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab peningkatan TIK
2) Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
3) Monitor status pernafasan
b. Terapeutik
1) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
2) Cegah terjadinya kejang
3) Pertahankan suhu tubuh normal
4) Kolaborasi
Pemberian sedasi dan anti convulsan jika perlu
3. Risiko cidera
Manajemen keselamatan lingkungan
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi kebutuhan keselamatan
2) Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
b. Terapeutik
1) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
2) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
c. Edukasi
1) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi
bahaya lingkungan
4. Risiko aspirasi
Manajemen jalan nafas
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor jalan nafas
2) Monitor bunyi nafas tambahan
3) Monitor sputum
b. Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Posisikan semi flower atau flower
3) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4) Beriksn oksigen jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika tidak kontra
indikasi
2) Ajarkan tehnik batuk efektif
d. Kolarasi
Kolaborasi pemberian bronchodilator ekspektoran,
mukolitik jika perlu
6 Informasi dan Edukasi 1. Kompres hangat
. 2. Cara pemberian antipiretik
3. Pengaturan posisi saat terjadi kejang
4. Mengamankan airway atau patensi jalan nafas
5. Mencegah cidera
6. Minum obat teratur
7. Hand hygine
8. Mengenali tanda bahay umum kejang berulang dan penurunan
kesadaran
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
. intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan.
3. Nyeri Akut
Tingkat Nyeri
Ekspektasi : tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil:
a. Kemampuan melakukan aktivitas meningkat
b. Keluhan nyeri menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
e. Anoreksia menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Pola nafas membaik
h. Tekanan darah membaik
i. Mual meurun
j. Muntah menurun
4. Resiko Perdarahan
Pencegahan perdarahan Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
2) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah
3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4) Monitor koagulasi (misal prothrombin time (PT), partial
thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin
dan/atau platelet)
b. Terapeutik
1) Pertahankan bed rest selama perdarahan
2) Batasi tindakan invasif,jika perlu
3) Gunakan kasur pencegah dekubitus
4) Hindari pengukuran suhu rectal
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2) Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
4) Anjurkan menghindari aspirin dan antikoagulan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian produk darah,jika perlu
3) Kolaborasi pemberian pelunak tinja,jika perlu
5. Resiko syok
Pencegahan Syok
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor status kardiopuimonal (frekuensi dan kekuatan
nadi,frekuensi napas,MAP)
2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,AGD)
3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran,turgor
kulit,CRT)
4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5) Periksa riwayat alergi
b. Terapeutik
1) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
2) Persiapkan intubasi dan ventilator mekanis, jika perlu
3) Pasang jalur IV,jika perlu
4) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu
5) Lakukan skin test untuk mencegah alergi
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
2) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3) Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan
gejala awal syok
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5) Anjurkan menghindari alergen
d. Kolaborasi
1) Kolaboasi pemberian IV, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3) Kolaborasi pemberian antiinflamasi,jika perlu
6. Informasi dan Edukasi 1. Peningkatan intake cairan peroral
2. Nutrisi
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hand hygiene
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
DENGUE HAEMORAGIC FEVER DENGAN SYOK
1. Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF dengan syok
2. Assesmen keperawatan 1. Status kesehatan saat ini : keluhan saat ini, keluhan saat
pengkajian, riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola nutrisi dan metabolik
4. Pola eliminasi
5. Pola istirahat dan tidur
6. Pola kesehatan
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
8. Pemeriksaan fisik meliputi : kepala dan leher, dada, punggung,
abdomen, genenetalia, ekstremitas, metabolisme
3. Diagnosa Keperawatan 1. Hipovolemia
2. Pola napas tidak efektif
3. Hipertermi
4. Defisit nutrisi
5. Risiko syok
4. Kriteria Evaluasi 1. Hipovolemia
Status cairan
Ekspektasi : status cairan membaik
Kriteria hasil :
a. Kekutan nadi meningkat
b. Turgor kulit meningkat
c. Output urin meningkat
d. Suara nafas tambahan menurun
e. Keluhan haus menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Tekanan darah membaik
h. Tekanan nadi membaik
i. Membrane mukosa membaik
j. Kadar Ht membaik
k. Kadar Hb membaik
l. Intake cairan membaik
m.Suhu tubuh membaik
3. Hipertermi
Termoregulasi
Ekspektasi : termoregulasi membaik
Kriteria hasil :
a. Kulit merah meningkat
b. Suhu tubuh membaik
c. Suhu kulit membaik
d. Pengisian kapiler membaik
e. Ventilasi membaik
f. Tekanan darah membaik
4. Defisit nutrisi
Status nutrisi
Ekspektasi : status nutrisi membaik
Kriteria hasil :
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Nyeri abdomen menurun
c. Berat badan membaik
d. Frekuensi makan membaik
e. Nafsu makan membaik
f. Bising usus membaik
g. Membran mukosa membaik
5. Resiko Syok
Tingkat syock
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
a. Kekuatan nadi meningkat
b. Output urine meningkat
c. Tingkat kesadaran meningkat
d. Saturasi oksigen meningkat
e. Akral dingin menurun
f. Tekanan darah systolik membaik
g. Tekanan darah diastolik membaik
h. Pengisian kapiler membaik
i. Frekuensi nafas membaik
j. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
k. Kolaborasi pemberian cairan koloid
l. Kolaborasi pemberian produk darah
5. Intervensi Keperawatan 1. Hipovolemia
Manajemen hipovolemia
Tindakan :
a. Observasi
1) Periksa tanda dan gejala mia (misal frekuensi nadi
meningkat Kolaborasi pemberian cairan IV kat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah).
2) Monitor intake dan output cairan
b. Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan posisi modified trendelenburg
3) Berikan asupan cairan oral
c. Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2) Anjurkan menghindarari perubahan posisi
mendadak
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik (misal
NaCl,RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonik (misal
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid
4) Kolaborasi pemberian produk darah
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal
pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5. Resiko Syok
Pencegahan syok
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD, MAP)
2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3) Monitor status cairan (masukkan dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
4) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
5) Periksa riwayat alergi
b. Terapeutik
1) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
3) Pasang jalur IV, jika perlu
4) Pasang kateter urine untuk menilai produksi
urine,jika perlu
5) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
e. Edukasi
a. Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
b. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c. Anjurkan melaporkan jika menemukan atau
merasakan tanda dan gejala awal syok
d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e. Anjurkan menghindari alergen
5. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
6. Informasi dan Edukasi 1. Manajemen hipovolemia
2. Pemantauan pada pola nafas
3. Manajemen pada nutrisi
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan.
DYSPEPSIA
1 Pengertian ( Definisi ) Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom
. atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa
tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa
cepat kenyang, perut rasa penuh
2 Assesmen Keperawatan 1. Perut kembung, nyeri dengan skala nyeri (1-10), sensasi panas
. di dada atau perut, nyeri ulu hati, sering sendawa, sering merasa
lapar.
2. Selera makan menurun, BB menurun, TTV tidak stabil,
diaphoresis, gelisah, meringis, menangis, perilaku distraksi,
dilatasi pupil.
3. Diare, membran mukosa kering, turgor kulit jelek, suhu tubuh
meningkat, tonus otot menurun, penurunan berat badan yang
disertai asupan adekuat, lemah, haus.
4. Gelisah, insomnia, gangguan tidur, gemetar, tremor, panik
3 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut
. 2. Defisit Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Defisit Volume Cairan
4. Ansietas
4 Kriteria Evaluasi 1. Mampu mengotrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
. menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
2. Adanya peningkatan berat badan dan tidak ada tanda mal
nutrisi, tidak terjadi gangguan pengecapan (menelan)
3. Urine output dalam batas normal, TTV dalam batas normal,
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
4. Mampu mengidentifikasi dan mengontrol gejala cemas
5 Intervensi Keperawatan 1. Nyeri Akut
. Manajemen nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
b. Identifikasi dan catat skala nyeri (skala 1-10)
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
f. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Membimbing terapi relaksasi, Imajinasi terpimpin atau
hypnosis
i. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam pemberian
analgetik
k. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Kriteria Evaluasi 1. Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
respirasi), dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan,
tidak ada edema paru, perifer, sianosis dan tidak ada asites,
tidak ada penurunan kesadaran.
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR, mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara mandiri, TTV normal, mampu
berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat, status kardio
pulmunari adekuat, sirkulasi membaik, ventilasi adekuat
3. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri),
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Terbebas dari edema anaskara, efusi, tidak ada
dyspneu/ortopneu, terbebas dari distensi vena jugularis,
memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign dalam batas normal, tidak
mudah lelah dan cemas
5. Tekanan sistol dan diastol dalam batas normal, Tidak ada
tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari
15 mmHg), dapat berkomunikasi dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan, tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan-gerakan involunter
5. Intervensi Keperawatan 1. Penurunan curah jantung
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,durasi)
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskuler
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor balance cairan
g. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
h. Anjurkan untuk menurunkan stress
i. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
j. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
k. Monitor Vital Sign saatm pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
l. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
m. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk pemberian obat
disritmia
n. Monitor respon pasienterhadap efek pengobatan antiaritmia
2. Intoleransi aktivitas
Terapi aktivitas
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
c. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
d. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, kruk dan lain-lain
e. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
f. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
g. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
h. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
i. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
j. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
k. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
3. Nyeri akut
Manajemen nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
b. Identifikasi dan catat skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
f. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Membimbing terapi relaksasi, Imajinasi terpimpin atau
hypnosis
i. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam pemberian
analgetik
k. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
l. Monitor efek samping penggunaan analgetik
m. Memberikan pendidikan kesehatan
4 Kriteria Evaluasi 1. TTV dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit dan
. tidak ada
2. Mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang
dengan menggunakan menegemen nyeri, mampu mengenali
nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3. Adanya peningkatan berat badan, mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda malnutrisi, tidak terjadi
penurunan berat badan berarti
4. Mempertahankan bentuk feses yang lunak 1-3 hari, bebas dari
ketidaknyamanaan dari konstipasi, feses lunak dan berbentuk,
mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
5. TTV dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membram mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
5 Intervensi Keperawatan 1. Hipertermia
. a. Kaji warna kulit
b. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
c. Monitor TTV (TD, N dan RR)
d. Identifikasi adanya penurunan tingkat
kesadaran.
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Beri kompres hangat pada sekitar axilla dan lipatan paha.
g. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
h. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk
pemberian obat antiperetik.
i. Kolaborasi untuk memberikan intake cairan
secara parenteral (IV)
2. Nyeri akut
Manajemen nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
b. Identifikasi dan catat skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
f. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Membimbing terapi relaksasi, Imajinasi terpimpin atau
hypnosis
i. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam
pemberian analgetik
k. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
l. Monitor efek samping penggunaan analgetik
m. Memberikan pendidikan kesehatan
3. Defisit nutrisi
Manajemen Nutrisi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi adanya alergi atau
c. adanya intoleransi makanan
d. Monitor adanya penurunan berat badan
e. Catat jika ada mual dan muntah.
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan sebelum dan selama
perawatan
h. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
i. Anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu
j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
k. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
l. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk
pemeriksaan laboratorium
m. Jika penurunan kesadaran: kolaborasi untuk pemasukan
intake secara enteral dan parenteral
4. Perubahan pola defekasi: Konstipasi
a. Identfikasi factor penyebab dari konstipasi.
b. Monitor bising usus.
c. Monitor feses, frekuensi, konsistensi dan volume.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan konsistensi tinja.
e. Ajurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak serat
f. Anjurkan pasien banyak minum air putih
g. Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk
pemberian obat laktasif.
5. Defisit volume cairan/hipovolemia
Manajemen cairan
a. Monitoring cairan (intake dan output)
b. Monitor vital sign (TD, HR,RR dan Temperatur)
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa
kering, kulit kering, konjungtiva anemis).
d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan
intra vena
f. Memberikan pendidikan kesehatan (cuci tangan, proses
penyakit dan lain-lain
g. Jika demam lakukan penatalaksanaan demam
6 Informasi dan Edukasi 1. Manajemen Nyeri
. 2. Manajemen Cairan Manajemen Nutrisi Manajemen Infeksi
3. Vital Sign Monitoring
4. Penatalaksanaan demam
7 Evaluasi
Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan
.
intervensi dan di bandingkan dengan NOC serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
INFARK MIOKARD AKUT
1 Pengertian (Definisi)
Infark miokard akut atau Acute Myocardial Infarction merupakan
kejadian nekrosis miokard yang disebabkan oleh sindrom iskemik
tak stabil. Infark miokard akut (IMA) disebabkan kerusakan
irreversibel pada otot jantung akibat pasokan oksigen yang
kurang. Keberadaan infark miokard dapat mengganggu fungsi
sistolik maupun diastolik, dan meningkatkan risiko aritmia
jantung
pada pasien.
2 Assesmen keperawatan 1. Gangguan TTV (RR meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat), sesak nafas berat, sulit bernafas, status
oksigenasi tidak adekuat
2. Konjungtiva anemis, pucat, lemah, pusing, sinkop, CRT>2
detik
3. Mengeluh nyeri, skala nyeri meningkat (rentang 1-10)
meringis, bersikap proktektif seperti menghindari posisi nyeri,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan menurun,
Menarik diri, Diaforesis
4. Perubahan preload, afterload kontraktilitas, irama dan
frekuensi jantung ditandai dengan kelelahan, palpitasi,
dipsnea, tekanan darah meningkat/menurun, edema, nadi
perifer teraba lemah, warna kulit pucat/sianosis
5. Gangguan aktivitas (ADLs), lemah, TD, RR dan HR
meningkat jika beraktivitas, tidak mampu berpindah tempat
6. Cemas, panik, keringat malam, menolak diri atau menunda
mencari pengobatan, putus asa
3 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Nyeri akut
4. Penurunan curah jantung
5. Intoleransi aktivitas
6. Ansietas
4 Kriteria Evaluasi 1. Bebas dari distress pernafasan, TTV dalam batas normal,
ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. TD dalam rentang normal, tidak ada ortostatik hipertensi,
tidak terjadi peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari
15 mmHg), tidak ada ortostatik hipertensi, capilari refil < 2
detik
3. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan), Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri),
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. TTV dalam batas normal, dapat mentoleransi aktivitas dan
kelelahan, tidak terjadi edema paru dan perifer, tidak acites,
tidak terjadi penurunan kesadaran
5. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara
mandiri, mampu berpindah tempat dengan bantuan alat, status
sirkulasi membaik, respirasi membaik, TTV normal, ventilasi
adekuat
6. Mampu mengungkapkan dan mengidentifikasi gejala cemas,
mampu mengontrol cemas, menunjukkan ekspresi yang
menunjukkan berkurangnya kecemasan
5 Intervensi Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas
a. Posisikan pasien senyaman mungkin untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
c. Monitor pola nafas pasien (bradipnea, takipnea,
hiperventilasi)
d. Observasi adanya perubahan TTV
e. Monitoring respirasi dan saturasi oksigen
f. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
g. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
h. Auskultasi bunyi nafas
i. Atur interval pemantuan respirasi sesuai
kondisi pasien
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk pemeriksaan
Analisa Gas Darah (AGD), x-ray toraks
3. Nyeri akut
Manajemen Nyeri
a. Lakukakan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi.
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
e. Ajarkan tehnik non farmakologi.
f. Kolaborasi pemberin obat analgetik.
5. Intoleransi aktivitas
Terapi aktivitas
a. Catat denyut jantung dan ritme jantung dan perubahan
tekanan darah sebelum, selama, dan setelah aktivitas
sesuai indikasi
b. Pantau adanya nyeri dada selama aktivitas berlangsung
c. Motivasi pasien untuk melakukan tirah baring
d. Batasi aktivitas yang menyebabkan nyeri dada atau respon
jantung yang buruk
e. Berikan aktivitas pengalihan yang bersifat non stress
f. Anjurkan kepada pasien untuk menghindari peningkatan
tekanan abdominal seperti mengedan pada saat BAB
g. Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas missal
ambulasi progresif, istirahat setelah makan, bangun untuk
ke toilet atau duduk dikursi
h. Evaluasi tanda dan gejala yang mencerminkan intoleransi
terhadap aktivitas
i. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
j. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
l. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
6. Ansietas
Pengelolaan Kecemasan
a. Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman atau situasi
saat ini
b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
c. Observasi adanya tanda ansietas
d. Temani pasien saat ansietas
e. Cegah pasien jika menunjukkan perilaku destruktif
f. Orientasikan pasien dan keluarganya tentang aktivitas rutin
yang bisa dilakukan
g. Dorong pasien untuk berpartisipasi jika memungkinkan
h. Jawab semua pertanyaan secara factual
i. Berikan informasi yang konsisten dan ulangi jika
memungkinkan
j. Jaga privasi kepada pasien dan keluarga
k. Berikan waktu untuk istirahat tanpa gangguan
l. Ciptakan lingkungan yang tenang
m. Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian
obat penenang
6 Informasi dan Edukasi 1. Terapi aktivitas
2. Orientasi aktivitas
3. Monitoring TTV
4. Perawatan sirkulasi
5. Manajemen Cairan
6. Pengelolaan Kecemasan
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan
intervensi dan di bandingkan dengan NOC serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.
TUBERKULOSIS (TB)
1 Pengertian (Definisi)
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang
paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. TB paru dapat menyebar ke
setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan
nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2015). Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada
manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali,
(2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dominan pada
tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)
2 Assesmen keperawatan 1. Batuk yang tidak efektif, dyspnea, gelisah, kesulitan
verbalisasi, penurunan bunyi nafas, perubahan frekuensi
nafas, perubahan pola nafas, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, suara nafas tambahan
2. Bradipnea, dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan,
penurunan kapasitas kapasitas vital, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, pernafasan bibir,
pernafasan cuping hidung, takipnea
3. Diaphoresis, dyspnea, gangguan penglihatan, gas darah
arteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia,
pH arteri abnormal, pola pernafasan, abnormal, sianosis
3 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
4 Kriteria Evaluasi 1. Frekuensi dan irama nafas dalam batas normal, mampu
mengeluarkan secret dengan batuk efektif, tidak ada suara
nafas tambahan, tidak terjadi dyspnea, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan.
2. Frekuensi dan irama nafas dalam batas normal, suara
perkusi normal, TTV stabil
3. Tekanan (PaO2), (PaCO2) dan saturasi oksigen dalam
rentang normal, Keseimbangan, ventilasi dan perfusi, TTV
dalam rentang normal
5 Intervensi Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Manajemen jalan nafas
1) Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau
jaw thrust sebagai mana mestinya
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi kebutuhan actual atau potensial pasien
untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
4) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
5) Monitor pola nafas dan suara nafas tambahan
6) Observasi perubahan TTV
7) Lakukan fisioterapi dada
8) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lender
9) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronki di paru
10) Kolaborasi : pemberian bantuan terapi nafas jika
diperlukan (misalnya nebulizer)
11) Berikan bantuan oksigenasi jika pasien mengalami
sesak nafas
12) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
13) Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam
pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
diperlukan
b. Manajemen Batuk
1) Instruksikan agar bisa melakukan batuk efektif
2) Latihan batuk efektif
3) Identifikasi kemampuan batuk
4) Monitor adanya retensi sputum
5) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
6) Monitor input dan output cairan (jumlah dan
karakteristik)
7) Auskultasi suara nafas
8) Atur posisi semi-fowler atau fowler
9) Anjurkan banyak minum air putih dan hangat
10) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir dibulatkan selama 8 detik
11) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
12) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3
5. Hipertermia
a. Monitor Monitor TTV khususnya suhu tubuh secara
berkala
b. Monitor kondisi dan warna kulit
c. Monitor hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane
mukosa)
d. Observasi tingkat kesadaran (ada tidaknya penurunan
kesadaran)
e. Tingkatkan intake cairan, nutrisi dan output
f. Tingkatkan sirkulasi udara
g. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
h. Beri kompres hangat pada sekitar axilla dan lipatan
paha.
i. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
j. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
antiperetik.
k. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
6 Informasi dan Edukasi 1. Terapi oksigenasi Monitoring TTV
2. Latihan Fisioterapi dada Batuk efektif
3. Manajemen nutrisi
7 Evaluasi
Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah
dilaksanakan intervensi dan di bandingkan dengan NOC serta
analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang
telah ditetapkan
DIARE
1 Pengertian (Definisi) Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air
besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan
frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung
selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran
lebih 14 hari. Diare merupakan gangguan buang air besar atau
BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah atau lendir (Riskesdas, 2013).
2 Assesmen keperawatan 1. BAB lebih dari 3x dalam sehari dengan konsistensi cair,
berlendir, iritasi daerah rectal, turgor kulit kering
2. Haus berlebihan, urine yang berwarna kuning gelap atau
pekat, rekuensi dan volume buang air kecil mengalami
penurunan, mulut terasa kering dan lengket, menjadi lebih
mudah mengantuk dan mudah lelah, sering sakit kepala dan
kesulitan berkonsentrasi, mengalami kram otot, tubuh
demam.
3. Kulit kering, berkeriput, adanya lesi, kulit tidak elestis,
perfusi jaringan perifer tidak baik
4. Kehilangan nafsu makan dan menurunnya berat badan,
sakit perut, perut membengkak,
5. Gangguan TTV, gangguan irama jantung, Natrium, kalium,
magnesium dan pH darah menurun
3 Diagnosa Keperawatan 1. Diare
2. Kekurangan volume cairan (Hipovolemia)
3. Kerusakan integritas kulit
4. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Resiko syok hipovolemik
4 Kriteria Evaluasi 1. Feses berbentuk, BAB sehari sekali maksimal 3x, menjaga
daerah sekitar rektal dari iritasi, mempertahankan turgor
kulit dan tidak mengalami diare
2. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB ,
BJ urine normal, HT normal, TTV dalam rentang normal,
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik, membran mucosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
3. Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi), Tidak ada
luka/lesi pada kulit, perfusi jaringan membaik, mencegah
terjadinya cedera berulang, Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
4. Adanya peningkatan BB, BB ideal, mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi,
menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan,
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
5. Nadi dalam batas normal, irama jantung dalam batas yang
diharapkan, frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan,
Irama pernafasan normal, Natrium, kalium, magnesium dan
pH darah dalam batas normal
5 Intervensi Keperawatan 1. Diare
Manajemen Diare
a. Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
gastrointestinal
b. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
c. Evaluasi intake makanan yang masuk
d. Identifikasi faktor penyebab dari diare
e. Monitor tanda dan gejala diare
f. Observasi turgor kulit secara rutin
g. Ukur diare/keluaran BAB
h. Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
i. Monitor persiapan makanan yang aman
6. Gangguan Menelan
Pencegahan aspirasi
Tindakan
a. Observasi :
1) Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan
kemampuan menelan
2) Monitor status pernapasan
3) Monitor bunyi napas, terutama setalah makan/minum
4) Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
b. Terapeutik
1) Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
2) Pertahankan kepatenan jalan napas (mis. Teknik head-
tilt chin-lift, jaw thrust, in line)
3) Pertahankan pengembangan balon endotrakheal tube
(ETT)
4) Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret
meningkat.
5) Sediakan suction diruangan
6) Hindari memberi makan melalui selang gastro
intestinal, jika residu banyak.
7) Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
8) Berikan obat oral dalam bentuk cair
c. Edukasi
1) Anjurkan makan secara perlahan
2) Ajarkan strategi mencegah aspirasi
3) Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu.
7. Risiko konstipasi
Pencegahan konstipasi
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis. Asupan serat
tidak adekuat, Asuapan cairan tidak adekuat, kelemahan
otot abdomen, aktifitas fisik kurang)
2) Monitor tanda dan gejala konstipasi (mis.defekasi
kurang 2x seminggu, defekasi lama/sulit, feses keras,
peristaltik menurun)
3) Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan
kebutuhan.
b. Terapeutik
1) Batasi minuman yang mengandung kafein dan alcohol
2) Jadwalkan rutinitas BAK
3) Lakukan masase abdomen
4) Berikan terapi akupresure
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi
2) Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan
(1500-2000 ml/hari
3) Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan
4) Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari
5) Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu
6 Informasi dan Edukasi 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses
penyakit atau prognosis, perawatan diri dan kebutuhan
pengobatan
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi sesuai diit
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan.
LOW BACK PAIN (LBP)
1 Pengertian ( Definisi ) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Low Back
Pain
2. Assesmen Keperawatan 1. Nyeri Akut
2. Tampak meringis
3. Sulit tidur
4. Anxietas
5. Frekuensi nadi meningkat
6. Tekanan darah meningkat
7. Pola napas meningkat
8. Diaforesis/keringat dingin
3. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Ansietas
4. Intoleransi Aktifitas
4. Kriteria Evaluasi 1. Nyeri Akut
Ekspektasi : Menurun Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Kesulitan tidur menurun
d. Vital sign dalam batas normal
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Ekspektasi : Menurun Kriteria hasil :
a. Nyeri berkuramg
b. Metabolisme membaik
c. Rentang gerak (ROM) lebih luas
d. Cemas berkurang
e. Massa otot membaik
f. Kekuatan otot membaik
3. Ansietas
Ekspektasi : Menurun Kriteria hasil :
a. Verbalisasi khawatir menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Anoreksia menurun
d. Palpitasi, frekuensi pernafasan, frekuensi
nadi, tekanan darah dalam batas normal
e. Diaporesis dan pucat berkurang
f. Konsentrasi membaik
g. Pola tidur membaik
4. Intoleransi Aktifitas
Ekspektasi: Meningkat Kriteria hasil :
a. Saturasi oksigen meningkat
b. Frekuensi Nadi meningkat
c. Keluhan lelah menurun
d. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah
meningkat dalam meningkatkan ambulasi
1. Nyeri Akut
5. Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat
atau memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
7) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
b. Teraupetik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2. Ansietas
Terapi Relaksasi
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi
ketidak mampuan berkonsentrasi
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3) Identifikasi kesediaan , kemmpuan dan
penggunaan teknik sebelumnya.
4) Periksa ketegangan otot , frekuensi nadi,
tekanan darah, suhu sebe;lum dan
sesudah latihan
5) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
b. Therapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan
2) Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3) Gunakan pakaian longgar
4) Gunakan nada suara lembut dengan
irama lembut dan berirama
5) Gunakan relaksasi sebagi stratyegi
penunjang dengan analgetik ataui
tindakan medis lain
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan , manfaat batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia
2) Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang di pilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan rilkes dan merasakan sensasi
relaksasi
5) Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Dukungan Ambulasi
Tindakan :
1) Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
3) Monitor frekuensi jantung dan tekana
darah sebelum memulai ambulasi
4) Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
2) Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. Tongkat, kruk)
2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu
pasiendalam meningkatkan ambulasi
3) Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2) Anjurkan melakukan ambulasi dini
3) Anjurkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Berjalan
daritempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4. Intoleransi Aktifitas
Terapi Aktifitas
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
3) Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
4) Identifikasi startegi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
5) Identifikasi makna aktifitas rutin
(misal.bekerja)
b. Terapeutik
1) Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika
perlu
2) Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktifitas
c. Edukasi
1) Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
2) Ajarkan cara memilih aktivitas yang
sesuai
3) Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
1. Edukasi tentang tanda dan gejala Low Back Pain
6. Informasi dan Edukasi
2. Eduaksi tentang Kontrol rutin
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
7. Evaluasi
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan
Standar luaran Keperawatan Indonesia serta analisis
terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang
telah ditetapkan.
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
1 Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna
.
Prostat Hiperplasia (BPH)
2 Assesmen Keperawatan 1. Eliminasi
.
Kaji tentang pola eliminasi termasuk frekuensinya,
ragu-ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada
malam hari untuk berkemih (nokturia).
2. Pola Nutrisi Dan Metabolisme
3. Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan
pantangan,jumlah minum tiap hari, jenis
minuman.anoreksia atau mual muntah
4. Nyeri
5. Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat,
nyeri punggung bawah.
3. Risiko perdarahan
Ekspektasi : perdarahan menurun
Kriteria Hasil :
a. Kelembapan membran mukosa meningkat
b. Kelembapan kulit meningkat
c. Koknitif meningkat
d. Hemoptisis menurun
e. Hematomesis menurun
f. Hematuria menurun
g. Pendarahan anus menurun
h. Distensi abdomen menurun
i. Hemoglobin meningkat
j. Hematokrit membaik
k. Tekan darah membaik
l. Denyut nadi apikal membaik
m. Suhu tubuh membaik
5 Intervensi Keperawatan 1. Nyeri Akut
.
Managemen Nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5) Terapeutik
6) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
7) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
8) Fasilitasi istirahat dan tidur
b. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
c. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor tanda- tanda dehidrasi
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Monitor intake dan output
4) Monitor asupan nutrisi & kalori
b. Terapeutik
1) Support untuk banyak minum
2) Atur posisi untuk mencegah aspirasi
3) Beri O2.................ltr/ menit
4) Pasang infus............tetes/ menit
5) Pasang cateter urin
c. Kolaborasi
1) Pemberian terapi
2) Pemeriksaan Laborat
d. Edukasi
1) Jelaskan kondisi klien dan keluarga
2) Anjurkan memperbanyak asupan peroral
3. Risiko Perdarahan
Manajemen Perdarahan
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab perdarahan
2) Periksa adnya darah pada muntah, sputum,
feses, urin, pengeluaran NGT, dan drainase
luka, jika perlu
3) Periksa ukuran dan karakteristik hematoma jika
ada
4) Monitor terjadinya perdarahan (sifat dan
jumlah)
5) Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit
sebelum dan sesudah kehilangan darah
6) Monitor tekanan darah dan parameter
hemodinamik (tekanan vena sentral dan
tekanan arteri pulmonal)
7) Monitor intake dan output cairan
8) Monitor koagulasi darah protrombin time (PT)
parsial tromboplatin time (PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin, dan jumlah trombosit) jika
ada.
9) Monitor delivery oksigen jaringan (misal
PaO2, SaO2, hemoglobin dan curah jantung ).
10) Monitor tanda dan gejala perdarahan masiv.
b. Terapeutik
1) Istirahatkan area yang mengalami perdarahan.
2) Berikan kompres dingin, jika perlu
3) Lakukan penekanan atau balut tekan, jika perlu
4) Tinggikan ekstremitas yang mengalami
perdarahan
5) Pertahankan akses IV.
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda-tanda perdarahan
2) Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
tanda perdarahan
3) Anjurkan membatasi aktivitas.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian tranfusi darah , jika perlu
1. Jelaskan penyebab dan kendala kendala dalam
6 Informasi dan Edukasi
. berkemih
2. Ajarkan metode komunikasi yang digunakan untuk
mengekspresikan kebutuhan toileting, pola toileting,
dan kemampuan toilet berkemih
3. Demonstrasikan cara latihan berkemih
4. Anjurkan meredemonstrasikan latihan berkemih
5. Ajarkan tehnik distraksi relaksasi Tarik nafas dalam
6. Anjurkan klien untuk segera BAK jika kondisi mau
BAK
7. Jelaskan tanda-tanda perdarahan
8. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-tanda
perdarahan
9. Anjurkan membatasi aktivitas.
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
7 Evaluasi
. dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
KONKA HIPERTROFI
1 Pengertian ( Definisi ) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Konka
hipertrofi
2 Assesmen Keperawatan 1. Riwayat Psikososial
. Intra personal : perasaan yang dirasakan klien Inter
personal : hubungan dengan orang lain Pola fungsi
kesehatan
2. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat (untuk
mengurangi flue biasanya klien mengkonsumsi
obat tanpa memperhatikan efek samping)
3. Pola Nutrisi Dan Metabolisme (biasanya nafsu
makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada hidung)
4. Pola istirahat dan tidur (selama inditasi klien
merasa tidak dapat istirahat kaarena klien sering
flue)
5. Pemeriksaan fisik
data fokus hidung : rhinuskopi (mukosa merah dan
mengkak) Data subyektif
Hidung terasa tersumbat , susah bernafas, keluhan
gangguan penciuman, merasa banyak lendir,
keluar darah, klien merasa lesu, tidak nafsu makan,
meras pusing
Data obyektif
Demam, drainage ada : serous mukppurulen,
purulen, polip mungkin timbul dan biasanya
terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang
mengalami radang, pucat, edema keluar dari
hidung atau mukosa sinus, kemerahan dan oedema
membran mukosa,
3 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
. 2. Nyeri akut
3. Risiko perdarahan
2. Nyeri akut
Ekspektasi : Tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. esulitan tidur menurun
e. Perasaan takut mengalami cidera berulang
menurun
f. Ketegangan otot menurun
g. Pola nafas membaik
h. Tekanan darah membaik
i. Pola tidur membaik
j. Nafsu makan membaik
3. Risiko Perdarahan
Ekspektasi : perdarahan menurun
Kriteria Hasil :
a. Kelembapan membran mukosa meningkat
b. Kelembapan kulit meningkat
c. Koknitif meningkat
d. Hemoptisis menurun
e. Hematomesis menurun
f. Hematuria menurun
g. Pendarahan anus menurun
h. Distensi abdomen menurun
i. Hemoglobin meningkat
j. Hematokrit membaik
k. Tekan darah membaik
l. Denyut nadi apikal membaik
m. Suhu tubuh membaik
5 Intervensi Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
.
Manajemen Jalan Napas
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling,
mengi, wheezing, ronchi kering)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head- tilt dan chin-lift serta jowtrust jika
curiga trauma servikal
2) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Berikan minum hanagat
4) Lakukan fisioterapi dadaLakukan
penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5) Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotracheal
6) Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
7) Berikan oksigenasi
c. Edukasi
1) Anjutrkan asupan cairan 2000 ml/hari
jika tidak ada kontra indikasi
2) Ajarkan batuk efektif
3) Kolaborasi pemberian bronkodilator
ekspektoran, mukolitik jika perlu
2. Nyeri Akut
Managemen nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3. Risiko perdarahan
Pencegahan Perdarahan
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab perdarahan
2) Periksa adnya darah pada muntah, sputum,
feses, urin, pengeluaran NGT, dan drainase
luka, jika perlu
3) Periksa ukuran dan karakteristik
hematoma jika
4) adaMonitor terjadinya perdarahan (sifat dan
jumlah)
5) Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit
sebelum dan sesudah kehilangan darah
6) Monitor tekanan darah dan parameter
hemodinamik (tekanan vena sentral dan
tekanan arteri pulmonal)
7) Monitor intake dan output cairan
8) Monitor koagulasi darah protrombin time
(PT) parsial tromboplatin time (PTT),
fibrinogen, degradasi fibrin, dan jumlah
trombosit) jika ada.
9) Monitor delivery oksigen jaringan (misal
PaO2, SaO2, hemoglobin dan curah
jantung).
10) Monitor tanda dan gejala perdarahan
masiv.
b. Terapiutik
1) Istirahatkan area yang mengalami
perdarahan.
2) Berikan kompres dingin, jika perlu
3) Lakukan penekanan atau balut tekan, jika
perlu
4) Tinggikan ekstremitas yang mengalami
perdarahan
5) Pertahankan akses IV.
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda-tanda perdarahan
2) Anjurkan melapor jika menemukan
tanda-tanda perdarahan
3) Anjurkan membatasi aktivitas.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian tranfusi darah , jika
perlu
6 Informasi dan Edukasi 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
.
ada kontra indikasi
2. Ajarkan batuk efektif
3. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Nyeri akut
Manajemen nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri secara non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (aromaterapi, hipnosis,
kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu
c. Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
1. Hindari makanan yang bersifat iritatif
6. Informasi dan Edukasi
2. Obat diminum teratur dan sampai habis
3. Kontrol secara teratur
4. Kemungkinan untuk tindakan operasi bila
terapi medikamentosa tidak berhasil
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
7. Evaluasi
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
HAEMOROID
1 Pengertian ( Definisi ) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Haemoroid
2. Assesmen Keperawatan 1. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada area anus
2. Benjolan pada anus
3. ADL
3. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Acut
2. Defisit perawatan diri
3. Risiko Infeksi
4. Risiko konstipasi
4. Kriteria Evaluasi 1. Nyeri Akut
Ekspektasi : menurun
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
e. Munal menurun
f. Muntah menurun
g. Tanda-tanda vital membaik
h. Nafsu Makan membaik
i. Pola tidur mambaik
2. Defisit perawatan diri
Ekspektasi : meningkat
a. kemampuan mandi meningkat
b. Kemampuan berpakaiaan meningkat
c. Kemampuan makan meningkat
d. Kemampuan ke toilet meningkat
e. Minat melakukan perawatan diri meningkat
f. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
3. Risiko Infeksi
Ekspektasi : menurun
a. Kebersihan tangan meningkat
b. Demam menurun
c. Kemerahan menurun
d. Nyeri menurun
e. Bengkak menurun
5. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri Akut
Manajemen nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Monitor keberhasilan therapi komplementer
yang sudah di berikan
7) Monior efek samping penggunaan analgetik
b. Threpeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin, musik, berdzikir, mengucap
istighfar)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangankan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
3. Resiko infeksi
Pencegahan Infeksi
Tindakan :
a. Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
b. Therepeutik
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan
2) Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dnegan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan
4. Perawatan Luka
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran,
bau, drainase)
2) Monitor tanda-tanda infeksi
b. Therapeutik
1) Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan
2) Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih
non toksik sesuai kebutuhan
3) Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi
jika perlu
4) Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
5) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kebutuhan
c. Edukasi
1) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
2) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
1. Edukasi Manejemen nyeri (relaxasi, destraksi,
6. Informasi dan Edukasi
beristigfar dan berzikir )
2. Edukasi Mobilisasi 24 jam post operasi
3. Edukasi cuci tangan
4. Edukasi perawatan luka di rumah
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
7. Evaluasi
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
SINUSITIS
1 Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sinusitis
2. Assesmen keperawatan 1. Nyeri
2. Pusing
3. Gangguan rasa nyaman
4. Gangguan pola tidur
5. Hidung tersumbat
3. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Kronis
2. Gangguan Rasa Nyaman
3. Risiko Infeksi
4. Keletihan
4. Kriteria Evaluasi 1. Nyeri Kronis
Ekspektasi : menurun
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
e. Mual menurun
f. Muntah menurun
g. Tanda-tanda vital membaik
h. Nafsu Makan membaik
i. Pola tidur mambaik
2. Gangguan rasa nyaman
Ekspektasi : Meningkat
a. Keluhan tidak nyaman menurun
b. Keluhan sulit tidur menurun
c. Pola tidur membaik
3. Risiko Infeksi
Ekspektasi : menurun
a. Kebersihan tangan meningkat
b. Demam menurun
c. Kemerahan menurun
d. Nyeri menurun
e. Bengkak menurun
4. Keletihan
Ekspektasi : menurun
a. Kemampuan melakukan aktivitas rutin
meningkat
b. Gangguan konsentrasi menurun
c. Sakit kepala menurun
d. Frekuensi nafas menurun
e. Selera makan membaik
f. Pola nafas membaik
g. Pola istirahat membaik
1. Nyeri Kronis
5. Intervensi Keperawatan
Manajemen nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Monitor keberhasilan therapi komplementer
yang sudah di berikan
7) Monior efek samping penggunaan analgetik
b. Threpeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin, musik , berdzikir,
mengucap istighfar)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangankan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
3. Resiko infeksi
Pencegahan Infeksi
Tindakan :
a. observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sitemik
b. Therepeutik
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan
2) Pertahankan ntehnik aseptik pada pasien
beresiko
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dnegan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan
4. Keletihan
Menejemen Energi
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
b. Therapeutik
1) Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus (misal : cahaya, suara,
kunjungan )
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau
aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
d. Kolaborasi
Kolaborasin dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan
1. Edukasi Manejemen nyeri (relaxasi dan destraksi )
6. Informasi dan Edukasi
2. Edukasi menejemen nyeri syariah (berdzikir dan
beristigfar
3. Edukasi cuci tangan
4. Edukasi tentang irigasi nasal
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
7. Evaluasi
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan
Standar luaran Keperawatan Indonesia serta analisis
terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang
telah ditetapkan.
URETEROLITHIASIS
1 Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan
ureterolithiasis (batu ureter)
2. Assesmen keperawatan 1. Aktifitas
Kaji tentang pekerjaan yang monoton. Lingkungan
pekerjaan apakah pasien terpapar suhu tinggi,
keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit
yang kronis atau adanya cedera pada medulla
spinalis.
2. Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan darah/nadi
yang disebabkan : nyeri, ansietas atau gagal ginjal.
Daerah perifer apakah teraba hangat (kulit)merah
atau pucat
3. Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi
sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urin,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar saat BAK.
Keinginan/dorongan ingin berkemih terus, oliguri,
hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih
4. Nyeri
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi
tergantung pada lokasi batu misalnya pada panggul
diregio sudut kostovertebra dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha
genetalia.
Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada
dipelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada
palpasi
3. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut/kronis
2. Gangguan eliminasi urin
4. Kriteria Evaluasi 1. Nyeri akut
Ekspektasi : Tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
e. Perasaan takut mengalami cidera berulang
menurun
f. Ketegangan otot menurun
b. Pola nafas membaik
c. Tekanan darah membaik
d. Pola tidur membaik
e. Nafsu makan membaik
1. Nyeri akut
5. Intervensi Keperawatan
Managemen nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Edukasi
5) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
6) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
7) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Terapeutik
Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
PTEREGYUM
1 Pengertian ( Definisi ) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Pteregyum
2. Assesmen Keperawatan 1. Mata merah
2. Mata terasa gatal atau perih di area selaput
3. Terasa ada yang mengganjal di mata jika selaput
pteregium sudah terlalu tebal atau lebar
(mengganggu kosmetik)
4. Managemen nyeri akut post operasi
3. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko infeksi
4. Gangguan rasa nyeri
4. Kriteria Evaluasi 1. Gangguan persepsi sensori
Ekspetasi : membaik
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi melihat bayangan berkurang
2) Mata merah berkurang
3. Resiko infeksi
2. Resiko cidera
Mengidentifikasi dan menurunkan resiko
mengalami bahaya atau kerusakan fisik
Tindakan :
a. Observasi
Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cidera
b. Terapeutik
1) Sediakan pencahayaan yang memadai
2) Tingkatkan frekwensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
edukasi.
c. Edukasi
1) Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
2) Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
4. Nyeri Akut
Mengumpukan dan menganalisis data nyeri
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi factor pencetus dan pereda
nyeri
2) Monitor kwalitas nyeri
3) Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
4) Monitor intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
5) Monitor durasi dan frekwensi nyeri
b. Terapeutik
1) Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan jika perlu
3. Terapi oksigen
a. Observasi
1) Monitor kecepatan aliran oksigen
2) Monitor posisi alat terapi oksigen
3) Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4) Monitor edfektifitas terapi oksigen (misal
: oksimetri, analisa gas darah) jika perlu
5) Monitor kemampuan melepaskan oksigen
saat makan
6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
8) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
b. Terapeutik
1) Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trakhea jika perlu
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas
3) Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
4) Berikan oksigen tambahan jika perlu
5) Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
6) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
c. Edukasi
Ajarkan keluarga cara menggunakan oksigen
di rumah
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
4. Risiko hipotermia
Manajemen hipotermia
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor suhu tubuh Identifikasi
penyebab hipotermia (misal terpapar
suhu lingkungan rendah, pakaian tipis,
kerusakan hipothalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak sub
kutan)
2) Monitor tanda dan gejala akibat
hipotermia (hipotermia ringan: takipnea,
disartria, diuresisi, hipotermia sedang:
aritmis, hipotensi, apatis, koagulopati,
reflek menurun, hipotermia berat:
oliguria, reflek menghilang, edema paru)
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang hangat (misal
atur suhu ruangan, suhu inkubator)
2) Ganti pakaian dan /atau linen yang basah
3) Lakukan penghangatan pasif (misal:
selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
4) Lakukan penghangatan aktif eksternal
(misal: perawatan metode kanguru)
5) Lakukan penghangatan aktif internal
(misal: oksigen hangat)
5. Regulasi temperatur
Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor suhu bayi sampai stabil (36.5Co-
37.5Co)
2) Monitor suhu tubuh tiap dua jam, jika
perlu
3) Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi
4) Monitor warna dan suhu kulit
5) Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
b. Terapeutik
1) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu
2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
3) Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik
segera setelah lahir
4) Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
5) Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radian warmer
6) Pertahankan kelembaban inkubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
7) Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
8) Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan
yangakan kontak dengan bayi (misal
selimut, kain bedongan, stetoskop)
9) Hindari meletakkan bayi di area aliran
pendingin ruangan
10) Gunakan selimut hangat untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
11) Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien ( 25 Co- 27 Co)
c. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretikk, jika perlu
6. Perawatan Bayi
Tindakan :
a. Observasi
Monitor tanda-tanda vital bayi
b. Terapeutik
1) Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21
Co-24 Co
2) Mandikan bayi dalam waktu 5-10
menit dan 2 kali dalam sehari
3) Rawat tali pusat secara terbuka (tali
pusat tidak dibungkus apapun)
4) Bersihkan pangkal tali pusat dengan
cotton bud yang telah diberi air steril
5) Kenakan popok bayi dibawah umbilikal
jika tali pusat belum terlepas
6) Ganti popok bayi jika basah
7) Kenakan pakaian bayi dari bahan katun
c. Edukasi
1) Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan
bayi
2) Ajarkan ibu cara merawat bayi di rumah
3) Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi > 6 bulan
7. Perawatan neonatus
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir
(misal : kecukupan bulan, air ketuban
jernih, atau bercampur mekonium,
menangis spontan, tonus otot)
2) Monitor tanda vital bayi (terutama suhu)
b. Terapeutik
1) Berikan vitamin K 1 mg intramuskuler
untuk mencegah perdarahan
2) Mandikan selama 5-10 menit, minimal
sekalisehari
3) Mandikan dengan air hangat (36 Co-37 Co)
4) Oleskan baby oil untuk mempertahankan
kelembaban kulit
5) Rawat tali pusat secara terbuka (tidak
dibungkus)
6) Bersihkan tali pusat dengan air steril
7) Kenakan pakain dari bahan katun
8) Selimuti untuk mempertahankan
kehangatan dan mencegah hipotermia
9) Ganti popok segera jika basah
c. Edukasi
1) Anjurkan tidak membubuhi apapun pada
tali pusat
2) Anjurkan ibu menyusi bayi setiap 2 jam
3) Anjurkan menyendawakan bayi setelah
disusui
4) Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi
5. Resiko defisit nutrisi
Manajemen nutrisi
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi kebutuhan nutrisi
3) Identifikasi perlunya penggunaan selang
orogastrik/selang nasogastrik
4) Monitor asupan cairan
5) Monitor berat badan
6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2) Berikan suplemen makan, jika perlu
3) Hentikan pemberian makan melalui selang
orogastrik/nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
c. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrien yang dibutuhkan ,
jika perlu
6. Resiko infeksi
Pencehagan infeksi
Tindakan :
a. Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
b. Terapeutik
1) Berikan perawatan kulit pada area edema
2) Cuci tangan
3) Pertahankan tehnik aseptik
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6 Informasi dan Edukasi 1 Perawatan bayi di rumah
. 2 Cara menyususi yang benar
3 Pencegahan hipotermi
4 Perawatan metode kanguru (PMK)
5 Menjaga kehangatan bayi
6 Tanda dan bahaya bayi sakit
7 Asi eksklusif
8 Imunisasi
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
. dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan
Standar luaran Keperawatan Indonesia serta analisis
terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang
telah ditetapkan.
2. Risiko infeksi
Ekspektasi : Tingkat infeksi menurun
Kriteria hasil :
a. Demam menurun
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun
d. Bengkak menurun
e. Kadar sel darah putih membaik
f. Membran mukosa kering menurun
3. Intoleransi Aktifitas
Ekspektasi: Meningkat
Kriteria hasil :
a. Saturasi oksigen meningkat
b. Frekuensi Nadi meningkat
c. Keluhan lelah menurun
d. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah
meningkat dalam meningkatkan ambulasi
2. Resiko infeksi
Pencegahan Infeksi
Tindakan :
a. Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sitemik
b. Therepeutik
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan
2) Pertahankan ntehnik aseptik pada pasien
beresiko
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dnegan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan
3. Intoleransi Aktifitas
Terapi Aktifitas
Tindakan :
a. Observasi
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
yang diinginkan
4) Identifikasi startegi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
5) Identifikasi makna aktifitas rutin
(misal.bekerja)
b. Terapeutik
1) Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu
2) Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktifitas
c. Edukasi
1) Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
2) Ajarkan cara memilih aktivitas yang sesuai
3) Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai.
5. Intervensi Keperawatan
6 Informasi dan Edukasi
.
7 Evaluasi
.
PARTUS SPONTAN
1. Pengertian (Definisi)
2. Assesmen keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
4. Kriteria Evaluasi
5. Intervensi Keperawatan
6 Informasi dan Edukasi
.
7 Evaluasi
.