Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN PNEMONIA
DI RUANG MELATI KELAS 3 RS PARU JEMBER

Dosen Pembimbing:
Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NPK: 19840512 1 1103817

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

OLEH:

Erik Indra Sugianto, S. Kep


NIM. 2101032001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN PNEMONIA
DI RUANG MELATI KELAS 3 RS PARU JEMBER

Dosen Pembimbing:
Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NPK: 19840512 1 1103817

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

OLEH:

Erik Indra Sugianto, S. Kep


NIM. 2101032001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada klien NY. Y Dengan PNEMONIA Telah


dilaksanakan pada tanggal 4 – 6 April 2022 di Ruang Melati kelas 3 Rumah
Sakit Paru Jember

Dilaksanakan Oleh:
Nama : Erik Indra Sugianto, S. Kep
Nim : 2101032001

Jember, 6 April 2022

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Ns. Udiyana Rahayu. S. Kep, Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NIP :19720809 19981005 NPK: 19840512 1 1103817

Kepala Ruangan PJMK Depertemen KMB

Ns. Udiyana Rahayu. S. Kep Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M. Kep., Sp. Kep M.
B NIP : 19720809 19981005 NPK: 1990021011509368
LEMBAR KONSULTASI
Materi Yang Dikonsulkan dan Uraian Pembimbing Nama Dan Tanda Tangan
No
Pembimbing
1.

11
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Review Anatomi Fisiologi

Paru-paru yang sering disebut pulmones atau lungs merupakan suatu organ
pernafasan vital didalam rongga dada dan terdapat dua buah paru-paru kanan dan
kiri. Paru-paru dilindungi tulang rusuk dan otot-otot intercostalis serta diselimuti
oleh selaput paru-paru yang disebut pleura (Kuntoadi, 2019).

Paru-paru memiliki bentuk kerucut dengan bagian ujung atas disebut apex,
bagian bawah yang disebut base yang melekat di otot diafragma, permukaan sisi
medial dengan batasan organ jantung, sisi lateral berbatasan dengan tulang rusuk
dan sisi inferior berarda diatas otot diagframa (Kuntoadi, 2019).

Ukuran paru-paru keduanya tidak sama, paru-paru sebelah kanan lebih


besar dibandingkan paru-paru kiri karena terdapat jantung. Berat paru-paru
memiliki perbedaan yakni paru-paru kanan memiliki berat sekitar 620 gram dan
berat paru-paru kiri sekitar 560 gram. Paru-paru memiliki lobus yang pertama
paru-paru kanan ada 3 lobus yakni lobus superior, inferior dan medius,
sedangkan paru-paru kiri terdapat 2 lobus yakni lobus superior dan inferior. Paru-
paru terdiri dari beberapa bagian antara lain trakea, bronkus primer,
bronkiolus dan alveoli sebagai ujung organ dari sistem pernafasan (Kuntoadi,
2019).
Alveoli berperan sebagai tempat pertukaran udara yakni oksigen dan
karbondioksida dalam system respirasi. Alvioli berbentuk seperti anggur dengan
bagian tengah diselubungi kantung alveoli. Alveoli terhubung dengan brochiolus

12
melalui saluran tabung duktus alveolaris. Dalam mekanisme pertukaran gas
di

13
alveoli mengandung udara oksigen ditukarkan ke dalam darah dan
karbondioksida dari darah dikeluarkan ke alveolus (Kuntoadi, 2019).

1.2 Definisi Pneumonia


Pneumonia merupakan suatu infeksi yang mengenai satu atau dua
paru- paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan benda asing yang
menyebabkan paru-paru mengalami peradangan pada bagian jaringan alveoli.
Keadaan kantung-kantung udara (alveoli) berisi cairan dan nanah mengakibatkan
berkurangnya penyerapan oksigen. Pneumonia dapat ditandai dengan gejala klinis
seperti batuk, nafas cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(Utama, 2018).

1.3 Epidemiologi Pneumonia


Kejadian pneumonia menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 2010 ditemukan data 120 juta kejadian pneumonia. Orang tua memiliki
resiko menderita pneumonia sebanyak 3,4 juta. Prevalensi pada tahun 2013
menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terdapat kejadian
pneumonia di Indonesia sejumlah 2,7%, jumlah tersebut meningkat
dibandingkan

13
tahun 2007. Insidensi pneumonia yang ada di jember pada tahun 2012
terdapat
2.343 klien rawat inap di Rumah Sakit Paru Jember dan menjadi urutan ke 10
besar yang sering dialami pasien. Pada tahun 2013 jumlah pasien menderita
pneumonia meningkat sampai sebanyak 2.841. sedangkan pada tahun 2014 pasien
menderita pneumonia meningkat sejumlah 3.856. sehingga berdasarkan data pada
tahun 2012, 2013 dan 2014 menunjukan peningkatan jumlah pasien pneumonia
pada setiap tahunnya (AS, Hanifa, 2019).

1.4 Etiologi Pneumonia


Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur menurut Wulandari,2016
:

1. Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dengan organisme gram positif
atau gram negative antara lain Steptococcus Pneumonia(pneumokokus),
Legionella haemophillus influenza, Klebsiela pneumonia, dan Streptococcus
piogenes. (Khairudin)
2. Virus
Pneumonia yang disebabkan oleh virus hanya menimbulkan gejala yang
lebih ringan dan lebih singka dibandingkan dengan pneumonia disebabkan
oleh bakteri.Pneumonia sering disebabkan oleh virus. Virus yang paling
umum yakni virus influenza, dalam penyebaran virus tersebut melalui
tran msi droplet. Virus Cytomegalovirus (CMV) yang dapat menyebabkan
pneumonia yang paling utama pada penderita yang memiliki system
imunitas menurun yang dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita.
Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain Respiratory
Syncial Virus (RSV) yang memiliki gejala yang ringan pada orang dewasa
seperti batuk pilek, demam atau hidung mampet dan virus sitomegalik.
Misnadiarly
3. Jamur
Pneumonia disebabkan oleh jamur terjadi saat individu memiliki system
imunitas yang rendah atau penyakit kronis dengan cara terjangkitnya saat

14
menghirup udara yang mengandung spora jamur dalam jumlah
banyak..

15
Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum, biasanya jamur tersebut berada pada kotoran
burung dan tanah. Jamur menyebabkan pneumonia yang lain adalah
Cryptococcus neoformas, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Khairudin
4. Mikroplasma
Mikroplasma merupakan agen kecil yang dapat menyebabkan penyakit
pneumonia. Mikroplasma menyerang berbagai usia khususnya anak dan
remaja, serta mikroplasma ini tidak digolongkan sebagai virus ataupun
bakteri tetapi memiliki derajat ringan dan meluas.
5. Protozoa
Protozoa yang menyebabkan pneumonia sering yakni pneumonia
pneumosistis yang disebabkan oleh fungi Pneumocystis jirovecii. Proses
penyakitnya sangat lambat dalam beberapa minggu atau bulan. Pneumonia
karena protozoa biasanya pada bayi yang premature

1.5 Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi pneumonia menurut AS, Hanifa, 2019:

1. Berdasarkan etiologi bakteri


a. Pneumonia tipikal, infeksi ini terjadi pada semua usia dan memiliki
tanda –tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, merupakan infeksi pada paru-paru disebabkan oleh
organisme selain bakteri, virus dan jamur. Organisme penyebab
pneumonia seperti Legionnale pneumophila, Mycoplasma pneumonia,
dan Chlamydia pneumoni
c. Pneumonia virus, infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus dapat
berpindah ke hidung,mulut atau mata secara langsung melalui tangan
yang menyentuh sesuatu yang terkontaminasi dengan
virus

15
d. Pneumonia jamur, infeksi yang disebabkan oleh jamur yang menyebar
melalui udara dan jenis infeksi jamur seperti Pneumocystis
pneumonia (PCP)
2. Berdasarkan pola anatomis dan radiografis
a. Pneumonia lobaris, menunjukan suatu infeksi lobus seluruhnya yang
dapat ditandai lobus terisi eksudat dan gambaran radiologi tedapat
konsolidasi lobus atau segmental serta pneumonia sering disebabkan
Streptococcus pneumoniae
b. Bronkopneumonia, menunjukan infeksi yang menyerang lebih dari satu
lobus
3. Berdasarkan keadaan klinis dan epidemiologi
bakteri a. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia yang mengakibatkan
infeksi diluar Rumah Sakit. CAP dimulai dari penyakit pernafasan
menjadi berkembang ke pneumonia.
b. Hospital acquired pneumonia (HAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia setelah 48 sampai 72 jam
dirawat di Rumah sakit, pasien tidak dilakukan intubasi di ICU ataupun
luar ICU
c. Ventilator associated pneumonia (VAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia pada pasien menggunakan
ventilator mekanik, endotracheal tube atau tracheotomy tube yang
menggunakan peralatan minimal selama 48 jam

1.6 Patofisiologi Pneumonia


Patofisiologi penyakit pneumonia dimulai dengan masuknya bakteri ke
saluran pernafasan bawah. Mikroorganisme masuk ke paru-paru dengan jalan
inhalasi, aliran secara hematogen dan migrasi dari tempat infeksi.
Penularan bakteri juga bisa dengan cara berkolonisasi dipermukaan mukosa..
Penularan hematogen dari bakeri bisa terjadi namun jarang ditemukan.

16
Pneumonia dapat disebabkan penyebaran aspirasi kuman langsung dari
saluran respiratorik atas. Masuknya kuman juga akibat dari bakterimia atau
viremia. Saluran respiratork bawah dalam keadaan normal yang steril mulai dari
sublaring sampai unit terminal. Perlindungan paru-paru dari infeksi terdapat
beberapa mekanisme seperti barrier anatomi ataupun mekanik dan sistem
pertahanan tubuh sistemik ataupun mekanik. Contoh barrier anatomi ataupun
mekanik yakni ekspulsi benda asing melalui reflex batuk, filtrasi partikel pada
hidung, upaya menjaga kebersihan jalan nafas dengan lapisan mukosiliar dan
pencegahan aspirasi dengan reflek epiglotis.

Dalam mencegah kolonisasi bakteri pada orofaring dalam system


pertahanan tubuh bisa dengan sekresi lokal seperti immunoglobulin A,
komplemen, resons inflamasi ol3eh sel-sel leukosit, sitokin, alveolar, cell
mediated immunity dan flora normal. Terjadnya pneumonia apabila terdapat satu
atau lebih mekanisme yang ada diatas mengalami gangguan yang menyebabkan
kuman dapat sampai pada saluran nafas bagian bawah. Saat inokulasi atogen
dalam saluran pernafasan bawah akan terjadi respons inflamasi akut yang
berbeda yang disesuaikan dengan pathogen penyebab.
Invasi virus pada saluran nafas kecil dan alveoli banyak dilobus. Tanda
infeksi yang disebabkan oleh virus yakni rusaknya silia epitel dengan akumulasi
debris ke lumen. Awal terjadi respons inflamasi merupakan infiltrasi sel-sel
mononuclear dalam submukosa dan perivaskuler. Dalam saluran nafas kecil
terdapat sebagian sel polymorponukleus. Sel-sel inflamasi dan sel debris yang
mengalami inflamasi meluas dapat meningkatkan penyebab onstruksi baik
persial atau total di dalam saluran nafas kecil. Respons inflamasi alveoli
sama yang terjadi pada ruang interstisial terdiri dari sel-sel monokuklear. Infeksi
berat dapat menyebabkan pengelupasan epitel dan terbentuknya aksudat
hemoragik. Fibrosis jarang timbul pada saat inflamasi interstisial.
Pneumonia bakterial melalui aspirasi pathogen atau inhalasi dan hematogen
dengan interaksi dengan system imunitas tubuh. Bakteri yang sampai
alveoli akan dihadang oleh mekanisme pertahanan oleh lapisan cairan epitel

17
dengan kandungan opsonin dan antibody immunoglobulin G spesifik
terbentuk.

18
Kemudian fagositosis oleh makrofag alveolar, kuman dilisis melalui perantara
komplemen. Saat mekanisme mengalami kegagalan akan merusak bakteri dalam
alveolar, leukosit PMN dengan fagositosis dibawa oleh sitokin hingga
memunculkan respons inflamasi.
Inflamasi yang terjadi berakibat kongesti vascular dan meluasnya edema,
karena adanya karakteristik pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus.
Alveolus melalui pori-piri kohn akan melapisi kuman dengan cairan edema dan
area tersebut akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari
eksudat purulent, eritrosit dan bakteri serta disebut fase hepatisasi merah.
Selanjutnya terjadi hepatisasi kelabu dengan adanya tanda fagositosis aktif
oleh leukosit PMN. Melepasan komponan pneumolisin dan dinding bakteri
melalui degredasi enzimatik sehingga respons inflamasi dan efek sitotoksik
meningkat terhadap sel-sel paru yang berakibat kaburnya struktur seluler paru

Resolusi konsolidasi pneumonia saat antibodi antikapsular timbul dan


leukosit PMN meneruskan aktivitas fagositosis dan sel-sel monosit akan
membersihkan debris. Keadaan struktur reticular paruh utuh akan memudahkan
perbaikan epitel alveolar dan parenkim paru setelah terapi. Infeksi kuman
staphylococcus aureus pada sel mukosa menalami pelekatan melalui teichoid
acid pada dinding sel dan peningkatan adhesi dari fibrinogen,
fibroonektinkolagen dan protein lain.

Individu yang menderita pneumonia akan mengalami gangguan pada


ventilasi karena penurunan volume paru. Dalam mengatasi hal tersebut tubuh
akan mengkompensasi dengan meningkatkan frekuensi nafas dan volume tidal
seperti takipnea dan dyspnea namun berakibat ventilasi perfusi tidak
tercapai.

18
Dalam proses difusi dan hipoksia juga akan terganggu saat volume paru kurang
saat inflamasi.

Menurut price dan wilsom dalam yasmara dkk (2017) terdapat empat
fase dalam pneumonia yakni :

1. Fasekongesti (4-12 jam pertama), ketika eksudat serosa masuk ke alveoli


melalui pembuluh darah yang dilatasi dan bocor
2. Fase hepatisasi merah, ketika paru terlihat merah dan bergranula seperti
hepar karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN dengan isi alveoli
terjadi
48 jam.
3. Fase hepatisasi kelabu (3-8 hari), ketika paru kelabu karena fibrin dan
leukosit alami konsolidasi dalam alveoli
4. Fase resolusi (hari ke 8-11) ketika eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi
oleh makrofag hingga jaringan kembali pada struktur semula

1.7 Manifestasi klinis Pneumonia


Pneumonia menunjukan gambaran klinis dengan timbulnya ronki, pelebaran
cuping hidung, dan retraksi dinding dada (tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam/ chest indrawing). Faktor terjadinya pneumonia memiliki tanda dan gejala
yang berbeda-beda tergantung usia, kuman penyebab, status imunologis dan
beratnya penyakit. Tanda dan gejala pneumonia yakni (Utama, 2018) :
a. Demam
b. Sefalgia atau sakit kepala/ nyeri kepala.
c. Muntah, kembung dan diare (dialami oleh klien juga mengalami gangguan
gastrointestinal)
d. Menggigil
e. Otitis media atau radang telinga tengah/rongga belakang gendang telinga,
konjungtivitas atau mata merah, dan sinusitis atau inflamasi dinding sinus
(klien menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri : streptococcus
pneumonia/ Haemophillus influenza)

19
f. Wheezing (pneumonia mikoplasma)
g. Nyeri dada saat bernafas
h. Batuk
i. Gelisah (Utama, 2018)

1.8 Pemeriksaan penunjang Pneumonia


Menurut Soemantri ( 2007), Pemeriksaan Penunjang pada pasien dengan
Penyakit pnemonia yaitu :

a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus); penyebaran atau
lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali
viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.

Gambar 3. Perbedaan X-Ray Paru Normal dan Paru dengan Pneumonia


b. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-
paru.
c. Pewarnaan Gram/Kultur Sputum dan Darah
Didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi trantrakheal, fiberoptic
bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan,
seperti

20
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus,
dan Hemophilus influenzae.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count – CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih
(white blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
e. Tes Serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik. f. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran
udara meningkat dan kapasistas pemenuhan udara menurun, hiposekmia.
g. Elektrolit
Sodium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin meningkat

1.9 Penatalaksanaan Pneumonia


1. Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian


antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk
menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotik seperti :
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
2. Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,


sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a) Oksigenasi 1-2 L/menit.
b) Humidifikasi dengan nebulizer

21
c) Fisioterapi dada
d) Pengaturan cairan
e) Pendidikan kesehatan terkait pneumonia

1.10 Pathway

22
Daftar Pustaka

Dinarti dan Y. Mulyanti. 2017. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

AS, Hanifa Riski. 2019. Pola Bakteri Penyebab Pneumonia dan Sensitivitas
Terhadap Antibiotik Di RS Paru Jember Periode November-Desember
2018. Skripsi. Jember : Fakultas Kedokteran Universitas Jember
https://repositor y.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91519/Hanifa%2
0 Riski%20A.S%20-152010101001%20%23.pdf?sequence=1

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M Wagner.


(2016) . Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam. Singapura :
Elsevier Inc.

Kuntoadi, G.B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Apikes.
Bandung : Panca Terra Firma
https://books.google.co.id/books?id=OdScDwAAQBAJ&p g=PA84&dq=ana
tomi+fisiologi+paruparu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjv98mOt LDlAhXIu I
8KHWMoD7EQ6A EIMDAB#v=onepage&q&f=true

Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification


(NOC) Edisi Kelima. Singapura: Elsevier Inc

Utama, Saktya Yudha Ardhi. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Respirasi. Kaliurang :
Deepublish https://books.google.co.i d/books?
id=2SJaDwAAQBAJ&printsec=frontcov
er&dq=buku+ajar+keperawatan+medikal+bedah+istem+respirasi&hl=id&
s a=
X&ved=0ahUKEwjX_uiQ7 LHlAhUbinAKHblWBIkQ6AE IKTAA#v=on
e p age&q&f=true
Wulandari, Deasy Nur. 2016. Efektivitas Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone Pada
Pasien Pneumonia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2014 - 2015. Surakarta : Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), edisi 1. Jakarta:
23
DPPPPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rosya, E., V. Sesrianty., A. Kairani. 2020. Discharge Planning (Perencanaan


Pulang) di Rumah Sakit. Purwokerto: CV Pena Persada.

RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2019. Kanker Paru (C34). Surabaya: SMF Penyakit
Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Siddiqui, F. dan A.H. Siddiqui. 2021. Lung Cancer. Treasure Island: StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357/ diakses pada tanggal 31
Oktober 2021.

Wahyunungsih, H.P., dan Y. Kusmiyati. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI
NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 02/04/2022 jam 10.53 Ruang : Melati


Tgl. Pengkajian : 04/04/2022 jam 14.00 No. Register : 22.00.29.39
Diagnosa Medis : PNUEMONIA

A. Identitas Klien
Nama : ny. Y Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 52 tahun Nama : tn. R
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :_
Agama : Islam Alamat : _
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SMP Nama : Ny. S
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : jl moch seruji
Status : Menikah
Alamat : jl moch seruji Krajan Sumber Biaya :BPJS

B. Keluhan Utama
Klien Mengatakan Sesak dan Batuk

Apakah Klien Nyeri : tidak ada keluhan nyeri


Karakteristik Nyeri (PQRST)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang Ke Ugd Rumah Sakit Paru pada tanggal 2/4/2022 dengan keluhan Sesak disertai
Batuk Bedahak sejak kurang lebih 1 minggu sebelum Masuk Rumah Sakit, Sesak Memberat 2
hari sebelum Masuk rumah sakit, pada Saat pengkajian tanggal 4/4/2022 klien mengatakan sesak
masih dirasakan terutama pada pagi hari sampai sore hari, batuk berdahak, dan dahak susah untuk
dikeluarkan, malam hari sesak berkurang, badan kadang demam,
…………………………………………………………………………………………...................
Upaya yang telah dilakukan : tidur dengan 2 bantal, dan memeriksaakn ke perawat praktik
jika sakit.
Terapi yang telah diberikan :Oksigen nasal 4 lpm,infus Pz 14 tpm,Injeksi Antrain 3x1000mg,
Injeksi Omeprazole 2x40 mg, Injeksi Levofloxacin 1x750 mg, Injeksi Neurobion 1 ampul,
Nebulizer Budesma 3x 0,5 mg. Vectrin sirup 3x 5 ml.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Alergi tidak ada riwayat alergi obat maupun makan yang disampaikan Klien,
Klien
memikili Riwayat Perokok Berat sejak Muda.
Riwayat Pemakaian Obat Klien jika sakit berobat ke perawat dan tidak pernah beli obat took
yang dijual bebas

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga Klien tidak ada yang memiliki riwayat sakit seperti
sekarang.

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
Genogram :

Ket :

Perempuan :

Laki-laki :

Klien :

Satu rumah :

Meninggal : X
F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan

Klien memiliki riwayat merokok sejak Muda Berhenti saat Sakit sekarang.

G. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1. Adakah orang yang terdekat dengan Klien : Klien mengatakan yang terdekat dengan Klien adalah
anak yang pertama
2. Interaksi dalam keluarga.
 Pola Komunikasi : klien mengatakan jika ada permasalahan dalam keluarga mendiskusikannya
dengan Anak terlebih selama klien sakit
 Pembuatan keputusan : Klien mengatakan yang mengambil keputusan dirinya sendiri dengan
musyawarah dengan anak
 Kegiatan kemasyarakatan: Klien mengatakan klien pengajian di lingkunganx

3. Dampak penyakit Klien terhadap keluarga : klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti
sediakala seperti seperti memebantu anaknya berwirausaha

4. Masalah yang mempengaruhi Klien: tidak ada

5. Mekanisme koping terhadap stress?


()√Pemecahan masalah () Minum Obat
() Makan () Cari pertolongan
() Tidur () lain-lain : √diam

6. Persepsi Klien terhadap keluarga


 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul
dengan keluarga dirumah
 Harapan setelah menjalani perawatan : Klien mengatakan ingin cepat sembuh, bisa beraktifitas
seperti sediakala.
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : Klien mengatakan sesak saat pagi hari sehinggal
pasien Klien lebih banyak aktifitas di tempat tidur saat pagi hari.

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
7. Sistem nilai Kepercayaan?
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Klien mengatakan tidak hal atau kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan yang di
alami, klien mengatakan sakit yang dideritanya saat ini ada murni karena takdir
Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan :
Klien mengatakan jarang sholat 5 waktu.
H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 2. Asupan makan menurun/tidak
bulanterakhir nafsumakan
□ √ Tidak ada (Skor 0) □√ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1) 1)
/baju longgar
□ Ada, berapa Penurunannya Hasil
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg □ < 2 = √ tidak beresiko mal nutrisi
(Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
□ 6-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg
(Skor 4)
Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini
 Frekuensi makan : ...x/hari 2-3x sehari Teratur
 Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi 1porsi dimakan
 Makanan yang tidak disukai Sate sedikit2
 Makanan yang membuat alergi -
 Makanan pantangan Tidak ada - Tidak
 Makanan diet Tidak ada ada Tidak
 Penggunaan obat sebelum makanan Tidak ada ada Tidak
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll) - ada
- -
-
2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 7x/hari
Jumlah : ± 1500cc/hari
Karakteristik : Kuning
Alat Bantu : Tidak ada

BAB
Frekuensi : 1x/hari
Jumlah : biasa
Karakteristik : Kuning

3. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : mandiri
Berpakain : dibantu sebagian
Toileting : diabantu sebagian
Mobilisasi di tempat tidur : Mandiri
Berpindah : Mandiri
Ambulasi : Mandiri
Respon tubuh terhadap aktifitas: Baik

4. Pola istirahat – tidur


Durasi : tidur siang 1 jam, malam 7 sd 8 jam
Gangguan tidur tidak ada, Klien mengatakan tidur nyenyak

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
5. Pola kognitif dan persepsi sensori

Tidak ditemukan gangguan fungsi kognitif pada klien.

6. Pola konsep diri


- Citra Tubuh: Klien mengatakan bahwa kondisi akan segera sembuh dan pulang dari rumah
sakit
- Identitas Diri: Klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga yang baik.
- Harga diri: klien mengatakn tidak ada masalah dalam harga dirinya.
- Ideal Diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera beraktivitas seperti semula.
- Peran Diri: Klien mengatakan tidak ada kendala dalam menempatkan diri sebagai ibu
rumah tangga
7. Pola fungsi seksual – seksualitas
Klien status Janda, Memiliki 3 anak, 2 perepuan 1 laki-laki. Suami Klien sudah Meninggal

I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum : lemah,
Kesadaran : Composmentis GCS :456
BB sebelum sakit : 54 Kg TB : 156 Cm
BB saat ini : 52 Kg BB ideal:
BMI : normal
Tanda– tanda Vital :
TD : 130/75 mmHg Suhu : 37,9
N : 99 x/mnt RR: 28x/mnt
- SPO2 : 98% dengan Oksigen nasal
- SPO2 : 96 % Tanpa bantuan Oksigen
Intake Cairan : ± 2000cc
Output Cairan: ±1900 cc Balance Cairan: + 100 cc

2. Kepala & Leher


Bentuk kepala simetris tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna rambut
beruban dan dipotong pendek.
Leher :kulit leher bersih, tidak ada lesi, tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, tidak ada pembesaran tiroid

3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi: Bentuk dada normal chest, - Inspeksi: tidak terlihat ictus cordis di ics 5
tidak ada ruam, maupun lesi pada kulit - Palpasi: iktus cordis tak teraba
bagian dada - Perkusi: batas atas ICS II S, Batas kiri
- Palpasi: ekspansi maximal, taktil MCL ICS VII S, Batas kanan PSL ICS V
fremitus normal D
- Perkusi: suara Perkusi sonor - Auskultasi S1 S2 tunggal
- Auskultasi: ronchi pada kedua lobus
kanan dan kiri
4. Abdomen:
- Inspeksi : Bentuk abdomen flat, tidak ada ruam, lesi
- Palpasi : tidak teraba mengeras pada abdomen bagian epigastrium, hipokondrium, iliaka
kanan dan iliaka kiri
- Perkusi: Timpani
- Auskultasi : bunyi bising usus 8x/menit
5. Tulang belakang : tidak ada kelainan bentuk tulang seperti lordosis, kiposis, scoliosis

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
6. Ekstrimitas:
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
7. Integumen: tidak tampak kelainan, Perabaaan Pada Akral dan Kening Hangat.
Klien mengatakan semenjak sakit gatal gatal seluruh tubuh, terdapat bintik bintik kecil di
tubuh klien. Klien tampak mengaruk garuk tubuhnya.
8. Genetalia dan anus :
tidak dilakukan pengkajian keluarga dan Klien menolak
9. Pemeriksaan neurologis:
tidak agangguan pada system persyarafan dari Nervus 1 sampai dengan 12

J. Pemeriksaan Diagnostik

Tgl Jenis Hasil


Pemeriksaan
2/04/22 Thorak PA - Terdapat gambaran pnuemonia
2/04/22 DL, GDA, - Dalam batas normal (terlampir), Kecuali Leukosit
RFT, LFT, 17.000
Rapid Antigen
SARS-Cov-2
2/4/22 ECG - terlampir

K. Terapi
Nama Obat Rute Dosis Efek Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
1. Infus PZ iv 14 tpm Nutrisi 6. Nebul Inhala 3x0,5 Broncodilator
cairan Budesa si mg

2. Antrain iv 3x1000mg Antipiuretik 8. Vectrin oral 3x5 ml Mukolitik


syr
3. Omz iv 3x40mg Mengurangs 8
i Produksi
Asam
Lambung

4. levofloxacin iv 1x 750 mg Antibiotika 9


5. Neurobion iv 1x1 ampul Vitamin 10

……………., …………………
Mahasiswa,

Erik Indra Sugianto


NIM. 2101032001

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
ANALISA DATA
TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH
4/04/22 DS: - Penumpukan Secret Di Bersihan Jalan
14.30 WIB Klien Mengatakan Sesak, sesak dirakan alveoli Nafas tidak
lebih memberat saat pagi hari efektif
Klien mengatakan dahak susah Keluar (D.0001)

DO:
- Keadaan umum cukup
- Rhonchi pada lobus kanan dan kiri
- RR : 28x/menit
- Spo2 : 98 % dengan Oksigen Nasal
- Spo2: 97% tanpa Oksigen

4/04/22 DS: - Proses infeksi Hipertermi


14.30 WIB Klien Mengatakan Kadang merasa Demam (D.0130)
DO:
Perabaan Akral dan Kening terasa Hangat
TTV
TD: 130/75 mmHg
N: 99 x/mnt
S: 37,9 C

4/04/22 DS: pasien mengatakan tidak nyaman yaitu Reaksi Tubuh terhadap Proses Gangguan rasa
14.30 WIB gatal- gatal pada seluruh tubuh medikasi Nyaman
DO: (D.0074)
- Klien tampak menggaruk garuk
badannya
- Terdapat bintik bintik pada kulit klien

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN PARAF


1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Erik
b.d Penumpukan Secret di
Alveoli

DS:
Klien Mengatakan Sesak, sesak dirakan lebih memberat saat pagi hari
Klien mengatakan dahak susah Keluar

DO:
- Keadaan umum cukup
- Rhonchi pada lobus kanan dan kiri
- RR : 28x/menit
- Spo2 : 98 % dengan Oksigen Nasal
- Spo2: 97% tanpa Oksigen
2. Hipertermi b.d Proses Infeksi Erik

DS:
Klien Mengatakan Kadang merasa Demam
DO:
Perabaan Akral dan Kening terasa Hangat
TTV
TD: 130/75 mmHg
N: 99 x/mnt
S: 37,9 C

3 Gangguan Rasa Nyaman ybd Efek Medikasi Erik

DS: pasien mengatakan tidak nyaman yaitu gatal-gatal pada seluruh tubuh
DO:
- Klien tampak menggaruk garuk badannya
- Terdapat bintik bintik pada kulit klien

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan & Kriteria Rasional Paraf
Tgl/Jam Keperawatan Hasil Rencana Tindakan
4/04/22 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) 1. Observasi
14.30 Nafas tidak efektif tindakan Keperwatan 1. Observasi - Mengetahui status perkembangan pernafasan ERIK
WIB b.d Penumpukan 3x24 jam Bersihan - Monitor Pernafasan ( Frekuensi, pasien
Secret di Alveoli Jalan nafas tidak Efektif kedalaman) 2. Terapiutik
teratasi - Monitor Bunyi nafas Tambahan - Air hanggat dalam membantu mengencerkan
- Monitoring Saturasi Oksigen dalam dengan cara memberi efek hanggat area
DX 1 Kriteria Hasil: - Monitor sputum tegorokan dan dada
- Sesak Menurun 2. Terapiutik - Posisi setengah duduk meringkan sesak
- Produksi Sputum - Berikan Minum Hangat
menurun - Posisikan Semi Flower 3. Edukasi
- SPO2 97-100% 3. Edukasi - Memotivasi klien melakukan cara-cara
- Batuk efektif - Jelaskan Kondisi Penyakit Klien mengeluarkan dahak/sputum secara mandiri
Meningkat - Ajarkan Teknik Batuk Efektif 4. Kolaborasi
- Suara Rhonci - Ajarkan Teknik Nafas Dalam - Pemberian oksigen mengoptimal proses
berkurang 4. Kolaborasi pertukarang gas dalam alveoli
- Kolaborasi Pemberian Oksigen 4 Lpm - Nebulizer budesma sebagai obat bronkodilator
- Kolaborasi Nebulizer 3x0,5 mg budesma
- Kolaborasi Pemberian Injeksi
Levofloxacin 1x750
- Kolaborasi Injeksi OMZ 3x 40mg
4/04/22 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Observasi ERIK
14.30 proses infeksi tindakan keperawatan - Monitoring suhu tubuh - Untuk mengetahui perkembangan suhu
WIB DX 2 1x24 hipertermi dapat - Observasi TTV tubuh
terkontrol 2. Terapiutik 2. terapiutik
Kriteria Hasil: - Sediakan Lingkungan Yang dingin - membantu meredakan demam
- Klien melaporkan 3. Edukasi 3. Edukasi
tidak mengalami - Ajarkan Kompres dingin jika demam pada - Pemahaman pasien dan Klien meningkat dalam
demam klien dan keluargax Penagnana demam yang benas
- Suhu tubuh 36,5 - - Anjurkan Memakai Baju tipis 4. Kolaborasi
37,5 c - Anjurkan banyak kosumsi air putih - antipiretik salah satu cara menurunkan demam
4. Kolaborasi
kolaborasi pemberian antiperitik ; Antrain 3x
1000mg
Tgl/Jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rsional Paraf
Keperawatan
4/04/22 Ganguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi 1. Observasi ERIK
14.30 WIB nyaman ybd Reaksi keperawatan 3x 24 jam - Identifikasi kondisi maupun penyebab - Mengetahui perkembangan gangguan
Tubuh terhadap ganguan rasa nyaman yang memperberat gangguan rasa nyaman kenyamanan
Proses medikasi berkurang - Monitoring kondisi kulit pasien 2. Terapiutik
2. Terapiutik - Mengurangi rasa gatal pada tubuh
DX 3 Kriteria Hasil: - Memberikan bedak pengurang gatal 3. Edukasi
- klien melaporkan rasa 3. Edukasi - Pemahan klien dalam menaja kebersihan badan
tidak nyaman karean atal- - Menganjurkan untuk menjaga kebersihan mengurangi ganguan rasa nyaman gatal
gatal menurun diri mandi dan toleting secara rutin 4. Kolaborasi
- tidak sering tampak klien 4. Kolaborasi Membantu mengurangi gatal
menggaruk badan - Kolaborasi pemebrian antihsitamin atau
kortico steroid
IMPLEMENTASI HARI 1
TGL/JAM DX IMPLEMENTASI TINDAKAN PARAF
04/042022 1 1. Memonitor Pernafasan ( Frekuensi, kedalaman) ERIK
14.00 2. Memonitor Bunyi nafas Tambahan
3. Monitoring saturasi oksigen
4. Memonitor sputum
5. Berikan Minum Hangat
6. Posisikan Semi Flower
7. Mengaajarkan Teknik Batuk Efektif
8. Mengajarkan Teknik Nafas Dalam
15.00 9. Berkolaborasi Pemberian Oksigen 4 Lpm
10. Berkolaborasi Pemberian nebulizer budesma 0,5 mg
11. Berklobarasi Injeksi Levofloxacin 750 mg, dan Inejksi OMZ 40 mg.

04/04/2022 1. Memonitoring suhu tubuh ERIK


14.0 0 2. Mengobservasi TTV
3. Memberikan ruangan yang dingin menghidupkan ac ruangan
4. Mengjarakan kompres basah dingin jika demam
5. Mengajurkan memakai baju tipis
6. Menganjurkan banyak minum air putih
7. Berkolaborasi pemberian Antrain 3x1000 mg
8. Merencanakan Pengmeriksaan DL ulang
04/04/2022 1. memonitoring tanda dan gejala gangguan rasa nyaman gatal ERIK
14.00 2. memonitor kondisi kulit
3. memberikan bedak pengurangan rasa gatal
4. Menganjurkan Menajga Kebersihan Mandi dan Toileting
5. Berkolaborasi dengan konsultasikan pemberian antihistamin atau
kortikosteroid

FIKes UNMUH
IMPLEMENTASI HARI KE 2
TGL/JAM DX IMPLEMENTASI TINDAKAN PARAF
05/042022 1 1. Memonitor Pernafasan ( Frekuensi, kedalaman) ERIK
14.00 2. Memonitor Bunyi nafas Tambahan
3. Monitoring saturasi oksigen
4. Memonitor sputum
5. Mempertahankan Posisi Semi Flower
15.00 6. Berkolaborasi Pemberian Oksigen 4 Lpm
7. Berkolaborasi Pemberian nebulizer budesma 0,5 mg
Berklobarasi Injeksi Levofloxacin 750 mg, dan Inejksi OMZ 40 mg
05/04/2022 1. Memonitoring suhu tubuh ERIK
15.0 0 2. Mengobservasi TTV
3. Berkolaborasi pemberian Antrain 3x1000 mg
05/04/2022 1. memonitoring tanda dan gejala gangguan rasa nyaman gatal ERIK
14.00 2. memonitor kondisi kulit
3. Berkolaborasi Injeksi Metylprednisolon 1ampul

FIKes UNMUH
IMPLEMENTASI HARI KE 3

TGL/JAM DX IMPLEMENTASI TINDAKAN PARAF


06/042022 1 1. Memonitor Pernafasan ( Frekuensi, kedalaman) ERIK
07.00 2. Memonitor Bunyi nafas Tambahan
3. Monitoring saturasi oksigen
4. Memonitor sputum
5. Mempertahankan Posisi Semi Flower
6. Berkolaborasi Pemberian Oksigen 4 Lpm
7. Berkolaborasi Pemberian nebulizer budesma 0,5 mg
8. Berklobarasi Injeksi Levofloxacin 750 mg, dan Inejksi OMZ 40 mg
06/04/2022 1. Memonitoring suhu tubuh ERIK
07.00 2. Mengobservasi TTV
3. Berkolaborasi pemberian Antrain 3x1000 mg
06/04/2022 1. memonitoring tanda dan gejala gangguan rasa nyaman gatal ERIK
07.00 2. memonitor kondisi kulit
3. Berkolaborasi Injeksi Metylprednisolon 1ampul

FIKes UNMUH EVALUASI HARI PERTAMA


TGL/JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

04/04/2022 1 S: Klien mengatakan sesak dirakan memebrat jika pagi hari ERIK
21.00 WIB sampai dengan siang, menjelang sore hilang
O:
- Keadaan umum cukup
- RR : 24x/menit
- SPO2 98%
- Klien mampu melakukan teknik nafas dalam dan batuk
efektif
- Sputum dapat keluar
- Posisi tidur semi fowler
- Suara nafas tambahan rhonci masih terdengar
- Oksigen terpasang 4 lpm
- Nebul Budesmas 3x0,5 mg
- Injeksi Levofloxacin 750 mg, Omz 40 mg.
- Dari hasil Pemeriksaan DL dan UL Ada tambahan advice
injeksi ceftriaxone 2x 1000mg
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
04/04/2022 S: - Klien mengatakan demam Berkurang, hanya kadang merasa ERIK
21.00 WIB 2 meriang
- klien mengatakan mInum Air putih Sehari 8 x gelas

O:
Klien dan Keluarga dapat meperagakan Kompres dingin
yang benar
- TTV jam 19.00
- TD:134/80mmhg
- N: 98 x/mnt
- S: 36,5
- Injeksi Antrain 2x1000mg
- Hasil pemeriksaan Leukosit 21.000 naik dari awal masuk
rumah sakit

A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

04/04/2022 3 S: Klien mengatakan masih merasa gatal ERIK


21.00 WIB - Klien mengatakan mandi 2x sehari dibantu anaknya
O: - pasien tambah bersih dan baju diganti setiap hari
- Tampak mengaruk badanya
- Hasil konsultasi dokter mendapat advice pemebrian kortiko
steroid, Metylpredisolon 3x1 ampul
A: Masalah gangguan rasa nyaman belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

FIKes UNMUH
Dok Prodi Ners Kep

FIKes UNMUH
EVALUASI HARI KE 2
TGL/JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
05/04/2022 1 S: Klien mengatakan sesak berkurang, terjadi saat pagi durasi kadang ERIK
21.00 WIB kadang
O:
- Keadaan umum cukup
- RR : 24x/menit
- SPO2 98% deenghan Oksigen
- Klien mampu melakukan teknik nafas dalam dan batuk
efektif
- Sputum dapat keluar
- Posisi tidur semi fowler
- Suara nafas tambahan rhonci menurun
- Oksigen terpasang 4 lpm kadang dilepas
- Nebul Budesmas 3x0,5 mg
- Injeksi Levofloxacin 1x 750
- Injeksi Omeprazole
- injeksi Ceftriaxon 2x 1000 mg.
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
05/04/2022 S: - Klien mengatakan demam Berkurang, hanya kadang merasa ERIK
21.00 WIB 2 meriang

O:
- TTV jam 19.00
- TD:120/70mmhg
- N: 84 x/mnt
- S: 36,7
- Injeksi Antrain 2x1000mg

A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

05/04/2022 3 S: Klien mengatakan masih merasa gatal ERIK


14.00 WIB - Klien mengatakan mandi 2x 1 dibantu anaknya
O: - pasien tambah bersih dan baju diganti setiap hari
- Tampak mengaruk badanya
- Injeksi metylprednisolon 3x1 vial
A: Masalah gangguan rasa nyaman belum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH
EVALUASI HARI KE 3
TGL/JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
05/04/2022 1 S: Klien mengatakan sesak berkurang, terjadi saat pagi durasi kadang ERIK
21.00 WIB kadang
O:
- Keadaan umum cukup
- RR : 24x/menit
- SPO2 97% dengan nasal canul, 93 tanpa oksigen
- Posisi tidur semi fowler
- Suara nafas tambahan rhonci menurun
- Oksigen terpasang 4 lpm kadang dilepas
- Nebul Budesmas 3x0,5 mg
- Injeksi Levofloxacin 1x 750
- Injeksi Omeprazole
- injeksi Ceftriaxon 2x 1000 mg.
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
05/04/2022 S: - Klien mengatakan demam Berkurang, hanya kadang merasa ERIK
21.00 WIB 2 meriang
O:
- TTV jam 19.00
- TD:130/70mmhg
- N: 88 x/mnt
- S: 36,5
- Injeksi Antrain 2x1000mg

A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

05/04/2022 3 S: Klien mengatakan gatal-gatal berkurang banyak dan hanya pada ERIK
21.00 WIB bagian tangan itupun sedikit
- Klien mengatakan mandi 2x 1 dibantu anaknya
O: - pasien tambah bersih dan baju diganti setiap hari
- Injeksi metylprednisolon dilanjut 3x1 vial
A: Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH

Anda mungkin juga menyukai