Y DENGAN PNEMONIA
DI RUANG MELATI KELAS 3 RS PARU JEMBER
Dosen Pembimbing:
Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NPK: 19840512 1 1103817
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
OLEH:
Dosen Pembimbing:
Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NPK: 19840512 1 1103817
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
OLEH:
Dilaksanakan Oleh:
Nama : Erik Indra Sugianto, S. Kep
Nim : 2101032001
Ns. Udiyana Rahayu. S. Kep, Ns. Hendra Kurniawan, S. Kep., M.Ked. Trop
NIP :19720809 19981005 NPK: 19840512 1 1103817
Ns. Udiyana Rahayu. S. Kep Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M. Kep., Sp. Kep M.
B NIP : 19720809 19981005 NPK: 1990021011509368
LEMBAR KONSULTASI
Materi Yang Dikonsulkan dan Uraian Pembimbing Nama Dan Tanda Tangan
No
Pembimbing
1.
11
LAPORAN PENDAHULUAN
Paru-paru yang sering disebut pulmones atau lungs merupakan suatu organ
pernafasan vital didalam rongga dada dan terdapat dua buah paru-paru kanan dan
kiri. Paru-paru dilindungi tulang rusuk dan otot-otot intercostalis serta diselimuti
oleh selaput paru-paru yang disebut pleura (Kuntoadi, 2019).
Paru-paru memiliki bentuk kerucut dengan bagian ujung atas disebut apex,
bagian bawah yang disebut base yang melekat di otot diafragma, permukaan sisi
medial dengan batasan organ jantung, sisi lateral berbatasan dengan tulang rusuk
dan sisi inferior berarda diatas otot diagframa (Kuntoadi, 2019).
12
melalui saluran tabung duktus alveolaris. Dalam mekanisme pertukaran gas
di
13
alveoli mengandung udara oksigen ditukarkan ke dalam darah dan
karbondioksida dari darah dikeluarkan ke alveolus (Kuntoadi, 2019).
13
tahun 2007. Insidensi pneumonia yang ada di jember pada tahun 2012
terdapat
2.343 klien rawat inap di Rumah Sakit Paru Jember dan menjadi urutan ke 10
besar yang sering dialami pasien. Pada tahun 2013 jumlah pasien menderita
pneumonia meningkat sampai sebanyak 2.841. sedangkan pada tahun 2014 pasien
menderita pneumonia meningkat sejumlah 3.856. sehingga berdasarkan data pada
tahun 2012, 2013 dan 2014 menunjukan peningkatan jumlah pasien pneumonia
pada setiap tahunnya (AS, Hanifa, 2019).
1. Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dengan organisme gram positif
atau gram negative antara lain Steptococcus Pneumonia(pneumokokus),
Legionella haemophillus influenza, Klebsiela pneumonia, dan Streptococcus
piogenes. (Khairudin)
2. Virus
Pneumonia yang disebabkan oleh virus hanya menimbulkan gejala yang
lebih ringan dan lebih singka dibandingkan dengan pneumonia disebabkan
oleh bakteri.Pneumonia sering disebabkan oleh virus. Virus yang paling
umum yakni virus influenza, dalam penyebaran virus tersebut melalui
tran msi droplet. Virus Cytomegalovirus (CMV) yang dapat menyebabkan
pneumonia yang paling utama pada penderita yang memiliki system
imunitas menurun yang dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita.
Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain Respiratory
Syncial Virus (RSV) yang memiliki gejala yang ringan pada orang dewasa
seperti batuk pilek, demam atau hidung mampet dan virus sitomegalik.
Misnadiarly
3. Jamur
Pneumonia disebabkan oleh jamur terjadi saat individu memiliki system
imunitas yang rendah atau penyakit kronis dengan cara terjangkitnya saat
14
menghirup udara yang mengandung spora jamur dalam jumlah
banyak..
15
Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum, biasanya jamur tersebut berada pada kotoran
burung dan tanah. Jamur menyebabkan pneumonia yang lain adalah
Cryptococcus neoformas, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Khairudin
4. Mikroplasma
Mikroplasma merupakan agen kecil yang dapat menyebabkan penyakit
pneumonia. Mikroplasma menyerang berbagai usia khususnya anak dan
remaja, serta mikroplasma ini tidak digolongkan sebagai virus ataupun
bakteri tetapi memiliki derajat ringan dan meluas.
5. Protozoa
Protozoa yang menyebabkan pneumonia sering yakni pneumonia
pneumosistis yang disebabkan oleh fungi Pneumocystis jirovecii. Proses
penyakitnya sangat lambat dalam beberapa minggu atau bulan. Pneumonia
karena protozoa biasanya pada bayi yang premature
15
d. Pneumonia jamur, infeksi yang disebabkan oleh jamur yang menyebar
melalui udara dan jenis infeksi jamur seperti Pneumocystis
pneumonia (PCP)
2. Berdasarkan pola anatomis dan radiografis
a. Pneumonia lobaris, menunjukan suatu infeksi lobus seluruhnya yang
dapat ditandai lobus terisi eksudat dan gambaran radiologi tedapat
konsolidasi lobus atau segmental serta pneumonia sering disebabkan
Streptococcus pneumoniae
b. Bronkopneumonia, menunjukan infeksi yang menyerang lebih dari satu
lobus
3. Berdasarkan keadaan klinis dan epidemiologi
bakteri a. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia yang mengakibatkan
infeksi diluar Rumah Sakit. CAP dimulai dari penyakit pernafasan
menjadi berkembang ke pneumonia.
b. Hospital acquired pneumonia (HAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia setelah 48 sampai 72 jam
dirawat di Rumah sakit, pasien tidak dilakukan intubasi di ICU ataupun
luar ICU
c. Ventilator associated pneumonia (VAP)
Merupakan infeksi terjadinya pneumonia pada pasien menggunakan
ventilator mekanik, endotracheal tube atau tracheotomy tube yang
menggunakan peralatan minimal selama 48 jam
16
Pneumonia dapat disebabkan penyebaran aspirasi kuman langsung dari
saluran respiratorik atas. Masuknya kuman juga akibat dari bakterimia atau
viremia. Saluran respiratork bawah dalam keadaan normal yang steril mulai dari
sublaring sampai unit terminal. Perlindungan paru-paru dari infeksi terdapat
beberapa mekanisme seperti barrier anatomi ataupun mekanik dan sistem
pertahanan tubuh sistemik ataupun mekanik. Contoh barrier anatomi ataupun
mekanik yakni ekspulsi benda asing melalui reflex batuk, filtrasi partikel pada
hidung, upaya menjaga kebersihan jalan nafas dengan lapisan mukosiliar dan
pencegahan aspirasi dengan reflek epiglotis.
17
dengan kandungan opsonin dan antibody immunoglobulin G spesifik
terbentuk.
18
Kemudian fagositosis oleh makrofag alveolar, kuman dilisis melalui perantara
komplemen. Saat mekanisme mengalami kegagalan akan merusak bakteri dalam
alveolar, leukosit PMN dengan fagositosis dibawa oleh sitokin hingga
memunculkan respons inflamasi.
Inflamasi yang terjadi berakibat kongesti vascular dan meluasnya edema,
karena adanya karakteristik pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus.
Alveolus melalui pori-piri kohn akan melapisi kuman dengan cairan edema dan
area tersebut akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari
eksudat purulent, eritrosit dan bakteri serta disebut fase hepatisasi merah.
Selanjutnya terjadi hepatisasi kelabu dengan adanya tanda fagositosis aktif
oleh leukosit PMN. Melepasan komponan pneumolisin dan dinding bakteri
melalui degredasi enzimatik sehingga respons inflamasi dan efek sitotoksik
meningkat terhadap sel-sel paru yang berakibat kaburnya struktur seluler paru
18
Dalam proses difusi dan hipoksia juga akan terganggu saat volume paru kurang
saat inflamasi.
Menurut price dan wilsom dalam yasmara dkk (2017) terdapat empat
fase dalam pneumonia yakni :
19
f. Wheezing (pneumonia mikoplasma)
g. Nyeri dada saat bernafas
h. Batuk
i. Gelisah (Utama, 2018)
a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus); penyebaran atau
lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali
viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
20
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus,
dan Hemophilus influenzae.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count – CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih
(white blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
e. Tes Serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik. f. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran
udara meningkat dan kapasistas pemenuhan udara menurun, hiposekmia.
g. Elektrolit
Sodium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin meningkat
21
c) Fisioterapi dada
d) Pengaturan cairan
e) Pendidikan kesehatan terkait pneumonia
1.10 Pathway
22
Daftar Pustaka
AS, Hanifa Riski. 2019. Pola Bakteri Penyebab Pneumonia dan Sensitivitas
Terhadap Antibiotik Di RS Paru Jember Periode November-Desember
2018. Skripsi. Jember : Fakultas Kedokteran Universitas Jember
https://repositor y.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91519/Hanifa%2
0 Riski%20A.S%20-152010101001%20%23.pdf?sequence=1
Kuntoadi, G.B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Apikes.
Bandung : Panca Terra Firma
https://books.google.co.id/books?id=OdScDwAAQBAJ&p g=PA84&dq=ana
tomi+fisiologi+paruparu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjv98mOt LDlAhXIu I
8KHWMoD7EQ6A EIMDAB#v=onepage&q&f=true
Utama, Saktya Yudha Ardhi. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Respirasi. Kaliurang :
Deepublish https://books.google.co.i d/books?
id=2SJaDwAAQBAJ&printsec=frontcov
er&dq=buku+ajar+keperawatan+medikal+bedah+istem+respirasi&hl=id&
s a=
X&ved=0ahUKEwjX_uiQ7 LHlAhUbinAKHblWBIkQ6AE IKTAA#v=on
e p age&q&f=true
Wulandari, Deasy Nur. 2016. Efektivitas Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone Pada
Pasien Pneumonia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2014 - 2015. Surakarta : Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), edisi 1. Jakarta:
23
DPPPPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2019. Kanker Paru (C34). Surabaya: SMF Penyakit
Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Siddiqui, F. dan A.H. Siddiqui. 2021. Lung Cancer. Treasure Island: StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357/ diakses pada tanggal 31
Oktober 2021.
A. Identitas Klien
Nama : ny. Y Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 52 tahun Nama : tn. R
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :_
Agama : Islam Alamat : _
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SMP Nama : Ny. S
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : jl moch seruji
Status : Menikah
Alamat : jl moch seruji Krajan Sumber Biaya :BPJS
B. Keluhan Utama
Klien Mengatakan Sesak dan Batuk
Ket :
Perempuan :
Laki-laki :
Klien :
Satu rumah :
Meninggal : X
F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Klien memiliki riwayat merokok sejak Muda Berhenti saat Sakit sekarang.
3. Dampak penyakit Klien terhadap keluarga : klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti
sediakala seperti seperti memebantu anaknya berwirausaha
BAB
Frekuensi : 1x/hari
Jumlah : biasa
Karakteristik : Kuning
3. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : mandiri
Berpakain : dibantu sebagian
Toileting : diabantu sebagian
Mobilisasi di tempat tidur : Mandiri
Berpindah : Mandiri
Ambulasi : Mandiri
Respon tubuh terhadap aktifitas: Baik
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum : lemah,
Kesadaran : Composmentis GCS :456
BB sebelum sakit : 54 Kg TB : 156 Cm
BB saat ini : 52 Kg BB ideal:
BMI : normal
Tanda– tanda Vital :
TD : 130/75 mmHg Suhu : 37,9
N : 99 x/mnt RR: 28x/mnt
- SPO2 : 98% dengan Oksigen nasal
- SPO2 : 96 % Tanpa bantuan Oksigen
Intake Cairan : ± 2000cc
Output Cairan: ±1900 cc Balance Cairan: + 100 cc
3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi: Bentuk dada normal chest, - Inspeksi: tidak terlihat ictus cordis di ics 5
tidak ada ruam, maupun lesi pada kulit - Palpasi: iktus cordis tak teraba
bagian dada - Perkusi: batas atas ICS II S, Batas kiri
- Palpasi: ekspansi maximal, taktil MCL ICS VII S, Batas kanan PSL ICS V
fremitus normal D
- Perkusi: suara Perkusi sonor - Auskultasi S1 S2 tunggal
- Auskultasi: ronchi pada kedua lobus
kanan dan kiri
4. Abdomen:
- Inspeksi : Bentuk abdomen flat, tidak ada ruam, lesi
- Palpasi : tidak teraba mengeras pada abdomen bagian epigastrium, hipokondrium, iliaka
kanan dan iliaka kiri
- Perkusi: Timpani
- Auskultasi : bunyi bising usus 8x/menit
5. Tulang belakang : tidak ada kelainan bentuk tulang seperti lordosis, kiposis, scoliosis
J. Pemeriksaan Diagnostik
K. Terapi
Nama Obat Rute Dosis Efek Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
1. Infus PZ iv 14 tpm Nutrisi 6. Nebul Inhala 3x0,5 Broncodilator
cairan Budesa si mg
……………., …………………
Mahasiswa,
DO:
- Keadaan umum cukup
- Rhonchi pada lobus kanan dan kiri
- RR : 28x/menit
- Spo2 : 98 % dengan Oksigen Nasal
- Spo2: 97% tanpa Oksigen
4/04/22 DS: pasien mengatakan tidak nyaman yaitu Reaksi Tubuh terhadap Proses Gangguan rasa
14.30 WIB gatal- gatal pada seluruh tubuh medikasi Nyaman
DO: (D.0074)
- Klien tampak menggaruk garuk
badannya
- Terdapat bintik bintik pada kulit klien
DS:
Klien Mengatakan Sesak, sesak dirakan lebih memberat saat pagi hari
Klien mengatakan dahak susah Keluar
DO:
- Keadaan umum cukup
- Rhonchi pada lobus kanan dan kiri
- RR : 28x/menit
- Spo2 : 98 % dengan Oksigen Nasal
- Spo2: 97% tanpa Oksigen
2. Hipertermi b.d Proses Infeksi Erik
DS:
Klien Mengatakan Kadang merasa Demam
DO:
Perabaan Akral dan Kening terasa Hangat
TTV
TD: 130/75 mmHg
N: 99 x/mnt
S: 37,9 C
DS: pasien mengatakan tidak nyaman yaitu gatal-gatal pada seluruh tubuh
DO:
- Klien tampak menggaruk garuk badannya
- Terdapat bintik bintik pada kulit klien
FIKes UNMUH
IMPLEMENTASI HARI KE 2
TGL/JAM DX IMPLEMENTASI TINDAKAN PARAF
05/042022 1 1. Memonitor Pernafasan ( Frekuensi, kedalaman) ERIK
14.00 2. Memonitor Bunyi nafas Tambahan
3. Monitoring saturasi oksigen
4. Memonitor sputum
5. Mempertahankan Posisi Semi Flower
15.00 6. Berkolaborasi Pemberian Oksigen 4 Lpm
7. Berkolaborasi Pemberian nebulizer budesma 0,5 mg
Berklobarasi Injeksi Levofloxacin 750 mg, dan Inejksi OMZ 40 mg
05/04/2022 1. Memonitoring suhu tubuh ERIK
15.0 0 2. Mengobservasi TTV
3. Berkolaborasi pemberian Antrain 3x1000 mg
05/04/2022 1. memonitoring tanda dan gejala gangguan rasa nyaman gatal ERIK
14.00 2. memonitor kondisi kulit
3. Berkolaborasi Injeksi Metylprednisolon 1ampul
FIKes UNMUH
IMPLEMENTASI HARI KE 3
04/04/2022 1 S: Klien mengatakan sesak dirakan memebrat jika pagi hari ERIK
21.00 WIB sampai dengan siang, menjelang sore hilang
O:
- Keadaan umum cukup
- RR : 24x/menit
- SPO2 98%
- Klien mampu melakukan teknik nafas dalam dan batuk
efektif
- Sputum dapat keluar
- Posisi tidur semi fowler
- Suara nafas tambahan rhonci masih terdengar
- Oksigen terpasang 4 lpm
- Nebul Budesmas 3x0,5 mg
- Injeksi Levofloxacin 750 mg, Omz 40 mg.
- Dari hasil Pemeriksaan DL dan UL Ada tambahan advice
injeksi ceftriaxone 2x 1000mg
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
04/04/2022 S: - Klien mengatakan demam Berkurang, hanya kadang merasa ERIK
21.00 WIB 2 meriang
- klien mengatakan mInum Air putih Sehari 8 x gelas
O:
Klien dan Keluarga dapat meperagakan Kompres dingin
yang benar
- TTV jam 19.00
- TD:134/80mmhg
- N: 98 x/mnt
- S: 36,5
- Injeksi Antrain 2x1000mg
- Hasil pemeriksaan Leukosit 21.000 naik dari awal masuk
rumah sakit
FIKes UNMUH
Dok Prodi Ners Kep
FIKes UNMUH
EVALUASI HARI KE 2
TGL/JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
05/04/2022 1 S: Klien mengatakan sesak berkurang, terjadi saat pagi durasi kadang ERIK
21.00 WIB kadang
O:
- Keadaan umum cukup
- RR : 24x/menit
- SPO2 98% deenghan Oksigen
- Klien mampu melakukan teknik nafas dalam dan batuk
efektif
- Sputum dapat keluar
- Posisi tidur semi fowler
- Suara nafas tambahan rhonci menurun
- Oksigen terpasang 4 lpm kadang dilepas
- Nebul Budesmas 3x0,5 mg
- Injeksi Levofloxacin 1x 750
- Injeksi Omeprazole
- injeksi Ceftriaxon 2x 1000 mg.
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
05/04/2022 S: - Klien mengatakan demam Berkurang, hanya kadang merasa ERIK
21.00 WIB 2 meriang
O:
- TTV jam 19.00
- TD:120/70mmhg
- N: 84 x/mnt
- S: 36,7
- Injeksi Antrain 2x1000mg
05/04/2022 3 S: Klien mengatakan gatal-gatal berkurang banyak dan hanya pada ERIK
21.00 WIB bagian tangan itupun sedikit
- Klien mengatakan mandi 2x 1 dibantu anaknya
O: - pasien tambah bersih dan baju diganti setiap hari
- Injeksi metylprednisolon dilanjut 3x1 vial
A: Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi