Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI




1.1 KONSEP PERAWATAN DIRI

A. Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes, 2000).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (higiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAK/BAB (Fitria, 2009).
Defisit perawatan diri juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu
mengalami suatu kerusakan fungsi kognitif atau fungsi motorik, yang
menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
(NANDA, 2009).

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab defisit perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Sementara menurut Depkes (2000) penyebab defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu mela-
kukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan terma-
suk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemam-puan
dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah sebagai berikut:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memer-lukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengeta-
huan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan pada individu yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, pasta gigi,
dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit, kemampuan seseorang untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan orang lain untuk
melakukannya.

C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri: mandi/kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri: berdandan/berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri: makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri: toileting.
Kurang perawatan diri (toiletting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

D. Manifestasi Klinis dan Batasan Karakteristik

Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri menurut Depkes
(2000) adalah:
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor.
Gigi kotor disertai mulut bau.
Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang.
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Batasan karakteristik dari defisit perawatan diri yaitu:
1. Disorientasi.
2. Kesulitan mengenali benda-benda yang digunakan dalam perawatan.
3. Kotor atau berpakaian yang tidak tepat.
4. Tidak dapat merapikan rambut atau kuku.
5. Tidak makan, makan makanan basi, atau tidak dimasak.


E. Dampak Defisit Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu:
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.


1.2 PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian dan Proses Terjadinya Masalah

1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS
atau di rumah tidak tersedia alat mandi.
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
c. Klien mengatakan ingin disuapi makan.
d. Klien mengatakan jarang mmebersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB.
e. Klien mengatakan kalau merasa lelah/lemah atau tidak berdaya.
f. Klien mengatakan malas untuk melakukan aktivitas.

2. Data objektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor atau tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidak-
mampuan mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK.

3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stres.
a. Faktor Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu mela-kukan
perawatan diri seperti stroke.
b. Faktor Psikologis
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Pada individu yang mengalami
kelemahan untuk melakukan perawatan diri sering kali keluarga
membiarkan individu tersebut untuk tergantung dengan orang lain saat
memenuhi perawatan dirinya sehingga individu tersebut terbiasa
dengan kondisi tersebut.
c. Faktor Sosiobudaya
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan lingku-
ngannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.

4. Stresor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energi
ekstra untuk koping.
a. Sifat
Sifatnya berupa aspek psikologis dan sosial. Dari aspek psiko-logis
kemungkinan diakibatkan karena seseorang yang menderita penyakit
kronis ataupun gangguan kejiwaan lain sehingga secara psikologis
mereka mengalami penurunan motivasi dan kecemasan.
Dari aspek sosial dapat berasal dari keluarga atau lingkungan
sekitar. Dari aspek biologis berupa kerusakan kognisi atau persep-tual
dan kelemahan.
b. Asal
Sumber penyebab defisit perawatan diri bisa berasal dari faktor
internal seperti keluarga yang memanjakan atau justru malah mem-
biarkan dalam hal perawatan diri.
c. Waktu
Yang perlu dikaji adalah lamanya klien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang telah lama
menderita penyakit kronis.


d. Jumlah
Pengkajian mengenai kuantitas atau seberapa besar defisit
perawatan diri yang dialami dalam satu periode.

5. Penilaian Terhadap Stresor
Penilaian stresor adalah suatu evaluasi tentang makna stresor bagi
kesejahteraan seseorang dimana stresor mempunyai arti, intensitas dan
kepentingannya.


a. Penilaian Kognitif
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena penge-
tahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
b. Respon Afektif
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
c. Respon Fisiologik
Pada keadaan tertentu atau sakit, kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
d. Respon Perilaku
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
e. Respon Sosial
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.

6. Sumber Koping
Sumber koping adalah evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
yang digunakan seseorang.
a. Kemampuan Personal
Kemampuan personal merupakan keterampilan yang dimiliki klien.
Kurangnya kemampuan seseorang untuk menjaga kebersihan diri
biasanya disebabkan karena menderita suatu penyakit sehingga
mengalami kelemahan untuk menjaga kebersihan diri.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah dukungan emosional dan bantuan yang
didapatkan untuk penyelesaian tugas. Keluarga berperan penting dalam
membantu klien dalam menjaga kebersihan diri anggota keluarga yang
mengalami kelemahan karena sakit.
c. Aset Material
Aset material merupakan modal ekonomi yang dimiliki klien.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah teknik pertahanan dan motivasi. Ada-nya
keyakinan bahwa dengan menjaga kebersihan diri akan membantu
proses penyembuhan suatu penyakit/gangguan.

7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penata-
laksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Mekanisme koping yang dapat dilakukan oleh klien dengan defisit
perawatan diri, antara lain:
a. Regresi, yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan, yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Merupakan mekanisme
pertahanan yang paling sederhana dan primitive.
c. Isolasi diri, menarik diri dan memisahkan komponen emosional dari
pikiran, yang dapat bersifat sementara atau jangka panjang.
d. Intelektualisasi, yaitu penggunaan logika atau alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
2. Defisit perawatan diri: mandi, berdandan/berhias, makan, toileting.
3. Isolasi sosial.

Pohon Masalah:












C. Perencanaan Tindakan Keperawatan

Secara umum, asuhan keperawatan yang dapat dilakukan berfokus pada:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri klien
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri.
c. Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri.
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap.
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari untuk melatih klien.
3. Menciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk perawatan diri.
b. Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau klien.
c. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.

Isolasi sosial
Defisit perawatan diri: mandi,
berhias, makan, toiletting

Menurunnya kemampuan dan
motivasi merawat diri

Kelelahan fisik
Penurunan
kesadaran
Selain kepada klien, tindakan keperawatan juga ditujukan kepada
keluarga sehingga keluarga juga mampu mengarahkan klien dalam melaku-
kan perawatan diri.

Diagnosa: Defisit perawatan diri


Tujuan Umum:
Klien menunjukkan peningkatan perawatan diri.

Tujuan khusus untuk klien:
1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri dengan baik.
2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara mandiri dengan
baik.
3. Klien mampu melakukan makan secara mandiri dengan baik.
4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan baik.

Tujuan khusus untuk keluarga:
1. Keluarga mampu memahami masalah yang dialami anggota keluarga.
2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri.
3. Keluarga mampu membuat perencanaan perawatan dan aktivitas
berkelanjutan pada anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri.

Rencana Intervensi
a. Untuk klien
1. Melatih klien melakukan cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
2. Melatih klien berhias/berdandan
a) Menjelaskan alat-alat untuk berhias/berdandan.
b) Menjelaskan cara untuk berhias/berdandan.
c) Melatih klien mempraktekkan cara berhias/berdandan.
3. Melatih klien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
d) Melatih klien mempraktekkan cara makan sesuai tahapan yang
baik.
4. Melatih klien BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK.
d) Melatih klien mempraktekkan cara BAB/BAK secara mandiri.

b. Untuk keluarga
1. Keluarga mampu memahami masalah yang dialami anggota keluarga
a) Menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis-jenis, dan proses
terjadinya defisit perawatan diri yang dialami klien.
c) Menjelaskan cara merawat klien dengan defisit perawatan diri.
d) Diskusikan dengan keluarga untuk mempersiapkan fasilitas yang
dibutuhkan klien untuk menjaga perawatan diri.
2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan defisit
perawatan diri
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien
dengan defisit perawatan diri.
c) Menganjurkan keluarga terlibat langsung dalam aktivitas perawatan
diri klien dan mengingatkan klien untuk merawat diri sesuai jadwal
yang disepakati.
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien
dalam merawat diri.
3. Keluarga mampu membuat perencanaan perawatan dan aktivitas
berkelanjutan (discharge planning)
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat.
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

D. Implementasi

Implementasi rencana tindakan dilakukan sesuai dengan strategi
pelaksanaan atau disesuaikan dengan keadaan klien saat interaksi (strategi
dapat berubah sewaktu-waktu).
Tgl/ No Dx Tindakan Keperawatan Untuk
Pasien
Tindakan Keperawatan untuk
keluarga
SP 1
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
2. Menjelaskan cara men-
jaga kebersihan diri
3. Membantu pasien mem-
praktekkan cara menjaga
kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien me-
masukkan dalam jadwal
kegiatan
SP 1
1. Menjelaskan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala defisit
perawatan diri dan jenis
defisit perawatan diri
yang dialami pasien,
serta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara
merawat pasien dengan
defisit perawatan diri
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal ke-
giatan harian pasien
2. Menjelaskan cara makan
yang baik
3. Membantu pasien mem-
praktekkan cara makan
yang baik
4. Menganjurkan pasien me-
masukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2
1. Melatih keluarga mem-
praktekkan cara merawat
pasien dengan defisit
perawatan diri
2. Melatih keluarga melaku-
kan cara merawat lang-
sung kepada pasien defi-
sit perawatan diri
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal ke-
giatan harian pasien
2. Menjelaskan cara elimi-
SP 3
1. Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum
nasi yang baik
3. Membantu pasien mem-
praktekkan cara eliminasi
yang baik
4. Menganjurkan pasien me-
masukkan dalam jadwal
kegiatan harian
obat (dischange planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal ke-
giatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdan-
dan
3. Membantu pasien mem-
praktekkan cara berdan-
dan
4. Menganjurkan pasien me-
masukkan dalam jadwal
kegiatan harian


E. Evaluasi

Berikut merupakan kriteria evaluasi pada asuhan keperawatan yang
diberikan, antara lain:

1. Klien dapat menyebutkan:
a. Penyebab tidak merawat diri.
b. Manfaat menjaga perawatan diri.
c. Tanda-tanda bersih dan rapi.
d. Masalah yang akan dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
2. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
a. Kebersihan diri/mandi.
b. Berhias/berdandan.
c. Makan.
d. Toileting.
3. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri klien:
a. Memahami masalah yang dialami klien.
b. Menyediakan alat-alat untuk kebutuhan perawatan diri.
c. Ikut serta mendampingi, membantu dan mengingatkan dalam aktivitas
perawatan diri klien.
d. Memberikan pujian saat klien berhasil melakukan perawatan diri.
e. Memahami rencana perawatan, aktivitas dan follow up untuk discharge.
Lembar checklist () evaluasi kemampuan klien

No. Kemampuan Yang Dievaluasi
Keterangan
Ya Tidak
1. Klien mampu berinteraksi
2. Klien mampu membina hubungan saling percaya
3. Klien mampu mengidentifikasi secara mandiri
kemampuannya dalam melakukan kebersihan diri,
berdandan, makan dan toileting.

4. Klien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri,
berdandan, makan dan toileting.

5. Klien mampu menjelaskan cara menjaga kebersihan diri,
berdandan, makan dan toileting.

6. Klien mampu menyebutkan peralatan yang dibutuhkan
untuk menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan
toileting.

7. Klien mampu mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri, berdandan, makan dan toileting secara mandiri.

8. Klien mampu melakukan latihan sesuai jadwal kegiatan
yang sudah disepakati.



Lembar checklist () evaluasi kemampuan keluarga

No. Kemampuan Yang Dievaluasi
Keterangan
Ya Tidak
1. Keluarga mampu memahami masalah yang dihadapi
klien.

2. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas atau peralatan
yang dibutuhkan untuk perawatan diri klien.

3. Keluarga mampu menyediakan peralatan kebutuhan
perawatan diri klien.

4. Keluarga mampu merawat klien dengan defisit
perawatan diri.

5. Keluarga ikut terlibat dalam kegiatan perawatan diri klien.
6. Keluarga memberikan pujian atau dukungan saat klien
berhasil melakukan tindakan perawatan diri.

7. Keluarga mampu membuat perencanaan aktivitas dan
follow up untuk discharge klien.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta
Gondohutomo, Amino. 2008. Defisit perawatan diri. http://rs-
amino.jatengprov.go.id/index.php/home-rsj/1-latest-news/1-defisit-perawatan-
diri. Diakses tanggal 10 November 2011
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. EGC. Jakarta
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . EGC. Jakarta
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Momedia. Yogyakarta
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika.
Jakarta
Taylor, Ralph. 2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.
EGC. Jakarta
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. EGC. Jakarta
Wilkinson,J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC, Ed. 7 Alih bahasa Widyawati. EGC. Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2000. Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions
and NOC Outcomes. Alih bahasa oleh Widyawati, dkk. 2007. EGC. Jakarta
Yosep,Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung

Anda mungkin juga menyukai