Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SINTESA

TINDAKAN KEPERAWATAN PEMASANGAN EKG

PADA NY. D DENGAN SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI

DI UNIT GAWAT DARURAT RS GRAHA HERMIN

BATAM

OLEH:

EVA SUSANTI LUBIS

00320060

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Sri Muharni , S.Kep. M,kep) (Ns. Sepdika Asri , S.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM

TAHUN AKADEMIK 2021


LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN

Nama Mahasiswa : Eva Susanti Lubis Ruang : UGD

NIM : 00320060 Tanggal : 7 Februari 2022

1. Identitas Klien
Inisial Klien : Ny . D
No. Register : xxxxxxx
Usia : 42 Tahun
Tanggal Masuk : 7 Februari 2022
Jenis Kelamin : Perempuan

2. Diagnosa Medis

SVT (Supraventrikular Takikardi)

3. Diagnosa Keperawatan sesuai dengan tindakan yang dianalisa


Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Perubahan Irama Jantung (Palpitasi)
takikardi
Data Subjektif :
 Klien mengatakan dadanya sesak dan berdebar debar sejak tadi malam
 Klien mengatakan tidak bisa tidur dan lemas

Data Objektif :
 TD : 130/110 mmHg
 HR : 209x/menit
 RR : 23x/menit
 Suhu : 37,9
 SPO2 : 96%
 CRT : < 2 detik
 GCS : E4V5M6 = 15
 Keadaan umum lemas , kesadaran Composmenthis
 Terpasang Oksigen BNC 3 lpm

4. Tindakan Keperawatan Dan Rasional


Melakukan Tindakan Pemasangan EKG
Rasional :
SVT (Supraventrikuler takikardi) adalah seluruh bentuk takikardi yang muncul dari berkas
HIS maupun diatas bifuskasi berkas HIS. Biasanya gejala yang timbul meliputi pusing,
palpitasi, nyeri dada, kepala terasa ringan, dan nafas pendek. Gejala tersebut muncul dan
berhenti secara tiba tiba (Widjaja, 2016). Supraventrikuler takikardi adalah salah satu jenis
takidisritmia yang ditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah
cepat dan berkisar antara 150-280 per menit. SVT merupakan semua aritmia yang berasal
dari focus supraventrikel, interval R-R kurang dari 600 ms, dan memiliki frekuensi eksitasi
lebih dari 100/menit (Aulia, 2009). SVT diklasifikasikan menjadi dua yaitu AV node
independent (SVT masih terjadi setelah intervensi memblok AV) dan AV node dependent
(SVT berhenti setelah intervensi memblok AV). AV node independent dibagi lagi menjadi
tiga yaitu sinus takikardi, atrial fibrilasi dan atrial flutter. Elektrokardiogram (EKG) adalah
suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman
informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang elektroda pada badan. Rekaman
EKG ini digunakan oleh dokter untuk menentukan kondisi jantung dari pasien. Sinyal EKG
direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf (Raka, 2015).
Elektrokardiogram mempunyai banyak manfaat, baik untuk diagnosis, manajemen, dan
terapi lanjut dari pasien dengan gagal jantung kongestif. Gambaran EKG pada pasien gagal
jantung kongestif dapat menunjukkan berbagai macam kelainan. Terkadang pasien dengan
gagal jantung kongestif dapat memberikan gambaran EKG normal, atau hanya
menunjukkan sinus takikardi tanpa kelainan lainnya. Secara umum, hasil EKG pada pasien
gagal jantung kongestif memberikan gambaran hipertrofi ventrikel kiri (LVH), semua jenis
aritmia atrium dan ventrikel, blok konduksi atrio-ventrikular dan intraventrikel, adanya
iskemia dan/atau infark miokard, hipertrofi ventrikel kanan dan kiri, serta kelainan atrium
kanan. Contoh klasik kelainan EKG yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif ialah
hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas atrium kiri, dan fibrilasi atrium (Danes, 2010).

5. Prosedur Tindakan Keperawatan Sesuai Teori


Prinsip dari pemasangan EKG menggunakan prinsip bersih karena tidak tindakan invasif,
dan menyiapkan alat-alat sebelum melakukan pemasnagan EKG serta memposisikan pasien
supinasi dan rileks. Prosedur tindakan pemasangan EKG sebagai berikut:

1. Fase prainteraksi
a. Menyiapkan alat (alat EKG seperti elektroda, jelly, tisu)

2. Fase orientasi
a. Memberi salam/menyapa pasien
b. Memperkenalkan/mengingatkan identitas perawat
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menanyakan kesiapan pasien

3. Fase kerja
a. Mencuci tangan
b. Menjaga privasi pasien
c. Mengatur posisi pasien
d. Membebaskan daerah dada dari pakaian
e. Mengolesi jelly pada tempat-tempat sadapan
f. Memasang AVR di tangan kanan
g. Memasang AVL di tangan kiri
h. Memasang AVF di kaki kiri
i. Memasang groun/netral di kaki kanan
j. Memasang V1 di ICS 4 dextra
k. Memasang V2 di ICS 4 sinistra
l. Memasang V4 di ICS 5 sinistra sejajar garis midclavicula
m. Memasang V3 diantara V2 dan V4
n. Memasang V5 di ICS 5/ sejajar V4 di garis axila anterior
sinistra
o. Memasang V6 di ICS 5/ sejajar V5 di garis mid axila sinistra
p. Menyalakan mesin EKG dan mengeprint kertas EKG
q. Mematikan mesin EKG
r. Melepas sadapan sambil membersihkan jelly dengan tissue
s. Merapihkan pasien dan alat
t. Mencuci tangan
4. Fase terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut

6. Analisa Prosedur Yang Dilakukan Dibandingkan Dengan Teori


Tindakan pemasangan EKG yang dilakukan secara garis besar sudah sesuai prosedur,
seperti memposisikan pasien diatur terlentang di atas tempat tidur. Tidak membolehkan
pasien menyentuh besi pada bed maupun benda logam lain karena akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan dan melepaskan alat-alat yang ada sumber listriknya terlebih dahulu. Menjaga
privasi pasien lalu membuka dan melonggarkan pakaian atas pasien agar membebaskan
daerah dada, termasuk untuk pasien perempuan bra dilepas, namun saat dilapangan beberapa
kali terlihat saat mau melakukan pemasangan EKG tidak diberikan jelly. Padahal disini
jelly berfungsi sebagai konduktor untuk meningkatkan konduksi listrik antara kulit dan
elektroda. Pemberian jelly juga dapat menurunkan resistensi antara elektroda dan kulit
sehingga diperoleh gambaran EKG yang jelas. Selain itu, saat meletakkan elektroda di dada
pasien masih sedikit kesulitan mencari intercosta dan costanya karena badan pasien sedikit
berisi sehingga meletakkannya sambil mengira-ngira tempat diletakkanya elektroda.
Pemasangan elektroda tersebut mungkin penerapannya sedikit berbeda dari yang telah
diajarkan di perkuliahan. Selain itu juga harus diperhatikan setelah melakukan pemasangan
EKG, yaitu harus membersihkan elektroda dari dari jelly yang menempel, karena apabila
tidak dibersihkan lagi maka jelly akan mengering dan mengendap pada elektroda dan dapat
menghambat hambatan impuls listrik sehingga terjadi gangguan pada hasil sadapan. Dan
juga jika tidak dibersihkan kembali jellynya yang menempel pada kulit pasien maka akan
mengganggu kenyamanan pasien.
7. Evaluasi Keberhasilan Tindakan Dan Efek Yang Timbul Dari Tindakan Keperawatan
Hasil EKG yang dilakukan sudah cukup jelas, karena pasien juga dapat bekerja sama dalam
melakukan EKG.
Subjektif :
 pasien mengatakan dadanya masih tratapan tapi lebih mendingan daripada semalam
Objektif :
 pasien terlihat agak lemas dan nafas masih sedikit sesak
 pasien terpasang oksigen dengan BNC 3 lpm
 pasien terpasang infus di metacarpal sinistra NaCl 0,9 %
Actually :
 penurunan curah jantung belum teratasi
Plan :
 Menganjurkan pasien untuk istirahat
 Melaporkan hasil EKG pada DPJP
 Memonitor ttv pasien

Bahaya yang dapat terjadi atau efek yang timbul dari tindakan keperawatan tersebut :
 Apabila pemasangan elektroda tidak tepat maka gambaran EKG tidak dapat terbaca,
selain itu juga apabila pasien bergerak maka gambaran EKGnya pun tidak dapat
terbaca. Hal tersebut dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi EKG
sehingga menghasilkan diagnosa yang keliru. Untuk menghindarinya, pastikan tidak
ada kesalahan sebelum perekaman jantung dengan melakukan pengecekan ulang
pada elektroda yang terpasang.

Anda mungkin juga menyukai